Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN I
(Standar Pelaporan dan Laporan Auditor)
Dosen: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E, M.M., Ak., CPA

Disusun Oleh:

KELOMPOK XIII
1. I Gusti Ayu Agung Sintia Utami (1707532009)
2. Gusti Ayu Ega Pratiwi (1707532012)
3. I Gusti Agung Ayu Laksmi Devi (1707532018)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019/2020
JENIS-JENIS LAPORAN AUDIT

Laporan keuangan merupakan dokumen atau catatan mengenai informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Bagi
orang akuntansi, laporan keuangan merupakan sesuatu yang sangat umum. Namun, ada beberapa
orang pengguna tidak mengerti tentang laporan keuangan. Oleh karena itu, dibutuhkan penjelasan
atau penerjemahan dari seorang ahli agar orang-orang mengerti tentang laporan keuangan.
Penerjemahan atau penjelasan inilah yang dikenal dengan opini audit.

Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang
berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif untuk
menentukan tingkat kepatuhan asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun hasil dari audit
yakni berupa opini dari auditor atas laporan keuangan yang diperiksa. Opini audit inilah yang
mengungkapkan apakah laporan keuangan wajar atau tidak. Opini audit terdiri dari 4 (empat) jenis,
yaitu sebagai berikut:

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Opini wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika auditor tidak menemukan kesalahan
yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan dan laporan keuangan dibuat sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Dengan kata lain, laporan keuangan akan
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian jika memenuhi kondisi seperti berikut:

- Laporan keuangan lengkap


- Bukti audit yang dibutuhkan lengkap
- Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja
- Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan konsisten
- Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti mengenai perkembangan di masa depan
(going concern)

Opini wajar tanpa pengecualian dapat dimodifikasi menjadi opini wajar tanpa pengecualian
dengan paragraf penjelasan (modified unqualified opinion) ketika auditor harus menambah suatu
paragraf penjelasan dalam laporan auditnya. Keadaan yang membuat modifikasi ini, apabila terjadi
seperti:
Ada keraguan dari auditor atas konsep going concern perusahaan / entitas.

- Kurang konsisten perusahaan dalam menerapkan prinsip atau standar akuntansi yang
digunakan.
- Auditor ingin menekankan suatu hal.

Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:

- Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi adalah material tetapi tidak
pervasif terhadap laporan keuangan, atau
- Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari opini, tetapi auditor
menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang mungkin
timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat menjadi material tetapi tidak pervasif.

Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Audit harus menyatakan opini tidak wajar ketika auditor setelah melakukan pemeriksaan
memperoleh bukti yang cukup dan tepat kemudian menyimpulkan bahwa ada kesalahan penyajian,
baik secara individual maupun secara agregasi adalah material dan pervasif terhadap laporan
keuangan. Pervasif sendiri diartikan sebagai kesalahan yang akan membawa dampak kemana-
mana atau mendalam.

Opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Opini tidak menyatakan pendapat diberikan auditor ketika auditor tidak memperoleh bukti yang
cukup dan tepat untuk mendasari opini, dan auditor tidak menyimpulkan bahwa pengaruh
kesalahan penyajian material yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan
keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.

PERSYARATAN MASING-MASING AUDITOR


Penilaian yang baik adalah yang dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli
(kompeten) dan cermat (due care) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas
penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara pribadi maupun institusi harus independen terhadap
pihak yang diaudit (auditi), dan untuk menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki
keahlian dibidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang
diauditnya. Sedangkan kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang
baik, pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kode etik, supervisi yang diselenggarakan secara
aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan, dan sebagainya
A. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
1. Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang
auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan formal atau pendidikan dan
latihan sertifikasi) dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan
oleh lamanya yang bersangkutan berkarir di bidang audit atau intensitas/sering dan
bervariasinya melakukan audit. Jika auditor menugaskan orang yangkurang/belum
berpengalaman, maka orang tersebut harus disupervisi (dibimbing) oleh seniornya yang
berpengalaman.
2. Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.
3. Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang pendidikan
dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan standar akuntansi
yang berlaku. Demikian pula denganauditor yang melakukan audit operasional dan
ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional
yang diauditnya, baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk
melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan
tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli yang sesuai.
B. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab
atas penyusunan laporan maupun terhadap para penggunalaporan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektifitas para pihak yang
tekait, sehingga pelaksanaan danhasil auditnya dapat diselenggarakan secara
obyektif.Independensi yang dimaksud meliputi independensi dalam kenyataan (infact) dan
dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam kenyataan lebih cenderung
ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak terpengaruh olehpihak manapun. Sedangkan
independensi dalam penampilan ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat
mempengaruhi pendapat orang lain terhadap independensi auditor.
C. Kecermatan dalam melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat
(due professional care), direncanakan dengan baik, meng-gunakan pendekatan yang
sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkanbukti yang cukup dan ditelaah secara
mendalam.Di samping itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu yang
memadai: organisasinya ditata dengan baik, terhadap SDM yang digunakan dilakukan
pembinaan, diikut sertakan dalam pendididkan dan pelatihan yang berkesinambungan,
pelaksanaan kegiatannya disupervisi denganbaik, dan hasil pekerjaannya di-review secara
memadai. Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus diterapkan auditor dalam
pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan akan berpengaruh pada sikap
orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audityang dilakukannya. Oleh
karena itu, auditor harus mempertimbangkan bahwa suatu saat dia harus mempertanggung
jawabkan hasil auditnya,termasuk apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang
sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil meng-
ungkapkannya.
KRITERIA WAJAR DALAM LAPORAN AUDIT

Kriteria wajar dalam laporan auditor terdiri dari wajar tanpa syarat, wajar tanpa syarat
dengan paragraph penjelasan, wajar dengan pengecualian, tidak wajar dan tidak memberikan
pendapat (Darmawan: 2012).

Wajar Tanpa Syarat (Unqualified Opinion)

diterbitkan bila :

1) Seluruh laporan keuangan neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas
telah lengkap.
2) Semua aspek dari ketiga standar umum telah dipatuhi dalam penugasan audit tersebut.
3) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan
bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
4) Laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasikan kalimat dalam laporan audit.

b. Wajar tanpa Syarat dengan paragraf penjelasan atau dengan Modifikasi Kalimat
(Unqulified Opinion with Explanatory Language)

ditambahkan apabila :

1) Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4) Penekanan pada suatu masalah.
5) Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

c. Wajar dengan pegecualian (Qualified Opinion)

diterbitkan bila :

1) Pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara
wajar.
2) Jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya tersebut bersifat
material.
3) Auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan dalam
standar profesional akuntan publik.
4) Pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik oleh klien maupun oleh kondisi yang
ada, yang mencegah auditor untuk melaksanakan proses audit secara lengkap.

d. Tidak wajar (Adverse Opinion)

Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian.

1) Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan
secara wajar atas laporan keuangan.
2) Laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
3) Ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya tidak dapat dikumpulkan.
4) Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang
disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak
dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

e. Tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)

disebabkan beberapa kondisi :

1) Adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian
karena auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
2) Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar
adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya
ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Persyaratan MAsing-masing Auditor. (2015). Dipetik 2019, dari Blogger:
http://fekool.blogspot.com/2015/04/persyaratan-masing-masing-auditor.html

https://www.jurnal.id/id/blog/4-jenis-opini-audit-laporan-keuangan-yang-wajib-anda-ketahui/

http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-kriteria-wajar-dalam-laporan.html

Anda mungkin juga menyukai