Anda di halaman 1dari 46

BAB VIII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN,


CSR, DAN PERIZINAN PERTAMBANGAN

8.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) terutama di industri pertambangan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting demi kelancaran kegiatan
operasional sehingga timbulnya rasa aman dan nyaman bagi pekerja untuk dapat
bekerja secara optimal dan produktif.
PT. Kaolin Wellness menerapkan Pola Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dengan tujuan dapat meminimalkan tingkat kecelakaan dan sakit akibat
hubungan kerja dengan cara yang paling efektif dan efisien sehingga pada
akhirnya meningkatkan produktivitas kegiatan penambangan.

8.1.1. Keselamatan Kerja


Faktor keselamatan kerja menjadi sangat penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan produksi perusahaan. Semakin tercukupi fasilitas
keselamatan kerja yang diperoleh karyawan serta semakin baik manajemen
keselamatan kerja maka semakin sedikit kemungkinan kecelakaan kerja yang
terjadi. Minimnya kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi maka tingkat
kenyamanan yang diperoleh pekerja semakin tinggi. Tujuan keselamatan kerja PT.
Kaolin Wellness sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
2. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat meningkatkan semangat kerja.
3. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan risiko kecelakaan pada tambang
terbuka PT. Kaolin Wellness dan menganalisa manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja pada tambang terbuka perusahaan PT. Kaolin Welness

110
4. Meningkatkan produktivitas kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.
5. Agar tidak terjadi kecelakaan (zero accident) dan penyakit akibat kerja,
sehingga pekerja dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.
Jadi, keselamatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya musibah
kecelakaan dalam usaha pertambangan. Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada
kegiatan pertambangan di PT. Kaolin Wellness dapat diakibatkan dari beberapa
faktor antara lain :
1. Tindakan yang tidak aman (unsafe human acts).
Merupakan perilaku manusia dalam bekerja yang tidak sesuai dengan
prosedur, antara lain:
a) Kecerobohan pekerja (human error).
b) Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).
c) Penggunaan APD yang tidak benar.
d) Kurangnya pengawasan terhadap pekerja.
e) Melakukan pekerjaan tidak sesuai SOP.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas PT. Kaolin Wellness melakukan
pencegahan diantaranya :
a) Membagi waktu kerja dengan pembatasan waktu (shift).
b) Melakukan safety talk setiap pagi sebelum para pekerja mulai bekerja.
c) Melakukan safety induction bagi seluruh pekerja setiap dua minggu.
d) Melakukan pengawasan kepada para pekerja.
e) Mematuhi peraturan standarisasi penggunaan peralatan pengaman.
f) Pemasangan rambu/traffic sign di jalan tambang.
g) Pemasangan spanduk keselamatan dan kesehatan kerja di workshop,
maupun jalan tambang.
h) Melakukan medical check-up rutin kepada para pekerja.
i) Penetapan SOP yang benar.
j) Penerapan peraturan keselamatan secara tegas.
2. Keadaan atau kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition)
Faktor ini bisa berupa antara lain :
a) Peralatan pengamanan yang sudah tidak layak pakai.
b) Bahan bakar dan oli mesin yang digunakan tidak tertata.

111
c) Jalan tambang yang licin dan berdebu.
d) Runtuhan batu kaolin yang terlepas dari batuan induknya.
e) Tata ruang kerja yang kurang baik sehingga membatasi ruang gerak
alat penambangan.
f) Kondisi lingkungan kerja yang kurang nyaman sehingga dapat
mengganggu konsentrasi para pekerja.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, PT. Kaolin Wellness melakukan
pencegahan dengan :
a) Monitoring peralatan yang digunakan.
b) Service peralatan secara berkala.
c) Mengawasi dan memberikan pengaman kepada mesin-mesin yang
berbahaya.
d) Mengawasi penggunaan bahan bakar dan oli pada mesin.
e) Menyemprotkan air pada jalan tambang secara berkala.
f) Mendesain tata ruang kerja yang baik.
g) Menciptakan kondisi lingkungan kerja yang senyaman mungkin.
3. Faktor Alam
Dalam hal ini, kecelakaan terjadi karena faktor-faktor di luar teknis,
seperti terjadinya tanah longsor, gempa bumi, banjir, dan sebagainya. Dengan
penerapan sistem K3 yang baik diharapkan kecelakaan ini dapat di minimalisir.
Memberikan santunan kepada korban dan keluarga korban adalah salah satu
upaya penanggulangan yang dapat dilakukan oleh PT. Kaolin Wellness.

8.1.2. Kesehatan Kerja


Kegiatan penambangan kaolin di PT. Kaolin Wellness dapat berpengaruh
terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat terutama yang berlokasi sepanjang
jalan angkut. Oleh karena itu, masyarakat sekitar apabila melewati area
penambangan dianjurkan menggunakan masker dan bagi para pekerja tambang
diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD). Hal tersebut dilakukan agar
terhindar dari penyakit baik itu berakibat langsung maupun di waktu yang akan
datang.
Macam-macam penyakit yang dapat timbul akibat dari kegiatan
penambangan dan pengolahan kaolin pada PT. Kaolin Wellness yaitu :

112
1. Iritasi pada mata.
2. Gangguan pernapasan.
Adapun upaya untuk penanggulangan penyakit-penyakit tersebut adalah :
1. Menggunakan kacamata pelindung atau safety glasses.
2. Menggunakan masker debu.
3. Penanganan penyakit-penyakit atau luka-luka ringan dengan P3K.
4. Apabila penyakit cukup parah, dirujuk ke puskesmas terdekat. Puskesmas
terdekat terletak di Dusun Jetak, Desa Karangsari. Apabila memerlukan
penanganan yang lebih intensif, dirujuk ke RSUD Semin yang telah
bekerja sama dengan PT. Kaolin Wellness.
Terjadinya kecelakaan merupakan landasan dari manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, oleh karenanya usaha keselamatan dan kesehatan kerja diarahkan
untuk mengendalikan penyebab terjadinya kecelakaan. Untuk dapat memahami
dengan baik tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja, maka manajemen
dituntut memahami sumber terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya dengan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, penyebab kecelakaan dapat
bersumber dari empat kelompok besar, yaitu:
1. Faktor lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja, yang meliputi:
a) Keadaan lingkungan kerja
b) Kondisi proses produksi
2. Faktor alat kerja
Di mana bahaya yang ada dapat disebabkan oleh bahan baku produksi
yang tidak sesuai dengan spesifikasi alat yang ditetapkan, kesalahan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan.
3. Faktor manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia di dalam
melakukan pekerjaan, meliputi:
a) Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaannya
maupun dalam bidang keselamatan kerja.
b) Kurang mampu secara fisik dan mental.
c) Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.

113
d) Tidak memahami dan mentaati prosedur kerja secara aman.
4. Kelemahan sistem manajemen
Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan
dari pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang meliputi:
a) Sikap manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.
b) Tidak adanya standar atau kode Keselamatan dan Kesehatan kerja
yang dapat diandalkan.
c) Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab
dan wewenang bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara jelas.
d) Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
e) Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang
kurang baik.
f) Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.

8.1.3. Sistem Manajemen Program K-3


Keberhasilan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu
industri sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja itu sendiri. Hal ini didasarkan pada kenyataan dimana masih
banyak perusahaan yang berpandangan bahwa penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan keuntungan
perusahaan.
Pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena seharusnya
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja justru akan menambah keuntungan
melalui pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan
peningkatan produktivitas. Bahkan apabila suatu industri yang memiliki risiko
tinggi seperti industri pertambangan berpandangan bahwa pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab seluruh karyawan
dan bukan hanya tanggung jawab suatu bagian atau pimpinan perusahaan.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat disusun sebagai
berikut :

114
1. Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Contoh dari kelima
fungsi ini ditentukan oleh konsep dasar keselamatan dan kesehatan kerja
yang dianut industri tersebut.
2. Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan pelaporan,
pengoperasian, produk pemasaran, dan penjualan serta sistem komunikasi
dan informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
3. Sumberdaya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan
peralatan, kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi, masyarakat, dan
lingkungan kerja serta peraturan pemerintah dapat merupakan masukan
kegiatan manajemen dan fungsi manajemen.
Dalam melaksanakan kegiatan penambangan PT. Kaolin Wellness
mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP).
Sesuai dengan Permen ESDM Nomor 38 tahun 2014, SMKP (selanjutnya disebut
SMKP Minerba) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang
terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan (K3 Pertambangan)
dan keselamatan operasi pertambangan (KO Pertambangan).
Dasar pertimbangan penerapan SMKP antara lain:
1. Memenuhi ketentuan dalam Peraturan Perundang-undangan
2. Menjamin pekerja tambang yang selamat dan sehat serta operasional
tambang yang aman, efisien, dan produktif dalam pelaksanaan kegiatan
usaha pertambangan, perlu menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Menurut Permen 38:
1. Keselamatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang meliputi
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasional pertambangan.
2. K3 Pertambangan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan

115
keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja dan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
3. KO Pertambangan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
operasional tambang yang aman, efisien dan produktif melalui upaya,
antara lain pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/ perawatan
sarana, prasarana, instalasi, kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan
peralatan pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan
hasil kajian teknis pertambangan.
Penerapan SMKP Minerba bertujuan untuk:
1. Meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yang terencana,
terukur, terstruktur dan terintegrasi.
2. Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian
berbahaya.
3. Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan
produktif.
4. Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas.

Gambar 8.1
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan

8.1.4. Peralatan
Salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah peralatan. Setiap peralatan
yang digunakan untuk operasi penambangan PT. Kaolin Wellness harus mendapat
pengawasan dan perawatan yang memadai. Peralatan keselamatan dan kesehatan
kerja yang akan disediakan diberbagai lokasi tempat kerja adalah seperti terlihat
pada Tabel 8.1.

116
Tabel 8.1
Peralatan Keselamatan Kerja PT. Kaolin Wellness
Lokasi Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Sarung tangan
e. Masker debu dan earplug
Kuari Batukaolin f. Reflector vest
g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3.
h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m) untuk kendaraan
pengangkutan personil dan pengawas
i. Rambu lalu lintas batas kecepatan truk ≤ 40 km/jam dan
kendaraan personil ≤ 60 km/jam

a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan
Batukaolin d. Masker debu dan earplug
Processing Unit e. Kacamata pelindung
f. Alat pemadam kebakaran
g. Perlengkapan P3K
h. Ban pinggang pengaman dengan tali pengikat

a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
d. Masker debu
Bengkel e. Perlengkapan P3K
f. Alat pemadam kebakaran

a. Helm dan sepatu pengaman


b. Sarung tangan kulit
c. Masker debu
Gudang d. Perlengkapan P3K
e. Alat Pemadam Kebakaran

Berikut ini merupakan beberapa peralatan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja yang ada dan digunakan oleh karyawan PT. Kaolin Wellness:

Gambar 8.2 Gambar 8.3


Safety Helmet Masker Debu

117
Gambar 8.3 Gambar 8.4
Earplug Sepatu Pengaman
(Safety Shoes)

Gambar 8.5 Gambar 8.6


Sarung Tangan Earplug

Gambar 8.7 Gambar 8.8


Alat Pemadam Perlengkapan P3K
Kebakaran Kebakaran
8.1.5. Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melaksanakan K-3 pada PT.
Kaolin Wellness adalah seperti pada Tabel 8.2. di bawah ini :

118
Table 8.2
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

No. Kegiatan Uraian


a. Cek kondisi lokasi kerja
b. Cek kondisi fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dan penataan gedung
1. Kontrol Keamanan
d. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
e. Cek kondisi dari alat pemadam kebakaran
terutama dimusim kemarau.
a. Cek kondisi pemadam api, melakukan
inventarisasi dan pengisian ulang jika perlu
b. Cek kondisi fasilitas transportasi
2. Inspeksi keamanan c. Cek kondisi fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan gudang
e. Cek kondisi dan penataan camp utama dan
lokasi kerja
a. Diskusi masalah keselamatan disela-sela jam
3.
kerja
Diskusi Masalah Keselamatan
b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu
dan memonitor realisasi dari diskusi.

a. Secara pendekatan pribadi, pembelajaran,


4. Kampanye keselamatan mengedarkan slogan, leaftlet, dsb
b. Evaluasi

a. Inventarisasi Alat Pelindung Diri (APD)


b. Cek kelengkapan pengaman alat-alat
4. Perlindungan Keamanan c. Cek kelengkapan rambu-rambu
d. Cek dan melengkapi perlindungan
keselamatan pada alat.
a. Cek jenis peralatan
b. Cek kesehatan operator
5. Pemilihan Operator c. Cek mental para operator

a. Laporan kecelakaan
a. Laporan bulanan
6. Laporan Keselamatan Kerja
b. Laporan tahunan
c. Laporan pelatihan.

