Anda di halaman 1dari 18

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DAN KESEHATAN


REPRODUKSINYA

DOSEN
AINUN WULANDARI, S. FARM., M. SC., APT
NAMA KELOMPOK
DIAN PERTIWI 14334004
DIAN PUSPARINI 14334016
SELVIA RAHMI 14334026
YEMIMA CHINTIA 14334085

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Perilaku seksual
remaja dan kesehatan reproduksinya”.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah
wawasan pemikiran para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jakarta, Oktober 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

Konsep Dasar Pengetahuan .................................................................................................... 3

Tingkat Pengetahuan .............................................................................................................. 4

Konsep Dasar Remaja ............................................................................................................ 4

Kesehatan Reproduksi Remaja............................................................................................... 8

Perilaku Seksual Remaja ........................................................................................................ 9

SEKS BEBAS..................................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Masa remaja di awali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik dan perubahan fisiologis. Perubahan ini menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis
yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan seksual. Dalam rangka mencari
pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai
mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual.
Menurut Hurlock (1973, dalam Kusmiran, 2011, hal 32) mengemukakan bahwa
dengan meningkatnya minat terhadap kehidupan seksual, remaja selalu berusaha mencari
informasi obyektif mengenai seks. Oleh karena itu, hal yang paling membahayakan adalah
bila informasi yang diterima remaja berasal dari sumber yang kurang tepat sehingga
menimbulkan kekurang pahaman remaja terhadap masalah seputar seksual. Kurangnya
pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja amat merugikan bagi remaja sendiri
termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting
yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual (Soetjiningtsih, 2004, hal 133).
Arus informasi yang semakin gencar melanda dunia tidak urung telah mengubah
pandangan dan perilaku seksual remaja Indonesia, sehingga terjadi penyimpangan yang
menjurus ke arah makin memudarnya norma-norma di masyarakat. Maraknya pemberitaan di
media massa mengenai percum, kupu-kupu muda dan berbagai istilah lain yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku seksual remaja. Tidak tepat dan tidak benarnya informasi
mengenai seksual dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat runyam masalah
perilaku seksual remaja pranikah ini.
Adanya perubahan sikap dan perilaku seksual remaja pranikah itu tentu akan
memberikan dampak terhadap kehidupan mereka, terutama kesehatan reproduksinya, Hamil
dan melahirkan anak diusia muda atau melakukan aborsi, tertular penyakit seksual, dan di
sidang dalam pengadilan sosial masyarakat merupakan dampak dari perilaku seksual remaja
pranikah yang harus diterima remaja. Adanya dampak tersebut menyebabkan mereka yang
semula diharapkan menjadi subjek pembangunan justru akan menjadi beban dari
pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, dampak yang ditimbulkan oleh perilaku seksual
remaja pranikah dan juga perilaku seksual remaja pranikah itu sebagai akar masalah harus
segera diatasi.

1
Melihat jumlah remaja yang cukup besar tersebut tidak tertutup kemungkinan perilaku
seksual remaja pranikah dan dampak yang ditimbulkannya (dalam hal ini dampak terhadap
kesehatan reproduksi) akan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Di bawah ini akan diungkapkan dan dibahas sebagian kecil permasalahan remaja dewasa ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Dasar Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan menurut para ahli filsafat ada bermacam-macam pandangan diantaranya
pandangan Aries Toteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang di inderai dan
dapat merangsang budi, menurut Decrates ilmu pengetahuan merupakan serba serbi, serta
oleh Bacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin.
Pengetahuan merupakan hasil rekaman kognitif mengenal sesuatu masukan akan
manusia. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini tejadi setelah orang melakukan peginderaan
suatu objek tertentu. (Notoadmojo, 2003)

Faktor –faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoadmojo, 2003):


a. Tingkat pendidikan
Adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang meningkat
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber nformasi yang lebih banyak akan mempnyai
pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sifat dan kepercayaannya.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sifat
yang non formal.
e. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3
Tingkat Pengetahuan
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpresikan materi secara benar.
c) Aplikasi ( application )
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya)
d) Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menyebarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen tapi masih dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
e) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau
materi.

Konsep Dasar Remaja


Remaja adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang atau
perubahan dari makhluk aseksual menjadi seksual
Pada masa remaja proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang
disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti
menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang
berarti dewasa.
Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik mupun psikis.
Perubahan-perubahan ini dapat mengganggu batin remaja dan menyebabkan remaja
dalam kondisi rawan dalam menjalani proses tumbuh kembangnya. Kondisi ini juga
diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus
informasi.

4
MASA REMAJA DIBEDAKAN DALAM:

 Masa Pra Pubertas(Pueral) 12-14 tahun


Masa ini adalah masa peralihan dari masa sekolah menuju masa pubertas, dimana
seorang anak yang telah besar (puber) ini sudah ingin berlaku seperti orang dewasa tetapi
dirinya belum siap masuk ke dalam kelompok orang dewasa.
Pra pubertas adalah saat-saat terjadinya kematangan seksual yang sesungguhnya,
bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan
kematangan kelenjar endokrin yang bermuara langsung di dalam saluran darah. Dengan
melalui pertukaran zat yang ada di antara jaringan-jaringan kelenjar dengan pembuluh
rambut di dalam kelenjar tadi. Zat-zat yang dikeluarkan itu disebut hormone, selanjutnya
hormone-hormon tadi memberikan stimulasi pada tubuh anak sedemikian rupa sehingga
anak merasakan adanya rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan hormonal ini
menyebabkan rasa tidak tenang pada diri anak, suatu rasa yang belum penah dialami
sebelumnya pada masa anak-anak yang telah dilaluinya (Ahmadi, 2005)
Peristiwa kematangan jasmani (seksual) pada wanita terjadi 1,5 – 2 tahun lebih
awal daripada pria. Pada wanita biasa ditandai dengan adanya menstruasi pertama, sedang
pada laki-laki ditandai dengan keluarnya sperma yang pertama, biasanya lewat bermimpi
sehingga merasakan kepuasan seksual.
Bagi masa remaja awal tanda-tanda di atas tersebut sebagai tanda-tanda primer
akan datangnya masa remaja. Adapun tanda-tanda lainnya disebut sebagai tanda-tanda
sekunder dan tanda tersier.
1. Tanda sekunder antara lain:
PRIA
 Tumbuh suburnya rambut, janggut, kumis , dan lain-lain
 Selaput suara semakin besar dan berat
 Badan mulai membentuk “segitiga”, urat-urat pun menjadi kuat dan muka
bertambah persegi.
WANITA
 Pinggul semakin besar dan melebar
 Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi
 Suara mnjadi bulat, merdu, dan tinggi
 Muka menjadi bulat dan berisi

5
Adapun tanda-tanda tersier antara lain : biasanya diwujudkan dalam sikap dan
perilaku, contoh pada pria ada perubahan mimik jika bicara, cara bepakaian, cara
mengatur rambut, bahasa yang diucapkan, dan lain-lain. Adapun pada wanita : ada
perubahan cara bicara, cara tertawa, cara berpakaian, cara berjalannya dan lain-lain.
Perkembangan lainnya pada masa pra pubertas ini adalah munculnya perasaan-
perasaan negative pada diri anak sehingga masa ini ada yang menyebut masa negative.
Anak mulai ada keinginan melepaskan diri dari kekuasaan orang tua, tidak mau tunduk
ada perintah dan kebijaksanaan dari orangtua. Semuanya terasa ingin ditolak, hal ini
bukan karena anak ingin bebas sepenuhnya dari orang tua tetapi ingin menyamakan
statusnya dengan orang dewasa.
Tentang lamanya masa ini sangat relative tergantung dari ritme dan tempo
perkembangan anak. Karl Buhrel mengatakan masa ini berlangsung cukup lama
meliputi sebagian besar dari masa puber. Tapi H.Hetzer menunjukkan lamanya masa ini
cukup singkat ±9 bulan.

 Masa Pubertas
Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersikap reaktif, tapi juga anak
mulai aktif dalam rangka menemukan jati dirinya (akunya), serta mencari pedoman
hidup untuk bekal kehidupan mendatang. Sehingga Ch.Buhler pernah
menggambarkan dengan ungkapan, “Saya menginginkan sesuatu tapi tidak
mengetahui akan sesuatu itu”. Sehingga masa ini ada yang menyebutnya sebagai masa
Stround Drang (badai dan dorongan)
Tentang tanda-tanda masa pubertas ini E.Spranger menyebutkan ada tiga
aktifitas yaitu:
a. Penemuan aku
b. Pertumbuhan pedoman kehidupan
c. Memasukkan diri pada kegiatan kemasyarakatan
Pada masa ini banyak terjadi kenakalan remaja akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan akan prestasi, komformitas,
kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, kebutuhan akan identitas
diri, dan kebutuhan seksual. . Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan
perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah,
sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka

6
mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu yang sifatnya
eksperimen dan eksploratif..
Kegiatan tersebut pada wanita dan pria sudah tentu ada perbedaan biologis
dan kejiwaannya juga karena ada perbedan pandangan sikap dalam hidupnya.

Perbedaan sikap hidup


Laki-laki Wanita
Aktif memberi Pasif dan menerima
Cenderung untuk memberikan perlindungan Cenderung untuk menerima perlindungan
Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat Minat tertuju kepada hal-hal yang bersifat
intelektual, abstrak emosional dan konkret
Berusaha memutuskan sendiri dan ikut Berusaha mengikut dan menyengangkan
berbicara orang lain
Sifat saklik dan objektif Sikap personil dan subjektif

 Masa Adolesen
Pada masa ini seseorang sudah dapat mengetahui kondisi dirinya, ia sudah mulai
membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentuka jalan hidup (way
of life) yang hendak ditemuinya. Pada masa ini remaja sudah mulai tenang kejiwaannya,
sebagai persiapan kehidupan pada masa dewasa.
a. Menunjukkan timbulnya sikap positif dalam menentukkan system tata nilai (value)
yang ada
b. Menunjukkan adanya ketenangan dan keseimbangan di dalam kehidupannya.
c. Mulai menyadari bahwa sikap aktif, mengkritik waktu ia puber itu mudah tapi
melaksanakannya sulit.
d. Ia mulai memiliki rencana hidup yang jelas dan mapan
e. Ia mulai senang menghargai sesuatu yang bersifat histories dan tradisi, agama, kultur,
etis dan estetis, serta ekonomis.
f. Dalam menentukkan calon teman hidup / pasangan sudah tidak berdasar nafsu seks
belaka, tapi juga berdasar atas pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
g. Mulai mengambil/menentukkan sikap hidup berdasar system ilai yang diyakininya.
h. Pandangan dan perasaan yang semakin menyatu atau melebar antara erotic dan
seksualitas, yang sebelumnya (pubertas) antar keduanya terpisah.

7
Kesehatan Reproduksi Remaja

Pengertian kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat baik fisk, psikis maupun social
yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi.
Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.Sedangkan
yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Batasan kesehatan reproduksi menurut international conference on population and
development (ICPD) hampir berdekatan dengan batasan dari WHO. Kesehatan reproduksi
menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidak-
hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi (ICPD, 1994)
Reproduksi sendiri merupakan proses alami untuk melanjutkan keturunan sedangkan
reproduksi sehat berkaitan dengan sikap dan perilaku sehat dan bertanggung jwabnya
seseorang berkaitan dengan alat reproduksi dan fungsi-fungsinya serta pencegahan terhadap
gangguan-gangguan yang mungkin timbul (Notoatmodjo, 2005)
Sedangkan definisi remaja menurut WHO adalah seseorang yang telah berusia 10-19
tahun, sedangkan menurut UU Perlindungan N0.23 tahun 2002 adalah seseorang yang telah
berusia 10-18 tahun.
Secara umum terhadap 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi, yakni:
1. Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan
proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil
2. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak
buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi
yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi.
3. Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan
remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berhargannya
wanita di mata pria yang membeli kebebasan dengan materi.
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb)

8
Perilaku Seksual Remaja

SEKS BEBAS
Seks bebas adalah bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan
pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang telah berumah tangga
pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Biasanya dilakukan
dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.

Pengaruh Industri Hiburan di Era Globalisasi


Ada berbagai macam hiburan yang tersedia yang mempengaruhi perilaku seks bebas di
kalangan remaja, antara lain:
1) Diskotik, Bar, dan Pub
Diskotik, bar, dan pub merupakan tempat berkumpulnya para pecandu minuman
keras, tempat berkencannya kupu-kupu malam para lelaki hidung belang, tempat
terjadinya peredaran segala macam narkoba seperti ganja, heroin, ekstasi, dan
sebagainya. Di tempat inilah terjadi berbagai macam transaksi baik transaksi kencan
maupun transaksi narkoba dan minuman keras. Banyak remaja yang mengalami krisis
moral mengunjungi tempat-tempat semacam ini untuk mencari hiburan semu dan
pelarian dari masalah yang dihadapinya.

2) Televisi
Banyaknya sinetron baik impor maupun lokal yang ditayangkan di televisi sering
menggambarkan tentang kebebasan bergaul antara pria dan wanita, keberanian istri
pada suami, serta tidak adanya adab seorang anak terhadap orang tua. Adanya film-film
impor yang bermotif kekerasan seperti sinema unggulan, sinema prima, layar unggulan
yangmenitikberatkan pada tawuran antar geng, persaingan antar mafia, perampokan,
pembunuhan sadis, sedikit banyak dapat mempengaruhi jalan pikiran remaja untuk
melakukan tindak kriminal.

9
3) Video
Dewasa ini banyak sekali kaset-kaset video porno yang diproduksi pihak
produser luar negeri dan local yang seringkali dikonsumsi oleh kawula muda,
sehingga dapat merusak akhlak dan moral mereka.

4) Taman-taman hiburan
Selain memiliki efek positif sebagi tempat rekreasi, taman hiburan bisa juga
menimbulkan efek negatif yang membahayakan bila disalahgunakan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Sekarang banyak sekali seks bebas yang dilakukan di
taman-taman hiburan, baik oleh pasangan remaja yang dimabuk cinta, WTS (Wanita
Tuna Susila) dan para lelaki hidung belang, waria, maupun oknum-oknum lain yang
menyalahgunakan taman-taman hiburan.

5) Bioskop
Akhir-akhir ini industri hiburan bioskop tidak seramai dahulu dikunjungi
penonton. Hal ini merupakan akibat dari membanjirnya film-film impor di stasiun-
stasiun televisi swasta, yang dahulu film-film tersebut hanya bisa dinikmati di layar
bioskop saja. Pengelola media hiburan ini tidak segan-segan memutar film-film porno
yang disediakan untuk segala umur, untuk menarik para pengunjung. Mereka hanya
melihat segi keuntungannya saja tanpa menghiraukan pengaruh-pengaruh negatif dalam
perkembangan jiwa remaja setelah menonton film tersebut.

Dampak Seks Bebas


Ada beberapa dampak perilaku seks bebas remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi,
antara lain:
1. Hamil yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy)
Unwanted pregnancy membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau
menggugurkannya. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu
faktor risiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu. Menurut Wibowo
(1994) terjadinya perdarahan pada trisemester pertama dan ketiga, anemi dan persalinan
kasip merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan remaja. Selain itu
kehamilan di usia muda juga berdampak pada anak yang dikandung, kejadian berat bayi
lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal sering dialami oleh bayi-bayi yang lahir dari

10
ibu usia muda. Menurut Affandi (1995) tingkat kematian anak pada ibu usia muda
mencapai 2-3 kali dari kematian anak yang ibunya berusia 20-30 tahun.
Selain melanjutkan kehamilan tidak sedikit pula mereka yang mengalami unwanted
pregnancy melakukan aborsi. Lebih kurang 60 % dari 1.000.000 kebutuhan aborsi
dilakukan oleh wanita yang tidak menikah termasuk para remaja. Sekira 70-80 % dari
angka itu termasuk dalam kategori aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) yang juga
merupakan salah satu factor yang menyebabkan kematian ibu.

2. Penyakit Menular Seksual (PMS) – HIV/AIDS


Dampak lain dari perilaku seks bebas remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah
tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Para remaja seringkali melakukan hubungan seks
yang tidak aman dengan kebiasaan dengan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal
seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV seperti sifilis, gonore,
herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang ada menunjukkan bahwa diantara penderita
atau kasus HIV/AIDS 53% berusia antara 15-29 tahun.

3. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan
reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kodrat untuk hamil dan melahirkan
menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam
pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga yang
melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman social ini tidak jarang meresap
dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu,
dan bersalah yang dialami relaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan
perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan yang kadang disertai dengan rasa benci
dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib yang
membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.

11
Penanggulangan Dampak Seks Bebas
Ada beberapa upaya prefentif yang bisa dilakukan untuk penanggulangan dampak seks bebas,
antara lain:
 Pendidikan agama dan akhlak.
Pendidikan agama wajib ditanamkan sedini mungkin pada anak. Dengan
adanya dasar agama yang kuat dan telah tertanam pada diri anak, maka setidaknya
dapat menjadi penyaring (filter) dalam kehidupannya. Anak dapat membedakan
antara perbuatan yang harus dijalankan dan perbuatan yang harus dihindari.

 Pendidikan seks dan reproduksi.


Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi
tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam
berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir.
Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan
seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan
negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa
seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu
remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga
mereka dapat menghindarinya.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di
sekitarnya.Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi
sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luasPendidikan kesehatan
reproduksi mencakup seluruh proses yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan
aspek-aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek tumbuh kembang hingga hak-
hak reproduksi. Sedangkan pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan seks.

12
 Bimbingan orang tua.
Peranan orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam menyelesaikan
permasalahan ini. Seluruh orang tua harus memperhatikan perkembangan anak dan
memberikan informasi yang benar tentang masalah seks dan kesehatan reproduksi
kepada anak. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan reproduksi
kepada anak sedini mungkin saat anak sudah mulai beranjak dewasa. Hal ini
merupakan salah satu tindakan preventif agar anak tidak terlibat pergaulan bebas dan
dampak-dampak negatifnya. Selain itu orang tua juga harus selalu mengawasi
pergaulan anaknya. Dengan siapa mereka bergaul dan apa saja yang mereka lakukan
di luar rumah. Setidaknya harus ada komunikasi antara anak dengan orang tua setiap
saat. Apabila anak menemukan masalah, maka orang tua berkewajiban untuk
membantu mencarikan solusinya.

 Meningkatkan aktivitas remaja ke dalam program yang produktif.


Melatih dan mendidik para remaja yang telah dipilih untuk menjadi anggota
suatu organisasi, misalnya Karang Taruna, Karya Ilmiah Remaja, Pusat Informasi dan
Konseling Pendidikan Reproduksi Remaja (karena remaja biasanya dapat lebih
mudah melakukan komunikasi dan membicarakan masalah tersebut antara
sesamanya), dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat.

13
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Masa remaja di awali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik dan perubahan fisiologis. Perubahan ini menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis
yang merupakan akibat timbulnya dorongan-dorongan seksual.
Permasalahan perilaku seks bebas remaja di Indonesia semakin lama semakin
memprihatinkan, maka diperlukan penanganan yang serius. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan beberapa pihak didapatkan data-data pergaulan seks bebas yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa permasalahan tersebut harus segera
diminimalisir agar tidak merusak generasi muda di masa yang akan datang.
Ada banyak faktor yang memicu terjadinya sex bebas dikalangan remaja, antara lain
faktor kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan timur dan perkembangan
teknologi yang semakin canggih. Dari faktor-faktor tersebut, semuanya mempunyai dampak
negatif dan positif bagi remaja. Jika kita bisa mengendalikannya maka akan memberikan
dampak positif, tetapi sebaliknya jika tidak bisa mengendalikan maka akan berdampak
negatif.
Semua permasalahan yang timbul akibat pengaruh sex bebas di kalangan remaja perlu
mendapat perhatian khusus. Generasi muda di Indonesia harus diselamatkan agar tidak
terjerumus dalam hal-hal yang merusak moral mereka. Semuanya akan dapat berjalan dengan
baik apabila adanya kerjasama antara pihak orang tua, anak dan lembaga yang terkait.

II. Saran
 Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku
sehat kepada para remaja.
 Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan tentang kesehatan reproduksi
remaja.
 Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan agama dan akhlak sejak anak berusia
dini.
 Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan
secara lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi 2. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehtan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto
Pardede, M. 2002. Perubahan Psikologi Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

15

Anda mungkin juga menyukai