Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

KONSEP DASAR

1. Definisi
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam annulus inguinalis di atas
kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup congenital
(Betz, 2004).
2. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatanya.
a. Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
1) Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi mketika sebagian dari usus keluar dari rongga perut melalui
dinding bawah perut ke arah sekitar alat kelamin. Hernia ini lebih tinggi pada
bayi & anak kecil
2) Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang berjalan melalui dinding perut bagian bawah atau pangkal paha dan
menonjol di daerah Haselbach. Hernia ini disebabkan oleh kelemahan fasia
transversalis di daerah Haselbach.
b. Menurut sifat atau tingkatannya :
1) Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
3) Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Keadaan ini hernia bisa
terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak
dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia
ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
4) Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya
sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak
dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
3. Etiologi
a. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
b. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
c. Kongenital
1) Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu.
2) Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1 tahun) setelah
lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
d. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK, mengangkat beban berat.
2) Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR.
3) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
4) .Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
5) Penyakit yang melemahkan dinding perut.
4. Patofisiologi
Hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu
kegagalan penutupan prosesuvaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan
masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis. Faktor yang kedua adalah faktor
yang didapat atau aquisia yang diperoleh dari batuk kronis, mengejan saat BAB,
mengangkat beban berat, faktor usia.
Hernia inguinalis dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis direk (medial) dan hernia
inguinalis indirek (lateralis). Hernia Inguinalis direk disebabkan oleh meningkatnya
tekanan intra abdomen, hernia ini berjalan melalui dinding inguinal belakang lalu
menekan otot dinding di trigonum hesselbach yang lemah sehingga isi masuk ke dalam
kantung hernia dan isi langsung menonjol bulat di segitiga hesselbach karena cincin
hernia longgar maka isi dapat muncul dan hilang (reponibel). Hal ini menyebabkan
kecemasan.
Sedangkan Hernia Inguinalis Indirek keluar dari dua saluran, yaitu melewati annulus
dan kanalis inginalis, jika hernia panjang maka isi akan menonjol lonjong keluar dari
kanalis inguinalis eksternus dan isi dapat terjepit oleh cincin hernia, apabila isi terjepit
maka isi terperangkap dan tidak dapat kembali (irreponibel) hal ini menyebabkan refluk
isi usus dan menebabkan perut kembung, mual dan muntah. Isi kantong terperangkap
ini disebut hernia strangulate atau inkaserata yang mampu menyebabkan gangguan
illeus obstruksi usus sehingga menurunkan peristaltik usus sehinnga terjadi konstipasi
menyebabkan perut kembung dan tidak nyaman.
Tonjolan isi henia bisa sampai skrotum yang disebut hernia skrotalis. Tonjolan isi ini
menyebabkan skorotum membesar yang dapat menebabkan tekanan pada skorotum dan
menyebabkan nyeri selain itu juga dapat mengganggu aktivitas. Hernia pada skorotum
dapat bergeser ke kanan atau kiri. Apabila hernia di kanan, maka hernia berisi sekum
dan sebagian kolon asendens, apabila hernia di kiri berisi sebagian kolon desnden, hal
ini mampu mengganggu saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.
Isi yang masuk pada kantung hernia dapat dibebaskan dengan cara dilakukan
pembedahan dan direposisi kembali, tindakan ini menyebabkan terganggunya usus dan
menyebabkan adanya luka bekas operasi. Terganggunya usus atau saluran cerna dapat
menyebabkan mual dan muntah yang dikarenakan oleh adaptasi saluran pencernaan.
Sedangkan bekas operasi dapat menyebabkan terganggunya aktivitas, nyeri, gangguan
istirahat akibat nyeri, dan risiko infeksi.
5. Pathway (Terlampir)
6. Manifestasi Klinik
a. Pada orang dewasa
1) Laki- laki
- Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum.
- Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri lama/mengejan kuat
maka benjolan makin membesar.
- Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila benjolannyabesar
2) Wanita
- Benjolan dapat mencapai labium majus.
b. Pada anak - anak
Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah, dapat mencapai
skrotum atau labium majus, bila berbaring benjolan akan hilang karena isi kantong
hernis masuk ke dalam kavum abdomen.
7. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak dapat
dimasukkan lagi
b. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang rusak
c. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan daerah
benjolan merah
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mendukung penykit hernia inguinalis lateralis adalah:
a. Laboratorium
b. Rontsgen
c. USG
9. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, (2007) penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateralis adalah:
a. Secara konservatif
1) Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
2) Pemakaian bantalan-bantalan penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
b. Secara operatif
1) Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka
dan diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi
kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernio plastic : dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus inguinalis
iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
3) Hernioraphy : memotong seluruh kantong hernia atau dengan menjepit defek
(bagian lemak di dinding rongga yang bersangkutan) didalam fasia

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Klien: Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas
berlebihan , melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5
tahun.
b. Keluhan utama: Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c. Riwayat penyakit sekarang: Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d. Riwayat penyakit sebelumnya: Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit
yang di derita klien.
e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual: Klien masih berhubungan dengan temannya dan
bermain seperti biasanya, klien masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya.
Bagaimana dukungan keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam
proses penyembuhan.
f. Riwayat tumbuh kembang:
1) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2) Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan
membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak.
Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa
tidak.
g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5) 5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
h. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi. Klien: mengalami mual muntah.
2) Aktivitas/istirahat
- Sebelum MRS: Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering
melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
- Sesudah MRS: Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur, penurunan
rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan, Atrofi otot pada bagian tubuh
yang terkena, gangguan dalam berjalan.
3) Eliminasi.
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi dan danya retensi urine.
4) Istirahat tidur. : Penurunan kualitas tidur.
5) Personal Higiane : Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
6) Integritas Ego : Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan finansial keluarga · Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari
keluarga/orang terdekat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
b. Post op
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi
dari pembedahan / trauma jaringan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak
dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur pembedahan
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan / adanya insisi dari pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan rasa nyeri
berkurang/ hilang dg KH :
- kx mengungkapkan myeri berkurang
- skala nyeri 0 (hilang / berkurang)
- Ekspresi wajah rileks dan santai
- Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
- Ttv dlm batas normal
INTERVENSI:
1) Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2) Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda - tanda nyeri hebat sehingga dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
3) Beri penjelasan pada kx sebab - sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab - sebab nyeri.
4) Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga
dapat mengurangi nyeri.
5) Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6) Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi terpenuhi
dengan KH :
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan habis , tidak ada mual & muntah
- Hb normal, Albunin normal
INTERVENSI :
1) Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi
2) Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
R/ Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan cairan
3) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat.
R/ Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi
dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
R/ Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan pasien

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan


ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur pembedahan
Tujuan: anak tidak cemas lagi dan anak tampak tenang dan nyaman. Dengan KH:
- anak tampak santai.
INTERVENSI
1) Kaji tingkat ansietas anak
R/ untuk mengetahui tingkat ansietas anak
2) Beri motivasi pada anak
R/ untuk mengurangi ansietas.
3) Ajarkan teknik relaksasi
R/ untuk mengurangi ansietas
4) Libatkan orang terdekat pasien untuk mengatasi ansietas anak
R/ untuk memberikan motivasi pada pasien

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat


pembedahan.
Tujuan : resiko infeksi dapat teratasi dengan KH:
- tidak ada tanda dan gejala infeksi
INTERVENSI:
1) Kaji keadaan luka, adanya inflamasi
R/ perkembangan infeksi dapat menghambat pemulihan
2) Pantau tanda infeksi
R/ pantau adanya ketidaksetabilan suhu, perdarahan, kemerahan, dan bengkak.
3) Lakukan tindakan perawatan luka aseptic dan antiseptic
R/ menurunkan resiko penyebaran infeksi
4) Pertahankan balutan luka dengan balutan kering
R/ melindungi pasien dari kontaminasi silang selama
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotic sesuai indikasi
R/ menurunkan penyebab dan pertumbuhan bakteri
DAFTAR PUSTAKA

Betz, CL & Sowden, LA. 2009. Buku Saku keperawatan Pediatric Edisi 5. Primary care, 3rd
Edition
Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. (Jilid I). FKUI . Jakarta
Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 1997.Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC:Jakarta
Nando. Laporan Pendahuluan HIL.
https://www.academia.edu/34988366/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIL. Diakses
pada tanggal 5 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai