Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang berada di daerah tropis berpotensi menjadi daerah
endemik penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah peyakit Pneumonia. Pneumonia adalah penyakit yang
disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus, streptococcus, dan virus. Gejala penyakit
pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.
Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut
lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan. (KEMENKES RI, 2014)

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2001, secara umum ada 3 (tiga) faktor risiko
terjadinya Pneumonia yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku. Faktor
lingkungan meliputi pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan hunian
rumah. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan
status imunisasi. Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pencegahan dan
penanggulangan penyakit Pneumonia pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek
penanganan Pneumonia di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga
lainnya.(KEMENKES RI, 2014)

Menurut WHO (World Health Organization), setiap tahunnya pneumonia membunuh


sekitar 1,4 juta balita, terhitung 18% dari semua kematian balita di seluruh dunia. Populasi yang
rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65
tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Sebesar
95 % dari penderita pneumonia di dunia terjadi di negara-negara berkembang, dalam hal ini
terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Afrika (Unicef & WHO, 2006)

Menurut hasil Riskesdas 2013 , Di Indonesia period prevalence pneumonia berdasarkan


diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara sebesar 0,2%. Sedangkan berdasarkan
diagnosis/gejala sebesar 1,8%. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 yang sebesar 2,13%,
period prevalence pneumonia berdasarkan diagnosis/gejala pada tahun 2013 mengalami
penurunan menjadi 1,8%.Pada balita, period prevalence berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per
1.000 balita dan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita. (KEMENKES RI,
2014)

Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2013 di provinsi bali sebesar 22,5
masih diatas tahun 2012 namun masih dibawah angka tahun 2010 sebesar 74,46%. Jika
dibandingkan dengan penemuan kasus tahun 2009 sebesar 10,16% terjadi peningkatan penemuan
yang tidak begitu signifikan..(Dinas kesehatan Bali, 2014)

Pada tingkat Kabupaten/Kota dapat diketahui bahwa ada 4 Kabupaten/Kota yang rata-rata
cakupan penemuannya kurang dari 15%, yaitu Denpasar, Buleleng, Badung dan Kabupaten
Jembrana, yang penemuannya tertinggi adalah Kabupaten Klungkung yaitu 84,2%. Sedangkan
Kabupaten dengan penemuan terendah adalah Jembrana sebesar 0,6%.(Dinas kesehatan Bali,
2014)

Dalam kurun waktu tiga tahun (2010-2012) prevalensi pneumonia cenderung menurun,
namun tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 4,55 % hingga dan pada tahun 2014 kembali
dapat diturunkan menjadi 2,44 % (549 balita). Tahun 2015 angka prevalensi pneumonia pada
balita meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 5,08 % (889 balita).
Cakupan penanganan dan penemuan penderita pneumonia pada anak balita baru mencapai 50,85
%.(DINKES, 2015)

Menurut Departemen Kesehatan Kota Klungkung, jumlah penderita pneumonia di Kota


Klungkung berumur < 1 th pada tahun 2011 sebesar …… kasus dan jumlah penderita pneumonia
umur 1-4 tahun sebanyak …… balita. Pada Tahun 2012 kasus pneumonia berumur <1 th sebesar
…... Pada tahun 2012 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun
sejumlah ….. kasus (….), pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah ….. kasus (….). Di Kota
Klungkung jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2013 ini berjumlah ….. kasus. Pada
tahun 2013 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok umur 1 – 4 tahun, yaitu
sejumlah ….. kasus (…). Pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah …. kasus (….). Angka
kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota Klungkung tahun 2013
sebanyak … orang sebesar ….% (DINKES, 2015)

Penyebab pnemomnia terbagi atas faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik
meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status imunisasi,
pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan
tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok. (Mokoginta, Arsin, & Sidik,
2013) Kandungan dari asap Sidestream lebih berbahaya daripada asap Mainstream. Kandungan
carcino- genics yang ada padanya mencapai 4 (empat) kali lipat dari asap Mains- tream.
Kandungan amonia yang ada padanya mencapai 46 kali lipat dari asap Mainstream dan juga
kandungan lainnya yang lebih tingi kadarnya dari Mainstream. Anak- anak yang orangtuanya
merokok lebih mudah terkena penyakit saluran pernapasan seperti pneumonia. Gas berbahaya
dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat
dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan paru yang
mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan di paru-paru dan mengaki- batkan
pecahnya kantong udara.(Kusuma, Sri, & Sukini, 2015)

Kebiasaan anggota keluarga merokok di dalam rumah merupakan masalah yang


mengkhawatirkan di Indonesia. Keberadaan anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
juga menjadi faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan di dalam keluarga seperti gangguan
pernafasan dan dapat meningkatkan serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang
orang tuannya merokok lebih rentan terkena penyakit pernafasan seperti flu, asma, pneumonia
dan penyakit saluran pernafasan lainnya (Kusuma, 2015)

Menurut Riskesdas tahun 2013 rerata proporsi perokok di Indonesia adalah 29,3 persen.
Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, umur
35-39 tahun sebesar 32,2 persen, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih
banyak dibandingkan perokok perempuan yaitu 47,5 persen banding 1,1 persen (Kementerian
Kesehatan RI, 2013)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya & Bahar (2014) menunjukkan bahwa
balita yang memiliki keluarga dengan kebiasaan merokok mempunyai peluang mengalami
Pneumonia sebanyak 1,269 kali dibanding balita yang tidak memiliki keluarga dengan kebiasaan
merokok. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Winarsih & Sukini
(2015) menunjukkan hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada balita.
Dari 42 responden yang diteliti 2 balita menderita pneumonia berat yang mendapat paparan asap
rokok, 3 balita menderita pneumonia yang mendapat paparan asap rokok, dan sisanya merupakan
kejadian tidak ISPA yang sebagian besar terjadi pada balita yang tidak mendapatkan paparan
asap rokok.(Zulfa Kamalia Amin, 2015)

Menurut Menkes tahun 2009, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai
Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan yang salah satunya adalah
menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015. Apabila angka kematian
yang disebabkan oleh pneumonia dapat diturunkan secara bermakna, maka dampaknya terhadap
pencapaian MDGs akan besar pula.(Kemenkes, 2009)

Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya


melalui penemuan kasus pneumonia Balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar,
penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program melalui
pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas
Perawatan dan di daerah terpencil. (Kemenkes, 2009)

Kejadian pneumonia yang terjadi pada balita dapat menyebabkan terhambatnya tumbuh
kembang balita. Selain itu, dapat berdampak fatal yaitu kematian pada balita. Pneumonia
menjadi penyumbang kematian balita tertinggi di dunia. Pneumonia merupakan penyebab dari
15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. (UNICEF, 2016)

Perokok pasif berisiko berapa kali kena pneumonia dibandingkan dg yg aktif. Data di
lokasi penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis bermaksud mengadakan penelitian


dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Pneumonia di Wilayah
Puskesmas Klungkung tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah ada
hubungan kebiasaan merokok orang tua dengan kejadian pneumonia pada balita umur 1-4 tahun
di UPT Kesmas Klungkung tahun 2018?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia pada balita di UPT
Kesmas Klungkung tahun 2018
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, status merokok, jumlah batang rokok, jenis rokok , cara
merokok , waktu dan lama merokok di UPT Kesmas Klungkung tahun 2018..
b. Mengidentifikasi Tingkat kategori/kebiasaan merokok pada responden
c. Mengidentifikasi besar peluang status merokok dengan kejadian Pneumonia pada
Balita di UPT Kesmas Klungkung tahun 2018.
d. Mengidentifikasi besar peluang jumlah batang rokok yang dikonsumsi dengan
kejadian Pneumonia pada Balita di UPT Kesmas Klungkung tahun 2018.
e. Mengidentifikasi kejadian Pneumonia pada Balita di UPT Kesmas Gianyar I
tahun 2018.
f. Menganalisis besar peluang hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
Pneumonia pada balita di UPT Kesmas Klungkung tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang keperawatan
dalam pengembangan ilmu penyakit anak khususnya dalam mencegah penyakit
pneumonia.
b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya
dalam melakukan penelitian mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
pneumonia pada balita dengan berlandaskan pada kelemahan dari penelitian ini dan dapat
mengembangkan dengan faktor risiko yang lainnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan saran kepada Ka.UPT Kesmas agar
mempertimbangkan untuk membentuk klinik berhenti merokok di UPT Kesmas
Klungkung sehingga pasien yang memiliki kebiasaan merokok terfasilitasi untuk berhenti
merokok dan mengurangi kejadian pneumonia pada balita.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pertimbangan pada perawat gawat darurat maupun
mahasiswa lain untuk dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus
pencegahan kebiasaan merokok dekat dengan balita dengan kejadian pneumonia.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat dalam rangka
meningkatkan perilaku pencegahan kebiasaan merokok dekat dengan balita untuk
mengurangi kejadian pneumonia.

Dinas kesehatan Bali. (2014). Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2013 Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

DINKES, K. (2015). PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015.

Kemenkes. (2009). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved from available at


www.depkes.go.id/article/print/410/pneumonia-penyebab-kematian-utama-balita.html

KEMENKES RI. (2014). PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2013. Journal of Physics A: Mathematical
and General (Vol. 14). https://doi.org/10.1088/0305-4470/14/8/037

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Kementerian Kesehatan RI, Riskesdas Dalam Angka Provinsi Bali 2013
(Vol. 239).

Kusuma, N., Sri, W., & Sukini, T. (2015). Hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Pucung Rejo Kabupaten Magelang. Jurnal Kebidanan, 4(8), 18–26.

Mokoginta, D., Arsin, A., & Sidik, D. (2013). Faktor resiko kejadian pneumonia pada anak balita di Wilayah
kerja Puskesmas Sudiang Kota Makasar, 5.

UNICEF. (2016). Pneumonia | Health | UNICEF. Retrieved from


https://www.unicef.org/health/index_91917.html

Unicef, & WHO. (2006). Pneumonia The Killer of Children. The United Nations Children’s Fund
(UNICEF)/World Health Organization (WHO). https://doi.org/ISBN-13: 978-92-806-4048-9

Zulfa Kamalia Amin. (2015). FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA
BERULANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG TAHUN 2014.

Anda mungkin juga menyukai