Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ketika para ahli bahasa berusaha untuk mengembangkan kualitas pembelajaran bahasa
pada akhir abad kesembilan belas, mereka mengacu pada prinsip-prinsip umum dan teori yang
berkaitan dengan bagaimana bahasa itu dipelajari, bagaimana pengetahuan bahasa itu
direpresentasikan dan diorganisasikan di dalam memori, atau bagaimana bahasa itu sendiri
dibentuk. Para ahli linguis terapan mengelaborasikan prinsip-prinsip dan pendekatan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teoretis ke arah desain program pengajaran bahasa, mata pelajaran,
materi pembelajaran. Meskipun demikian, banyak hal praktis yang khusus dibiarkan dikerjakan
oleh pakar yang lain. Mereka mencari jawaban yang rasional seperti yang berkaitan dengan prinsip
seleksi dan pengurutan kosakata dan tata bahasa.

Jika kita kaji secara cermat perubahan-perubahan paradigma dan pandangan pendidikan,
maka kita dapat melihat adanya tuntutan terhadap perubahan proses pembelajaran yang menuntut
terjadinya proses pembelajaran diri dan pengembangan potensi-potensi peserta didik secara
holistic melalui proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru. Dalam pembahasan
pembelajaran, pengkajian yang mendalam tentang paradigam konstruktivisme merupakan suatu
tuntutan baru di tengah terjadinya perubahan besar dalam memaknai proses pendidikan dan
pembelajaran.

Perkembangan belajar dan pembelajaran dewasa ini semakin pesat, seiring semakin
banyaknya sumber ilmu yang baru. Khusus pembelajaran bahasa mempunyai keikhasan tersendiri
karena menyangkut hal yang inti dalam memelajari setiap ilmu formal yang didapat melalui proses
membaca suatu bahasa lisan. Hal ini menuntut pengkajian yang lebih mendalam berkenaan dengan
sumber dari pembelajaran bahasa tersebut. Sebagaimana pandangan konstruktivisme, bahwa
belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental
siswa secara aktif. Selain itu, belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasikan dan
menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang
sehingga pengetahuannya tentang objek tertentu menjadi lebih kuat.
Pentingnya mengkaji metodologi pembelajaran bahasa merupakan suatu yang urgen untuk
dilakukan. Hal ini menyangkut tujuan akhir bahwa berhasil tidaknya pembelajaran bahasa yang
diterapkan akan berdampak pada keseluruhan pembelajaran ilmu lainnya. Oleh karena itu, perlu
dikaji terlebih dahulu hakikat dan fungsi dari metodologi pembelajaran bahasa. Kajian ini akan
memengaruhi kelanjutan dari perkembangan pembelajaran bahasa, baik dari sisi teori, pendekatan,
metode, strategi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan proses pembelajaran bahasa itu
sendiri.

B.Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang tulisan ini, maka dirumuskan masalah yakni “Bagaimana
hakikat dan fungsi metodologi pembelajaran bahasa”

C.Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memahami hakikat dan fungsi metodologi pembelajaran bahasa.

D.Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dengan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

-Sebagai bahan bacaan yang berkaitan dengan metode pembelajaran bahasa

-Sebagai bahan sharing pendapat berkaitan dengan pembelajaran dan seluk beluknya

BAB II

PEMBAHASAN

A.Hakikat Pembelajaran Bahasa

Terjadinya perubahan-perubahan paradigm pendidikan yang menempatkan manusia sebagai


sumber daya yang utuh memberikan arah kebijakan mendasar dalam meletakkan kerangka bagi
pembangunan pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan pandangan ini berimplikasi
terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan perubahan konsep dalam memaknai
eksistensi, prinsip-prinsip dan pendekatan-pendekatan pembelajaran.

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya
diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a
way of beginning something ‘cara memulai sesuai. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan
cara memulai pembelajaran.Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada
seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam
memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi,
pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran
teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach)
adalah suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu
bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan
didasarkan pada asumsi yang berkaitan.

Secara praktis, proses pembelajaran yang diharapkan dengan perubahan paradigam tadi adalah
suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensisiswa secara menyeluruh dan terpadu.
Pengembangan dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan mampu mendukung
optimalisasi pengembangan potensi peserta didik sebagaimana diharapkan. Karena itu dalam
proses pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menyampaikan materi pelajaran akan tetapi harus
mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk watak siswa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku.

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa
dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa.
Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan penemuan tentang hakikat
bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media
komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses
psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan
pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan
teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan
metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural
yang mengemukakan karya linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori
belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang
disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Methode

Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih
bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan
dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam
menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

B.Fungsi Metode Pembelajaran Bahasa

Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kegiatan
berbahasa berdasarkan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Para siswa dituntut
untuk terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran
dengan fokus satu keterampilan. Misalnya, para siswa sedang belajar keterampilan berbicara maka
ketiga keterampilan yang lainnya harus dilatihkan juga, tetapi kegiatan tersebut tetap difokuskan
untuk mencapai peningkatan kualitas berbicara.

Sebagaimana fungsi pembelajaran yakni berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum
terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu,
menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri siswa.

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifan, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik. Hasil
pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari
penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes),
yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering memengaruhi keputusan perancang pembelajaran
dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran.
Secara spesifik fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan
langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa
pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan
yang digunakan. Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama
pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode
SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar
metode komuniatif.Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, pendekatan lahir
dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa
lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa
yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar.
Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok
bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar
bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

C.Ruang Lingkup Pembelajaran

Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang juga harus diketahui yakni: strategi,
metode, teknik, dan model pembelajaran. Pengertian untuk istilah-istilah itu sering dikacaukan.
Apalagi terhadap tiga istilah, yaitu pendekatan, metode, dan teknik biasanya terkacaukan (lihat
Syafii 1994:15; Badudu 1996:17). Istilah pendekatan sering dikacaukan dengan metode, misalnya
kita sering mendengar orang mengemukakan istilah pendekatan komunikatif disamping istilah
metode komunikatif. Sering pula pengertian metode dikacaukan dengan teknik, misalnya kita
sering mendengar orang menyebutkan istilah metode diskusi disamping istilah teknik diskuasi.

1.Strategi Pembelajaran

Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi
pembelajaran menjelaskankomponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil
belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi
pembelajaran, yaitu: a) kegiatan prapembelajaran, b) penyajian informasi, c) partisipasi siswa, d)
tes, dan e) tindak lanjut.

2.Metode pembelajaran
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan
cara melakukan sesuatu.Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai
tujuan’. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal
sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan
pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma.Dengan demikian, metode bersifat prosedural.
Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-¬tujuan pengajaran. Karena itu,
tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
bagian atau komponen metode itu.

3. Teknik Pembelajaran

Karena ada suatu alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pelajaran
itu, yaitu teknik.Teknik artinya cara, yaitu cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Jadi,
teknik pengajaran atau mengajar adalah daya upaya, usaha-usaha, cara-cara yang digunakan guru
untuk melaksanakan pengajaran atau mengajar di kelas pada waktu tatap muka dalam rangka
menyajikan dan memantapkan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.

4.Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan
kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran.
Sebenarnya model pembelajaran memunyai makna yang lebih luas daripada makna pendekatan,
strategi, metode, dan teknik.Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-
pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipe-tipe, program-program
media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).

BAB III

PENUTUP
A.Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik setelah memahami pembahasan dalam makalah ini, adalah sebagai
berikut:

1.Hakikat dari metode pembelajaran bahasa merupakan inti dari pembelajaran yang lainnya,
karena menyangkut sarana dalam memahami pengetahuan formal lainnya.

2.Pembelajaran bahasa memiliki fungsi sebagai proses dalam belajar khususnya kebahasaan.
Proses belajar yang ditampilkan harus efektif yakni memiliki dampak yang positif terhadap
terjadinya perubahan kea rah yang lebih baik.

3.Kajian pembelajaran selain menyangkut hakikat dan pendekatan, juga harus ditelusuri arti
penting dari metode, stategi., tekni serta model pembelajaran.

B.Saran

Saran antara lain:

1.Kiranya dapat dibedakan beberapa istilah dalam pembelajaran sehingga penerapan atau
aplikasinya di lapangan benar adanya

2.Pentingnya terus mengembangkan paradigm pendidikan yang lebih maju sehingga bermunculan
model-model pembelajaran yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Penerbit Alfabeta

Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan
Sastra UM

Salamun, M. 2002. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis.. Tidak
diterbitkan

Badudu, J.S. 1996. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Jakarta: Balai Pustaka.
Pembelajaran Bahasa Indonesia

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa


Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka penelitian ini akan
difokuskan pada (1) pembelajaran bahasa, (2) strategi pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi
metode dan teknik pembelajaran Bahasa Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran

2.1 Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini
akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-
upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis
sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi
penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki
keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan
pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975)
juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar,
terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar
bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan
mendengarkan.
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi
dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap
makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu
dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam
kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia
dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan
Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,dan
kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar
bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-
aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa
dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan
sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam
penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja
memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung
proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung
dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat
bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7)
jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994).

2.2 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pembicaraaan mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan mengenai
pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz (2002) mengutip penjelasan Edward M.
Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan sebagai berikut.

2.2.1 Pendekatan Pembelajaran

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa
dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa.
Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesisi-tesis tentang hakikat
bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media
komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses
psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan
pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan
teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan
metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural
yang mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan
teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang
disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).

2.2.2 Metode Pembelajaran

Istilah metode berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa
secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam
pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap,
dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar,
dan penilaian hasil belajar.

Dalam strategi pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan


menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian
pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan
sebagai berikut.
(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
“Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram,
format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi penyampaian pembelajaran adalah metode
untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon masukan
yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk
menata interaksi antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.

Strategi pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk
mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isis pembelajaran yang
melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak
berurusan dengan bagaimana memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi
pembelajaran yang paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang
bagaimana cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga
tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran

Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan


proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran
kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar
untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).

Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi
penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan media, dan (3) bentuk
belajar mengajar.

(1) Media Pembelajaran


Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang akan
disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interkasi pebelajar dengan
emdia adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan
belajar. Adapun bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran
yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan
atau mandiri (Degeng, 1989).

Martin dan Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber
yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.

Essef dan Essef (dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan
untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan informasi
kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi respon pebelajar, (2) implikasi
biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan, biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam
yang diperlukan, jumlah siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk
pelatihan, dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.

(2) Interaksi Pebelajar Dengan Media

Bentuk interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang kedua
untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena strategi penyampaian
tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan oleh
suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian
pada kajian mengenai kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan
media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.

(3) Bentuk Belajar Mengajar

Gagne (1968) mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered
in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk menyampaikan
pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas penggunaan media.
Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntu penggunaan jenis
media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar
mandiri.

(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan
bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode pembelajaran lainnya.
Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan
strategi penyampaian tertentu yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada
empat klasifikasi variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan
penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3)
pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.

Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk strategi
pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran merupakan bagian
yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan penggunaan strategi
pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan “kapan dan berapa lama siswa
menggunakan setiap komponen strategi pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan
strategi penyampaian melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang
siswa menggunakan suatu jenis media”.

Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan keputusan-
keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti keputusan apapun yang dimabil
haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu
konsep, prosedur atau prinsip? Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar,
keputusna yang tepat mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan
perlu diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai kemajuan
belajar siswa.

Pengelolaan motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi siswa
dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian besar
bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari, namun pembelajaran gagal
menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya, bidang studi kehilangan daya tariknya dan
yang tinggal hanya kumpulan fakta dan konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.
Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam bukunya
“Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode pembelajaran bahasa terdiri dari
(1) the oral approach and stiuasional language teaching, (2) the audio lingual method, (3)
communicative language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way, (6) community
language learning, (7) the natural approach, dan (8) suggestopedia.

Saksomo (1984) menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1)
metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode langsung, metode oral,
dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran menyimak dan berbicara, (5) metode
diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6) metode SQ3R dalam pembelajaran membaca
pemahaman, (7) metode APS dan metode WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, (8)
metode eklektik dalam pembelajaran membaca, dan (9) metode SAS dalam pembelajaran
membaca dan menulis permulaan.

Menurut Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi variabel
pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil
pembelajaran.

(1) Kondisi Pembelajaran

Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil
pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan metode pembelajaran dan
hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan halnya metode pembelajaran yang
didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di
bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh
perancang-perancang pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu
situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya klasifikasi
variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel-
variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi dengan metode danm sekaligus
di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel dalam pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan
karakteristik bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.
(2) Metode Pembelajaran

Machfudz (2000) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih
bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan
dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam
menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

(3) Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik.

Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang dicapai dari
penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang diinginkan (desired outcomes),
yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran
dalam melakukan pilihan metode sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran
tersebut secara keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.

Kondisi

Tujuan dan karakteristik bidang studi

Kendala dan karakteristik bidang studi

Karakteristik siswa

Metode
Strategi pengorganisasian pembelajaran: strategi makro dan strategi mikro

Strategi penyampaian pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran

Hasil

Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

Diagram 1: Taksonomi variabel pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983)

Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi


pembelajaran biasanya diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang dipakai pebelajar dan
atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik pembelajaran biasanya juga dapat
diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untun tetap terus belajar. Adapaun daya tarik
pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.

2.2.3 Teknik Pembelajaran

Istilah teknik dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan
pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam jam dan materi
tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara, kegiatan, dan kiat (trik) untuk
menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat
implementasi, individual, dan situasional.

Saksomo (1983) menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1)
ceramah, (2) tanya—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5) demonstrasi dan
eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7) mengajar di laboratorium, (8) induktif,
inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan, dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-
drama, (11) karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta—merta.

DAFTAR PUSTAKA

Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum 1994?.
Yogyakarta: Depdikbud
Darjowidjojo, Soenjono. 1994. Butir-butir Renungan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Asing. Makalah disajikan dalam Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Asing. Salatiga: Univeristas Kristen Satya Wacana

Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang:
IKIP dan IPTDI

Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah
Dasar

Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan
Sastra UM

Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.

Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang

Salamun, M. 2002. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis.. Tidak
diterbitkan

Sholhah, Anik. 2000. Pertanyaan Tutor dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing di UM. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Sugiono, S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Makalah disajikan dalam
Konferensi Bahasa Indonesia; VI. Jakarta: 28 Oktober—2 Nopember 1993

Suharyanto. 1999. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta: Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai