Anda di halaman 1dari 34

ASKEP PADA KLIEN PREOPERASI SEKSIO SESARIA

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas
500 gram, Melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact), yang
merupakan alternative selain kelahiran vagina, Jika keamanan ibu dan janin
terganggu. Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada
kasus rupture uteri atau kelahiran abdominal.
Istilah Seksio sesaria berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya memotong.
Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s
Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin yang
berada dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam
rahim. Jadi seksio sesaria tidak ada hubungannya dengan Julius Caesar.
Kelahiran sesaria adalah prosedur untuk menyelamatkan kehidupan.
Dibandingkan lima belas tahun lalu, dewasa ini makin banyak bedah sesaria
dilakukan. Salah satu alasan untuk peningkatan ini adalah membaiknya perawatan
neonatal. Alasan lain adalah sejumlah besar persalinan sungsang tidak lagi
dilakukan lewat vagina.
Sebelum keputusan untuk melakukan sectio sesaria diambil, pertimbangkan secara
teliti indikasi dengan risiko yang mungkin terjadi ( perdarahan, cedera saluran
kemih/usus, infeksi ). Pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian
prabedah secara lengkap mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan.
Ketentuan tersebut diatas dapat diturunkan jika mengalami kasus gawat darurat,
dimana kecepatan waktu melakukan tindakan sangat mempengaruhi keluaran
prosedur operatif ini. Walaupun demikian, persyaratan minimal operatif harus
tetap dipenuhi.
Sebelum seksio sesaria elektif, lakukan kajian usia kehamilan melalui profil
biofisik, berdasarkan haid terakhir dan amniosentris untuk menilai maturitas paru
janin. Hal ini perlu untuk mengetahui kemampuan bayi nanti untuk hidup diluar
kandungan.

B. Indikasi
Indikasi seksio sesaria diantaranya adalah :
1. Bagi Ibu :
a. Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD
b. Disfungsi uterus
c. Panggul sempit
d. Panggul sempit
e. Preeklampsi
f. Hipertensi
g. Partus lama (prolonged labor)
h. Partus tidak maju (obstructed labor)
i. Distosia jaringan lunak
j. Plasenta previa
2. Bagi anak :
a. Janin besar
b. Gawat janin
c. Letak sungsang
Sesaria dianjurkan pada letak sungsang bila :
* Panggul sempit
* Primigravida
* Janin besar dan berharga
d. Letak lintang
Greenhil dan Eastman sependapat bahwa :
* Bila ada kesempitan panggul, SC adalah cara terbaik dalam segala letak lintang
dengan janin hidup dan besar biasa
* Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan SC walau tidak
ada sangkaan panggul sempit
* Multipara dengan letak lintang dapat lebih dahulu ditolong dengan cara-cara lain
e. Distosia oleh karena tumor
C. Jenis – Jenis Seksio Sesaria
Dikenal beberapa jenis Seksio Sesaria, yakni :
a. Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda
b. Seksio Sesaria Klasik atau Seksio Sesaria Korposal, dan
c. Sesio Sesaria Ekstria Peritoneal
Pembedahan yang dewasa ini paling banyak dilakukan ialah Seksio Sesaria
transperitonealis Profunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Keunggulan
pembedahan ini adalah :
a. Pembedahan luka insisi tidak beberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar, karena dalam masa nifas, segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
Pembedahan seksiosesaria klasik walau agak mudah namun pelaksanaanya tidak
sesering transperitonealis propunda. Pembedahan tersebut hanya dilakukan
apabila ada halangan untuk melakukan seksio sesaria transperitonealis profunda
atau apabila ada maksud untuk melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.
Seksio sesaria ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi
puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan
ini tidak banyak lagi dilakukan karena teknik yang sulit dan seringnya terjadi
robekan peritoneum.
D. Konsep Pasca Bedah
Sesungguhnya perawatan telah dimulai sejak penderita diatas meja operasi
dibawah pengawasan bersama antara ahli anestesi, dan kebidanan serta staf kamar
operasi. Penolong harus membuat laporan singkat tentang jalannya pembedahan
dan pada saat selesai operasi, sebelum meninggalkan penderita, diharuskan untuk
membuat perintah-perintah yang rutin tentang pedoman perawatan penderita
sesuai dengan jenis operasi yang dilakukan
Perawatan pertama setelah operasi adalah pembalutan luka (wound dressing)
dengan baik. Sebelum penderita dipindahkan dari kamar operasi, hendaklah tanda-
tanda vital : tekanan nadi, tekanan darah, pernapasan, jantung, jumlah cairan yang
masuk dan keluar, dan sebagainya, dicatat dan diukur. Pengukuran dan pencatatn
ini diteruskan sekali setiap jam pasca bedah dan beberapa kali sehari untuk hari-
hari berikutnya.
Jenis-jenis perawatan yang biasa dilakukan yaitu :
1. Perawatan luka insisi
Luka insisi dibersihkan larutan alkohol dan larutan suci hama (larutan betadin dan
sebagainya), lalu ditutup dengan kain penutup luka. Secara periodik pembalut
luka dan kain penutup luka dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang atau
agrave dicabut dan dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka srmbuh
perprimum atau dibawah luka ada eksudaat. Luka tersebut memerlukan perawatan
khusu sampai diperlukan untuk membuat reinsisi untuk membuat luka baru dan
menutup kembali
2. Tempat perawatan pasca bedah
Setelah pembenahan penderita dikamar operasi selesai, penderita dipindahkan ke
dalam kamar rawat khusus (recovery room) yang memiliki alat pendingin kamar
selama beberapa hari. Bila pasca bedah keadaan penderita gawat, segera
dipindahkan ke unit perawatan darurat (ICU) untuk perawatan bersama-sama
dengan unit anestesi, karena disini peralatan untuk keselamatan penderita lebih
lengkap.
Setelah beberapa hari dirawat dalam ICU, keadaan penderita sudah mulai pulih,
barulah dipindahkan ke tempat penderita semula dirawat. Disini perawatan luka,
dan pengukuran tanda-tanda vital dilakukan seperti biasa
3. Pemberian cairan
Karena selama 24 jam penderita puasa pasca operasi (PPO), maka pemberian
cairan perinfus harus cukup beserta elektrolit yang diperlukan, supaya jangan
terjadi hipertermi, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya
4. Diit
Oleh karena kemajuan dalam bidang anestesi, keluhan mual dan muntah pasca
bedah sekarang ini cenderung berkurang, bahkan jarang ditemukan, kecuali bila
perilstatik usus kurang baik (paralitis) dan perut menjadi kembung
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu
dimulailah pemberian makanan dan minuman peroral.
Pemberian makanan rutin akan berubah bila dijumpai komplikasi pada saluran
pencernaan, seperi adanya perut kembung, meteorismus, dan jalannya perilstatik
yang kurang sempurna. Hal tersebut dilihat kasus demi kasus
5. Perasaan nyeri
Sejak penderita sadar dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah
operasi. Untuk dapat mengurangi rasa sakit tersebut , dapat diberikan obat-obat
analgesic dan penenang.
6. Mobilisasi penderita
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membentu jalannya
penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis operasi
yang dilakukan serta komplikasi yang mungkin dijumpai. Hal ini secara
psikologis dapat pyula memberikan kepercayaan kepada penderita, bahwa dia
mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan kepada
penderita dan atau keluarganya yang menungguinya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya emboli dan trombosis. Sebaliknya,
terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka
operasi. Jadi mobilisasi secara bertahap, diikuti dengan istirahat adalah hal yang
paling dianjurkan
7. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulakn rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, involusi uterus terhalang, dan terjadi perdarahan. Karena itu dianjurkan
pemasangan kateter tetap : dauer kateter atau balon kateter yang terpasang selama
24 jam-48 jam atau lebih lama. Dengan cara ini, urine dapat diukur dalam botol
plastik dan secara periodik.
Bila kateter menetap tidak dipasang, dianjurkan untuk melakukan kateterisasi
rutin kira-kira 12 jam pasca bedah, kecuali penderita dapat kencing sendiri 100 cc
atau lebih dalam suatu jangka waktu. Begitu pula, kateterisasi diulang setiap 8
jam, kecuali penderita dapat kencing sendiri
8. Pemberian obat-obatan
9. Perawatan rutin lainnya
Pemeriksaan rutin atau check-up penderita pasca bedah telah dibuat rencananya
oleh dokter bedah dan ahli anestesi selesai operasi, diteruskan kpeda dokter atau
paramedic jaga, baik dikamar rawat khusus maupun setelah tiba diruangan atau
kamar tempat penderita dirawat. Jangan lupa untuk selalu mengobservasi tanda-
tanda vital
10. Konsultasi kepada disiplin lain
Pada keadaan dan pada kasus tertentu, selain kerjasama dengan unti anestesi dan
dokter, kadangkala diperlukan juga konsultasi dengan disiplin ilmu lainnya

II. ASKEP PRE DAN POST OPERASI SEKSIO SESARIA


A. Pre Operasi Sesaria
1. Pengkajian dasar data awal
a. Sirkulasi :
- Hipertensi
- Perdarahan vagina mungkin ada
b. Integritas ego : Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan/atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
c. Makanan / Cairan : Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-
tanda HKK).
d. Nyeri / Ketidaknyamanan : - Distosia
- Persalinan lama/disfungsional, kegagalan induksi.
- Nyeri tekan uterus mungkin ada
e. Keamanan : - Penyakit hubungan seksual aktif (Mis : herpes).
- Inkompabilitas Rh yang berat.
- Adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau jantung, atau
infeksi asenden, trauma abdomen prenatal.
- Prolaps tali pusat, distres janin
- Ancaman kelahiran janin prematur
- Presentasi bokong dengan rersi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
- Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih.
f. Seksualitas : - Disproporsi sefalopelvis (CPD)
- Kehamilan multipel atau gestasi ( uterus sangat distensi)
- Melahirkan sesari sebelumnya, bedah uterus atau sevik sebelumnya.
- Tumor atau neoplasma yang menghambat pelvis/jalan lahir.
g. Penyuluhan / Pembelajaran : Kelahiran sesaria dapat atau mungkin tidak
direncanakan, mempengaruhi kesiapan dan pemahaman klien terhadap prosedur.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO), dan pencocokan silang, tes
coombs.
b. Urinalisis : Menentukan kadar albumin/glukosa.
c. Kultur : Mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II
d. Delvimetri : Menentukan CPD
e. Amniosintesis : Mengkaji maturasi paru janin
f. Ultrasonografi : Melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan,
dan presentasi janin
g. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : Mengkaji respon janin terhadap
gerakan/stres dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
h. Pemantauan elektronik kontinu : Memastikan status janin/aktivitas uterus.

3. Prioritas Keperawatan
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu/janin
b. Memberi informasi yang diperlukan pada pasangan/klien
c. Mendukung keinginan klien atau pasangan untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pengalaman kelahiran.
d. Menyiapkan klien untuk prosedur pembedahan.
e. Mencegah komplikasi

4. Diagnosa yang bisa diambil


Diagnosa keperawatan yang bisa diangkat pada klien preoperasi Seksio Sesaria
adalah :
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interprestasi tentang
pembedahan Seksio sesaria
b. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
c. HDR situasional berhubungan dengan kegagalan pada kejadian hidup
d. Ketidakberdayaan berhubungan dengan keputusasaan gaya hidup
e. Perubahan Sensori Persepsi : Kelebihan beban berhubungan dengan strees
psikologis
f. Risti kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan perubahan aliran
darah ke plasenta
g. Risti penurunan CO berhubungan perubahan tekanan vaskuler sistemik
h. Risti nyeri akut berhubungan dengan peningkatan/kontraksi otot yang lebih
lama.
i. Risti infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen, proses invasive
5. Penatalaksanaan
Diagnosa : kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi
tentang pembedahan seksio sesaria
Tujuan
Klien akan :
* Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria
* Mengenali ini sebagai metode alternative kelahiran bayi
Tindakan dan Rasional.
• Kaji kebutuhan belajar
R/ Metode kelahiran alternative ini didiskusikan pada kelas persiapan melahirkan
anak, tetapi banyak klien gagal untuk menyerap informasi karena ini tidak
mempunyai makana pribadi pada waktunya. Klien ynag mengalami lagi kelahiran
sesaria tidak dapat mengingat dengan jelas atau memahami detil-detil melahirkan
sebelumnya.
• Catat tingkat stress, dan apakah prosedur direncanakan atau tidak.
R/ Mengidentifikasi kesiapan klien atau pasangan untuk menerima informasi.
• Berikan informasi akurat dengan istilah-istilahh sederhana. Anjurkan pasangan
untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan perasaan mereka dan
pemahaman mereka.
R/ Memberikan informasi dan mengklarifikasi kesalahan konsep. Memberikan
kesempatan untuk mengevaluasi pemahaman klien / pasangan terhadap situasi.
• Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternative kelahiran
R/ Perkiraan satu dari lima atau enam kelahiran melalui operasi sesaria ;
seharusnya dilihat sebagai alternative bukan cara yang abnormal, untuk
meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan maternal/janin.
• Gambarkan prosedur praoperatif dengan jelas dan berikan rasional yang tepat.
R/ Informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan memahami alasan
intervensi/tindakan.
• Diskusikan sensasi yang diantisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan.
R/ Mengetahui apa yang dirasakan dan apa yang normal membantu mencegah
masalah yang tidak perlu.
Diagnosa : Cemas b/d koping yang tidak efektif.
Tujuan :
Klien akan ;
• Mengungkapkan rasa takut pada keselamat klien dan janin
• Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria
• Tampak benar-benar rileks
• Menggunakan sumber atau sistem pendukung secara efektif
Tindakan dan Rasional
• Kaji respons psikologis pada kejadian dan ketersediaan system pendukung.
R/ Makin klien merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
• Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan.
R/ Pada kelahiran sesaria yang tidak direncanakan, klien/pasangan biasanya tidak
mempunyai waktu untuk persiapan secara psikologis maupun fisiologis. Bahkan
bila direncanakan, kelahiran sesaria dapat membuat ketakutan klien/pasangan
karena ancaman fisik aktual atau dirasakan pada ibu dan bayi yang berhubungan
dengan prosedur dan pembedahan itu sendiri.
• Tetap bersama klien dan tetap tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati.
R/ Membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal, dan
mendemonstrasikan perhatian terhadap klien/pasangan.
• Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin.
R/ Memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan membantu
membawa ancaman yang dirasakan / aktual ke dalam perspektif.
• Dukung/arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
R/ Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatik, meningkatkan
kepercayaan diri dan penerimaan, dan menurunkan ansietas
• Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu, bila tepat.
R/ Klien dapat mengalami penyimpangan memori dari melahirkan masa lalu atau
persepsi tidak realistis dari abnormalitas kelahiran sesaria yang akan
meningkatkan ansietas.
• Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan, seperti jumlah orang yang
ada, sesuai indikasi keinginan klien.
R/ Memungkinkan kesempatan bagi klien/pasangan untuk menginternalisasi
informasi. Menyusun sumber-sumber, dan mengatasi dengan efektif
Diagnosa : HDR situasional b/d kegagalan pada kejadian hidup.
Tujuan
Klien akan :
• mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan negative
• mengungkapkan percaya diri pada dirinya dan kemampuannya
Tindakan dan Rasional
• Tentukan perasaan yang biasanya dari klien tentang diri sendiri dan kehamilan.
R/ Mendiagnosa perubahan konsep diri didasarkan pada pengetahuan persepsi diri
masa lalu dan pengalaman. Kelahiran sesaria, apakah direncanakan atau tidak,
mempunyai potensi untuk mengubah perasaan klien terhadap dirinya serdiri.
Klien melihat bahwa rencana kelahiran telah diubah, dan intervensi pembedahan
diperlukan untuk melahirkan bayi, sementara kebanyakan wanita mampu
melahirkan tanpa adanya intervensi ini.
• Anjurkan pengungkapan perasaan.
R/ mengidentifikasi area untuk diatasi. Reaksi klien bervariasi dan dapat
menyulitkan diagnosa pada periode praoperasi. Perasaan citra diri negatif
berhubungan dengan kekecewaan akibat pengalaman melahirkan dapat
mengganggu aktivitas pascapartum yang berhubungan dengan keberhasilan
menyusui dan perawatan bayi.
• Anjurkan untuk bertanya dan memberikan informasi/penguatan pembelajaran
sebelumnya.
R/ Meningkatkan pemahaman dan memperjelas kesalahan konsep.
• Rujuk pada kelahiran sesaria sebagai metode alternatif kelahiran anak.
R/ Istilah-istilah seperto “ seksio C” dan “melahirkan normal” menunjukkan
bahwa kelahiran sesaria berbeda dan tidak alamiah, sehingga klien tidak normal
karenanya.
• Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan intervensi. Informasi tertulis
dapat diberikan pada waktu selanjutnya.
R/ Bila msalah harga diri timbul pada klien, ini dapat menjadi berat pada periode
pascapartum. Selama periode praoperasi, klien difokuskan pada saat ini dan disini
serta tidak siap untuk membaca atau menerima informasi tambahan.
• Identifikasi pasangan / sumber lain sebagai rujukan setelah melahirkan
R/ Pada waktu penting ini, sifat situasi biasanya tidak memungkinkan untuk
bicara dengan orang lain yang telah mengalami pengalaman yang sama. Namun,
aktivitas ini mungkin menguntungkan pada masa depan untuk membantu resolusi
perasaan/persepsi.

Kolaborasi
• Anjurkan keberadaan pasangan pada saat melahirkan sesuai kebutuhan.
R/ Memberikan dukungan bagi ibu, meningkatkan ikatan orangtua, dan
memberikan asupan tambahan pada pengingatan klien akan pengalaman
kelahiran, karena lebih umum pada masa krisis memori hilang.
• Anjurkan klien/pasangan berpartisipasi dalam aktivitas ikatan di ruang
melahirkan ( mis; menyusui dan menggendong bayi).
R/ Memberikan penguatan pengalaman kelahiran dan menghilangkan suasana
pembedahan terhadap kelahiran.
Diagnosa : Ketidakberdayaan b/d keputusasaan gaya hidup
Tujuan :
Klien akan
* Mengungkapkan rasa takut dan perasaan kerentanan
* Mengekspresikan kebutuhan/keinginan individu
* Berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan kapanpun mungkin
Tindakan dan Rasional
• Kaji factor-faktor yang menimbulkan rasa keputusasaan.
R/ Kelahiran sesaria tidak direncanakan (dan kadang-kadang direncanakan) dapat
dikarakteristikan oleh rasa kehilangan control klien/pasangan terhadap
pengalaman kelahiran. klien menjadi subjek untuk prosedur dan peralatan yang
digunakan pada penyakit. Untuk klien-klien tersebut yang baru pertama kali
mengalami perawatan di rumah sakit, yang melibatkan rasa takut karena
ketidaktahuan, ketidakberdayaan merupakan faktor stress utama.
• Berikan pilihan-pilihan dalam perawatan bila mungkin (mis; pilihan anastesi,
pemasangan I.V dan penggunaan cermin)
R/ Memungkinkan klien/pasangan untuk memiliki beberapa rasa asupan/kontrol
terhadap situasi.
• Identifikasi harapan dan keinginan klien/pasangan berkenaan dengan
pengalaman melahirkan.
R/ Memberikan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
pengalaman positif
• Berikan ruang pribadi dan waktu menyendiri untuk pasangan sebelum
pembedahan.
R/ Menciptakan rasa kontrol dan memungkinkan pasangan mempunyai waktu
untuk membicarakan situasi mereka. Meninggalkan klien sendiri dapat
mengakibatkan perasaan ditolak dan peningkatan tingkat ansietas.
• Berikan informasi dan diskusikan persepsi klien/pasangan.
R/ Menurunkan stress yang disebabkan oleh kesalahan konsep/rasa takut yang
tidak ditemukan serta takut karena ketidaktahuan.
Diagnosa : Perubahan Sensori Persepsi ; kelebihan beban b/d stress psikologis
Tujuan :
Klien akan :
• Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan peningkatan tingkat aktivitas
• Tampak rileks
• Mempertahankan fokus, tidak memperhatikan distraksi tambahan
Tindakan dan Rasional
• Kaji lingkungan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kelebihan beban
sensori.
R/ Mengidentifikasi factor-faktor, yang dapat atau tidak dapat dikontrol.
Melahirkan secara sesaria perlu banyak aktivitas medis dan keperawatan untuk
memastikan kesehatan ibu dan bayi. Klien cenderung untuk berfokus pada
prosedur yang sedang dilakukan dan perbincangan saat di ruangan. Pengalaman
kelahiran dapat terganggu oleh metode teknik invasive, memindahkan fokus dari
kelahiran bayi ke prosedur pembedahan.
• Berikan informasi tentang rutinitas pembedahan, termasuk bunyi-bunyian,
lampu, pakaian, dan instrument.
R/ Pengetahuan tentang prosedur, intrumen dan alarm dapat membantu
menurunkan ansietas.
• Kurangi tigkat kebisingan, batasi percakapan, dan gunakan peralatan/alarm
secara bijak.
R/ Klien mungkin sangat peka terhadap bunyi, percakapan, kebisingan, dan alarm
dapat menyebabkan ansietas yang tidak perlu terjadi.
• Libatkan klien/pasangan dalam percakapan diruang operasi atau diam, dengan
menggunakan komunikasi yang memberi perhatian.
R/ Mengabaikan klien dapat meningkatkan rasa takut, yang menghalangi
mengalami kelahiran positif.
• Pertahankan kontak mata, khususnya bila menggunakan masker.
R/ menunjukkan perhatian dan melibatkan klien/pasangan dalam
aktivitas/percakapan.
Kolaborasi
• Keluarkan petugas yang tidak dibutuhkan dari lingkungan.
R/ Menghindari gangguan dalam ruang pribadi, yang dapat meningkatkan
ansietas. Individu yang tidak terlibat dalam perawatan klien dapat menghalangi
keintiman pengalaman kelahiran.
Diagnosa : Resti kerusakan pertukaran gas pada janin b/d perubahan aliran darah
ke plasenta.
Tujuan
Janin akan :
• Menunjukkan DJJ dalam batas normal
• Memanifestasikan variabilitas normal pada strip pemantau
• Bebas dari deselerasi variable lambat atau lama
Tindakan dan Rasional
• Perhatikan adanya pada ibu faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhi
sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin.
R/ Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan
ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
• Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut atau
deselerasi selama dan setelah kontraksi.
R/ Distres janin dapat terjadi, karena hipoksia ; mungkin dimanifestasikan dengan
penurunan variabilitas, deselerasi lambat, dan takikardia yang diikuti dengan
bradikardia.
• Perhatikan adanya variable deselerasi; perubahan posisi klien dari sisi ke sisi.
R/ Kompresi tali pusat diantara jalan lahir dan bagian presentasi dapat dihilangkan
dengan perubahan posisi.
• Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
R/ Distres janin pada presentasi verteks dimanifestasikan dengan kandungan
mekonium, yang merupakan akibat dari respons vagal pada hipoksia.
• Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban.
R/ Prolaps terlihat atau samara dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi serviks
penuh dapat memerlukan kelahiran sesaria.
• Pantau respons jantung janin untuk obat praoperasi atau anestesi regional.
R/ Narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ dan memerlukan pemberian
nalokson (Narcan) setelah melahirkan untuk memperbaiki depresi pernapasan
narkotik. Hipotensi maternal pada respons terhadap anastesia secara umum
menyebabkan bradikardia janin sementara, menurunkan variabilitas, dan tidur.
Kolaborasi
• Berikan lead internal, dan pemantauan janin elektronik sesuai indikasi.
R/ Memberikan pengukuran lebih akurat dari respons dan kondisi janin.
• Bantu dokter dengan peninggian verteks, bila diperlukan.
R/ Perubahan posisi dapat menghilangkan tekanan pada tali pusat.
Diagnosa : Resti penurunan CO b/d perubahan tekanan vaskuler sistemik
Tujuan
Klien akan tetap normotensi dengan kehilangan darah kurang dari 800ml
Tindakan dan Rasional
• Catat lama persalinan, bila dapat dilakukan. Kaji terhadap dehidrasi atau
kelebihan kehilangan cairan intrapartal.
R/ Penurunan masukan dan/atau peningkatan kehilangan cairan mengarah pada
penurunan volume sirkulasi dan curah jantung.
• Hapus cat kuku pada jari/ibu jari.
R/ Memungkinkan visualisasi yag jelas dari dasar kuku untuk pengkajian status
sirkulasi.
• Pantau pernapasan, tekanan darah dan nadi sebelum, selama, dan setelah
pemberian anastesia.
R/ Hipotensi adalah efek samping yang diantisipasi dari anestesi regional (mis;
blok sadel atau anestesi spinal) karena anestesia ini merelakskan otot polos dalam
dinding vaskuler, mempengaruhi volume sirkulasi dan menurunkan perfusi
plasenta.
• Tempatkan handuk atau penyokong di bawah panggul kanan klien.
R/ Menggeser uterus dari vena kava inferior dan meningkatkan aliran balik vena.
Kompresi yang disebabkan oleh obstruksi vena kava inferior dan aorta oleh uterus
gravid dalam posisi telentang dapat menyebabkan penurunan curah jantung
sebanyak 50 %.
• Perhatikan perubahan perilaku atau status mental, atau sianosis membrane
mukosa.
R/ Defisit oksigen dimanifestasikan pertama kali dengan perubahan status mental,
selanjutnya sianosis.
Kolaborasi
• Berikan suplemen oksigen melalui kanula nasal, sesuai indikasi
R/ Meningkatkan ketersediaan oksigen atau ambilan ibid an janin.
• Lakukan penginfusan I.V larutan elektrolit. Berikan bolus, sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan volume sirkulasi; sebagai rute untuk pemberioan obat darurat
pada saat kejadian komplikasi.
• Perhatikan perubahan tanda vital; Bantu ahli anastesi sesuai kebutuhan.
Perkirakan dan catat kehiangan darah.
R/ Kehilangan darah berlebihan dan hemoragi selama persalinan dan periode
intraoperatif dapat menurunkan curah jantung dan meningkatkan vasokonstriksi
dengan pirau darah pada organ utama. Penurunan curah jantung dan syok
dimanifestasikan oleh penurunan TD, peningkatan atau nadi lemah, dan kulit
dingin/lembab.
• Bantu dengan penggantian cairan isotonic dengan menggunakan darah lengkap,
ekspader plasma, kriopresipitat, tronbosit, atau packed cell.
R/ Menggantikan kehilangan cairan, meningkatkan volume darah sirkulasi, dan
meningkatkan kapasitas pembawa oksigen.
• Siapkan dan berikan infus oksigen
R/ Membantu kontraksi miometrium dan menurunkan kehilangan arah dari
pemajanan pembuluh darah endometrial saat melahirkan bayi dan plasenta
Diagnosa : Resti nyeri akut b/d peningkatan / kontraksi otot yang lebih lama.
Tujuan
Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Tindakan dan Rasional
• Kaji lokasi, sifat dan durasi nyeri, khususnya saat berhubungan dengan indikasi
kelahiran sesaris.
R/ Menandakan ketepatan pilihan tindakan. Klien yang menunggu kelahiran
sesaria iminen dapat mengalami berbagai derajat ketidaknyamanan, tergantung
pada indikasi terhadap prosedur.
• Hilangkan factor-faktor yang menghasilkan ansietas (mis; kehilangan control),
berikan informasi akurat, dan anjurkan keberadaan pasangan.
R/ Tingkat toleransi ansietas adalah individual dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Ansietas berlebihan pada respon terhadap situasi darurat dapat
meningkatkan ketidaknyamanan karena rasa takut, tegang, dan nyeri yang saling
berhubungan dan merubah kemampuan klien untuk mengatasi.
• Instruksikan teknik relaksasi; posisikan senyaman mungkin. Gunakan sentuhan
terapeutik.
R/ Dapat membantu dalam reduksi ansietas dan ketegangan dan meningkatkan
kenyamanan.
Kolaborasi
• Berikan sedative, narkotik, atau obat praoperatif.
R/ Meningkatkan kenyamanan dengan memblok impuls nyeri. Mempunyai
potensial kerja agen anestetik.
Diagnosa : Resti infeksi b/d pemajanan terhadap pathogen tentang pembedahan
seksio sesaris.
Tujuan
Klien akan ;
• Bebas dari infeksi
• Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Tindakan dan Rasional
• Tinjau ulang kondisi/factor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah
ketuban.
R/ Kondisi dasar ibu, seperti diabetes mellitus atau hemoragi, menimbulkan
potensial risiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Risiko
korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, membuat ibu dan janin
pada berisiko.Adanya proses infeksi dapat meningkatkan risiko kontaminasi janin.
• Kaji terhadap tanda/gejala infeksi (mis; peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah
putih, atau bau/warna rabas vagina)
R/ Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan
korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan
penyakit.
• Berikan perawatan perineal sedikitnya 4 jam bila ketuban telah pecah.
R/ Menurunkan risiko infeksi asenden.
Kolaborasi
• Lakukan persiapan kulit praoperatif; scrub sesuai protocol.
R/ Menurunkan risiko kontaminasi kulit memasuki insisi, menurunkan risiko
infeksi pascaoperasi.
• Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
R/ Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.
• Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) ; catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan.
R/ Risiko infeksi pasca- melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila
kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
• Berikan antibiotic spectrum luas parenteral pada praoperasi.
R/ Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses
infeksi, atau sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi khususnya jika
klien mengalami pecah ketuban yang lama.

B. Post Operasi Sesaria


1. Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk
kelahiran sesaria
a. sirkulasi : kehilangan darah selama prosedur operasi pembedahan kira-kira 600-
800 ml
b. integritas ego : dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan
sampai ketakutan, marah, atau menarik diri
klien atau pasangan dapat memiliki pernyataan atau salah terima peran dalam
pengalaman kelahiran
mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru
c. eliminasi ; kateter urinariusindwelling mungkin terpasang; urine jernih pucat
bising usus tidak ada, samar, atau jelas
d. makanan/cairan : abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
e. neurosensori : kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesie
epidural
f. nyeri/ketidaknyamanan
mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber; mis., trauma
bedah/insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/abdomen, efek-efek
anestesia
mulut mungkin kering
g. pernapasan
bunyi paru jelas dan vesikular
h. keamanan
balutan abdomen tampak sedikit noda atau kering dan utuh
jalur parenteral, bila digunakan, paten, dan sisi bebas eritema, bengkak, dan nyeri
tekan
i. seksualitas
fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus

2. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, Hb/Ht : Mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan
Urinalisis; kultur urine, darah, vagina, dan lokhia: pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual
3. Prioritas Keperawatan
a. meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
b. meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum
c. mencegah atau meminimalkan komplikasi pascaoperasi
d. meningkatkan respon emosional positif pada pengalaman kelahiran dan peran
orangtuamemberikan informasi mengenai kebutuhan pascapartum
4. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan penyimpangan KDM, maka diagnosa keperawatan pasca operasi
sesaria yang bisa diangkat yaitu :
a. perubahan proses keluarga berhubungan dengan peningkatan jumlah anggota
keluarga
b. nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
c. ansietas berhubungan dengan krisis situasi
d. HDR situasional berhubungan denganperasaan gagal pada kejadian hidup
e. Risti cedera berhubungan dengan trauma jaringan
f. Risti infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen
g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi
i. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek anestesi
j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi
5. Penatalaksanaan
a. Diagnosa : perubahan proses keluarga berhubungan denagn peningkatan jumlah
anggota keluarga perubahan
Tujuan : Klien akan
Menggendong bayi, bila kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
Mulai secara aktif mengikuti tugas perawat bayi baru lahir dengan tepat
Intervensi
Mandiri :
- Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh, dan memeriksa bayi,
tergantung pada kondisi klien dan bayi baru lahir. Bantu sesuai kebutuhan
R/ jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan
keluarga untuk terjadi, karena ibu dan bayi secara emosional menerima isyarat
satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan. Bantuan pada
interaksi pertama atau sampai jalur intravena dilepas, mencegah klien dari merasa
kecewa atau tidak adekuat. Catatan :meskipun klien telah memilih untuk
melepaskan anaknya,berinteraksi dengan bayi baru lahir dapat memfasilitasi
proses berduka
- Berikan kesempatan untuk ayah/pasangan untuk menyentuh dan menggendong
bayi dan bantu perawatan bayi sesuai kemungikanan situasi
R/ membantu memudahkan ikatan/kedekatan diantara ayah dan bay. Memberikan
kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir dimana
prosedur dan kebutuhan fisiknya mungkinmembatasi kemampuan interaksinya
- Obsevasi dan catat interaksi keluarga-bayi, perhatikan perilaku yang diharapkan
mendatangkan ikatan dan kedekatan dalam budaya tertentu
R/ kontak mata- dengan mata, penggunaan posisi, wajah, berbicara pada suara
nada tinggi, dan mengendong bayi dengan dekat, dihubungkan dengan kedekatan
budaya amerika. Pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola
progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari pada awalnya untuk
menggali ekstremitas bayi dan berlanjut pada penggunaan telapak tangan sebelum
mendekap bayi dengan seluruh tangan dan lengan
b. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan denagn trauma pembedahan
Tujuan : klien akan
Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri dengan tepat
Mengungkapkan berkurangnya nyeri
Tampak rileks, mamputidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
Mandiri :
- Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan.Perhatikan isyarat verbal
seperti meringis, kaku, dan gerakan melindungi atau terbatas
R/ klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri secara langsung.
Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri
pascaoperasi dan terjadinya komplikasi (mis. Ileus, retensi kandung kemih atau
infeksi, dehisens luka)
- Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab nyeri dan
intervensi yang tepat
R/ Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan
memberikan rasa kontrol
- Evaluasi tekanan darh dan nadi; perhatikan perubahan perilaku (bedakan antara
kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dank arena nyeri)
R/ Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta TD meningkat.
Analgesia dapat menurunkan TD
- Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan
punggung. Anjurkan penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi
(rangsangan jaringan kutan) seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak.
Anjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat
R/ Merilekskan otot dan mengalihkan perhatiandari sensasi nyeri. Meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa
sejahtera
- Lakukan latihan napas dalam, spirometri insentif, dan batuk menggunakan
prosedur-prosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit setelah pemberian
analgesic
R/ Napas dalam meningktkan upaya pernapasan. Pembebatan menurunkan
regangan dan ketegangan area insisi dan mengurangi nyeri berkenaan dengan
gerakan otot abdomen. Batuk diindikasikan bila sekresi atau ronki terdengar
Kolaborasi
- Berikan analgesic tiap 3-4 jam, berlanjut dari rute I>V/intra muscular sampai ke
rute oral. Berikan obat pada klien yang menyusui 48-60 mnt sebelum menyusui
R/ meningkatkan kenyamanan, yang memperbaiki status psikologik dan
meningkatkan mobilitas. Penggunaan obat yang bijaksana memungkinkan ibu
yang menyusui menikmati dalam meberukan makan, tanpa efek sampnig pada
bayi
- Tinjau ulang / pantau penggunaan anestesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai
indikasi
R/ Analgesia yang dikontrol pasien memberikan penghilangan nyeri cepat tanpa
efek samping/oversedasi. Meningkatykan rasa kontrol, kesejahteraan umum dan
kemandirian
- Berikan tube rectal sesuai indikasi
R/ Menghilangkan pembentukan gas
c. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengankrisis situasi
Mandiri
- Dorong keberadaan atau partisipasi dari pasangan
R/ Memberikan dukungan emosional; dapat membantu pengungkaoan masalah
- Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari masalah. Mendorong
klien/pasangan untuk mengungkapkan kebutuhan dan harapan yang tidak
terpenuhi. Memberuikan informasi sehubungan dengan normalnya perasaan
tersebut
R/ Kelahiran sesaria mungkin dipandang sebagai suatu kegagalan dalam hidup
oleh klien/pasangan dan hal tersebut dapat memilikidampak negative dalam
proses ikatan/menjadi orang tua
- berikan informasi yang akurat tentang keadaanklien / bayi
R/ Khayalan yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalahpahaman
dapat meningkatkan ansietas klien
d. Diagnosa : HDR berhubungan denag perasaan gagal pada kejadian hidup
Mandiri
- Tentukan respon klien atau pasangan terhadap kelahiran sesaria
R/ Kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negative terhadap
kelahiran sesaria. Kelahiran sesaria yang tidak direncanakan dapat berefek
negative terhadap harga diri klien, membuat klien merasa tidak adekuat dan telah
gagal sebagai wanita. Ayah, atau pasangan khususnya bila tidak dapat hadir pada
kelahiran sesaria dapat merasa bahwa ia menolak pasangannya dan tidak
memenuhi peran yang diantisipasinya sebagai pendukung emosional selama
proses kelahiran. Meskipun bayi yang didapatkan sehat, orangtua sering berduka
dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang
diharapkan
- Tinjau ulang partisipasi klien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran.
Identifikasi perilaku positif selama proses opranatal dan antenatal
R/ Respon berduka dapat berkurang apabila ibu dan ayah mampu saling berbagi
akan pengalaman kelahiran. Memfokuskan kembali perhatian klien/pasangan
untuk membantu mereka memandang kehamilan dalam totalitasnya dan melihat
bahwa tindakan mereka telah bermakna terhadap hasil yang optimal. Dapat
membantu menghindari rasa bersalah/mempersalahkan.

e. Diagnosa : Risti cedera berhubungan dengan trauma jaringan


Tujuan :
Klien akan :
• Mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor risiko dan/atau
perlindungan diri
• Bebas dari komplikasi
Tindakan dan Rasional
• Tinjau ulang catatan prenatal dan intrapartal terhadap faktor-faktor yang
mempredisposisikan klien pada komplikasi. Catat kadar Hb dan kehilangan darah
operasif
R/ Adanya faktor-faktor risiko seperti kelelahan miometrial, distensi uterus
berlebihan, stimulasi oksitosin lama, atau tromboflebitis prenatal memungkinkan
klien lebih rentan terhadap komplikasi pascaoperasi
• Inspeksi balutan terhadap perdarahan berlebihan. Catat tanggal drainase pada
balutan (bila tidak diganti). Beritahu dokter bila rembesan berlanjut.
R/ Luka bedah dengan drain dapat membasahi balutan; namun rembesan biasanya
tidak terlihat dan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
• Perhatikan karakter dan jumlah aliran lokhia dan konsistensi fundus
R/ Aliran lokhia seharusnya tidak banyak atau mengandung bekuan; fundus harus
tetap berkontraksi dengan kuat pada umbilikus. Tonjolan uterus mengakibatkan
peningkatan aliran dan kehilangan darah
• Pantau masukkan cairan dan haluaran urine. Perhatikan penampilan, warna,
konsentrasi dan berat jenis urine
R/ Fungsi ginjal adalah indeks kunci dari volume darah sirkulasi. Bila haluaran
menurun, berat jenis meningkat, dan sebaliknya. Urine yang mengandung darah
atau bekuan menunjukkan kemungkinan trauma kandung kemih berkenaan
dengan intervensi pembedahan
f. Diagnosa : Risti infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen
Tujuan :
Klien akan :
• Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan risiko-risiko dan/atau
meningkatkan penyembuhan
• Menunjukkan luka bebas dari drainase purulen, dengan tanda awal
penyembuhan (mis. Penyatuan tepi-tepi luka), uterus lunak.tidak nyeri tekan,
dengan aliran dan karakter lokhia normal
• Bebas dari infeksi, tidak demam, tidak ada bunyi napas adventisius dan urine
jernih, kuning, pucat
Tindakan dan Rasional
• Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan
pengalas kotoran, pembalut perineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat.
Diskusikan dengan klien pentingnya kelanjutan tindakan-tindakan ini setelah
pulang
R/ Membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi
• Tinjau ulang Hb/Ht prenatal;perhatikan adanya kondisi yang
mempredisposisikan klien pada infeksi pascaoperasi
R/ Anemia, diabetes dan persalinan yang lama (khususnya pada pecah ketuban)
sebelum kelahiran sesaria meningkatkan kejadian infeksidan perlambatan
penyembuhan
• Kaji status nutrisi klien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit, dan
sebagainya. Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan
prenatal
R/ Klien yang berat badannya 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia
atau malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan memerlukan diet
khusus

g. Diagnosa : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot


Tujuan :
Klien akan :
• Mendemonstrasikan kembalinya motilitas usus dibuktikan dengan bising usus
aktif dan keluarnya flatus
• Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya/optimal dalam 4 hari pascapartum
Tindakan dan Rasional
• Auskultasi terhadapadanya bising usus pada ke4 kuadran setiap 4 jam setelah
kelahiran sesaria
R/ Menentukan kesiapan terhadap pemberian makan peroral dan kemungkinan
terjadinya komplikasi, mis; ileus. Biasanya bising usus tidak terdengar pada hari
pertama setelah prosedur pembedahan, terdengar samara pada hari ke2 dan aktif
pada hari ke3
• Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan
R/ Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik
• Anjurkan cairan oral yang adekuat (missal 6-8 gelas/hari) bila masukkan oral
sudah mulai kembali. Anjurkan peningkatan diet, buah-buahan, dan sayuran
dengan bijinya
R/ Makanan kasar (mis. Buah dan sayuran, khususnya dengan kulit, danbijinya)
dapat meningkatkan cairan yang menghasilkan bulk, merangsang eliminasi, dan
mencegah konstipasi. (Catatan : Makanan atau cairan diberikan sebelum
kembalinya perilstatik dapat berperan pada ileus paralitik)
h. Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi
Tujuan :
Klien akan :
• Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis, kebutuhan-
kebutuhan individu, hasil yang diharapka
• Melakukan aktivitas-aktivitas atau prosedur yang perlu dengan benar dan
penjelasan alasan untuk tindakan
Tindakan dan Rasional
• Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Bantu klien atau pasangan dalam
mengidentifikasi kebutuhan0kebutuhan
R/ Periode pascapartum dapat menjadi pengalaman positif bila kesempatan
penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu,
maturasi dan kompetensi. Namun klien membutuhkan waktu untuk bergerak dari
fase mengambil sampai fase menahan, yang penerimaan dan kesiapannya
ditingkatkan dan ia secara emosi dan fisik siap untuk mempelajari informasi baru
untuk memudahkan penguasaan peran barunya. Pada hari kedua tau ketiga pasca
partum, klien biasanya dapat menerima penyuluhan.
• Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan dengan menggunakan format yang
distandarisasi atau ceklis. Dokumentasikan informasi yang diberikan dan respon
klien
R/ Membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima orangtua dari
anggota staf dan menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh diseminasi
nasehat atau informasi yang menimbulkan konflik
• Kajin keadaan fisik klien. Rencanakan sesi kelompok atau individu setelah
pemberian obat0obatan atau bila klien merasa nyaman dan istirahat
R/ Ketidaknyaman berkenaan dengan insisi dan nyeri penyerta atau
ketidaknyamanan usus dan kandung kemih, biasanya berkurang beratnya pada
hari ketiga pascaoperasi, memungkinkan klien berkontraksi secara lebih penuh
dan lebih menerima penyuluhan
i. Diagnosa : Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek anestesi
Tujuan :
Klien akan :
• Mendapatkan pola berkemih yang biasa atau optimal setelah pengangkatan
kateter
• Mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih
Tindakan dan Rasional
• Perhatikan dan catat jumlah, warna, dan konsistensi drainase urine
R/ Oligouria (keluaran, 30 ml/jam) mungkin disebabkan oleh kelebihan
kehilangan cairan, ketidakadekuatan penggantian cairan, atau efek-efek
antidiuretik dari infuse oksitosin
• Tes urine terhadap albumin dan aseton. Bedakan antara proteinuria berkenaan
dengan HKK dan yang berkenaan dengan proses normal
R/ Proses katalitik berkenaan dengan involusi uterus dapat mengakibatkan
proteinuria normal (1+) selama dua hari pertama pascapartum. Aseton dapat
menendakan dehidrasi berkenaandengan persalinan yang lama dan/atau kelahiran
yang lama
• Berikan cairan peroral; mis 6-8 gelas perhari bila tepat
R/ Cairan meningkatkan hidrasi dan fungsi ginjal dan membantu mencegah stasis
kandung kemih
j. Diagnosa : Kurang perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan :
Klien akan :
• Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan –kebutuhan
perawatan diri
• Mengidentifikasi/menggunakan sumber-sumber yang tersedia
Tindakan dan Rasional
• Pastikan berat/durasi ketidaknyamanan. Perhatikan adanya sakit kepala pasca
spinal
R/ Nyeri berat mempengaruhi respon emosi dan perilaku, sehingga klien mungkin
tidak mampu berfokus pada aktivitas perawatan diri sampai kebutuhan fisiknya
terhadap kenyamanan terpenuhi. Sakit kepala berat dihubungkan dengan posisi
tegak memerlukan modifikasi aktivitas0aktivitas dan bantuan tambahan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu
• Kaji status psikologis klien
R/ Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai dengan nyeri mental yang
mempengaruhi keinginan klien dan motivasi untuk mendapatkan otonomi
• Tentukan tipe-tipe anestesia; perhatikan adanya pesanan atau protocol mengenai
pengubahan posisi
R/ Klien yang telah menjalani anestesi spinal dapat diarahkan untuk berbaring
datar dan tanpa bantal untuk 6-8 jam setelah pemberian anestesia

SMART NURSE --- Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Rustam Mochtar, 1998)
Seksio Sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
Jenis - jenis Operasi Seksio Sesarea
1. Abdomen (Seksio Sesarea Abdominalis)

a. Seksio Sesarea Transperitonealis


- Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri sepanjang 10
cm.
Kelebihan :
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada retroperitonealisasi yang baik
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan

- Seksio Sesarea Ismika atau profunda atau Low Cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum
- Perdarahan kurang
- Resiko terjadi ruptura uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :
- Luka dapat menyebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak
- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

b. Seksio Sesarea Ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian
tidak membuka kavum abdominal.

2. Vagina (Seksio Sesarea Vaginalis)


Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sbb :
a. Sayatan Memanjang (Longitudinal) menurut Kronig
b. Sayatan Melintang (Transversal) menurut Kerr
c. Sayatan Huruf T (T-Incision)

Indikasi Seksio Sesarea


1. Panggul sempit
2. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
3. Disproporsi Sefalopelvik
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus tak maju (obstructed labor)
6. Partus lama (prolonge labor)
7. Distosia serviks
8. Pre eklamsi dan hipertensi
9. Stenosis serviks uteri / vagina
10. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
11. Incoordinate Uterine Action

12. Mal Presentasi Janin :


a. Letak lintang
b. Letak bokong, bila panggul sempit, primigravida, janin besar
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara - cara lain tidak berhasil.
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e. Gemelli, bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila letak interlok (locking of the twins),
distosia oleh karena tumor, gawat janin.

Kontra Indikasi
1. Janin sudah meninggal di dalam uterus
2. Infeksi intra partum
3. Syok / Anemia berat yang belum teratasi
4. Kelainan kongenital berat : hidrosefalus, anensefalus,
5. Janin terlalu kecil untuk hidup di luar kandungan.

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul dari tindakan seksio sesarea adalah :
1. Infeksi puerperal (nifas)
- Ringan, seperti kenaikan suhu beberapa hari.
- Sedang, dengan kenaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
- Berat, dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang adekuat, dan tepat.

2. Perdarahan, disebabkan karena :


- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Atonia Uteri
- Perdarahan pada Placental bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang karena kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, hal ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa : Kultur Urine, Darah vagina dan Lochea
2. Jumlah Darah Lengkap : Hb, HT, SDP

Pathway
Penatalaksanaan post operasi seksio sesarea
1. Pasien dibaringkan miring didalam kamar dengan pemantauan tensi, nadi, nafas tiap 15 menit jam
kemudian 30 menit dalam satu jam berikutnya dan selanjutnya tiap jam

2. Pasien tidur dengan muka kesamping dan kepala agak tengadah agar jalan nafas bebas

3. Letakkan tangan diatas didepan badan agar mudah melakukan pemantauan tensi

4. Tungkai bagian atas dalam posisi fleksi

5. Beri analgetik
Suppositoria : ketoproven supp 2 x/ 24 jam
Oral : tramadol tiap 6 jam
Injeksi : pethidine 50 – 75 mg tiap 6 jam

6. Pasien boleh menggerakkan sedikit kaki dan tangan serta tubuhnya dapat duduk pada jam 8 – 12 dan
24 jam post operasi boleh jalan.

7. Setelah 6 jam post operasi, peristaltik positif maka klien dapat diberikan minum teruama pada klien
dengan anastesi epidural

8. Klien dapat makan lunak pada hari 1, infus dapat dicabut setelah 24 jam pasca bedah
9. Kateter dapat dicabut 24 jam pasca bedah

10. Kasa pada luka operasi harus dilihat pada hari 1 pasca bedah umumnya balut diganti pada hari 3 –
4dan sebelum pulang klien dapat mengantinya sendiri dengan diberi zalf betadine.

11. Jahitan dapat dibuka pada hari 5 paska pembedahan.

12. Pasien dapat dirawat gabung dengan bayi dan memberikan ASI pada posisi tidur / duduk

13. Pemeriksaan laborat yang diperlukan adalah Hb, Ht dan biasanya akan terjadi penurunan Hb s/d 2 %

14. Bila turun dibawah 8 % dipertimbangkan untuk tranfusi.

15. Perawatan cukup 3 – 4 hari, berikan instruksi mengenai perawatan luka dan keterangan tertulus
mengenai tehnik pembedahan.

16. Pasien diminta datang dengan segera bila terdapat : perdarahan, demam, nyeri perut berlebihan.

17. Pasien diminta kontrol 1 minggu setelah pulang.

Pengkajian
1. Sirkulasi : Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kurang lebih 600 – 800 cc

2. Integritas Ego : Labilitas Emosional, dari kegembiraan sampai dengan ketakutan, marah, menarik diri.

3. Eliminasi : Mungkin terpasang kateter, Bising usus tidak ada, samar atau jelas

4. Makanan dan Cairan : Pola Makan dan minum

5. Neurosensori : Gerakan, Efek anestesi

6. Nyeri / Ketidaknyamanan : Trauma bedah / Insisi. Distensi kandung kemih, efek anestesi.

7. Pernafasan : Bunyi paru, RR, pola nafas, irama, kedalaman.

8. Keamanan : Keadaan balutan

9. Seksualitas : Kontraksi fundus uteri, jumlah lochea, karakteristik

10. Keadaan Umum : Kesadaran.

11. Tanda-tanda Vital : TD, Nadi, Suhu, RR.

12.Payudara : Kolostrum, pembesaran, simetris, putting menonjol / datar

13. Kulit : Masker kehamilan / kloasma, striae gravidarum, linea nigra/alba, hiperpigmentasi.

14. Abdomen :
- Luka Operasi : Kemerahan, bengkak, perdarahan, nyeri, drainage
- Otot Abdomen / Diastasis Recti abdominalis

15.Lochea : Jumlah, karakteristik, warna, bau

16. Perineum : Kebersihan, edema

17. Anus : Hemoroid, Konstipasi

18. Vesika Urinaria : Distensi kandung kemih, jumlah urine / 24 jam

19. Tanda- tanda Infeksi : Color, Rubor, Dolor, Fungsiolaesa.

20. Respon Psiko-emosional pada kelahiran.


Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi SC
2. Resiko tinggi kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses pemulihan, perawatan diri dan
kebutuhan perawatan bayi.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
5. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan efek anastesi
6. Risiko perubahan eliminasi urine dan konstipasi berhubungan dengan trauma mekanik
7. Risiko kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungn dengan perubahan aliran darah ke plasenta
melalui tali pusat

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E, dkk, 2001, Rencana Perawatan Maternal dan Bani, EGC.
Jakarta

Mochtar, Rustam, 1995, Sinopsis Obstetri Jilid 2, EGC : Jakarta


Saifuddin, Abdul Bani, dkk, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Saifuddin, Abdul Bani, dkk, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal,JNPKKR – POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta

Smith, Trisha Duffet,1995, Persalinan Dengan Bedah Caesar, Penerbit Arcan :


Jakarta

Pritchard, dan Gant Mc Donald, 1991, Obstetri Williams, Airlangga University


Press : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai