DOSEN
AINUN WULANDARI, S. FARM., M. SC., APT
NAMA KELOMPOK
DIAN PERTIWI 14334004
DIAN PUSPARINI 14334016
SELVIA RAHMI 14334026
YEMIMA CHINTIA 14334085
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Perilaku seksual
remaja dan kesehatan reproduksinya”.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah
wawasan pemikiran para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
SEKS BEBAS..................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja di awali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik dan perubahan fisiologis. Perubahan ini menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis
yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan seksual. Dalam rangka mencari
pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai
mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual.
Menurut Hurlock (1973, dalam Kusmiran, 2011, hal 32) mengemukakan bahwa
dengan meningkatnya minat terhadap kehidupan seksual, remaja selalu berusaha mencari
informasi obyektif mengenai seks. Oleh karena itu, hal yang paling membahayakan adalah
bila informasi yang diterima remaja berasal dari sumber yang kurang tepat sehingga
menimbulkan kekurang pahaman remaja terhadap masalah seputar seksual. Kurangnya
pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja amat merugikan bagi remaja sendiri
termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting
yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual (Soetjiningtsih, 2004, hal 133).
Arus informasi yang semakin gencar melanda dunia tidak urung telah mengubah
pandangan dan perilaku seksual remaja Indonesia, sehingga terjadi penyimpangan yang
menjurus ke arah makin memudarnya norma-norma di masyarakat. Maraknya pemberitaan di
media massa mengenai percum, kupu-kupu muda dan berbagai istilah lain yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku seksual remaja. Tidak tepat dan tidak benarnya informasi
mengenai seksual dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat runyam masalah
perilaku seksual remaja pranikah ini.
Adanya perubahan sikap dan perilaku seksual remaja pranikah itu tentu akan
memberikan dampak terhadap kehidupan mereka, terutama kesehatan reproduksinya, Hamil
dan melahirkan anak diusia muda atau melakukan aborsi, tertular penyakit seksual, dan di
sidang dalam pengadilan sosial masyarakat merupakan dampak dari perilaku seksual remaja
pranikah yang harus diterima remaja. Adanya dampak tersebut menyebabkan mereka yang
semula diharapkan menjadi subjek pembangunan justru akan menjadi beban dari
pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, dampak yang ditimbulkan oleh perilaku seksual
remaja pranikah dan juga perilaku seksual remaja pranikah itu sebagai akar masalah harus
segera diatasi.
1
Melihat jumlah remaja yang cukup besar tersebut tidak tertutup kemungkinan perilaku
seksual remaja pranikah dan dampak yang ditimbulkannya (dalam hal ini dampak terhadap
kesehatan reproduksi) akan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Di bawah ini akan diungkapkan dan dibahas sebagian kecil permasalahan remaja dewasa ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan menurut para ahli filsafat ada bermacam-macam pandangan diantaranya
pandangan Aries Toteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang di inderai dan
dapat merangsang budi, menurut Decrates ilmu pengetahuan merupakan serba serbi, serta
oleh Bacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin.
Pengetahuan merupakan hasil rekaman kognitif mengenal sesuatu masukan akan
manusia. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini tejadi setelah orang melakukan peginderaan
suatu objek tertentu. (Notoadmojo, 2003)
3
Tingkat Pengetahuan
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpresikan materi secara benar.
c) Aplikasi ( application )
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya)
d) Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menyebarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen tapi masih dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
e) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau
materi.
4
MASA REMAJA DIBEDAKAN DALAM:
5
Adapun tanda-tanda tersier antara lain : biasanya diwujudkan dalam sikap dan
perilaku, contoh pada pria ada perubahan mimik jika bicara, cara bepakaian, cara
mengatur rambut, bahasa yang diucapkan, dan lain-lain. Adapun pada wanita : ada
perubahan cara bicara, cara tertawa, cara berpakaian, cara berjalannya dan lain-lain.
Perkembangan lainnya pada masa pra pubertas ini adalah munculnya perasaan-
perasaan negative pada diri anak sehingga masa ini ada yang menyebut masa negative.
Anak mulai ada keinginan melepaskan diri dari kekuasaan orang tua, tidak mau tunduk
ada perintah dan kebijaksanaan dari orangtua. Semuanya terasa ingin ditolak, hal ini
bukan karena anak ingin bebas sepenuhnya dari orang tua tetapi ingin menyamakan
statusnya dengan orang dewasa.
Tentang lamanya masa ini sangat relative tergantung dari ritme dan tempo
perkembangan anak. Karl Buhrel mengatakan masa ini berlangsung cukup lama
meliputi sebagian besar dari masa puber. Tapi H.Hetzer menunjukkan lamanya masa ini
cukup singkat ±9 bulan.
Masa Pubertas
Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersikap reaktif, tapi juga anak
mulai aktif dalam rangka menemukan jati dirinya (akunya), serta mencari pedoman
hidup untuk bekal kehidupan mendatang. Sehingga Ch.Buhler pernah
menggambarkan dengan ungkapan, “Saya menginginkan sesuatu tapi tidak
mengetahui akan sesuatu itu”. Sehingga masa ini ada yang menyebutnya sebagai masa
Stround Drang (badai dan dorongan)
Tentang tanda-tanda masa pubertas ini E.Spranger menyebutkan ada tiga
aktifitas yaitu:
a. Penemuan aku
b. Pertumbuhan pedoman kehidupan
c. Memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan
Pada masa ini banyak terjadi kenakalan remaja akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan akan prestasi, komformitas,
kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, kebutuhan akan identitas
diri, dan kebutuhan seksual. . Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan
perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah,
sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka
6
mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu yang sifatnya
eksperimen dan eksploratif..
Kegiatan tersebut pada wanita dan pria sudah tentu ada perbedaan biologis
dan kejiwaannya juga karena ada perbedan pandangan sikap dalam hidupnya.
Masa Adolesen
Pada masa ini seseorang sudah dapat mengetahui kondisi dirinya, ia sudah mulai
membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentuka jalan hidup (way
of life) yang hendak ditemuinya. Pada masa ini remaja sudah mulai tenang kejiwaannya,
sebagai persiapan kehidupan pada masa dewasa.
a. Menunjukkan timbulnya sikap positif dalam menentukkan system tata nilai (value)
yang ada
b. Menunjukkan adanya ketenangan dan keseimbangan di dalam kehidupannya.
c. Mulai menyadari bahwa sikap aktif, mengkritik waktu ia puber itu mudah tapi
melaksanakannya sulit.
d. Ia mulai memiliki rencana hidup yang jelas dan mapan
e. Ia mulai senang menghargai sesuatu yang bersifat histories dan tradisi, agama, kultur,
etis dan estetis, serta ekonomis.
f. Dalam menentukkan calon teman hidup / pasangan sudah tidak berdasar nafsu seks
belaka, tapi juga berdasar atas pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
g. Mulai mengambil/menentukkan sikap hidup berdasar system ilai yang diyakininya.
h. Pandangan dan perasaan yang semakin menyatu atau melebar antara erotic dan
seksualitas, yang sebelumnya (pubertas) antar keduanya terpisah.
7
Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengertian kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat baik fisk, psikis maupun social
yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi.
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Batasan kesehatan reproduksi menurut international conference on population and
development (ICPD) hampir berdekatan dengan batasan dari WHO. Kesehatan reproduksi
menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidak-
hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi (ICPD, 1994)
Reproduksi sendiri merupakan proses alami untuk melanjutkan keturunan sedangkan
reproduksi sehat berkaitan dengan sikap dan perilaku sehat dan bertanggung jwabnya
seseorang berkaitan dengan alat reproduksi dan fungsi-fungsinya serta pencegahan terhadap
gangguan-gangguan yang mungkin timbul (Notoatmodjo, 2005)
Sedangkan definisi remaja menurut WHO adalah seseorang yang telah berusia 10-19
tahun, sedangkan menurut UU Perlindungan N0.23 tahun 2002 adalah seseorang yang telah
berusia 10-18 tahun.
Secara umum terhadap 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi, yakni:
1. Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan
proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil
2. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak
buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi
yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi.
3. Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan
remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berhargannya
wanita di mata pria yang membeli kebebasan dengan materi.
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb)
8
Perilaku Seksual Remaja
SEKS BEBAS
Seks bebas adalah bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan
pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga
pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Biasanya dilakukan
dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.
2) Televisi
Banyaknya sinetron baik impor maupun lokal yang ditayangkan di televisi sering
menggambarkan tentang kebebasan bergaul antara pria dan wanita, keberanian istri
pada suami, serta tidak adanya adab seorang anak terhadap orang tua. Adanya film-film
impor yang bermotif kekerasan seperti sinema unggulan, sinema prima, layar unggulan
yangmenitikberatkan pada tawuran antar geng, persaingan antar mafia, perampokan,
pembunuhan sadis, sedikit banyak dapat mempengaruhi jalan pikiran remaja untuk
melakukan tindak kriminal.
9
3) Video
Dewasa ini banyak sekali kaset-kaset video porno yang diproduksi pihak
produser luar negeri dan local yang seringkali dikonsumsi oleh kawula muda,
sehingga dapat merusak akhlak dan moral mereka.
4) Taman-taman hiburan
Selain memiliki efek positif sebagi tempat rekreasi, taman hiburan bisa juga
menimbulkan efek negatif yang membahayakan bila disalahgunakan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Sekarang banyak sekali seks bebas yang dilakukan di
taman-taman hiburan, baik oleh pasangan remaja yang dimabuk cinta, WTS (Wanita
Tuna Susila) dan para lelaki hidung belang, waria, maupun oknum-oknum lain yang
menyalahgunakan taman-taman hiburan.
5) Bioskop
Akhir-akhir ini industri hiburan bioskop tidak seramai dahulu dikunjungi
penonton. Hal ini merupakan akibat dari membanjirnya film-film impor di stasiun-
stasiun televisi swasta, yang dahulu film-film tersebut hanya bisa dinikmati di layar
bioskop saja. Pengelola media hiburan ini tidak segan-segan memutar film-film porno
yang disediakan untuk segala umur, untuk menarik para pengunjung. Mereka hanya
melihat segi keuntungannya saja tanpa menghiraukan pengaruh-pengaruh negatif dalam
perkembangan jiwa remaja setelah menonton film tersebut.
10
ibu usia muda. Menurut Affandi (1995) tingkat kematian anak pada ibu usia muda
mencapai 2-3 kali dari kematian anak yang ibunya berusia 20-30 tahun.
Selain melanjutkan kehamilan tidak sedikit pula mereka yang mengalami unwanted
pregnancy melakukan aborsi. Lebih kurang 60 % dari 1.000.000 kebutuhan aborsi
dilakukan oleh wanita yang tidak menikah termasuk para remaja. Sekira 70-80 % dari
angka itu termasuk dalam kategori aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) yang juga
merupakan salah satu factor yang menyebabkan kematian ibu.
3. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan
menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam
pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga yang
melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman social ini tidak jarang meresap
dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu,
dan bersalah yang dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan
perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci
dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib yang
membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.
11
Penanggulangan Dampak Seks Bebas
Ada beberapa upaya prefentif yang bisa dilakukan untuk penanggulangan dampak seks bebas,
antara lain:
Pendidikan agama dan akhlak.
Pendidikan agama wajib ditanamkan sedini mungkin pada anak. Dengan
adanya dasar agama yang kuat dan telah tertanam pada diri anak, maka setidaknya
dapat menjadi penyaring (filter) dalam kehidupannya. Anak dapat membedakan
antara perbuatan yang harus dijalankan dan perbuatan yang harus dihindari.
12
Bimbingan orang tua.
Peranan orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam menyelesaikan
permasalahan ini. Seluruh orang tua harus memperhatikan perkembangan anak dan
memberikan informasi yang benar tentang masalah seks dan kesehatan reproduksi
kepada anak. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan reproduksi
kepada anak sedini mungkin saat anak sudah mulai beranjak dewasa. Hal ini
merupakan salah satu tindakan preventif agar anak tidak terlibat pergaulan bebas dan
dampak-dampak negatifnya. Selain itu orang tua juga harus selalu mengawasi
pergaulan anaknya. Dengan siapa mereka bergaul dan apa saja yang mereka lakukan
di luar rumah. Setidaknya harus ada komunikasi antara anak dengan orang tua setiap
saat. Apabila anak menemukan masalah, maka orang tua berkewajiban untuk
membantu mencarikan solusinya.
13
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Masa remaja di awali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik dan perubahan fisiologis. Perubahan ini menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis
yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan seksual.
Permasalahan perilaku seks bebas remaja di Indonesia semakin lama semakin
memprihatinkan, maka diperlukan penanganan yang serius. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan beberapa pihak didapatkan data-data pergaulan seks bebas yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa permasalahan tersebut harus segera
diminimalisir agar tidak merusak generasi muda di masa yang akan datang.
Ada banyak faktor yang memicu terjadinya sex bebas dikalangan remaja, antara lain
faktor kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan timur dan perkembangan
teknologi yang semakin canggih. Dari faktor-faktor tersebut, semuanya mempunyai dampak
negatif dan positif bagi remaja. Jika kita bisa mengendalikannya maka akan memberikan
dampak positif, tetapi sebaliknya jika tidak bisa mengendalikan maka akan berdampak
negatif.
Semua permasalahan yang timbul akibat pengaruh sex bebas di kalangan remaja perlu
mendapat perhatian khusus. Generasi muda di Indonesia harus diselamatkan agar tidak
terjerumus dalam hal-hal yang merusak moral mereka. Semuanya akan dapat berjalan dengan
baik apabila adanya kerjasama antara pihak orang tua, anak dan lembaga yang terkait.
II. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku
sehat kepada para remaja.
Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan tentang kesehatan reproduksi
remaja.
Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan agama dan akhlak sejak anak berusia
dini.
Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan
secara lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja.
14
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi 2. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehtan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto
Pardede, M. 2002. Perubahan Psikologi Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
15