Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus, yaitu metalurgi dan metalografi.
Metalurgi adalah menguraikan tentang cara pemisahan logam dari ikatan unsur
atau cara pengolahan logam secara teknis, sehingga diperoleh jenis logam atau
logam yang memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan metalografi adalah ilmu
yang mempelajari tentang pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat, struktur,
temperature, dan persentase campuran dari logam tersebut. Sampel uji harus
mempunyai permukaan yang datar dan bersih yang diperoleh dengan preparasi
tertentu yang baik.
Pengujian ini diperiksa dengan pemeriksaan makro dan mikro. Adapun pengertian
dari pemeriksaan makro (Macroscope Eamination) yaitu pemeriksaan bahan
dengan mata kita langsung atau memakai kaca pembesar dengan perbesaran
rendah (0,5 sampai 50 kali), kegunaannya untuk memeriksa permukaan yang
terdapat celah-celah, lubang – lubang pada struktur logam yang sifatnya rapuh.
1. Pemotongan (Cutting)
Banyak alat dan mesin yang dapat digunakan untuk memotong bahan,
tetapi khusus untuk memotong bahan uji metalografi perlu dipilih alat
potong yang tidak menimbulkan efek samping pada bahan tersebut. Pada
waktu pemotongan tidak boleh terjadi tekanan dan tarikan yang besar pada
bahan uji serta harus dialiri oleh cairan pendingin agar tidak timbul panas
yang akan mempengaruhi kondisi bahan. Salah satu alat potong yang biasa
digunakan untuk memotong bahan uji adalah mesin potong khusus, yang
pemotongannya berbentuk piringan (Abrasive Whell) terbuat dari bahan
silica. Di dalam pemotongan benda uji perlu diperhatikan ukuran dari
bahan tersebut dengan pertimbangan pokok harus dapat dipegang atau
disesuaikan dengan kondisi alat yang ada kaitannya dengan proses
selanjutnya.
2. Pembingkaian (Mounting)
Bahan uji yang relatif kecil dan sukar untuk dipegang pada waktu akan di
gerinda atau dipoles maka bahan tersebut perlu disalut. Untuk penyalutan
dipakai alat penyalut dan bahan penyalut. Proses penyalutan ada dua cara,
yaitu menggunakan alat pembingkaian untuk bahan yang tidak
memerlukan panas hanya menggunakan cetakan saja. Bahan
pembingkaian yang biasanya digunakan adalah resin.
3. Pengamplasan (Abrasive)
Pengamplasan benda uji dilakukan pada kertas ampelas dimulai dari
tingkat yang paling kasar sampai tingkat halus. Tingkatan kehalusan kertas
ampelas ditentukan oleh ukuran serbuk silicon pada kertas tersebut.
4. Pemolesan (Polishing)
Untuk meningkatkan tingkat kehalusan yang maksimal maha bahan uji
yang telah diampelas selanjjutnya diproses polishing. Mesin poles
metalografi terdiri dari piringan yang berputar dan diatasnya diberi kain
poles terbaik, namanya kain selvyt (sejenis kain beludru).
Cara pemolesannya yaitu benda uji diletakkan di atas piringan yang
berputar dan kain poles diberi air serta ditambahkan sedikit pasta oles.
Pasta oles yang biasa dipakai adalah jenis Alumina (Al2O3) yang dalam
perdagangannya ada yang diberi nama Dilatin atau Gama Alumina atau
pasta intan. Selama pemolesan, kain poles tersebut harus selalu diberi
tetesan air. Fungsi dari penmbahan air yaitu agar kain poles tidak kering
sehingga sampel mudah untuk dipoles dan tidak kesat. Sedangkan fungsi
penambahan alumina yaitu agar memudahkan goresan bekas
pengampelasan hilang serta membuat permukaan sampel yang dipoles
tampak seperti cermin.
Putaran piringan pada mesin poles metalografi antara 100 rpm sampai 300
rpm. Untuk meyakinkan hasil pemolesan terakhir apakah sudah tidak ada
garis – garis pemotongan atau belum maka bahan uji yang sudah
dibersihkan dapat dilihat di bawah mikroskop pada pembesaran 50 kali
atau 100 kali. Bila masih terdapat garis – garis pada permukaan benda
maka proses polishing dilanjutkan terus menerus sampai tidak terdapat
garis – garisnya.
5. Pengetsaan (Etching)
Hasil dari proses pemolesan akan berupa permukaan yang mengkilap
seperti cermin. Agar struktur logam terlihat jelas maka permukaan tersebut
dietsa. Etsa adalah proses dengan menggunakan asam kuat untuk mengikis
bagian permukaan logam. Berikut ini beberapa larutan etsa untuk
pemeriksaan makro dan mikro yang biasa dipakai dalam metalografi.
a. Bahan larutan etsa makro:
1) Hidrochloric, komposisinya 50% asam hydrochloric dalam
air dengan menggunakan suhu 700-800 sampai 1 jam.
Pemakaiannya untuk besi dan baja.
2) Sulphuric, komposisinya 20% asam sulphuric dalam air
dengan menggunakan suhu 80%, waktu yang dipakai 10-20
detik. Penggunaannya untuk besi dan baja.
3) Nitric, komposisinya 25% asam nitric dalam air, seperti no.
1 dan 2 boleh dingin jika cocok. Pemakaiannya untuk besi
dan baja.
b. Bahan larutan etsa mikro:
1) Asam nital, komposisinya asam nital 2 ml, alcohol (95%)
98 ml. pemakaiannya untuk baja karbon, baja paduan
rendah dan baja paduan sedang. Waktu perendaman
tergantung pada baja yang akan dietsa.
2) Asam pikral, komposisinya asam pikral 4 gr, alcohol 98 ml.
pemakaiannya untuk baja karbon dalam keadaan normal,
dilunakkan, dikeraskan dan distemper. Waktu pengetsaan
beberapa detik sampai 1 menit.
c. Tahapan pengetsaan
Langkah – langkah proses pengetsaan dalam pemeriksaan struktur
logam adalah sebagai berikut.
1) Siapkan larutan etsa ke dalam cawan.
2) Celupkan atau rendam permukaan benda uji ke dalam
larutan dengan memakai pinset, waktu pencelupan beberapa
detik-menit sesuai kebutuhan.
3) Bersihkan sampel yang telah dietsa dengan air bersih yang
mengalir.
4) Benda uji selanjutnya dikeringkan dengan kapas bersih atau
keringkan dengan alat pengering khusus.
d. Pengaruh Etsa
Pengaruh reaksi dari larutan kimia terhadap permukaan benda uji ialah
seluruh permukaan akan Nampak seperti garis-garis tidak teratur yang
menunjukkan munculnya atau adanya batas-batas antara butir-butir
kristal logam tersebut.
1. Pengujian Brinell
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material terhadap bola baja (indentor)
yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinell dipergunakan untuk material yang
memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-
3000 kgf. Indentor biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun
terbuat dari bahan Karbida Tungsen.
Prinsip dari pengujian kekerasan ini dengan menekan indentor
selama 15 detik. Kemudian diameter hasil indentasi diukur dengan
menggunakan alat pengukur diameter.
(FOTO)
Diameter harus dihitung dua kali pada sudut tegak lurus yang berbeda, kemudian
dirata-ratakan. Bertambah keras logam yang diuji bertambah nilai HB. Nilai
kekerasan (HB) dapat dirumuskan sebagai berikut.
2𝐹
𝐻𝐵 =
𝜋𝐷(𝐷 − √𝐷2 − 𝑑 2 )
Keterangan:
HB : Hardness Brinell
METODE
A. Uji Mikrostruktur
1. Pengampelasan
a. Abrasive paper, ukuran 60-1000 inch
b. Bushler Polisher
2. Pemolesan (Polishing)
a. Kain poles
b. Bushler Polisher
3. Etsa (Etching)
a. Pinset
b. Kapas
c. Pengering
d. Cawan petri
e. Gelas kimia
f. Batang pengaduk
g. Spatula
4. Pengecekan struktur sampel
a. Mikroskop
b. Komputer
1. Gunakan pakaian kerja (jas lab/wear pack), masker, sarung tangan, dan
sepatu tahan benturan sebelum melakukan pengujian.
2. Sebelum pengujian, harus dipilih bagian dari sampel uji yang baik dan
mewakili kemudian dipotong jika diperlukan, sampel uji dapat dibingkai
(mounting).
3. Sampel uji kemudian diampelas dengan menggunakan ampelas (abrasive)
dengan kekerasan yang berbeda-beda dari ampelas yang paling kasar
sampai yang paling halus, yaitu dari 60-1000 inch.
4. Setiap kali mengganti ampelas yang berbeda kekasarannya, sampel uji
diputar 90°. Orientasi pengampelasan harus berbeda dan masing-masing
harus tegak lurus.
5. Setelah diampelas, sampel uji kemudian dipoles (polishing) dengan
menggunakan kain poles dan serbuk alumina.
6. Pada beberapa kondisi, setelah dipoles sampai goresannya hilang, sampel
uji kemudian dietsa dengan menggunkan larutan etsa dari bahan kimia
yang jenisnya spesifik untuk setiap pengujian metalografi.
7. Sampel uji kemudian dikeringkan lalu diamati menggunakan mikroskop
dengan perbesaran tertentu. Setelah struktur sampel didapat dilanjutkan
dengan analisis dan perhitungan.
Nama
No. Gambar Keterangan
Gambar
Gambar
diambil dengan
FCD 500 perbesaran
1
18 A 17 L01 100x
Mengandung
60% Ferrite
Gambar
diambil dengan
FCD 500 perbesaran
2
18 A 17 L04 100x
Mengandung
45% Ferrite