Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANAJEMEN PASIEN SAFETY

“KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN”

Disusun Oleh :

Nanda Dwi Cahyani (P07120116003)


Wiki Rena Jayanti (P07120116014)
Isyfi Aulia Afianti (P07120116019)
Mita Tri Maryani (P07120116020)
Emilia Purnama P. (P07120116025)
Desi Wulan S. (P07120116029)
Indah Ratna Pratiwi (P07120116037)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
2017/2018
PEMBAHASAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN I
KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

A. Pengertian
Sasaran Keselamatan Pasien adalah syarat yang harus diterapkan di semua rumah
sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS),
dan Joint Commission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong peningkatan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan keahlian
terhadap permasalahan ini. Dengan pengakuan bahwa desain/rancangan sistem yang baik
itu intrinsik/menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi, tujuan
sasaran umumnya difokuskan pada solusi secara sistem, bila memungkinkan.
Sasaran juga terstruktur, sama halnya seperti standar lain, termasuk standar
(pernyataan sasaran/goal statement), Maksud dan Tujuan, atau Elemen Penilaian. Sasaran
diberi skor sama seperti standar lain dengan “memenuhi seluruhnya”, “memenuhi
sebagian”, atau “tidak memenuhi”. Peraturan Keputusan Akreditasi termasuk pemenuhan
terhadap Sasaran Keselamatan Pasien sebagai peraturan keputusan yang terpisah.
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan
keterangan tersebut dengan individu seseorang.
Pasien adalah seorang individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan
antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau mempermudah dalam
pemberian pelayanan kepada pasien.
B. Standar Sasaran Keselamatan Pasien I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki dan meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.

C. Maksud dan Tujuan Sasaran Keselamatan Pasien I


Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur,
kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin mengalami disabilitas sensori; atau akibat
situasi lain. Maksud ganda dari sasaran ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang
dapat dipercaya (reliable) mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan
untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Semua paisen rawat inap, UGD
dan yang akan menjalani suatu prosedur harus diidentifikasidengan benar saat masuk
rumah sakit dan selama masa perawatannya. Tujuan dari identifikasi pasien adalah untuk
memberikan identitas pada pasien, untuk membedakan pasien, untuk menghindari
malpraktik, mengurangi kejadian atau kesalahan yang berhubungan dengan salah
identifikasi yang berupa kesalahan pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi,
kesalahan transfusi dan kesalahan pemeriksaan diagnostik. Panduan identifikasi pasien
dirumah sakit dibuat sebagai tuntunan bagi pihak rumah sakit yang bermanfaat untuk
pelaksanaan tugas berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan yang aman bagi pasien
dan petugas kesehatan, menghindari kekeliruan dalam memberikan tindakan kepada
pasien.
Kebijakan dan prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau
tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi umumnya
digunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan bar-code,
atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
(Harahap, 2013).
Di rumah sakit terdapat dua jenis gelang yang dikenakan bagi pasien rawat inap.
Gelang identitas berwarna pink untuk perempuan dan gelang biru untuk laki-laki. Di
gelang tersebut ditempel stiker berisi identitas pasien.

D. Elemen Penilaian Sasaran Keselamatan Pasien I


1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien. Identifikasi pasien mencakup minimal 2 detail
wajib dari nama pasien, tanggal lahir/umur, nomor rekam medis, dan gelang
nama/barcode
2. Cara identifikasi adalah:
a. Menanyakan secara verbal kepada pasien nama lengkap dan bila mungkin
tanggal lahir.
b. Melihat secara visual pada gelang identitas pasien dua identitas tersebut
untuk dicocokkan dengan identitas pasien yang akan diberi tindakan.
3. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau prosedur.
6. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi.

E. Ruang Lingkup
Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien IGD, dan pasien
yang akan menjalani suatu prosedur. Pelaksana panduan ini adalah semua tenaga
kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya), staf di ruang
rawat, staf administrasi, dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.
F. Prinsip
1. Semua pasien rawat inap, IGD dan yang akan menjalani suatu prosedur, harus
diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa perawatannya.
2. Kapanpun dimungkinkan, pasien rawat inap harus menggunakan gelang identifikasi
dengan minimal 2 data(nama pasien, tanggal lahir).
3. Tujuan utama tanda identifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi pemakainya.

G. Tatalaksana Identifikasi Pasien


1. Tatalaksana gelang identifikasi pasien
Dalam penjelasannya sebelumnya telah disebutkan perbedaan penggunaan
gelang pada pasien laki-laki dan perempuan. Selanjutnya, ada pula gelang risiko.
Tujuan dari pemakaian gelang risiko adalah untuk mengetahui sejauh mana risiko ada
pada seorang pasien. Gelang risiko terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a) Gelang kuning, menandakan bahwa pasien mempunyai risiko jatuh tinggi.
Artinya pasien tersebut perlu diawasi lebih ketat. Misalnya pasien pasca operasi,
pasien dengan penurunan kesadaran, atau pasien dengan alat bantu.
b) Gelang merah, menandakan pasien mempunyai riwayat alergi.
c) Gelang ungu, menandakan bahwa pasien harapan hidupnya rendah atau dikenal
dengan istilah Do Not Resuscitation (DNR) (Retno, 2014).
Gelang identifikasi pasien yang akan dipasangkan minimal meliputi nama
lengkap pasien (sesuai e KTP), tanggal lahir dan umur, nomor rekam medis pasien,
alamat, tanggal masuk rumah sakit boleh dicantumkan atau boleh juga tidak
dicantumkan.
Manfaat pemasangan gelang, meliputi:
a) Petugas dapat mengidentifikasi pasien dengan mudah sebelum memberikan
pelayanan, pengobatan atau tindakan
b) Petugas mampu mengenali pasien dengan pasien yang berisiko jatuh dan
mempunyai indikasi alergi obat. Yang dilihat dari warna gelang yang dipakai
pasien
c) Mencegah terjadinya kesalahan dan kekeliruan pada saat pemberian pelayanan,
pengobatan dan tindakan.
Bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang, meliputi:
a) Petugas mengalami kesulitan dalam proses identifikasi
b) Petugas maupun pasien mempunyai risiko besar terjadinya kesalahan dalam
pemberian pelayanan
c) Dapat menimbulkan peningkatan angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
di rumah sakit.

Pemilihan gelang juga memerlukan kebijakan atau perhatian khusus oleh rumah
sakit, spesifikasi gelang yang baik antara lain:
a) Gelang tidak mudah terlepas, yang dimaksud adalah gelang digunakan satu kali
pakai dan tidak bias dilepas, kecuali dengan cara kanibal
b) Identitas yang tercantum pada gelang pasien tidak mudah terhapus atau sifatnya
permanen
c) Jenis gelang juga harus nyaman ketika dipakai oleh pasien, dan berbahan lentur
tanpa melukai tangan pasien

Tatalaksana pemasangan gelang identifikasi pasien:


a) Gelang identifikasi pasien dipasangkan di pergelangan tangan (kanan atau kiri)
b) Petugas menjelaskan manfaat pemasangan gelangidentitas yaitu:
i. Jelaskan manfaat gelang pasien yaitu mencegah salah orang sebelum pasien
diberikan obat, dilakukan tindakan atau prosedur, dan dilakukan
pengobatan.
ii. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, dan menutupi
gelang, yaitu dapat terjadi salah obat, tindakan, prosedur, transfusi dll.
iii. Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan
atau memberi obat memberikan pengobatan tidak menanyakan nama dan
tanggal lahir serta tak mengecek kegelang identitas
iv. Memastikan bahwa gelang terpasang dengan nyaman dan aman.
v. Pelepasan gelang identifikasi pasien hanya ketika proses pemulangan
pasien telah selesai.
vi. Ketika pasien dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya, perawat yang
menerima pasien bertanggung jawab untuk menanyakan kembali identitas
pasien dan menyesuaikan dengan rekam medisnya.

Tatalaksana melepas gelang pengenal pasien:


a) Gelang pengenal hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari rumah sakit.
b) Yang bertugas melepas gelang pengenal adalah perawat yang bertanggungjawab
terhadap pasien selama masa perawatan di rumah sakit.
c) Gelang pengenal dilepas setelah semua proses selesai dilakukan. Proses ini
meliputi: pemberian obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan
mengenai rencana perawatan selanjutnya kepada pasien dan keluarga.
d) Gelang pengenal yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-
potongan kecil sebelum dibuang ke tempat sampah.
e) Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang pengenal
sementara (saat masih dirawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan
gelang pengenal mengganggu suatu prosedur. Segera setelah prosedur selesai
dilakukan, gelang pengenal dipasang kembali.

2. Tatalaksana identifikasi pasien pada suatu tindakan


a. Tatalaksana identifikasi pasien yang menjalani pemeriksaan radiologi
i. Perawat harus memastikan identitas pasien dengan benar sebelum melakukan
prosedur (ditanya secara verbal).
ii. Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus diperoleh
sebelum pajanan radiasi (exposure) dilakukan.
b. Tatalaksana identifikasi pasien yang menjalani operasi
i. Petugas kamar operasi harus mengkonfirmasi identitas pasien.
ii. Jika diperlukan untuk melepas gelang identifikasi selama dilakukan operasi,
tugaskanlah perawat di kamar operasi untuk bertanggungjawab melepas dan
memasang kembali gelang identifikasi pasien.
iii. Gelang identifkasi pasien yang dilepas harus ditempelkan di ddepan rekam
medis pasien.
c. Tatalaksana identifikasi pasien yang akan dilakukan pengambilan dan pemberian
darah
i. Identifikasi, pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan penyerahan
komponen darah merupakan tanggung jawab petugas yang mengambil darah.
ii. Dua orang staf rumah sakit yang kompeten harus memastikan kebenaran data
demografik pada kantong darah, jenis darah, golongan darah pada pasien
yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluarsanya, dan identitas pasien
pada gelang pengenal.
iii. Staf rumah sakit harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap
dan tanggal lahirnya.
iv. Jika staf rumah sakit tidak yakin atau ragu akan kebenaran identitas pasien,
jangan lakukan transfusi darah sampai diperoleh kepastian isentitas pasien
dengan benar.
d. Tatalaksana identifikasi pada bayi baru lahir atau neonatus
i. Gelang pasien neonatus berisi identifikasi ibu yang melahirkan pasien jika
nama pasien belum teregistrasi, jenis kelamin bayi, tanggal dan jam lahir
bayi, nomor rekam medis bayi, dan modus kelahiran.
ii. Jika bayi kembar, pasangkan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir dengan
menuliskan nama ibu dan nomor RM bayi ditambah nomor urut kelahiran
(Ny. X 1, Ny. X 2).
iii. Setelah nama neonatus teregistrasi, identifikasi mengenai ibu pasien dapat
diganti dengan identifikasi pasien tersebut jika bayi sudah diberi nama.
iv. Gelang identifikasi warna pink untuk bayi perempuan dan warna biru untuk
laki – laki.
v. Pada kondisi dimana jenis kelamin bayi sulit ditentukan, gunakan gelang
pengenal warna putih.
e. Tatalaksana identifikasi pasien rawat jalan
i. Tidak perlu menggunakan gelang pengenal.
ii. Sebelum melakukan suatu prosedur, tenaga medis harus menanyakan
identitas pasien berupa nama dan umur. Data ini harus dikonfirmasi dengan
data yang tercantum pada data rekam medis.
iii. Jika pasien adalah rujukan dari dokter umum, puskesmas, atau layanan
kesehatan lainnya, surat rujukan harus berisi identitas pasien berupa nama
lenkap, tanggal lahir, dan alamat. Jika data ini tidak ada, prosedur tidak dapat
dilaksanakan. Jika pasien rawta jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya
sendiri, verifikasi data dengan menanykan pada keluarga atau pengantar
pasien.
f. Tatalaksana identifikasi pasien rawat inap
i. Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus diinformasikan kepada
perawat yang bertugas setiap kali pergantian jaga.
ii. Berikan label atau penanda berupa ‘pasien dengan nama yang sama’ di
lembar pencatatan, lembar obat-obatan, dan lembar tindakan.
iii. Kartu bertanda ‘pasien dengan nama yang sama’ harus dipasang di tempat
tidur pasien agar petugas dapat memverifikasi identitas pasien.
g. Tatalaksana identifikasi pasien yang identitasnya tidak diketahui
i. Pasien akan dilabel menurut prosedur setempat sampai pasien dapat
diidentifikasi dengan benar. Contoh pelabelan yang diberikan berupa:
Pria/Wanita Tidak Dikenal, Tn X atau Ny X, dan sebagainya.
ii. Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang pengenal baru dengan
identitas yang benar.
h. Tatalaksana identifikasi pasien dengan gangguan jiwa
i. Kapanpun dimungkinkan, pasien gangguan jiwa harus menggunakan
gelang pengenal.
ii. Akan tetapi terdapat hal-hal seperti kondisi pasien atau penanganan pasien
yang menyebabkan sulitnya mendapat identitas pasien dengan benar
sehingga perlu dipertimbangkan untuk menggunakan metode identifikasi
lainnya.
iii. Identifikasi pasien dilakukan oleh petugas yang dapat diandalkan untuk
mengidentifikasi pasien dan lakukan pencatatan di rekam medis.
iv. Pada kondisi dimana petugas tidak yakin atau ragu dengan identitas pasien
(misalnya saat pemberian obat), petugas dapat menanyakan nama dan
tanggal lahir pasien (jika memungkinkan) dan dapat dicek ulang pada rekam
medis.
v. Jika terdapat ≥2 pasien dengan nama yang sama di ruang rawat, berikan
tanda atau label notifikasi pada rekam medis, papan nama pasien, dan
dokumen lainnya.
i. Tatalaksana identifikasi pasien yang meninggal
i. Pasien yang meninggal di ruang rawat harus dikonfirmasi identitasnya
dengan gelang pengenal dan rekam medis (sebagai bagian dari proses
verifikasi pasien).
ii. Semua pasien yang telah meninggal harus diberi identifikasi dengan
menggunakan 2 gelang pengenal, satu di pergelangan tangan dan satu lagi di
pergelangan kaki.
iii. Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain kafan. Jika pasien
menggunakan kantong jenazah, salinan kedua harus ditempelkan di kantong
jenazah (body bag). Salinan ketiga disimpan di rekam medis pasien.

H. Pelaporan Insiden atau Kejadian Kesalahan Identifikasi Pasien


1. Setiap petugas yang menemukan adanya kesalahan dalam identifikasi pasien harus segera
melapor kepada petugas yang berwenang di ruang rawat, kemudian melengkapi laporan
identitas.
2. Petugas harus berdiskusi dengan Kepala Instansi atau Manajer mengenai pemilihan cara
terbaik dan siapa yang memberitahukan kepada pasien atau keluarga mengenai kesalahan
yang terjadi akibat kesalahan identifikasi.
3. Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah
a. Kesalahan penulisan alamat di rekam medis.
b. Kesalahan informasi atau data di gelang pengenal.
c. Tidak danya gelang pengenal pasien.
d. Misidentifikasi data atau pencatatan di rekam medis.
e. Misidentifikasi pemeriksaan radiologi(rontgen).
f. Misidentifikasi laporan investigasi.
g. Misidentifikasi perjanjian(appointment).
h. Registrasi ganda saat masuk rumah sakit.
i. Salah memberikan obat ke pasien.
j. Pasien menjalani prosedur yang salah.
k. Salah pelabelan identitas pada sampel darah.
4. Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi akibat adanya misidentifikasi dengan atau
tanpa menimbulkan bahaya dan juga insiden yang hampir terjadi dimana misidentifikasi
terdeteksi sebelum dilakukan suatu prosedur.
5. Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah
a. Kesalahan pada administrasi/tata usaha
- Salah memberikan label
- Kesalahan dalam mengisi formulir
- Kesalahan memasukkan nomor atau angka pada rekam medis
- Penulisan alamat yang salah
- Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
b. Kegagalan verifikasi
- Tidak adekuatnya/tidak adanya protokol verifikasi
- Tidak mematuhi protokol verifikasi
- Kesulitan komunikasi.
6. Jika terjadi insiden akibat kesalahan identifikasi pasien, lakukan hal berikut ini
- Pastikan keamanan dan keselamatan pasien
- Pastikan bahwa tindakan pencegahan cedera telah dilakukan
- Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah atau dilakukan di
tempat yang salah, para klinisi harus memastikan bahwa langkah-langkah yang
penting telah diambil untuk melakukan prosedur yang tepat pada pasien yang
tepat.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Identifikasi pasien dengan tepat merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
dalam proses keperawatan. Proses identifikasi pasien perlu dilakukan dari sejak awal
pasien masuk rumah sakit yang kemudian identitas tersebut akan selalu dikonfirmasi
dalam segala proses di rumah sakit, seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau
produk darah atau sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan.
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi umumnya digunakan nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan bar-code. Nomor kamar atau
lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
Pada intinya identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien
untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Oleh karena itu, identifikasi
merupakan hal yang sangat penting dan pertama dalam manajemen patient safety.

B. Saran
Perlu diketahui bahwa dalam mencatat data identitas pasien sebaiknya diusahakan
dengan lengkap dan benar. Jika dalam mencari data pasien diperoleh data yang benar
maka identitas pasien dapat dipertanggungjawabkan dan dapat menetapkan jati diri
pasien dengan tepat.
Semoga dengan terselesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca
khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dapat lebih mengetahui dan
memahami tentang sasaran keselamatan pasien I ketepatan identifikasi pasien dan dapat
menerapkannya dalam dunia keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Royal Free Humpstead NHS Trust. 2008. Patien Identifivation Policy


http://www.academia.edu/17985141/PANDUAN_IDENTIFIKASI_PASIEN
http://marlinaazwar.blogspot.co.id/2015/12/pedoman-identifikasi-pasien-rumah-sakit.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai