Disusun oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2018
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila sebagai Ideologi
Negara” tanpa suatu kendala yang apapun.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi
tentang pendidikan Pancasila yang mempelajari berkaitan dengan konsep Pancasila sebagai
Ideologi Bangsa Indonesia. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu
penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan baik dalam isi
ataupun sistematika. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pendalaman
materi pada mata kuliah pendidikan Pancasila dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai
baik dan tidak baik
1. Ideologi terbuka
Ideologi terbuka merupakan nilai-nilai dan cita-cita yang tidak dipaksakan dari
luar, melainkan digali dari harta kekayaan rohani,moral dan budaya masyarakat itu
sendiri. Selain itu sifat ideologi terbuka senantiasa berkembang seiring dengan
perkembangan aspirasi, pemikiran serta akselerasi dari masyarakat dalam mewjudkan
cita-citanya untuk hidup berbangsa dalam mencapai harkat da martabat manusia
(Kaelan, 2010).
2. Ideologi Tertutup
Ideologi ini dikemukan oleh Karl Mannheim yang beraliran marx, ideologi
particular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis dan
terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tetentu dalam masyarakat.
Sedangkan ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran
menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial (Kaelan, 2010).
B. Fungsi Ideologi
5
a) Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami kejadian dalam keadaan alam sekitarnya.
b) Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
c) Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang.
d) Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
e) Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f) Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya.
6
Falsafah Negara atau Ideologi Negara, karena memuat norma-norma yang paling
mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk penyelenggaraan
negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang diambil dalam proses
pemerintahan (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44). Pancasila sebagai ideologi negara
berarti Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide)
bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya, disusun secara sistematis serta diberi
petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas.
Menurut Alfian kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada
pada ideologi tersebut yaitu :
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi
tersebut secara riil hidup di dalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarah masyarakat atau bangsanya.
b. Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung
idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
c. Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut memiliki
keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan
atau mengingkari jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
7
Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan mengembangkan
persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial, demikian selanjutnya,
sehingga tiaptiap sila di dalamnya mengandung sila-sila yang lain. Kemudian susunan
Pancasila dalam hierarkhis pyramidal dapat dirumuskan dalam hubungannya saling
mengisi dan saling mengkualifikasi. Tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya,
dikualifikasi oleh empat sila lainnya.
8
Indonesia. Etos itu kemudian dinyatakan dalam bentuk berbagai perwujudan seperti jati
diri, kepribadian, ideologi dan seterusnya. Perwujudan di zaman modern ini adalah
dalam bentuk perumusan formal yang sisteematik yang kemudian menghasilkan
ideologi. Berkenaan dengan bangsa Indonesia, pancasila dapat dipandang sebagai
perwujudan etos nasional dalam bentuk perumusan formal, sehingga sangat lazim dan
semestinya pancasila disebut sebagai ideologi nasional.
a) Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b) Mewujudkan satu azas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus bangsa,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan semangat nasionalisme.
9
BAB III
KESIMPULAN
ideologi, yaitu keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin
diwujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit. Ideology terdiri dari berbagai macam yaitu
ideology terbuka, ideology tertutup, ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif. Ideology
memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai struktur kognitif, sebagai orientasi dasar, sebagai
pandangan norma dan masih banyak lagi.
Pancasila sebagai ideologi bangsa artinya setiap warga negara Republik Indonesia terikat
oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima. Kadang-
kadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan
Negara Indonesia
a) Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b) Mewujudkan satu azas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup yang harus
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi penerus bangsa,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan semangat nasionalisme.
10
DAFTAR PUSTAKA
3. Al Marsudi, Subandi. 2008. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi.
Jakarta: Rajawali Press.
11