Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

1. Pengertian

Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior
(Isselbacher, 1999).

Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam
otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih. Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut
demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi
hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu
oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J.
Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006).
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang
oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).

Febris/Demam adalah suatu keadaan tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Kebanyakan demam pada anak-anak disebabkan oleh perubahan
yang ada di hipotalamus sebagai pusat pengaturan suhu tubuh. Seorang anak dikatakan mengalami
demam, bila temperatur rektal diatas 38°C.(Sodikin,2012:32)

Demam pada bayi biasanya terjadi karena respon tunuh terhadap infeksi mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, dan parasit. Demam juga dapat disebabkan oleh kompleks imun atau
peradangan lainnya. Demam pada bayi tentu membuat ia merasa tidak nyaman dan terganggu. Pada
saat demam, bayi akan menjadi rewel dan peka terhadap lahirnya penyakit baru. Selain itu, kenaikan
suhu tubuh yang berlebihan dan sangat cepat memungkinkan bayi akan kejang secara mendadak.
Demam tidak sepenuhnya merupakan penyakit yang merugikan. Demam juga memiliki kebaikan,
yaitu meningkatkan produksi antibodi yang dapat digunakan untuk melawan virus dan bakteri yang
menyerang. Selain itu, demam juga dapat meningkatkan jumlah sel darah putih yang berguna
melawan infeksi.(Mardi,2009:126)
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain (Amin Huda Nurarif,2013:156)

a. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat
diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

b. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.

c. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti
ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.

d. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

e. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini
tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bacterial.

B. Etiologi

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,keganasan
atau reaksi terdapat pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral. Pada
dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain : ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboraturium, serta penunjang lain secara tepat dan holistik.

Beberapa hal khusus perlu di perhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,
tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yg menyertai demam. Demam belum terdiaknosa adalah
suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dari suhu
badan di atas 38,3°C dan tetap belum di dapat penyebab nya walau puntelah di teliti selama 1
minggu secara instentif dengan menggunakan sarana laboraturium dan penunjang medis lainnya.
(Amin Huda Nurarif,2013:156)

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya

a. Suhu lingkungan.

b. Adanya infeksi.

c. Pneumonia.

d. Malaria.

e. Otitis media.

f. Imunisasi

C. PATOFISIOLOGI

Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat
asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab
demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen)
yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap
benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain,
terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini,
bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.

Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh
untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan
dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin
(PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada
anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit
T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.

D. DIAGNOSA

E. PENCEGAHAN
F. PENATALAKSANAAN

D. Penatalaksanaan Demam

1. Pengobatan dengan Antipiretik

Mekanisme Kerja

Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik yang
efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).

a. Parasetamol

Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak, dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali. Parasetamol
dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil
dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika
jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati unutk memetabolismenya dengan glutation atau
sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg tidak diberikan pada anak-
anak (misalnya pemberian 3 kali tablet 500 mg dapat membahayakan bayi dengan berat badan di
bawah 10 kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih aman.

b. Aspirin

Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada nak dapat menimbulkan efek
samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan resiko ulkus
(luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya lubang di dinding
lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktifitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah)
sehingga dapat memicu resiko perdarahan. Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus
terbukti meningkatkan resiko Syndrom Reye, sebuah penyakit yang jarang (insidennya sampai tahun
1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal. Oleh
karena itu, tidak dianjurkan untuk anak berusia < 16 tahun.

c. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10 mg/kg/kali
mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol. Sama halnya dengan
aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus lambung, perdarahan, dan perforasi
meskipun komplikasi ini jarang pada nak-anak. Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak
demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.

2. Terapi Suportif

a. Upaya Suportif yang Direkomendasikan

1) Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air,)

2) Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.
3) Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya.

4) Mengompres anak dengan air hangat. Umumnya mengompres dapat menurunkan demamnya
dalam 30-45 menit.

b. Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan

1) Mengompres dengan air dingin

2) Melepaskan pakaian anak

Jika nilai-ambang hipotalamus sudah direndahlan terlebih dahulu dengan obat, melepaskan pakaian
anak atau mengompresnya dengan air dingin justru akan membuatnya menggigil (dan tidak
nyaman), sebagai upaya tubuh dalam menjaga temperatur pusat berada pada nilai-ambang yang
telah disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit, masuk ke dalam peredaran
darah, dan adanya resiko toksisitas.

2.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai