Bronkhomalasia
Bronkhomalasia
BRONKOMALASIA
DISUSUN OLEH :
Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai jenjang
tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tak lupa pula kami
berterima kasih kepada-Nya karena telah memberi kami waktu untuk menyelesaikan
tugas makalah Keperawatan ANAK . Dalam proses pembuatan makalah ini kami
sebagai tim penyusun mengalami berbagai hambatan, akan tetapi dengan kesabaran
serta dukungan dari media yang memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan
baik.
Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya, juga membantu dalam pengumpulan bahan, penyusunan dan
pembuatan makalah.
Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai
kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di makalah
kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca sebagai bahan
evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami menjadi lebih baik
lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.2 Diagnosa................................................................................................... 16
iii
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Angka kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di dunia yaitu
sekitar 303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap tahunnya(WHO,
2016). Data World Health Organization South-East Asia Region (WHO SEARO)
tahun 2010 memperkirakan prevalensi kelainan kongenital di Indonesia 3 adalah
59,3 per 1000 kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia, maka
akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun. Data laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa sebesar 1,4% bayi baru lahir usia
0-6 hari pertama kelahiran dan 19% bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal
disebabkan karena kelainan kongenital (Depkes, 2016).
Salah satu kelainan kongenital yang dapat ditemui yaitu bronkomalasia.
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).
tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan
memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.
Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun (Children’s
NationalHealth System,2016).
Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara geografis.
Di Indonesia, prevalensi bronkomalasia belum diketahui secara pasti. Bronkomalasia
sendiri dapat ditangani dengan tindakan pembedahan atau trakheotomi.
Dengan pertimbangan angka kejadian yang cukup tinggi, maka sangat perlu
dilakukan pencegahan yang lebih optimal. Tindakan asuhan keperawatan yang tepat
pada anak dengan kelainan kongenital bronkomalasia penting dilakukan dan harus
diperhatikan oleh perawat untuk memberikan pelayanan yang optimal sehingga akan
membantu mengurangi dampak yang diakibatkan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 PATHWAY BRONKOMALASIA
Faktor penyebab:
Prematur
Gangguan kongenital
Penyempitan/ menutupnya
jalan nafas (bronkus)
Hipoksemia
Hiperkapnia
Ketidakefektifan
pola napas
5
2.4 PATOFISIOLOGI BRONKOMALASIA
Penyakit bronkomalasia adalah penyakit/kelainan yang salah satu
penyebabnya adalah bayi yang lahir premature. Kelahiran prematur
menyebabkan beberapa kelainan bawaan/ ketidaksempurnaan organ tubuh pada
bayi. Hal itu disebut kelainan congenital yang menyebabkan defisiensi pada
cincin kartilago. Pada pasien bronkomalasia, defisiensi pada cincin kartilago
menyebabkan jalan napas (bronkus) menyempit/menutup pada saat ekspirasi. Hal
itu menyebabkan gangguan disfungsi gas pada alveoli yang berdampak
hipoksemia dan hiperkapnia. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan
oksigen di jaringan sehingga pasien akan mengalami hipoksia. Suplai oksigen ke
jaringan yang tidak adekuat akan berdampak kepada pasien sehingga pasien akan
mengalami gejala sesak napas. Pasien yang mengalami bronkomalasia biasanya
terjadi ketidakmampuan mengeluarkan kadar CO2 yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan asidosis respiratorik yang dapat menyebabkan penderita
mengalami gangguan pertukaran gas. Suplai O2 ke otak menurun akan
menyebabkan terjadinya kejang dan bias menyebabkan penurunan kesadaran
sehingga penderita dapat mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
dan apabila penderita mengalami kejang akan beresiko mengalami cidera.
Pada pasien bronkomalasia pasien mengalami sesak napas dapat
menyebabkan otot tubuh menjadi lemah sehingga jika terjadi pada bayi, bayi
akan menjadi cepat lelah dan nafsu makannya akan menurun.
6
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal,
suara nafas melemah, dan “wheezing” yang semula jelas dapat
menghilang.
2. Tanda-tanda Bronkomalasia
a. Nafas cuping hidung
b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi
interkostal dan subkostal).
c. Sesak napas, takipne, apneu.
d. Hiperinflasi dada.
e. Retraksi, expiratory effort.
f. Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
g. Ekspirasi memanjang, mengi.
h. Hepar atau limpa dapat teraba.
7
Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut.
a. Persetujuan tindakan.
b. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
c. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
d. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
e. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
f. Premedikasi.
g. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers
dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi. Tenggorok
disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan melalui mulut
atau hidung.
h. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
i. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
2. CT-Scan
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang
digunakan untuk mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai
kelainan pada paru-paru. CT scan atau pemindaian tomografi
terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil dari sudut-
sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk
menghasilkan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur
internal paru-paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur
abnormal di dalam paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi
merupakan gejala yang dialami oleh pasien.Di samping untuk
mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan juga dapat
digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk memastikan
ketepatan dan ketelitian.Banyak tenaga medis profesional menggunakan
CT scan paru-paru untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat bagi
pasien, yang meliputi peresepan, pembedahan, atau terapi radiasi.
8
CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada
atau toraks.Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi
penghasilan berbagai gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang
dilakukan di dada atau abdomen bagian atas pasien.Irisan-irisan tersebut
kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk melihat gambaran akhir
yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan bidang.Tidak seperti
prosedur X-ray tradisional, CT scan menyediakan gambaran yang lebih
rinci dan akurat yang menunjukkan hingga abnormalitas atau
ketidakteraturan yang bersifat minor.
Selain itu, CT scan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis
tumor paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada.Itulah
mengapa CT scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran,
dan bentuk dari pertumbuhan kanker.Prosedur pencitraan ini juga dapat
membantu mengidentifikasi adanya pembesaran nodus limfa, yang
merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru-paru.
3. MRI Dada
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik
adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang
radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat
memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes
lain, seperti Rontgen,USG, atau CT scan.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 30 April 2018
Jam : 19.15 WIB
Ruang : C1L2 ( Anak )
No. Reg. : C346907
Identitas
Nama : An. A
Umur : 2 bulan 28 hari
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Margohayu Rt/Rw 04/05, kec. Karangawen, Kab.
Demak
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
1.Riwayat Perawatan Sekarang
Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien tidak menggigil, tidak mengalami
kejang. Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup,
warna kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau,
konsistensi padat serta bau khas.
Pasien masih batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum, BAB
dan BAK tidak ada kelainan.
3 hari lalu anak masih batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari
biasanya, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil / sesuai yang dimakan. Anak
tampak lemas. Berat badan anak menurun dari 4,3 kg menjadi 3,5 kg. BAK dan BAB
12
tidak ada kelainan. Lalu anak dibawa ke RS. Kota Semarang, diperiksa Lab. Darah
dengan hasil :
Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/µl ; Tr : 1.057.000/µl ; Hc : 30,9%
Dan mendapat rujukan ke RS. Dr. Kariadi. An.A belum pernah dilakukan tindakan
operasi. An.A tidak mempunyai riwayat alergi. An.A tidak pernah jatuh / cedera
sampai dirawat di RS.
13
An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam sering terjaga
Pola kebersihan
An.A mandi masih dibantu oleh ibunya
Pola eliminasi
An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit BAB 1x sehari
.
1.2 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis
Nadi : 124x/ menit dengan kekuatan lemah
Pernafasan : 50x/ menit dengan nafas cepat dan meningkat
Suhu tubuh : 37,2 0 C
Kulit :
▪ Berkeringat, lembab, turgor baik.
▪ Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
Mata :
▪ Konjungtiva : tidak anemis
▪ Sclera : tidak ikteric
▪ Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan reflek
cahaya ( + ) langsung
Kepala :
▪ Rambut : warna hitam, lurus,
▪ Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak.
Hidung :
▪ Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung
bersih, ada cuping hidung
Telinga :
▪ Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih
▪ Liang telinga : tidak terdapat serumen
▪Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran tidak
ada gangguan, bentuk simetris
Mulut :
▪ Mulut bersih, tidak berbau, bibir berwarna pucat, lidah bersih, mukosa lembab
14
Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
Dada :
Frekuensi : 50x/menit
Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral kanan
kiri=2:1, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah
Jantung : batas kiri dan kanan sulit dinilai
Perut :
Inspeksi : Perut datar, tidak ada massa, lemas.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit.
Palpasi : Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar
Perkusi : Timpani
Genetalia :
Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal. Pada
anus tidak terdapat hemoroid.
Ekstrimitas :
Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis
Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis
15
MCH : 22,5 pg
MCHC : 29,5 gr/ dL
Leukosit : 26,4 ribu/ mmk
Hitung Jenis Darah Tepi
Eosinofil : 2%
Basofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 58%
Limfosit : 30%
Monosit : 6%
Eritrosit : anisitosis ringan poikilositosis sedang
Trombosit : jumlah meningkat, bentuk normal
Leukosit : jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge cell +
RDW : 17,4 %
MPV : 7,60 fL
BGA : pH: 7,20m, CO3: 21mmHg, pCO2: 48 mmHg, BE: -3, pO2: 75
16
-pH: 7,20
-HCO3: 21mmHg
-pCO2: 48 mmHg
-BE: -3
-pO2: 75
2. DS : Orang tua pasien mengatakan anaknya Pola napas tidak efektif b/d
sesak napas sejak 3 hari yang lalu disertai batuk kelemahan otot pernafasan
dan pilek.
DO : - px terlihat kesulitan bernapas
-RR 50x/menit
-terdapat retraksi otot dada
-napas cuping hidung
-terdapat suara ronchi basah halus lobus
bawah
3. DS : Orang tua mengatakan anak terkadang Ketidakcukupan nutrisi b/d
muntah sekitar ¼ gelas kecil/sesuai yang faktor biologis
dimakan. orang tua mengatakan nafsu minam
ASI anak menurun.
DO: - BB anak menurun dari 4,3 kg menjadi 3,5
kg.
Hb: Hb : 8,20 gr/ dL
17
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
3. Ketidakcukupan Tujuan :
nutrisi b/d faktor Setelah dilakukan 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
biologis tindakan pemenuhan nutrisi.
keperawatan selam 2. Monitor adanya penurunan BB dan
3x24 jam gula darah
ketidakcukupan 3. Monitor turgor kulit
nutrisi terpenuhi 4. Monitor kekeringan, rambut
dengan kriteria hasil kusam, dan Hb.
: 5. Monitor pucat, kemerahan, dan
1. asupan makanan kekeringan jaringan konjungtiva
dan cairan bayi 6. Monitor intake nuntrisi
tercukupi.
2. terjadinya
penurunan frekuensi
muntah.
3. Hemoglobin
dalam batas normal
4. Berat badan
mengalami
peningkatan dalam
rentang normal.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang
rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan).tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi
terperangkap.Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6
tahun.(Children’s National Health System,2016)
Bronchomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan
mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa
tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.
4.2 SARAN
Bagi petugas kesehatan
20
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. Hari kelainan bawaan sedunia cegah bayi lahir cacat dengan
pola hidup sehat. 2016, (Diakses 08 Mei 2017) Dari URL
:http://www.depkes.go.id/article/print/16030300001/3-maret-hari-kelainan-
bawaansedunia-cegah-bayi-lahir-cacat-dengan-pola-hidup-sehat-.html.
Departemen Kesehatan. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak
Indonesia.Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:
2014.
IDAI. Deklarasi Surabaya. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak-XIV. Surabaya:
2008.
Ngastiyah, 2006.Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.