Anda di halaman 1dari 41

Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah.
Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang serba tidak menentu
mengakibatkan organisasi milik pemerintah maupun swasta sulit menentukan arah
perkembangannya dimasa mendatang. Yang menjadi masalah bukan
perkembangannya, tetapi bagaimana organisasi tersebut bias tetap eksis atau tetap
hidup ditengah berbagai tantangan mulai dari desentralisasi sampai dengan
globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Pada Rapat Kerja Nasional ke III tahun
1970 telah ditetapkan dalam satu puskesmas terdapat enam usaha atau upaya
kesehatan. Perkembangan puskesmas selanjutnya lebih mengarah kepada
penambahan kegiatan pokok seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan keinginan program di tingkat pusat (azas sentralisasi), sehingga
kegiatan pokok berkembang menjadi 18 kegiatan pokok.
Lebih dari tiga dasawarsa Republik Indonesia mencoba berupaya
menyelesaikan persoalan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
dalam hal ini Departemen Kesehatan R.I telah mengembangkan berbagai inovasi
strategi peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih efektif, efisien dan terpadu.
Gagasan-gagasan baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan
kesehatan dicoba namun demikian faktanya adalah kualitas pelayanan kesehatan
di Negara Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara tetangga.
Berbicara mengenai data kesehatan agak membuat miris ketika ada temuan bahwa
negara kita menduduki peringkat atas dalam hal jumlah kematian bayi diantara
anggota SEAMIC (South East Asia Medical Center). Sebagian masyarakat masih

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


1
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

mempunyai kesulitan dalam memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang


optimal.
Namun bisa juga dikatakan bahwa dalam tiga dasawarsa terakhir
puskesmas telah mencapai seluruh pelosok dan memberi kontribusi dalam
penurunan angka kematian dan kesakitan, namun puskesmas masih menghadapi
permasalahan terkait dengan beban pokok kegiatan yang terlalu banyak dan sering
tidak sesuai dengan masalah kesehatan setempat. Puskesmas juga kurang atau
tidak berkemampuan dalam memenuhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu. Untuk memenuhi hal tersebut sangat diperlukan
manajemen puskesmas yang baik dalam arti mampu memanfaatkan sumber daya
yang ada baik berupa tenaga, modal, dan alamiah dengan seefektif dan seefisien
mungkin untuk menghasilkan output berupa pelayanan kesehatan yang optimal
dan memenuhi tuntutan masyarakat, Chuluq (2005).
Desentralisasi permasalahan kesehatan di tingkat nasional ke daerah
merupakan inovasi yang patut disambut dengan baik untuk menanggulangi
berbagai masalah kesehatan seperti disparitas pelayanan kesehatan yang masih
tinggi, rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, rendahnya kondisi
kesehatan lingkungan, birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya
kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat
2010, dibutuhkan strategi pengorganisasian komunitas yang terpadu, Chuluq
(2005).
Oleh sebab itu, diperlukan adanya pemahaman tentang manajemen
puskesmas oleh mahasiswa kedokteran sehingga nantinya dapat digunakan
sebagai pembelajaran tentang bagaimana mengelola puskesmas sehingga
menghasilkan output yang maksimal.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi puskesmas dalam pengelolaan, pengaturan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di tingkat wilayah (Kabupaten /
Kota).
2. Untuk mengetahui pelayanan atau program yang diberikan oleh puskesmas
dan siapa sasaran program serta tujuan program.
3. Untuk mengetahui apakah program tersebut dilakukan secara aktif (rutin
tanpa permintaan) atau sesuai dengan permintaan atau kondisi sasaran.

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


2
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

4. Untuk mengetahui proses penyusunan perencanaan program / pelayanan di


puskesmas (mekanismenya, siapa saja yang terlibat; apakah dilakukan
sesuai analisis terhadap kondisi masalah dan wilayah setempat).
5. Untuk mengetahui struktur organisasi dan mekanisme kerja antar program
di puskesmas.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi puskesmas dalam pengelolaan, pengaturan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di tingkat wilayah
(Kabupaten/Kota) ?
2. Pelayanan atau program apa saja yang diberikan oleh puskesmas dan siapa
sasaran program serta tujuan program ?
3. Apakah program tersebut dilakukan secara aktif (rutin tanpa permintaan)
atau sesuai dengan permintaan atau kondisi sasaran ?
4. Bagaimana proses penyusunan perencanaan program / pelayanan di
puskesmas (mekanismenya, siapa saja yang terlibat; apakah dilakukan
sesuai analisis terhadap kondisi masalah dan wilayah setempat)?
5. Bagaimana struktur organisasi dan mekanisme kerja antar program di
puskesmas?

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Puskesmas


Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalm bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas adalah Organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
3
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,


dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya
kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Puskesmas (definisi Puskesmas Lama oleh Depkes RI) adalah suatu
kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pengembangan kesehatan
masyarakat, pembina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas (definisi era Otoda/Desentralisasi) adalah unit pelayanan
kesehatan mandiri yang terdepan dari Dinas Kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan
hasil pengembangan IPTEK tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan dana masyarakat melalui jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat (JPKM).
Puskesmas Reformasi (definisi SKN 2004) adalah unit pelaksana
pembangunan kesehatan yang mandiri dan mempunyai wilayah kerja satu
kecamatan, sebagai satuan organisasi yang diberikan kewenangan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional
pembangunan kesehatan.
Puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggara Unit Kesehatan
Masyarakat strata pertama yang didukung secara lintas sector dan didirikan
sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan. Puskemas bertanggungjawab atas
maslah kesehatan di wilayah kerjanya, yang mendayagunakan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (SKN). Tujuan Pembangunan
Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal (UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan). Berarti pembangunan
mencakup/meliputi pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
menggerakkan pembangunan/perubahan yang berwawasan kesehatan.

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


4
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Puskesmas mandiri menyangkut kewenangan atas otonomi yang diberikan, yaitu :


a. Kewenangan dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya (kecamatan) sesuai kondisi, kultur-budaya dan
potensi masyarakat.
b. Kewenangan dalam Mencari-Menggali dan Mengelola Sumber Pembiayaan
yang berasal dari Pemerintah, Masyarakat, Swasta dan Sumber lain
(Sponsor/Investor)
c. Kewenangan dalam Pengangkatan Tenaga Honorer, pemindahan tenaga dan
Pendayagunaan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.
d. Kewenangan dalam melengkapi peralatan Medis dan Non Medis yang
pembiayaannya bersumber dari Swasta, LSM, dan Masyarakat.

2.2 Visi Dan Misi Puskesmas


Mewujudkan Kecamatan Sehat 2010 dengan mempertimbangkan visi
Pembangunan Pemerintah Daerah setempat. Kecamatan sehat 2010 merupakan
gambaran masyarakat kecamatan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku hidup sehat, yang memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya atau optimal.
Sedangkan misi puskesmas dalam mengembangkan sistem kesehatan
nasional adalah:
a. Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Mampu menggerakkan pembangunan yang diselenggarakan yang dalam
pelaksanaannya mengacu, berorientasi dan dilandasi oleh kesehatan sebagai
faktor pertimbangan utama. Pembangunan yang mewujudkan terciptanya
lingkungan dan perilaku sehat yang akan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau pembangunan yang
mendatangkan dampak positif terhadap kesehatan.
b. Memberdayakan Masyarakat dan Keluarga
Segala upaya untuk memfasilitasi yang bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat sehingga mampu
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi, merencanakan cara
menanggulangi dan melaksanakan penanggulangannya dengan pemanfaatan
potensi setempat, dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


5
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

maupun LSM dan masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan


demand/tuntutan/felt need masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
c. Memberikan Pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang bermutu
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan bersifat
holistik, komprehensif/menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok
(Basic Health Service), meliputi pelayan kesehatan masyarakat dan pelayanan
medik/kedokteran dasar. Pelayanan Kesehatan Masyarakat bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif) serta mencegah penyakit
(preventif) dengan sasaran kelompok dan masyarakat. Pelayanan medik dasar
bertujuan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang
sasarannya individu dan keluarga.

Dalam pencapaian Visi dan Misi Puskesmas digunakan strategi berikut :


a. Mengembangkan kemitraan dan pendekatan kewilayahan yang mantap di
tingkat kecamatan, agar pembangunan berwawasan kesehatan selalu
dikedepankan pada pembangunan di semua bidang. Kemitraan juga harus
dikembangkan dengan masyarakat agar proses pemberdayaan masyarakat dan
keluarga dapat efektif dan efisien, dengan melalui Badan Penyantun
Puskesmas (BPP), LSM, Dunia Usaha dan Institusi Masyarakat lainnya untuk
mewujudkan pembangunan kesehatan.
b. Mengembangkan kemandirian dalam menjalankan dan melaksanakan
pembangunan kesehatan dengan upaya-upaya yang harus dapat
dipertanggung-jawabkan (akuntabel).
c. Meningkatkan profesionalisme petugas untuk mewujudkan pelayanan yang
efektif, efisien dan berkualitas.

2.3 Kedudukan, Organisasi, Dan Tata Kerja


Kedudukan dalam Sistem Kesehatan Kabupaten atau Kota adalah sebagai
berikut:
a. Dalam bidang organisasi merupkan Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Dinas dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan secara
operasional dikoordinasikan oleh kepala wilayah kecamatan atau camat.
b. Dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dibina oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/Kota.

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


6
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

c. Dalam bidang pelayanan medik merupakan unit pelaksana pelayanan


medik/kedokteran dasar tingkat pertama yang secara tehnis dibawah
pembinaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
d. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Agar kemandirian dan kesinambungan kepemimpinan dan program Puskesmas
berjalan dengan baik dan bermutu, maka struktur organisasinya terdiri atas :
i. Kepala Puskesmas
ii. Wakil Kepala Puskesmas
iii. Urusan Tata Usaha Puskesmas, yang bertanggung jawab terhadap
Perencanaan (termasuk pencatatan, Pelaporan, Informasi Kesehatan);
Keuangan, Perlengkapan, Kepegawaian dan Umum
iv. Struktur dibawah kepala / Waka Puskesmas ada 3 alternatif pendekatan
yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan Jenis Pelayanan : Unit Pelayanan Kesehatan
Masyarakat & Unit Pelayanan Medik Dasar
b. Pendekatan berdasarkan Fungsi Puskesmas : Unit Pembangunan
Berwawasan Kesehatan, Unit Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga
dan Unit Pelayanan Kesehatan
c. Pendekatan berdasarkan : (1) Program Dasar : Promosi Kesehatan
Masyarakat, KIA, Kesehatan Lingkungan, P2M, Gizi, Pengobatan
organisasi Puskesmas dan (2) Program Pengembangan
v. Untuk menjalankan fungsinya dalam upaya peningkatan jangkauan
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas didukung oleh unit-
unit fungsional dibawahnya seperti Puskesmas Keliling, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Kelurahan, Bidan desa.
Hubungan tata kerja Puskesmas dalam sistem pemerintahan di
kabupaten/kota seperti gambar berikut :

BUPATI

DINAS KESEHATAN

KAB/KOTA RSUD
CAMAT

CABANG DINKES PUSKESMAS Balai Pengobatan


Puskesmas

UNIT
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
FUNGSIONAL
PUSTU / Bidan 7
Desa
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Garis Komando
Garis Koord. Fungsi
Garis Koord Pembangunan
Tata kerja Puskesmas diatur sebagai berikut :
 Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas melaksanakan koordinasi Vertikal
berupa Konsultasi ke Dinas Kesehatan dan RSUD
 Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas koordinasi Horizontal dengan para
pihak terkait (Stakeholders)
 Puskesmas melaksanakan pembinaan kepada Unit fungsional dibawahnya
seperti Pustu, Pusling, Bidan di desa.

2.4 Fungsi dan Program Puskesmas


2.4.1 Fungsi Puskesmas :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Diharapkan bertindak sebagai motor, motivator, dan pemantau
terselenggaranya proses pembangunan diwilayah kerjanya yang berdampak
positif terhadap kesehatan masyarakatnya. Terciptanya peningkatan
sumberdaya manusia sehat, cerdas, produktif serta mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan mengedepankan pada upaya-
upaya promotif-preventif selain kuratif-rehabilitatif.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Ikut memberdayakan masyarakat supaya tahu, mau dan mampu menjaga dan
mengatasi masalah kesehatan sendiri. Secara proaktif dapat menjangkau
keluarga yang sehat tetap sehat dan keluarga yang sakit menjadi sehat.
Sebagai wujud implementasi dari Puskesmas Peduli Keluarga sehingga
semakin meningkatnya derajat kesehatan keluarga-keluarga.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib
menyelanggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, adil dan merata,
dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar.

Upaya-upaya pelayanan yang diselenggarakan dilakukan secara holistik,


komprehensif dan berkesinambungan yang terdiri atas :
a. Pelayanan Medik Dasar berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui rawat jalan,
rujukan dan rawatan

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


8
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat berupa pelayanan promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan kelompok masyarakat sebagian
besar melalui upaya pelayanan diluar gedung di wilayah kerja.

2.4.2 Program Puskesmas


Merupakan wujud dari pelaksanaan ketiga fungsi Puskesmas, yang
dikelompokkan menjadi:
a. Program Dasar
Ditetapkan berdasrkan kebutuhan sebagaian besar masyarakat terhadap
kesehatan dan mempunyai daya ungkit yang tinggi dalam mengatasi
permaalahan kesehatan Nasional dan Internasional yang berkaitan dengan
Morbiditas, Kecacadan dan Mortalitas, yaitu:
i. Promosi Kesehatan .
ii. Kesehatan Lingkungan
iii. Kesehatan Ibu dan aank
iv. Gizi
v. Pemberantasan penyakit menular
vi. Pengobatan
b. Program pengembangan
Merupakan program yang spesifik sesuai dengan permasalahn kesehatan
masyarakat setempat dan atau sesuai tuntutan masyarakat sebagai program
inovatif.
Harus mempertimbangkan kemampuan sumberdaya yang tesedia dan
dukungan dari masyarakatm, termasuk Puskesmas yang menyediakan fasilitas
rawat nginap, tempat bersalin, pengobatan tradisonal atau kecuali 6 dari 18
pokok program Puskesmas yang telah dilaksanakan dll.

2.5 Sistem Rujukan


Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggun jawab secara
timbal balik atas masalah suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat yang
timbul , baik secara Vertikal maupun Horizontal kepada yang lebih kompeten,
terjangkau dan rasional.

2.5.1 Jenis Rujukan


Secara konseptual ada 2 macam :
a. Rujukan medik/Kedokteran, yang pada dasarnya menyangkut masalah
pelayanan medik perorangan, meliputi:
 Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, operasi dll

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


9
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

 Rujukan Bahan/Spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang


lebih lengkap
 Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untukmelakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetauan dan
tehnologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan
b. Rujukan Kesehatan, yang pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan
masyarakat luas, meliputi:
 Bantuan Laboratorium kesehatan, tehnologi, penyidikan sebab dan asal-
usul kejangkitan serta penanggulangannya pada:
 Kejadian Luar Biasa atau berjangkitnya penyakit menular
 Terjadinya Keracunan Masal
 Pemeriksaan spesimen air minum penduduk
 Bantuan obat, vaccin, pangan, sarana, prasarana dan tenaga ahli pada :
 Bencana Alam
 Gangguan Kamtibmas

2.5.2 Jenjang Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan yang ada maka pelayanan kesehatan
dibagi dalam tingkatan :
Tingkat Rumah Tangga : Pelayanan Kesehatan Oleh Individu atau
Keluarga Sendiri (Yankes Individu)
Tingkat Masyarakat : Kegiatan swadaya masyarakat data
menolong mereka sendiri Mis. Posyandu,
Polindes. POD Sakabhakti Husada dll
Fasilitas Yankes Tingkat Upaya kesehatan tingkat pertama yang
pertama : dilakukan oleh Puskesmas dan unit
fungsional dibawahnya, praktek dokter
swasta, poloklinik swasta, bidan swasta dll
Fasilitas Yankes Tingkat Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan
II:
spesialis) oleh Balai (BP4, BKMM,
BKKM, BKOM, Sentra P3T),
Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota,
.Rumah Sakit Swasta, Laboratorium Swasta,
Klinik Swasta, Dinkes Kab/Kota dll
Fasilitas Yankes Tingkat Upaya kesehatan tingkat ketiga (Rujukan
III:
spesialis lanjutan/konsultan) oleh Rumah
Sakit Umum Propinsi / Pusat / Pendidikan),
Laboratorium Kesehatan Spesialistik,
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
10
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Dinkes Propinsi dan Depkes.

2.5.3 Jalur Rujukan :


a. Rujukan Pelayanan Medis :
i. Antara masyarakat dengan Puskesmas
ii. Antara Pustu/Bidan Desa dengan Puskesmas
iii. Intern Petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat inap
iv. Antar Puskesmas atau Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium atau
fasilitas pelayanan lainnya
b. Rujukan Pelayanan Kesehatan
Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Instansi lain
yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral. Bila tidak mampu
menangani dilimpahkan ke tingkat Propinsi atau Pusat.

2.6 Manajemen Puskesmas


Puskesmas mempunyai kewenangan dalam pengelolaan program-
program dasar maupun program pengembangan. Kewenangan tersebut didukung
oleh kemampuan menejemen yang baik termasuk menejemen dalam sistem
informasinya. Menejemen Puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sinergik antara komponen-komponen dalam sistem yankes
Puskesmas, sehingga menhasilkan keluaran yang efektif dan efisien dengan
menggunakan fungsi-fungsi atau instrumen manajemen. Yaitu :
a. Perencanaan :
Dilakukan setiap tahun sekali setiap awal tahun, yang didasarkan
atas permasalahan yang ada dan sumberdaya pendukung yang ada. Berupa
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun yang akan datang dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) tahun berjalan setelah dana alokasi kegiatan
Puskesmas turn dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Perencanaan
Puskesmas disusun oleh Tim Puskesmas dengan memperhatikan masukan dari
lintas sektoral dab Badan Penyantun Puskesmas (BPP) atau badan sejenis
sebagai perwakilan masyarakat.
b. Penggerakan Pelaksanaan:
Merupakan penjabaran terinci dari RPK untuk mewujudkan visi Puskesmas
"Kecamatan Sehat", yang dilaksanakan melalui Lokakarya Mini (Lokmin) ;
Bulanan bersifat internal Puskesmas dan 3 Bulanan bersifat lintas sektoral
c. Evaluasi / Penilaian
Dilakukan untuk menilai keseluruhan proses, adakah keseuaian dengan yang
telah direncanakan ataukah tidak, untuk kepentingan perencanaan selanjutnya

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


11
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

atau perbaikan-perbaikan kebijakan lainnya yang menunjang keberhasilan


program Puskesmas secara optimal dalam mempertahankan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya, Chuluq (2005).

2.7 Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Untuk Indonesia, penanggung jawab pelayanan kesehatan masyarakat
adalah Departemen Kesehatan yang menurut Kepres No. 15 tahun 1984 memang
diserahkan tugas sebagai penyelenggara sebagian tugas umum pemerintahan dan
pembangunan di bidang kesehatan. Untuk ini, Departemen Kesehatan melalui
segenap aparatnya yang tersebar di seluruh tanah air, aktif menyelenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat. Aparat yang dimaksud adalah Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan yang terdapat di setiap propinsi serta Kantor Departemen
Kesehatan yang terdapat di setiap Kabupaten.
Hanya saja, sesuai dengan Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah
No. 5 Tahun 1974, dimana tanggung jawab kesehatan berada pada Pemerintah
Daerah, maka di tingkat Pemerintah Daerah juga ditemukan aparat pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Aparat yang dimaksud adalah
Kantor Dinas Kesehatan Propinsi untuk tingkat propinsi, Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya untuk tingkat Kabupaten/Kotamadya, serta Kantor
Kesehatan Kecamatan untuk tingkat Kecamatan (masih dalam tahap
perencanaan).
Dari uraian di atas, menjadi jelaslah bahwa peranan kantor dalam Sistem
Kesehatan di Indonesia, tidak hanya sebagai pelaksana fungsi administrasi saja,
tetapi juga sebagai pelaksana fungsi pelayanan kesehatan. Dengan kata lain,
Kantor Departemen Kesehatan dan atau Kantor Dinas Kesehatan yang terdapat di
wilayah Kabupaten juga bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan, yang dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan masyarakat, seperti
misalnya mengatasi keadaan wabah yang terjangkit di wilayah kerjanya.
Tentu mudah dipahami bahwa fungsi pelayanan kesehatan masyarakat
yang dimiliki oleh berbagai "kantor" ini sifatnya hanya merupakan pelayanan
rujukan saja. Sedangkan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat
sehari-hari, dipercayakan kepada Puskesmas dan RSUD, yang oleh pemerintah
memang didirikan di seluruh kecamatan dan Kabupaten di Indonesia.
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
12
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Untuk lebih memperluas cakupan pelayanan kesehatan masyarakat


tersebut, pada beberapa kecamatan yang jumlah penduduknya lebih dari 30.000
dan yang wilayah kerjanya terlalu luas, didirikan Puskesmas Pembantu. Kecuali
itu untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
bertempat tinggal jauh dari Puskesmas disediakan Puskesmas Keliling.
Selanjutnya sesuai dengan prinsip, perlunya melibatkan potensi
masyarakat, pada saat ini pemerintah berupaya secara maksimal untuk mengikut
sertakan potensi masyarakat yang dimaksud. Peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan masyarakat secara keseluruhan disebut dengan name Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang pengorganisasiannya berada dalam
naungan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sedangkan wadah
peran serta masyarakat dalam program kesehatan masyarakat dikenal dengan
nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pada saat ini Posyandu direncanakan
akan didirikan di setiap desa. Sedangkan kegiatan utama Posyandu yang dikelola
dengan prinsip "dari, oleh, dan untuk masyarakat" ini, secara umum dapat
dibedakan atas lima macam, yakni (1). Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
(2). Pelayanan gizi, (3). Pelayanan Keluarga Berencana (KB), (4). Pemberian
oralit, serta (5). Imunisasi.
Untuk menjamin keserasian kerja, maka dijalinlah hubungan antar
berbagai sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di dalam bidang pelayanan
kesehatan masyarakat ini, secara sederhana dapat dilihat dalam bagan berikut:

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


13
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Bagan 2.1 Hubungan Antarberbagai Sarana Kesehatan

Dari bagan ini, jelaslah bahwa kedudukan Puskesmas di bawah Dinas


Kesehatan Kabupaten yang merupakan salah satu aparat pemerintah daerah di
tingkat Kabupaten/Kotamadya.
Pada tahun 1968 dalam Rakerja Kesehatan Nasional, di cetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang akhirnya
di kembangkan dan dinyatakan Departemen Kesehatan RI menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Yaitu sebagai unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan preventif dan kuratif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atausebagian
kecamatan di kota atau kabupaten, dengan kegiatan pokoknya meliputi:
a. Pelayanan Dasar:
1. KIA
2. KB
3. Gizi

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


14
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

4. KESLING
5. Pencegahan Penyakit Menular
6. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
7. Pengobatan
b. Pelayanan Penunjang:
1. Perawatan Kesehatan
2. Usaha Kegiatan Gigi
3. Usaha Kesehatan Sekolah
4. Usaha Kesehatan Jiwa
5. Laboratorium
6. Pencatatan dan Pelaporan

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Penderita Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Brainard (1997) bahwa pada orang yang bekerja ada kebiasaan dengan
rutinitas atau kedisiplinan yang diterapkan oleh institusi tempat mereka bekerja,
sehingga hal ini dapat membawa pengaruh pada kebiasaan perilaku mereka di
rumah dan lingkungannya. Faktor pendapatan keluarga menjadi hambatan dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan modern walaupun sudah disediakan oleh
pemerintah, selain itu ada juga faktor pendidikan dan perilaku, Chernichovsky
(1986).

3.2 Deskripsi Penderita Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan seseorang dapat mencerminkan pengetahuan tentang
segala sesuatu yang ada di sekitar mereka. Tinggi dan rendahnya pendidikan dapat
juga mendorong pemilihan kualitas sikap dan perilaku seseorang. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas wawasannya sehingga makin
mudah menerima informasi yang bermanfaat bagi diri dan orang-orang di

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


15
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

sekitarnya. Brainard (1997) bahwa tingkat pendidikan ini akan berpengaruh


terhadap pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu termasuk pengetahuan
akan kesehatan sehingga mendukung perilaku sehat seseorang.

3.3 Deskripsi Penderita Berdasarkan Penghasilan Keluarga


Brainard (1997) bahwa masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi
rendah (penghasilan rendah) akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
hidup yaitu diantaranya pemenuhan akan kebutuhan makan. Dengan penghasilan
yang rendah, seseorang cenderung kurang memperhatikan pemenuhan gizi
sehingga status gizinya menjadi rendah, akibatnya keadaan kesehatan lingkungan
dan status kesehatannya jelek.
Dalam masyarakat hal tersebut akan mempermudah terjadinya penyakit
terutama pada anak yang merupakan golongan yang peka terhadap penyakit
menular. Sebagai akibatnya banyak kematian anak sehingga harapan hidup
pendek.
Besar penghasilan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Misalnya kebutuhan untuk membeli
obat, biaya transportasi ke Rumah Sakit atau praktek dokter, biaya perawatan
selama sakit, dan pengaturan makanan.

3.4 Deskripsi Penderita Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


Notoatmodjo (2007) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah
hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

3.5 Deskripsi Penderita Berdasarkan Tingkat Ketaatan


Melamed (1980) pada penelitian Kasl menyatakan bahwa kepatuhan
berobat dipengaruhi oleh kompleksitas program pengobatan serta efek samping
obat yang diminum. Haynes dan Sackett melalui penelitiannya mendapatkan
bahwa faktor yang mempengaruhi ketaatan berobat antara lain kompleksitas
program pengobatan dan kepercayaan pasien akan keberhasilan terapi.
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
16
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Penelitian lain menurut Aditama (1990), dengan indikator kedatangan


penderita untuk kontrol menunjukkan hasil bahwa masalah biaya merupakan
faktor yang mempengaruhi ketaatan berobat.
Soeparman (1998) mengungkapkan ketaatan merupakan suatu perilaku
yang positif yaitu suatu tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya termasuk pencegahan penyakit, perawatan diri, dan
kepatuhan terhadap petunjuk petugas kesehatan. Ketaatan berobat pasien adalah
patuh dalam berobat sesuai waktu yang telah ditentukan dan minum obat sesuai
dosis dan aturan yang ditentukan sampai pasien benar-benar dinyatakan sembuh
oleh dokter.

3.6 Deskripsi Penderita Penderita Berdasarkan Jenis Pekerjaan Dan


Penghasilan
Brainard (1997) bahwa pada orang yang bekerja ada kebiasaan dengan
rutinitas atau kedisiplinan yang diterapkan oleh institusi tempat mereka bekerja,
sehingga hal ini dapat membawa pengaruh pada kebiasaan perilaku mereka di
rumah dan lingkungannya. Masyarakat miskin atau berstatus sosial ekonomi
rendah (penghasilan rendah) akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
hidup yaitu diantaranya pemenuhan akan kebutuhan makan. Dengan penghasilan
yang rendah, seseorang cenderung kurang memperhatikan pemenuhan gizi
sehingga status gizinya menjadi rendah, akibatnya keadaan kesehatan lingkungan
dan status kesehatannya jelek.
Dalam masyarakat hal tersebut akan mempermudah terjadinya penyakit
terutama pada anak yang merupakan golongan yang peka terhadap penyakit
menular. Sebagai akibatnya banyak kematian anak sehingga harapan hidup
pendek.
Besar penghasilan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Misalnya kebutuhan untuk membeli
obat, biaya transportasi ke Rumah Sakit atau praktek dokter, biaya perawatan
selama sakit, dan pengaturan makanan.

3.7 Deskripsi Penderita Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan


Tingkat pendidikan seseorang dapat mencerminkan pengetahuan tentang
segala sesuatu yang ada di sekitar mereka. Tinggi dan rendahnya pendidikan dapat
juga mendorong pemilihan kualitas sikap dan perilaku seseorang. Dengan

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


17
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

demikian tingkat pendidikan seseorang berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan


dan pemahaman mereka tentang pengelolaan informasi. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan semakin luas wawasannya sehingga makin mudah
menerima informasi yang brermanfaat bagi diri dan orang-orang di sekitarnya.
Brainard (1997) bahwa tingkat pendidikan ini akan berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu termasuk pengetahuan akan
kesehatan sehingga mendukung perilaku sehat seseorang.

3.8 Deskripsi Penderita Berdasarkan Jarak, Sarana dan Prasarana untuk


Mencapai Pusat Pelayanan Kesehatan
Dari data beberapa propinsi, kebanyakan penduduk di pedesaan kurang
memanfaatkan fasilitas kesehatan modern yang ada. Kemungkinan besar karena
masalah terbatasnya fasilitas yang ada dan jarak fasilitas yang cukup jauh,
Swastika (2005). Faktor keterpencilan, sulit, dan mahalnya transportasi
merupakan hambatan untuk menjangkau sarana kesehatan.
Berdasarkan fakta, jarak dan transportasi menjadi kendala bagi
masyarakat untuk menjangkau Puskesmas sehingga kunjungan masyarakat yang
bertempat tinggal lebih dekat dari Puskesmas lebih banyak jika dibanding dengan
masyarakat yang jaraknya lebih jauh, Setyowati (2003).

3.9 Pemanfaatan Pusat Pelayanan Kesehatan Oleh Masyarakat


Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat
membutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari
pengobatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal inipun bukan
berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
(Puskesmas dan sebagainya), tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional
(dukun dan sebagainya) yang kadang-kadang menjadi pilihan masyarakat yang
pertama. Itulah sebabnya maka rendahnya penggunaan Puskesmas atau tidak
digunakannya fasilitas-fasilitas pengobatan modern dapat disebabkan oleh
persepsi masyarakat tentang sakit yang berbeda dengan konsep penyelenggara
pelayanan kesehatan, Notoatmodjo (1993).
Kesehatan para anggota masyarakat berhubungan dengan pola
kebudayaan mereka. Kebudayaan sedikit banyak menentukan bagaimana penyakit

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


18
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

itu terjadi atau apa yang merupakan penyebab suatu kondisi sakit atau
kemalangan. Pada sebagian masyarakat, terutama di kalangan orang tua dan
berpendidikan rendah masih menganggap bahwa penyakit-penyakit tertentu
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat supranatural dan pelanggaran dari suatu
pantangan yang berlaku di daerah tersebut. Hal ini mempengaruhi masyarakat
dalam mencari pertolongan pengobatan kepada dukun terutama dalam keadaan
mendadak dan pada penyakit tertentu, Sudardi (2002).
Dari data beberapa propinsi, kebanyakan penduduk di pedesaan kurang
memanfaatkan fasilitas kesehatan modern yang ada. Kemungkinan besar karena
masalah terbatasnya fasilitas yang ada dan jarak fasilitas yang cukup jauh.
Sumber lainnya yakni Puskesmas, praktek paramedik (perawat/bidan),
toko obat, dokter praktek dan apotik. Peran Posyandu dan Pos Obat Desa (POD)
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan ternyata sangat kecil. Hal ini
mungkin karena warung merupakan tempat penjualan obat yang paling mudah
dicapai oleh masyarakat, baik karena jaraknya dekat maupun dengan uang yang
sedikit sudah bisa memperoleh obat. Biasanya obat-obat yang dijual di warung
dan toko obat adalah untuk keluhan sakit yang diketahui jelas oleh orang awam
seperti demam, batuk, pegal linu, sakit kepaladan lain-lain. Dengan cukup
banyaknya masyarakat yang mendapatkan obat dari warung dan toko obat, dapat
diperkirakan bahwa fenomena pengobatan sendiri cukup tinggi di kalangan
masyarakat di Jawa dan Bali. Hasil ini sesuai dengan informasi yang diperoleh
SUSENAS 1992 bahwa pengobatan sendiri menduduki pilihan pertama (47,26%)
masyarakat dalam mencari tempat/cara berobat.

3.10 Faktor Penghambat Kunjungan Masyarakat


Faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mau berkunjung ke
Puskesmas bisa berasal dari dalam diri orang itu sendiri (faktor Predisposisi) dan
dari luar orang itu sendiri (faktor Pemungkin dan faktor Penguat). Salah satu
faktor Predisposisi adalah pengetahuan, Harbandiyah (2006). Faktor pengetahuan
kesehatan (informasi) masyarakat yang baik mempunyai pengaruh yang besar
terhadap peningkatan status kesehatan seseorang, sedangkan pengetahuan

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


19
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

masyarakat yang buruk dapat menyebabkan kegagalan dalam peningkatan status


kesehatannya, Budiawan (2004).
Menurut Sarwono (1991), persepsi tentang sehat dan sakit cenderung
bersifat subyektif. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit,
dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan
bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut, tetapi apabila mereka diserang
penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam
perilaku dan usaha.

3.11 Budaya
Budaya (culture) didefinisikan sebagai tingkah laku, pola-pola,
keyakinan dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan
dari generasi ke generasi, Santrock (2003).
Di antaranya komunikasi, cara dan pola pikir masyarakat, faktor internal
lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau
revolusi dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim,
peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat selain karena faktor-faktor di
atas juga dapat di pengaruhi oleh persepsi yang berbeda mengenai persepsi sakit
dan penyakit, Notoatmodjo (1993). Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah
keadaan individu yang mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan
rasa tidak nyaman. Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam tiga
bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke
dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan
makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus
dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain.
Pengobatan sendiri adalah upaya yang dilakukan orang awam untuk
mengatasi sakit atau keluhan yang dialaminya, tanpa bantuan tenaga ahli medis/

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


20
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

tradisional. Pengobatan sendiri dapat menggunakan obat (OB), obat tradisional


(OT) atau cara tradisional. OB yang digunakan umumnya golongan obat bebas
dan obat bebas terbatas. Sedangkan OT yang digunakan meliputi jamu gendong
dan jamu berbungkus. Untuk mengatasi keluhan tersebut, sekitar 60% masyarakat
perkotaan melakukan pengobatan sendiri pada tindakan pertama.
3.12 Indikator Kesehatan Komunitas
3.12.1 Indikator Status Kesehatan
1. Morbiditas
Morbiditas (angka kesakitan) digunakan untuk menggambarkan pola
penyakit yang terjadi di masyarakat.
a) Penyakit Menular
i. Malaria
Penyakit Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, dimana perkembangan penyakit Malaria ini dipantau
melalui Annual Parasite Incidence (API).
ii. TB Paru
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3
penyebab kematian umum, selain menyerang paru, Tuberculosis
dapat menyerang organ lain (extra pulmonary).
iii. HIV/AIDS
Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan
peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus
dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah,
menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia,
meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah
memperbesar tingkat risiko penyebarab HIV/AIDS.
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat
epidemi yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5 %
pada sub populasi tertentu, misal pada kelompok PSK (pekerja sex
komersial) dan penyalahgunaan NAPZA. Tingkat epidemi ini
menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif
menularkan didalam suatu sub populasi tertentu.

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


21
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

iv. ISPA
ISPA masih menjadi penyakit utama penyebab kematian bayi dan
balita di Indonesia. Dari beberapa hasil kegiatan SKRT diketahui
bahwa 80 sampai 90 % dari seluruh kasus kematian ISPA
disebabkan pnemonia. Pnemonia merupakan penyebab kematian
pada balita dengan peringkat pertama hasil dari Surkesnas 2001.
Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit infeksi saluran
pernapasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan
tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita
pnemonia balita yang ditemukan.
v. Kusta
Meskipun Indonesia mencapai eliminasi kusta pada pertengahan
tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta maih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih
tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan
negara dengan urutan ketiga penderita terbanyak didunia.
b) Penyakit Menular yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
i. Tetanus Neonatorum
Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah tetapi
juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting
adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang
higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.
ii. Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan
kejadian luar biasa (KLB).
iii. Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah.
Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program
imunisasi.
iv. Polio
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah
dilakukan melalui gerakan imunisasi polio, yang ditindaklanjuti

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


22
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap


kasus-kasus AFP kelompok umur < 15 tahun.
c) Penyakit Potensi KLB/Wabah
i. Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menyebar luas.
Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan
dan angka kematian yang relatif tinggi.
ii. Diare
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab kematian
bayi dan balita.
iii. Filariasis
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan
global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”,
Dinkes Kabupaten Jombang (2007).
2. Mortalitas
Mortalitas (angka kematian) digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan
untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan pelayanan
kesehatan dan upaya pengobatan yang dilakukan.
a) Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup. Indikator ini
merupakan indikator paling sensitif yang mencerminkan permasalahan
kesehatan yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi,
tingkat kesehatan ibu dan bayi, upaya pelayanan kesehatan ibu dan
anak, status gizi ibu, upaya KB, kondisi kesehatan lingkungan dan
sosial ekonomi keluarga.
b) Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup.
Indikator ini berguna untuk mengetahui gambaran tingkat permasalah
kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan dan keberhasilan
KIA/Posyandu serta untuk menilai kondisi sanitasi lingkungan.
c) Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran
hidup

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


23
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Indikator ini mencerminkan risiko yang dihadapi ibu ibu selama


proses kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang dipengaruhi oleh
keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, berbagai
komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan, ketersediaan dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
prenatal dan obstetri serta sosial ekonomi.
Jumlah kematian bayi dan balita yang dilaporkan oleh puskesmas dan
rumah sakit belum menunjukkan angka yang sebenarnya karena
pelaporan dari puskesmas belum optimal dan cakupan pelayanan KIA
belum menjangkau seluruh masyarakat sampai ke kampung-kampung,
sehingga AKI terlihat sangat kecil bahkan lebih kecil dari target
nasional.
3. Disability
Cacat yang terjadi pada bayi, anak-anak, serta tenaga kerja sangat
merugikan masyarakat dan Negara. Selain itu cacat merupakan
penderitaan yang harus ditanggung oleh masyarakat selama masa
hidupnya. Kesemuanya ini, terutama dilihat dari segi pembangunan
sumber daya manusia tidak dapat dibiarkan.
Sebagai contoh adalah kasus adlah kasus kekurangan vitamin A, yang
dapat diikuti oleh penyakit Trachoma serta kebutaan. Sepanjang hidup
anak-anak tersebut akan harus hidup di dalam kegelapan dengan berbagai
keterbatasan serta ketergantungan yang sangat besar. Contoh lain yang saat
ini sangat memprihatinkan adalah banyaknya terjadi kecelakaan lalu lintas
diantara anak muda dan yang seringkali mengenai otak, suatu organ yang
paling berharga bagi manusia; bila tidak meninggal, maka kecelakaan itu
sering meninggalakan cacat. Di samping itu masih banyak lagi penyakit
menular yang dapat meninggalkan cacat, seperti Poliomelitis, Hepatitis,
Encephalitis, dan sebagainya.
Keadaan cacat ini memerl;ukan program rehabilitasi yang cukup mahal,
dan juga meningkatkan beban masyarakat yang produktif, Nurcahyo
(2008).
4. Angka Harapan Hidup

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


24
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Indikator ini menggambarkan taraf status kesehatan masyarakat suatu


daerah atau negara, yang berarti pula merupakan gambaran hasil
pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan.
Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus
Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang
dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup
sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang
tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2
tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan
menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia
harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan
Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an
sampai tahun 2000, Data Statistik Indonesia (2010).

3.12.2 Indikator Lingkungan


1. Biologi dan kimia (kadar polutan di udara, kriteria kulaitas sumber air
minum, air sungai)
Kesemuanya ini perlu dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan agar dapat memecahkan permasalahan kesehatan yang
dihadapi. Misalnya, program untuk kesehatan lingkungan memerlukan ahli
rekayasa di bidang air bersih, limbah, lingkungan kerja, udara dan lain-
lainnya. Penyuluhan akan memerlukan penyuluh dan ke-ikut-sertaan tokoh
masyarakat; penanggulangan kecelakaan antara lain akan memerlukan
tenaga ahli mesin ataupun listrik, untuk berbagai peralatan bermotor, atau
tenaga ahli jalan, pemukiman, perindustrian, ahli kimia, ahli pertranian,
pengatur lalu-lintas, dan pendidik pengguna jalan dan kendaraan bermotor,
Nurcahyo (2008).
2. Suhu Udara
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting
dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara
optimal.
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
25
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat


memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai
kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat
disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung
meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut
adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif
terhadap kesehatan manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar
manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi
kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program
pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh
program unggulan, Depkes RI (2010).
3. Sosial : pekerjaan, pendapatan, pendidikan, pengeluaran rumah tangga,
pemanfaatan waktu luang, pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk,
angka ketergantungan, pengangguran

3.12.3 Indikator Pelayanan Kesehatan


1. Cakupan program dan pelayanan kesehatan : cakupan imunisasi,
kunjungan yankes.
Pencapaian Universal Child Imunization (UCI) pada dasarnya merupakan
suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan
imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan
wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4
kali), Hepatitis B (3 kali) dan Campak (1 kali) yang dilakukan melalui
pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajt kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai
upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dasar
merupakan langkah awal yang sangat penting dalam rangka memberikan
pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan
Retno Ayu Larasati o3o2oo39
26
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah
kesehatan masyarakat dapat diatasi.
2. Kualitas pelayanan kesehatan : angka kematian di rumah sakit, tingkat
penggunaan tempat tidur, infeksi di rumah sakit

3.12.4 Indikator Perilaku


1. Kebiasaan Merokok
Terdapat suatu kenyataan yang sulit dipercaya , bahwa hampir semua
perokok mengetahui bahaya dari kebiasaan merokok , namun hanya
sedikit yang bersedia dan berhasil untuk menghentikan kebiasaannya
tersebut. Ancaman penyakit yang mengintai terkadang tidak cukup
ampuh untuk membuat seorang perokok menghentikan kebiasaannya .
Rokok di satu sisi merupakan suatu yang dibenci dan dicoba untuk
dihindari , namun di satu sisi yang lain dianggap sebagai sahabat setia
yang terus dicari dan dijadikan sebagai salah satu alat pergaulan.
Rokok dipandang sebagai masalah yang paling mendesak untuk ditangani
dan dikurangi , karena asap rokok mengandung pelbagai senyawa beracun
dan bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan keganasan).
Menurut data dari National Institute on Drug Abuse ( NIDA ) pada tahun
1991 di Amerika terdapat kecenderungan peningkatan jumlah perokok
baru pada kelompok usia 18 sampai 25 tahun , namun jika dilihat dari
jumlah batang rokok yang dihisap , kelompok usia dewasa 26 sampai 34
tahun adalah kelompok usia yang terbanyak menghabiskan rokok dalam
satu harinya, Psikologi Indonesia Forum (2006).
2. Kepemilikan sarana pembuangan air limbah rumah tangga
Pemberantasan penyakit pengendalian vektor dan hospes penyakit. Vektor
adalah hewan yang berperan membawa atau menularkan suatu penyakit,
tetapi agen penyebab penyakit tersebut tidak mengalami perkembang-
biakan pada tubuh hewan tersebut. Sebagai contoh: lalat menularkan
penyakit disentri. Nyamuk Aedes aegypti menularkan demam berdarah
Dengue (DBD). Pengendalian vektor dan hospes penyakit dapat dilakukan
dengan berbagai cara: secara mekanik, khemis, dan biologis.
1) Secara mekanik dengan memberantas tempat hidup (sarang) yang
disukai vektor dan hospes penyakit tersebut. Sebagai contoh: program M-3
(menguras, menutup, dan mengubur).

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


27
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

2) Secara khemis dengan menggunakan obat-obatan pembasmi vektor dan


hospes penyakit tersebut. Sebagai contoh: pemberantasan nyamuk dengan
menggunakan insektisida (DDT), larvisida (abate) dsb.
3) Secara biologis dengan menggunakan predator (hewan pemangsa)
vektor dan hospes penyakit tersebut. Sebagai contoh: pemberantasan
nyamuk menggunakan ikan, bakteri, cacing, dan jenis nyamuk lainnya.
4) Secara terpadu yaitu menggunakan ketiga cara tersebut bersamaan. Cara
terpadu merupakan cara pengendalian vektor dan hospes penyakit yang
terbaik dan efektif.Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene
perorangan adalah merupakan usaha yang penting untuk memutus
hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular. Desinfektansia
ialah zat-zat kimia yang dapat membunuh hama-hama penyakit dan jasad-
jasad renik lainnya. Misalnya: karbol, formalin, sublimat, kaporit, yodium,
alkohol dan lain-lain, Nurcahyo (2008).
3. Kebiasaan Olah Raga
Olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti
dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan
menentukan status kesehatan seseorang, Notoatmodjo (2007).
4. Perilaku Pencegahan/Deteksi Dini
Pengendalian penyakit menular ini dimungkinkan karena orang
mengetahui antara lain berbagai cara penularannya. Cara penularan dapat
terjadi secara langsung, yaitu, kontaklangsung antara penderitadengan
lorang yang peka, ataupun secara tidak langsung, yaitu lewat suatu media,
seperti air, udara, makanan, tanah, pakaian, serangga, tangan, dan
seterusnya. Untuk kepentingan pemberantasan yang menggunakan strategi
menghilangkan cara transmisi penyakit, maka penyakit seringkali
dikelompokkan atas dasar cara penyebarannya. Hal ini sangat penting
untuk mencegah menjalarnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain. Di
sinilah pentingnya peran kesehatan lingkungan, yakni mencegah
menyebarnya penyakit lewat lingkungan.
Program pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi yang
benar dan teratur. Pencegahan penyakit menular melalui 3 cara: eliminasi,
memutus siklus, dan imunisasi (vaksinasi), Nurcahyo (2008).

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


28
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

3.12.5 Indikator Ketahanan Psikobiologik


1. Status Nutrisi Kelompok Rentan (Ibu Hamil, Bayi, Balita)
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok didalam masyarakat yang
paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena
kekurangan gizi. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada
suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat
gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Oleh
sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan
kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya maka akan terjadi
defisiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya, Univ.
Sumatera Utara (2010).
Kehamilan, pada wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan
terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio,
pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan
meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
Gizi, asupan gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi
tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan
gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi, Nurcahyo
(2008).
2. Status Psikososial : kriminalitas, kenakalan remaja, penggunaan narkoba.
Remaja dengan kondisi kesehatan kronis perlu mendapat perhatian khusus
oleh karena kondisinya berbeda dengan remaja yang normal. Remaja ini
dapat mengalami gangguan pada setiap sektor tumbuh kembangnya, oleh
karena itu diperlukan pelayanan yang bertujuan penting.
Dokter anak harus dapat menangani penderita baik secara medis maupun
sebagai motivator dalam semua aspek kehidupan secara komprehensif.
Diperlukan kerjasama dari berbagai multidisiplin dalam mengatasi hal ini,
sehingga keadaan-keadaan yang dialami oleh remaja dengan kondisi
penyakit kronis tersebut dapat dilewati dengan baik, IDAI (2009).

3.13 Keadaan Demografi


Jumlah penduduk Kabupaten Jombang berdasar proyeksi BPS propinsi
JawaTimur adalah 1.216.700 jiwa, dengan 311.417 rumah tangga/KK atau rata-
rata 4 jiwa per rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk mencapai 1.050/km2
dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Jombang sebesar

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


29
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

3.475 jiwa/km2 sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Wonosalam


sebesar 268 jiwa/km2.

3.14 Sarana Kesehatan


Jumlah sarana kesehatan tahun 2007 yang ada di Kabupaten Jombang
adalah sebagai berikut :
Tabel. 1. Sarana kesehatan di Kabupaten Jombang tahun 2007
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 9
2 Puskesmas 34
3 Puskesmas Pembantu 73
4 Posyandu 1481
5 Polindes 184
6 Poskesdes 7
7 Rumah Bersalin 9
8 Balai Pengobatan Klinik 37
Sumber : Tabel 61 lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2007

3.15 Situasi Upaya Kesehatan


Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan
tepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:

3.15.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan bayi


Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan
bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu bisa
berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa
pertumbuhan bayi dan anaknya.
1. Pelayanan Antenatal

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


30
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya.
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4 Cakupan
K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan
K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan
pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan (sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua,
dan dua kali pada trimester ketiga). Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil.
Gambaran persentase cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Jombang
pada tahun 2007 sebesar 18.818 atau 79,58%, sedangkan cakupan K4
adalah sebesar 18.309 atau 76,46%.
2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi
Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan (profesional). Hasil pengumpulan data indikator SPM di
Kabupaten Jombang pada tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase
cakupan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan sebesar 86,04
%, dimana target cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2007
adalah 87 %.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang handal dengan
kompetensi kebidanan, Seksi Kesehatan Keluarga pada tahun 2007 telah
melakukan berbagai pelatihan untuk tenaga bidan diantaranya adalah
pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal), manajemen asfiksia bayi
baru lahir, manajemen bayi dengan berat lahir rendah, dll.
3. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


31
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan


puskesmas, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus risiko
tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Penempatan
dokter spesialis kandungan di puskesmas rawat inap secara bergiliran
merupakan salah satu jalan keluar untuk penanganan ibu hamil risti
sesegera mungkin oleh tenaga spesialis yang berkompeten. Jumlah ibu
hamil risti di Kabupaten Jombang tahun 2007 sebesar 4.791 orang,
dengan risti ditangani sebanyak 3.808 (79,515%).
4. Kunjungan Neonatus (KN2)
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan golongan
umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling
tinggi. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan
disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan
konseling perawatan bayi kepada ibu. Secara keseluruhan cakupan KN2
di Kabupaten Jombang pada tahun 2007 adalah 85,86 % dari seluruh
neonatus sejumlah 22.580 bayi. Artinya, masih terdapat 17,22 % bayi
neonatus yang tidak melakukan kunjungan kedua ke sarana pelayanan
kesehatan setempat. Cakupan KN 2 ini menurun dibanding tahun 2006.

5. Kunjungan Bayi
Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan dari 34
puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Jombang menunjukkan
cakupan kunjungan bayi baru pada sarana pelayanan kesehatan dalam hal
ini puskesmas di tahun 2007 adalah sebesar 12.691 atau 56,20%.

3.15.2 Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan
remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang
dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah
dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja. Dari kompilasi data
indikator kinerja SPM bidang Kesehatan menunjukkan bahwa cakupan deteksi

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


32
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah sebesar 13.54 %, siswa SD/MI yang
diperiksa sebesar 13.38 %, dan pelayanan kesehatan remaja sebesar 50.65.

3.15.3 Pelayanan Keluarga Berencana


Jumlah pasangan usia subur (PUS) menurut hasil pengumpulan data pada
tahun 2007 sebesar 230.376 sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar
174.563 orang atau 76%. Adapun jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta
KB aktif adalah IUD 13.761 orang , MOP/MOW 11.629 orang , Implant 12.889
orang, suntik 96.529 orang, pil 37.380 orang, dan kondom 2.375 orang.

3.15.4 Pelayanan Imunisasi


Pencapaian Universal Child Imunization (UCI) pada dasarnya merupakan
suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi
secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu,
berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan
masyarakat terhadap penularan PD3I Pelayanan imunisasi bayi mencakup
vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali), Hepatitis B (3 kali) dan Campak (1
kali) yang dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Adapun cakupan pelayanan imunisasi bayi di Kabupaten
Jombang pada tahun 2007 adalah : BCG sebesar 95.20%, DPT 1-HB 1 93.67%,
DPT 3-HB 3 92.79 %, Polio 3 91.15 %, Campak 91.18%. Sedangkan jumlah
desa/kelurahan yang telah mencapai UCI adalah 82 desa/kelurahan dari 306
desa/kelurahan yang ada (27%). Bila dibandingkan dengan tahun 2006 (desa UCI
sebanyak 84 desa/kelurahan) , jumlah desa UCI tahun 2007 mengalami
penurunan.

3.15.5 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut


Cakupan pelayanan kesehatan pra usila (45-59 th) dan usia lanjut (>60
th) pada tahun 2007 di Kabupaten Jombang sebesar 31.85 % dari seluruh jumlah
pra usila dan usila yang dilaporkan sebanyak 62.213 orang yang terdaftar di
posyandu usila. Adapun jumlah pra usila yang mendapatkan pelayanan kesehatan

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


33
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

sebesar 9.187 (34.14 %) dan jumlah usila yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sebesar 10.630 (30.11%).

3.15.6 Pembinaan Kesehatan Lingkungan


Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan
kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada
institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup
pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas
sanitasi dasar. Hasil kompilasi data dari 34 puskesmas menunjukkan bahwa pada
tahun 2007 dari 978 institusi yang ada, sebanyak 850 unit (86.51%) institusi yang
telah dibina, yang meliputi 13 unit (100%) sarana kesehatan, 396 unit (88.40%)
sarana pendidikan, 361 unit (100%) sarana ibadah, 73 unit (66.36%) sarana lain,
dan 7(15.21%) buah sarana perkantoran yang dibina.

3.15.7 Perbaikan Gizi masyarakat


Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk
menagani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan
gizi sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein,
kekurangan vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia zat besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita


Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui
kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin setiap bulan. Hasil dari
kompilasi 34 puskesmas di Kabupaten Jombang, jumlah balita yang ada
105.368, balita datang ke posyandu untuk ditimbang 68.982 (65.47%),
dengan hasil penimbangan jumlah balita dengan berat badan naik
sebanyak 43.021 (62.37%). Sementara itu balita dengan status
penimbangan di bawah garis merah (BGM) sebesar 2.659 (3,85%).
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Cakupan pemberian kapsul vitamin A 2 kali pada bulan Februari dan
Agustus untuk anak balita pada tahun 2007 adalah 99.601 dari 105.368

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


34
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

sasaran balita atau 94.53 %. Tingginya cakupan pemberian vitamin A ini


menandakan bahwa orang tua khususnya ibu telah menyadari pentingnya
pemberian kapsul vitamin A uintuk balita mereka.
3. Pemberian Tablet Besi
Pada tahun 2007, ibu hamil yang ada sebesar 23.947 dan yang
mendapatkan pemberian 90 tablet besi adalah 17.653 (73.72%) bumil.
Cakupan pemberian tablet Fe ini menurun dibanding dengan capaian
tahun 2006, dimana pada tahun 2006 tercapai 78,5 %. Penurunan ini
disebabkan oleh karena tidak semua ibu hamil memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas, sebagian dari mereka memeriksakan
kesehatannya disarana kesehatan swasta sehingga pendistribusian tablet
besi tidak dapat terpantau. Namun demikian petugas kesehatan tetap
memberikan motivasi tentang pentingnya mengkonsumsi tablet besi dan
memotivasi agar tablet besi tersebut benar-benar diminum oleh ibu hamil
untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil.

3.16 Puskesmas di Kabupaten Jombang


Sampai dengan tahun 2000 jumlah puskesmas di Kabupaten Jombang
adalah 33 buah dan meningkat menjadi 34 buah pada tahun 2001 hingga saat ini.
Secara konseptual, Puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat
melayani sasaran penduduk rata-rata 30.000 jiwa. Dengan jumlah penduduk
1.216.700 jiwa tersebut, berarti 1 puskesmas di Kabupaten Jombang rata-rata
melayani sekitar 35.786 jiwa.
Dari 34 puskesmas tersebut sampai dengan akhir tahun 2007, 13
puskesmas adalah puskesmas perawatan, yaitu Puskesmas Mojoagung, Puskesmas
Ploso, Puskesmas Bareng, Puskesmas Cukir, Puskesmas Tembelang, Puskesmas
Bandar Kedungmulyo, Puskesmas Tapen, Puskesmas Sumobito, Puskesmas
Wonosalam, Puskesmas Kesamben, Puskesmas Peterongan, Puskesmas Pulorejo,
dan Puskesmas Mayangan. Ke-13 puskesmas ini tersebar di 13 Kecamatan dari 21
Kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang.
Kebijakan dari pemerintah daerah Kabupaten Jombang adalah
terdapatnya 1 puskesmas perawatan disetiap kecamatan untuk memudahkan

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


35
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan rawat inap dan


menambah jumlah tempat tidur untuk pasien maskin.
Adapun jumlah puskesmas pembantu yang mendukung pelayanan
puskesmas induk adalah 73 buah, dengan rasio puskesmas pembantu dan
puskesmas adalah 1:2,2 artinya setiap 1 puskesmas didukung 2-3 puskesmas
pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Adapun
pemanfaatan sarana puskesmas dapat dilihat dari jumlah kunjungan rawat jalan
dan rawat inap pada masing-masing unit. Jumlah total kunjungan rawat jalan dan
rawat inap puskesmas di Kabupaten Jombang pada Tahun 2007 adalah 818.304,
dengan rincian rawat jalan sebesar 793.796 dan rawat inap sebesar 24.535.
Puskesmas Jelakombo adalah puskesmas dengan kunjungan rawat jalan
terbesar dan Puskesmas Ploso adalah puskesmas dengan kunjungan rawat inap
yang paling banyak. Jumlah kunjungan baik rawat inap maupun rawat jalan dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini tidak terlepas dari
berbagai inovasi pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas.

3.17 Tenaga Kesehatan di Kabupaten Jombang


Jumlah dan jenis sumberdaya kesehatan di Kabupaten Jombang adalah
sebesar 1.570 orang yang tersebar di puskesmas 768 orang, Dinas Kesehatan 44
orang, RS (termasuk RS swasta yang melaporkan datanya ke dinas kesehatan) 758
orang. Adapun jumlah SDM kesehatan dibedakan menurut tujuh kelompok, yaitu
medis, perawat-bidan, farmasi, gizi, teknis medis, sanitasi, dan kesehatan
masyarakat. Rasio antara dokter spesialis dengan jumlah penduduk adalah 4.52
per 100.000 penduduk, rasio dokter adalah 9.58 per 100.000 penduduk, rasio
perawat adalah 56.71 per 100.000 penduduk dan rasio bidan 34.52 per 100.000
penduduk.

3.18 Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah dan masyarakat.
Anggaran pemerintah bersumber dari APBN, PHLN (Pinjaman/Hibah Luar
Negeri), dan APBD. Total anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan dan Bapelkes
RSD Jombang pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 93.381.944.312,-. Dimana

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


36
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

94.56 % berasal dari APBD II Kabupaten Jombang. Sementara dana APBN


(PKPS BBM dan dekonsentrasi) yang dikelola oleh kabupaten Jombang melalui
Dinas Kesehatan adalah sebesar Rp. 5.455.020.000,-. Pada tahun 2007, Dinas
Kesehatan mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan sebesar Rp.
2.052.000.000,-.

3.19 Sarana Informasi Kesehatan


Dinas Kesehatan dalam upayanya menginformasikan hal-hal yang
berkaitan dengan tugas dan kegiatannya telah berperan aktif dalam mengisi
halaman pada website www.jombangkab.go.id. Konsultasi kesehatan adalah salah
satu menu yang ditangani oleh Dinas Kesehatan. Informasi tentang puskesmas,
yang meliputi data dasar puskesmas, jenis pelayanan beserta tarif, dan foto
bangunan puskesmas, dapat diakses melalui situs milik Pemkab tersebut melalui
sub menu Puskemas pada halaman Dinas Kesehatan. Halaman Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang ini dapat pula diakses melalui www.depkes.go.id dan
www.dinkesjatim.go.id., Dinkes Kabupaten Jombang (2007).

DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY, 1990, Pola Gejala Dan Kecenderungan Berobat Penderita


Tuberkulosis Paru, Malang, cermin Dunia Kedokteran.
Arif Budiwan. 2004. Artikel Pengaruh Faktor Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku. Semarang: BP4.
Brainard D, 1997, Long Term Outcome of Inpatient With Tuberculosis Assigned to
Outpatient Teraphy at A Local Clinic in New Orleans, J Investing
Med.

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


37
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Chernichovsky,D.Meesok Oa. 1986. Utilization Of Health services In Indonesia.


Soc.sci.med Vol.23 (6):611-620.
Chusnul Chuluq, dkk. 2005. Administrasi Kesehatan Masyarakat. Malang:
Laboratorium Kedokteran Komunitas.
Data Statistik Indonesia, 2010, Angka Harapan Hidup, http://www.datastatistik-
indonesia.com/content/view/460/460/1/3/.
Departemen Kesehatan, 2010, Parameter Pencemaran Udara Dan Dampaknya
Trehadap Kesehatan Masyarakat,
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2007, Profil Kesehatan 2007,
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kab%20jombang
%202007.pdf.
Harbandiyah. 2006. Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009, Kualitas Hidup Remaja dengan Kondisi
Penyakit Kronis, http://www.idai.or.id/remaja.asp.
Melamed, Siegel, 1980, Behavior Medcine: Practical Application In Health Care,
New York, Spinger Publishing.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta,
Rineka Cipta.
Nurcahyo, Heru, 2008, Ilmu Kesehatan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta, Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 275 – 298.
http://gurumuda.com/bse/kesehatan-masyarakat.
Psikologi Indonesia Forum, 2006, Pengaruh terapi Hipnosa Terhadap intensitas
Perilaku Merokok di Kalangan Pria Dewasa Dini,
http://groups.google.bg/group/psikologi-indonesia-
forum/browse_thread/thread/6c3a8daf8702f1f7.
Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Airlangga.
Sarwono,Solita. 2004. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta
Aplikasinya. Yogyakarta:Gadjah Mada Press.
Setyowati, T,Lubis,Agustina. 2003. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Buletin Penelitian
Kesehatan.Vol.31:186-196.

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


38
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

Soekidjo, Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Yogyakarta.:Andi Offset.
Soeparman, Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI.
Sudardi, B. 2002. Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa.
Humaniora Vol.14. No.1.

Universitas Sumatera Utara, 2010, Status Gizi,


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16581/4/Chapter
%20II.pdf

KUESIONER

Nama : ..........................................................................................................
..................

Alamat : ..........................................................................................................
..................

Usia : ..........................................................................................................
..................

1. Jenis kelamin?
a. Pria
b. Wanita

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


39
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

2. Status perkawinan?
a. Belum menikah
b. Menikah
c. Janda/duda

3. Pekerjaan?
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Swasta
c. Petani
d. Tidak bekerja

4. Tingkat pendidikan?
a. Tidak sekolah
b. Lulus SD
c. Lulus SLTP
d. Lulus SLTA
e. Lulus Perguruan Tinggi

5. Jumlah penghasilan keluarga per bulan?


a. Kelompok I : < Rp. 1.000.000,00
b. Kelompok II : Rp. 1.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00
c. Kelompok III : > Rp. 3.000.000,00

6. Bila sakit Anda berobat ke mana?


a. Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Ulama/kyai
d. Dukun
e. Tidak berobat

7. Berapa jarak antara tempat tinggal dengan Pusat Pelayanan Kesehatan


terdekat?
a. 1 - 3 Km
b. 4 - 6 Km
c. 7 - 10 Km
d. Lebih dari 10 Km

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


40
Progsus IKK - Diagnosa Komunitas

8. Alat transportasi apa yang Anda gunakan untuk mencapai Pusat Pelayanan
Kesehatan tersebut?
a. Kendaraan pribadi, sebutkan ...
b. Kendaraan umum, sebutkan ...

9. Di mana Anda membeli obat?


a. Apotik
b. Warung
c. Lainnya, sebutkan ...

Retno Ayu Larasati o3o2oo39


41

Anda mungkin juga menyukai