8.2. Lingkungan
Pandangan masyarakat selama ini menyatakan bahwa kegiatan
pertambangan mulai dari tahap eksplorasi hingga penutupan tambang mempunyai
dampak mengganggu dan merusak lingkungan hidup, baik dari dampak

119
lingkungan fisik (mengubah bentang alam) maupun dampak lingkungan sosial
(ganti rugi tanah/tumbuhan).
Tabel 8.3.
Jenis Kegiatan Pertambangan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012
No. Jenis kegiatan Skala/besaran Alasan ilmiah khusus
A MINERAL, BATUBARA, DAN PANAS BUMI
1 Mineral, Batubara, dan panas a. Dampak penting terhadap
bumi lingkungan antara lain:
- Luas perizinan (KP), > 200 ha merubah bentang alam,
atau ekologi, dan hidrologi.
- Luas daerah terbuka untuk > 50 ha b. Lama kegiatan juga akan
pertambangan (kumulatif/tahun) memberikan dampak penting
terhadap kualitas udara,
kebisingan, getaran apabila
menggunakan peledak, serta
dampak dari limbah yang
dihasilkan.
2 Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara ≥ 1.000.000ton/tahun Berpotensi menimbulkan
a. Kapasitas, ≥ 4.000.000 bank dampak terhadap air, udara,
dan/atau cubic meter flora, fauna, sosial, ekonomi,
b. Jumlah material (bcm)/tahun dan budaya masyarakat sekitar
penutup yang
dipindahkan Jumlah pemindahan material
berpengaruh terhadap
intensitas dampak yang akan
3. Eksploitasi (Operasi terjadi
Produksi) Mineral ≥ 300.000 ton/tahun
logam ≥ 1.000.000
a.Kapasitas biji, dan/atau ton/tahun Jumlah pemindahan material
b.Jumlah material penutup yang berpengaruh terhadap
dipindahkan intensitas dampak yang akan
terjadi.
4. Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral ≥ 500.000 m3/tahun
bukan logam atau
Jumlah pemindahan material
mineral batuan ≥ 1.000.000
berpengaruh terhadap
a.Kapasitas, dan/atau m3/tahun
intensitas dampak yang akan
b.Jumlah material penutupyang
terjadi.
dipindahkan.

Mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun


2012 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Kepmen ESDM
No.1457K/28/MEM/2000 (lihat Tabel 8.4) tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi Pasal 4 dan 5, disebutkan bahwa

120
PT. Kaolin Wellness dengan luas IUP ±25ha memproduksi kaolin sebanyak
1.500.000ton/tahun sehingga berkewajiban untuk menyusun laporan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Adapun dalam penyusunan laporan AMDAL nantinya PT. Kaolin
Wellness berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13
Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Kesanggupan Pemantauan dan
Pengelolaan lingkungan Hidup serta Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta
No.64 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan, Upaya Pemantauan Lingkungan dan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan.

8.2.1. Komponen Lingkungan


Komponen lingkungan yang terdapat di IUP PT. Kaolin Wellness ada tiga
macam, yaitu: komponen lingkungan biotik, komponen lingkungan abiotik, dan
komponen lingkungan budaya (culture). Adapun jenis komponen abiotik di
daerah tersebut berupa tanah latosol, tanah litosol, air sungai dan udara. Kondisi
tanah mudah berkembang dengan pelapukan lanjut bahkan sebagian mengalami
erosi dan longsor sehingga dapat dikatakan daerah ini rawan longsor.
Tanah latosol adalah tanah yang mempunyai banyak kandungan zat besi
dan Aluminium, tanah ini memiliki kandungan unsur hara dan organik dari
rendah sampai sedang, berupa tanah-tanah berlempung dengan warna tanah
coklat, kuning, hingga kemerahan, cocok untuk tanaman padi, palawija, dan
tanaman perkebunan. Tanah litosol adalah tanah yang masih berupa pelapukan
batuan induk (batuan vulkanik) dengan tekstur tanah kasar dan struktur tanah
berbutir (granular), ketebalan tanah masih tipis atau dangkal (<25 cm), sehingga
hanya cocok ditanami dengan rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.
Komponen biotik di daerah tersebut berupa pepohonan seperti bambu,
pohon jati, pohon mangga, pohon jambu mete, pohon kelapa, pohon munggur,
pohon kakaw (cokelat), pohon nangka, pohon singkong, pohon jambu, pohon
pepaya, tanaman ketela pohon, dan lain-lain. Hewan ternak seperti sapi, kambing,
ayam, bebek, kerbau, dan budidaya ikan lele.

121
Kegiatan pertambangan yang menyebabkan terjadi perubahan komponen
lingkungan budaya, seperti: taraf hidup, kesehatan, dan tersedianya fasilitas yang
memadai untuk kegiatan masyarakat tersebut.

8.2.2. Dampak Kegiatan


Setiap tahap kegiatan penambangan kaolin PT. Kaolin Wellness
diperkirakan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Tahap kegiatan
pertambangan kaolin PT. Kaolin Wellness adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra-konstruksi
a) Sosialisasi
b) Pembebasan lahan
c) Penerimaan tenaga kerja
d) Mobilisasi peralatan
e) Pembersihan lahan
2. Tahap Konstruksi
a) Pembangunan jalan
b) Pembangunan fasilitas penunjang
c) Pembuatan jalan tambang
d) Penyiapan permuka kerja tambang
e) Pembangunan instalasi peremukan kaolin
3. Tahap Operasi
a) Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup
b) Pembongkaran kaolin
c) Penirisan tambang
d) Pemuatan dan pengangkutan
e) Peremukan kaolin
f) Pengoperasian fasilitas penunjang
g) Coorporate Social Responsibility (CSR) / Community
Development (CD)
4. Tahap Pasca Operasi
a) Penutupan tambang
b) Reklamasi dan revegetasi
c) Pemutusan hubungan kerja

122
d) Pemindahan atau pembongkaran sarana tambang
Dampak yang ditimbulkan akan terjadi pada tahap persiapan (tahap pra-
konstruksi dan tahap konstruksi), tahap operasi, dan tahap pasca operasi. Dampak
yang ditelaah dikonsentrasikan pada dampak penting. Dampak yang terjadi
dengan adanya kegiatan pertambangan kaolin ini akan mengakibatkan perubahan
terhadap lingkungan hidup awal, sebagai berikut:
1. Tahap Prakonstruksi
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
a) Fisika - kimia, meliputi: kualitas udara dan kebisingan, dan
transportasi
b) Biologi, meliputi vegetasi hutan, vegetasi binaan (kebun), satwa
liar yang berada di daerah penyelidikan yang akan dibuka, serta di
lokasi pengolahan, biota perairan (plankton, bentos, nekton) di
perairan sungai yang melalui daerah konsesi.
c) Sosial ekonomi yaitu meliputi kesempatan kerja, kegiatan ekonomi
masyarakat, tersedianya fasilitas yang dapat dimanfaatkan
masyarakat, persepsi masyarakat, dan kesehatan masyarakat.
d) Sosial budaya, yaitu perubahan budaya dan pembauran
etnis/budaya.
2. Tahap Konstruksi
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak adalah:
a) Fisika-kimia, meliputi: iklim mikro, kualitas udara ambien,
bentang alam, erosi, kualitas air sungai dan air tanah, perubahan
fungsi lahan struktur dan tekstur tanah serta kesuburannya.
b) Biologi, meliputi vegetasi di daerah penambangan, satwa liar, biota
perairan (plankton, benthos, nekton dan hewan air lainnya) sungai.
3. Tahap Operasi
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah:
a) Fisik-kimia, yaitu meliputi bentang alam, kelongsoran pada jenjang
tambang dan timbunan tanah pucuk, kualitas udara (debu, suhu,
kelembaban, dan iklim mikro), kualitas air sungai.

123
b) Biologi, meliputi vegetasi di daerah pertambangan, satwa liar,
biota perairan (plankton, benthos, nekton dan hewan air lainnnya)
sungai di daerah pertambangan.
c) Sosial ekonomi, meliputi kesempatan kerja, berkembangnya
kegiatan ekonomi masyarakat dan meningkatnya pendapatan
masyarakat dan daerah, tersedianya fasilitas yang dapat
dimanfaatkan masyarakat, persepsi masyarakat, serta kesehatan
masyarakat di sekitar daerah penyelidikan.
d) Sosial budaya, meliputi perubahan sikap budaya, pembauran
budaya, dan toleransi budaya terutama di kedua desa tersebut di
atas.
4. Tahap Pasca Operasi
a) Fisik-kimia, yaitu menurunnya intensitas dampak terhadap bentang
alam, kualitas udara, kualitas air, dan kualitas tanah.
b) Biologi, berkurangnya gangguan terhadap hutan di daerah
penyelidikan dan pulihnya habitat fauna darat serta habitat biota
air.
c) Sosial ekonomi. Yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja,
menurunnya aktivitas perekonomian masyarakat, serta
permasalahan sosial lainnya.
Untuk memudahkan melihat dampak setiap tahapan kegiatan pertambangan
terhadap aspek lingkungan, maka dibuat matriks seperti tertera pada Tabel 8.4.

124
Tabel 8.4.
Matriks Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan kaolin PT. Kaolinesi

Kegiatan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pasca operasi


Keterangan:
Komponen lingkungan 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3
A. Fisik-Kimia Tahap Prakonstruksi
Iklim X X X X X X X X X 1. Sosialisasi
Kualitas udara X X X X X X X X X X X 2. Pembebasan lahan
3. Penerimaan tenaga kerja
Kebisingan X X X X X X X X X X X 4. Mobilisasi peralatan
Fisiografi dan geologi X X X X X X Tahap Konstruksi
1. Pembangunan jalan
Lahan dan Ruang X X X X X X 2. Pembang. fasilitas penunjang
Tanah X X X X X X X Tahap Operasi
Hidrologi X X X X X X X 1. Pembersihan lahan
Kualitas Air X X X X X X X X X 2. Pengupasan tanah pucuk dan
Transportasi X X tanah peutup
B. Biologi 3. Penggalian kaolin
Flora darat X X X X X X 4. Penyaliran tambang
Fauna darat X X X X X 5. Pemuatan & pengangkutan kaolin
6. Pengoperasian fasilitas penunjang
Biota Air X X X X X X X X 7. CSR/CD
C. Sosial Tahap Pascaoperasi
Demografi X X 1. Pemutusan hubungan kerja
Sosial ekonomi X X X X X X 2. Reklamasi dan revegetasi
Sosial budaya X X X X X 3. Pengelolaan fasilitas tambang
X= Ada dampak,positif maupun
Sikap dan persepsi masy. X X X X X X X X X X X X X X
negatif
D. Kesehatan Masyarakat X X X X X X X X X X X X

125
Uraian dampak negatif dari kegiatan pertambangan kaolin PT. Kaolin
Wellness adalah sebagai berikut:
1. Tahap Prakonstruksi
a) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dapat berdampak negatif pada persepsi dan
sikap masyarakat apabila pada kegiatan sosialisasi ini tidak
terdapat kesepakatan terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan dengan masyarakat, jika tidak di selesaikan dengan baik
maka terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat yang
akan menjadi kendala pada proses pelakanaan penambangan.
b) Pembebasan Lahan
Proses pembebasan lahan dilakukan secara terbuka yang
melibatkan semua elemen yang terkait dan berlandaskan asas
musyawarah untuk mufakat akan dapat mengeliminasi persepsi dan
sikap negatif dari masyarakat yang dipicu oleh kecemburuan sosial.
Namun jika kesepakatan yang telah dibuat dilanggar maka akan
potensial menimbulkan kembali dampak negatif, selain itu
munculnya klaim lahan juga akan mengubah budaya dan tingkah
laku masyarakat, yang tentunya akan memberikan dampak
perubahan terhadap pola budaya yang selama ini ada.
c) Penerimaan Tenaga Kerja
Keresahan masyarakat dan potensi konflik akan muncul jika
aspirasi masyarakat lokal untuk dapat berpartisipasi (bekerja)
dalam kegiatan perusahaan tidak/belum dapat terakomodasi dengan
baik. Sikap dan persepsi masyarakat akan positif jika dilakukan
secara transparan dan berkesesuaian dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Sebaliknya akan berdampak negatif jika proses
penerimaan tenaga kerja dilakukan secara tidak transparan.
d) Mobilisasi peralatan
Mobilisasi peralatan dimaksudkan untuk mempersiapkan seluruh
peralatan yang akan digunakan dalam tahap konstruksi, yaitu
pembangunan jalan dan sarana dan prasarana penunjang di lokasi

126
proyek. Mobilisasi peralatan dapat menimbulkan dampak negatif
berupa kepadatan transportasi peralatan yang mengganggu arus
lalu lintas penduduk di sekitar lokasi proyek, dan menimbulkan
polusi debu serta kebisingan akibat peralatan mekanis yang
berlalu-lalang.
e) Pembersihan Lahan
Kegiatan pembersihan lahan menyebabkan tutupan vegetasi
menjadi hilang (terbuka), sehingga akan terjadi perubahan pada
iklim mikro pada tapak proyek yang menyebabkan kenaikan suhu
tapak, selain itu dengan hilangnya vegetasi dapat langsung
mendispersi tanah yang menyebabkan erosi tanah akan meningkat.
Peningkatan erosi tanah sebesar 5 - 10 kali dibandingkan keadaan
rona awal disebabkan terjadi peningkatan nilai faktor C (faktor
tanaman), yaitu tidak adanya penutupan vegetasi pada permukaan
lahan dari persamaan USLE.
Parameter kualitas fisik air yang akan terpengaruh oleh kegiatan
pembersihan lahan melalui peningkatan aliran permukaan dan laju
erosi adalah kandungan total padatan terlarut (TDS), total padatan
tersuspensi (TSS) dan kekeruhan. Perubahan pada kualitas air akan
menimbulkan gangguan dan menurunkan tingkat produktivitas
primer, di samping secara langsung mengganggu kelangsungan
hidup fauna air karena hambatan pada insang dan sistem difusi saat
melakukan respirasi. Kegiatan pembersihan lahan dapat
menimbulkan persepsi negatif masyarakat karena dianggap dapat
menghilangkan lapisan tanah yang subur.
2. Tahap Konstruksi
a) Pembangunan Jalan
Pembuatan jalan diawali dengan pembersihan lahan yang
direncanakan akan dijadikan badan jalan. Pembersihan lahan ini
akan menghilangkan vegetasi yang ada pada lahan tersebut,
sehingga air limpasan permukaan tidak dapat ditangkap oleh akar
tanaman. Besarnya perubahan sebelum pembukaan lahan dapat

127
dilihat dari perubahan nilai koefisien air larian (C) yang semula
berupa daerah bervegetasi pohon jati, pohon sonokeling, serta
semak.
Perubahan yang terjadi dinilai tidak besar dan dampak yang terjadi
hanya sekitar badan jalan. Tetapi karena kegiatan pembuatan jalan
angkut akan diikuti dengan pengurugan dan pengerasan terutama
untuk daerah-daerah yang rendah, hal ini akan meningkatkan air
larian, selain itu juga akan menghambat dan mengubah arah air
larian sehingga pada tempat-tempat tertentu akan terjadi banjir
atau genangan.
Terjadinya banjir atau genangan selanjutnya akan menimbulkan
dampak lanjutan terhadap sikap dan persepsi masyarakat.
b) Pembangunan Fasilitas Penunjang
Pembangunan fasilitas penunjang akan menyebabkan perubahan
bentuk fisiografi lahan, artinya akan ada pemotongan pada lahan
yang terlalu tinggi dan penimbunan pada daerah yang rendah,
mengakibatkan perubahan fisiografi lahan.
Pembangunan ini akan menghilangkan vegetasi yang ada dan
dalam proses panjang untuk mengembalikan vegetasi ini, sehingga
mengubah pola ruang tanah.
3. Tahap Operasi
a) Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup
Pengupasan tanah pucuk dan penutup tanah akan menimbulkan
dampak negatif penting berupa penurunan kualitas tanah.
Perubahan kualitas tanah selanjutnya akan menimbulkan
perubahan kondisi hidrologi dan kualitas air, serta gangguan
terhadap biota air.
Beroperasinya peralatan yang digunakan untuk pengupasan tanah
pucuk dan penutup tanah akan meningkat polutan udara dan
kebisingan, akumulasi dari dampak yang ditimbulkan adalah
munculnya sikap dan persepsi negatif masyarakat.

128
b) Pembongkaran Kaolin
Pembongkaran kaolin akan menimbulkan dampak negatif penting
terhadap fisiografi lahan, penurunan kualitas tanah dan parameter
hidrologi. Pembongkaran kaolin akan menimbulkan genangan air
di lubang tambang yang berpotensi menjadi habitat organisme
penyebab penyakit (pathogen), seperti nyamuk.
Pembongkaran dan peremukan kaolin dapat menimbulkan dampak
terhadap kesehatan masyarakat. Pengoperasian peralatan yang
digunakan untuk pembongkaran kaolin akan meningkatkan polutan
udara dan kebisingan.
c) Penirisan air tambang
Penurunan kualitas air akan menurun apabila air dari quarry
langsung masuk ke badan perairan, sehingga diperlukan settling
pond sehingga air yang keluar dari tambang tidak berdampak ke
badan perairan. Selain itu air limpasan tidak dapat ditangkap oleh
tanaman karena hilangnya vegetasi akibat kegiatan penambangan
yang dilakukan oleh PT. Kaolin Wellness, dapat menyebabkan
banjir di sekitar lokasi penambangan.
d) Pemuatan dan pengangkutan Kaolin
Pemuatan dan pengangkutan kaolin dari lokasi tambang ke lokasi
penumpukan/stockpile akan meningkatkan konsentrasi debu
ambien dan kebisingan.
Dampak yang terjadi bersifat terus menerus dan terakumulasi
sehingga akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat,
khususnya terjangkitnya penyakit ISPA.
Akumulasi dari dampak negatif yang timbul oleh kegiatan
pemuatan dan pengangkutan kaolin pada komponen kualitas udara,
kebisingan dan kesehatan masyarakat selanjutnya akan memacu
timbulnya sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat negatif,
sehingga akan berpotensi timbulnya gangguan dan keamanan
masyarakat.

129
e) Pengoperasian fasilitas penunjang
Untuk menunjang kelancaran penambangan, PT. Kaolin Wellness
membangun beberapa fasilitas penunjang, seperti bengkel, mess
karyawan, perkantoran, serta fasilitas tambang dan pengolahan
lainnya. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah
penurunan kualitas udara, kebisingan, hidrologi dan penurunan
kualitas air yang berimplikasi pada perubahan terhadap biota
perairan, terbentuknya persepsi dan sikap masyarakat dan
perubahan terhadap kesehatan masyarakat.
4. Tahap Pasca Operasi
a) Penutupan tambang
Penutupan tambang dapat dilakukan dengan mengembalikan lokasi
bekas penambangan ke fungsi semula atau mengalihkan fungsinya
ke bentuk lain yang dapat digunakan masyarakat sekitar sebagai
mata pencaharian baru sehingga mengurangi persepsi negatif
masyarakat.
Persepsi negatif dapat terjadi karena lahan bekas pertambangan
meninggalkan rona akhir yang berbeda dari rona awal seperti tidak
bervegetasi. Untuk mengurangi hal tersebut, maka dilakukan
penutupan tambang yang tepat.
b) Reklamasi dan revegetasi
Kegiatan reklamasi lahan dan revegetasi lahan akhir dilakukan
dengan cover crop terhadap lahan-lahan yang masih terbuka, dan
menanami tanaman dengan tanaman berkayu terhadap lahan
terbuka maupun pada lahan revegetasi. Sasaran utamanya adalah
tanaman tahunan sehingga secara pelan-pelan akan merubah
penutupan lahan dari lahan terbuka menjadi lahan yang
bervegetasi, vegetasi ini lambat laun akan memberikan iklim mikro
pada tapak. Dengan adanya vegetasi juga menyebabkan kualitas
tanah akan semakin membaik begitu juga dengan laju aliran tanah
yang menyebabkan air hujan sebagian akan tertahan oleh akar
tanaman sehingga mengurangi pengaruh negatif terhadap kualitas

130
air di perairan. Akumulasi dari pengurangan dampak negatif ini
akan memberikan persepsi positif pada masyarakat.
c) Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja tentu akan menimbulkan sikap negatif
dari pekerja. Efek yang ditimbulkan tidak hanya dialami oleh
karyawan yang bekerja langsung di tambang, tetapi juga
masyarakat sekitar area penambangan yang mata pencahariannya
ada karena keberadaan perusahaan misalnya seperti, warung
makan, kios, dan sebagainya. Hilangnya mata pencaharian akibat
PHK akan mengakibatkan naiknya tingkat pengangguran.
d) Pemindahan atau pembongkaran sarana tambang
Berhentinya operasi penambangan PT. Kaolin Wellness akan
meninggalkan fasilitas penambangan yang sudah tidak digunakan
lagi. Fasilitas yang tidak dapat dimanfaatkan kembali dibongkar
agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Yang perlu diperhatikan dalam proses pembongkaran adalah aspek
keselamatan dan kesehatan kerja. Sarana dan prasarana yang
mengandung limbah akan dilakukan pembersihan (cleaning up)
terlebih dahulu sebelum dibongkar, sehingga tidak membahayakan
lingkungan dan masyarakat sekitar.
e) Pemanfaaatan bangunan atau sarana tambang
Pada tahap pasca operasi, sarana dan prasarana tambang dapat
dimanfaatkan kembali, baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh
perusahaan sebagai penunjang program pasca tambang yang
bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat menimbulkan
persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan pertambangan PT.
Kaolin Wellness bahwa kegiatan pertambangan tetap
memperhatikan masyarakat sekitar.

8.2.3. Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Setiap tahap kegiatan pertambangan memiliki dampak terhadap
lingkungan. PT. Kaolin Wellness berupaya melakukan pengelolaan dan
pemantauan terhadap lingkungan agar kegiatan pertambangan tersebut

131
berwawasan lingkungan. Adapun upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang dilakukan oleh PT. Kaolin Wellness adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra-konstruksi
a. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan ketika terjadi konflik yang menerus karena tidak ada
kesepahaman antara masyarakat dan perusahaan. Pengawasan juga dilakukan
untuk menghindari konflik yang mungkin terjadi.
b. Pembebasan lahan
Pembebasan lahan dilakukan dengan membentuk tim negosiasi antara
pihak PT. Kaolin Wellness dengan pihak pemilik lahan, kemudian memberikan
penawaran harga ganti rugi lahan dan tanamanan yang sesuai, serta memasang
patok pada lahan yang telah dibebaskan sebagai tanda bahwa wilayah tersebut
telah menjadi milik PT. Kaolin Wellness. Pengawasan terhadap lahan milik PT.
Kaolin Wellness juga dilakukan untuk menghindari klaim lahan oleh pemilik
lahan yang telah mendapat ganti rugi dari PT. Kaolin Wellness , sehingga tidak
menimbulkan konflik.
c. Penerimaan tenaga kerja
Penerimaan tenaga kerja PT. Kaolin Wellness dilakukan melalui proses
seleksi dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal pada bidang pekerjaan yang
ada. Oleh sebab itu diperlukan pelatihan bagi tenaga kerja lokal untuk menjadi
operator dan teknisi akan diutamakan. Namun, operator-operator dan teknisi
terampil dan berpengalaman telah dipertimbangkan akan direkrut dari luar
Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, mengingat tenaga kerja lokal
kurang berpengalaman dalam operasi penanganan.
d. Pembersihan lahan
Pembersihan lahan dilakukan dengan menghilangkan (membuka) areal
bervegetasi menjadi lahan yang terbuka, kondisi yang semula berupa hutan
menjadi non-hutan. Pepohonan yang telah ditebang dapat dimanfaatkan kayunya
untuk membangun sarana dan prasarana tambang yang sifatnya tidak permanen
atau pemanfaatan lainnya yang berguna bagi masyarakat sekitar. Untuk
mengurangi kerusakan vegetasi dan satwa liar, upaya pengelolaan lingkungan
yang dilakukan meliputi penghijauan pada lahan yang terbuka menggunakan jenis

132
tanaman cepat tumbuh dan berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap erosi dan
memasang papan larangan berburu fauna di sekitar lokasi tambang.
e. Mobilisasi peralatan
Pengelolaan dan pemantauan dampak persiapan peralatan yang akan
digunakan untuk tahap konstruksi adalah membatasi kecepatan alat dengan
kecepatan maksimum 30 km/jam, serta melakukan pengawasan secara langsung
saat proses mobilisasi peralatan tambang. Selain itu pengambilan sampling
kualitas udara (pengukuran debu) dilakukan langsung di lapangan, kemudian
membandingkan hasil pengukuran tingkat kebisingan dengan baku mutu
lingkungan.
2. Tahap Konstruksi
a. Pembangunan jalan
Dampak negatif akibat pembangunan jalan adalah hilangnya vegetasi di
sekitar badan jalan dan menyebabkan air limpasan tidak ditangkap oleh akar
tanaman, sehingga dapat menimbulkan genangan air bahkan banjir di sekitar
jalan. Dampak tersebut dapat dikelola dengan membuat saluran air di salah satu
sisi atau di kedua sisi badan jalan, kemudian dialirkan saluran air utama untuk
dikelola lebih lanjut.
b. Pembangunan fasilitas penunjang.
3. Tahap Operasi
a. Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup
Tanah pucuk dan tanah penutup pada penambangan kaolin merupakan
batuan kaolin yang telah mengalami pelapukan dan terkotori oleh pengotor-
pengotor lain, sehingga pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup dilakukan
sedalam 1 meter.
Pengupasan tanah penutup dilakukan secara bertahap mengikuti kemajuan
tambang. Tanah pucuk dan tanah penutup ditimbun di tempat yang agak jauh dari
pemukiman, kemudian dilakukan pengecekan timbunan secara berkala serta
memantau debu pada lokasi penimbunan dengan melakukan analisis udara.
b. Pembongkaran kaolin
Kegiatan penambangan dilakukan bertahap sesuai dengan kemajuan
penambangan. Pengoperasian peralatan yang digunakan untuk pembongkaran

133
kaolin akan meningkatkan polutan udara dan kebisingan. Perencanaan
pengendalian penanganan debu PT. Kaolin Wellness adalah sebagai berikut :
1) Penyiraman jalan tambang secara kontinyu
2) Pembatasan kecepatan kendaraan
Pemantauan debu PT. Kaolin Wellness dilakukan setiap enam bulan sekali
di sekitar tambang, jalan akses ke lokasi dan persimpangan jalan. Baku mutu
kualitas udara sebagai standar yang digunakan oleh PT. Kaolin Wellness dapat
dilihat pada Tabel 8.5.
Tabel 8.5.
Baku Mutu Kualitas Udara

Parameter Baku Mutu


No. Waktu Pengukuran
gr/m3
1 O3 1 jam 235
2 SO2 1 jam 900
3 NO2 1 jam 400
4 CO2 1 jam 30.000
5 Debu 1 jam 230
SK Gub. Propinsi DIY no. 153 th 2002( pemantauan periode 25 oktober-13 november 2010)

Pengukuran tingkat kebisingan secara langsung harus menggunakan Sound


Level Meter yang memenuhi persyaratan standard nasioanl (SNI). Sesuai dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup NO-48/MENLH/II/1996 mengikuti
petunjuk pengukuran seperti yang dianjurkan pada Baku Mutu yang digunakan,
diperoleh hasil pemantauan tingkat kebisingan pada kawasan industri seperti pada
Tabel 8.6.
Tabel 8.6.
Standar Nasional Baku Mutu Tingkat Kebisingan
No. Peruntukan Kawasan Baku Mutu (dBA)
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7 Rekreasi 70
8 Khusus
Bandara udara*
Stasiun kereta api*
Pelabuhan laut 70
Cagar budaya 60
*) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

134
c. Penyaliran tambang
Teknik pengelolaan untuk mengontrol air limpasan dari areal tambang
kaolin dan tempat penimbunan adalah dengan mengalirkan semua air larian ke
kolam pengendap untuk kemudian dilakukan penetralan. Apabila terjadi
penurunan pH air maka dilakukan penambahan kapur hingga memenuhi nilai
ambang batas (NAB).
Penggunaan kapur dan koagulan berupa tawas adalah untuk menaikkan pH
dan menjernihkan air yang masuk ke kolam penetralan. Drainase di area
pertambangan dibuat saluran di sekitar tambang dan pengalihan arah aliran air
hujan yang menuju area pertambangan, sedangkan aliran dari area pertambangan
disalurkan melalui parit–parit agar aliran permukaan yang masuk ke sungai tidak
terlalu banyak.
d. Pemuatan dan pengangkutan
Pengelolaan untuk mengurangi dampak negatif akibat kegiatan pemuatan
dan pengangkutan adalah dengan membatasi kecepatan truk-truk pengangkut
kaolin hasil penambangan dengan kecepatan maksimum 30 km/jam dan
melakukan perawatan berkala pada alat-alat yang digunakan untuk mengurangi
tingkat kebisingan maupun polusi udara yang ditimbulkan. PT. Kaolin Wellness
juga melakukan pengawasan secara langsung saat proses pemuatan dan
pengangkutan bahan tambang, serta melakukan pengambilan conto kualitas udara
(pengukuran debu) langsung di lapangan.
e. Peremukan kaolin
Pengelolaan lingkungan akibat kegiatan peremukan kaolin dilakukan
dengan menempatkan lokasi peremukan jauh dari pemukiman penduduk,
memasang alat penangkap debu berupa bag filter untuk mengurangi pencemaran
udara dari tempat peremukan, serta melakukan perawatan rutin pada peralatan
yang digunakan sehingga dapat meminimalisir pencemaran udara maupun
kebisingan yang ditimbulkan.
Pengecekan langsung terhadap kondisi di lokasi peremukan dan peralatan
yang digunakan oleh unit peremukan dilakukan secara rutin sebagai bentuk
pemantauan lingkungan PT. Kaolin Wellness , serta pengamatan kualitas udara di
sekitar lokasi peremukan.

135
f. Pengoperasian fasilitas penunjang
Dalam rangka menunjang kelangsungan dan kelancaran kegiatan
pertambangan, PT. Kaolin Wellness mengoperasikan beberapa fasilitas
penunjang, seperti bengkel (workshop), mess karyawan, perkantoran, serta
fasilitas tambang dan lainnya. Bengkel akan menghasilkan air buangan yang
mengandung minyak atau oli. Penanganannya menggunakan sistem perangkap
minyak (oil trap). Sistem perangkap minyak (oil trap) adalah suatu wadah buatan
yang difungsikan untuk menangkap air buangan dari bengkel, pengisian bahan
bakar, atau tangki penyimpanan bahan bakar yang mengandung minyak atau oli
sehingga air yang keluar menuju sungai mempunyai kandungan minyak yang
sangat rendah bahkan tidak ada. Selain menggunakan oil trap, PT. Kaolin
Wellness juga melakukan upaya lain untuk mengelola lingkungan bengkel, antara
lain:
1) Sekeliling bengkel harus dilengkapi dengan saluran pembuangan yang
mengalirkan air ke pemisahan air dan minyak (oil trap).
2) Semua lokasi penampungan dalam jumlah besar dan penampungan bahan
hidrokarbon harus mempunyai tanggul penampung sesuai dengan standar
Indonesia yang relevan.
3) Semua pipa yang menyalurkan bahan hidrokarbon harus dilengkapi
dengan tempat penampungan jika terjadi kebocoran.
4) Tempat penyimpanan bahan hidrokarbon harus aman dari kerusakan yang
disebabkan oleh alat berat dan kendaraan kecil serta adanya petunjuk-
petunjuk yang jelas mengenai keselamatan kerja, kapasitas tempat
penyimpanan dan jenis bahan hidrokarbonnya.
5) Semua lokasi pengisian pengisian bahan bakar harus dilengkapi dengan
tempat penampungan jika ada yang tercecer atau tertumpah.
6) Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penghisap tumpahan atau
roller.
7) Semua bengkel harus dilengkapi dengan bahan penanggulangan tumpahan.
8) Penyimpanan drum kapasitas 200 liter harus dilengkapi dengan tanggul
penampungan.

136
9) Oil dan grease dan sejenisnya dari perbaikan alat berat dan ringan harus
ditampung.
Upaya pemantauan pada limbah workshop yang dilakukan PT. Kaolin
Wellness yaitu:
a. Mengenali bahan ceceran dan apabila terjadi ceceran hubungi bagian
environmental.
b. Menghentikan sumber ceceran bila mugkin dilakukan dan hubungi
penanggung jawab area (foreman/supervisor).
c. Identifikasi ceceran tampung dan bersihkan serta buat investigasi insiden.
4. Tahap Pasca Operasi
a. Penutupan tambang
Penutupan tambang dilakukan dengan pengurukan kembali tanah penutup
ke area bekas tambang. Pekerjaan ini meliputi penyusunan struktur tanah dan
perataan lahan dengan mengoperasikan bulldozer dan compactor. Tanah pucuk
yang dikupas pada tahap awal pertambangan sedalam 1 meter harus digunakan
dengan bijaksana.
b. Reklamasi dan Revegetasi
Reklamasi di daerah bekas penambangan dilakukan dengan cara
mengambil tanah penutup yang dikupas pada awal proses penambangan kemudian
menimbun kembali daerah bekas tambang.
Daerah bekas penambangan yang telah ditimbun dilakukan penanaman
kembali untuk mengembalikan kestabilan tanah dan kesuburannya, sehingga tanah
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan menanami tanaman yang memiliki
nilai jual dan diharapkan dapat menaikkan nilai ekonomi masyarakat dan daerah
sekitar bekas penambangan.
c. Pemutusan hubungan kerja
PT. Kaolin Wellness harus melakukan pemutusan tenaga kerja dengan
prosedur yang benar, selain itu juga memberikan pesangon dan pelatihan-
pelatihan ketrampilan yang dapat digunakan sebagai modal untuk memulai mata
pencaharian yang baru.
d. Pemindahan atau pembongkaran sarana tambang.
e. Pemanfaatan bangunan atau sarana tambang.

137
Adapun rincian kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti
pada Tabel 8.7. dan Tabel 8.8. berikut:

138
Tabel 8.7.
Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan PT. Kaolin Wellness
KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PENGELOLAAN LOKASI PERIODE PELAKSANA
TERKENA DAMPAK

TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Sosialisasi Sosial ekonomi - Terus dilakukan jika terjadi konflik Daerah IUP - Divisi
masyarakat yang menerus Administrasi dan
Keuangan
2. Pembebasan lahan Sosial ekonomi - Membentuk tim negosiasi Daerah IUP - Divisi
masyarakat - Memberi penawaran harga yang Administrasi dan
layak Keuangan
- Memasang patok pada lahan yang
telah dibebaskan.
3. Penerimaan tenaga Sosial ekonomi dan - Menyerap 60%-70% tenaga kerja Daerah IUP - Divisi
kerja sosial bidaya lokal Administrasi dan
- Memberikan pelatihan bagi tenaga Keuangan
kerja lokal
- Melakukan perekrutan tenaga kerja
setiap 3-5 tahun
4. Pembersihan lahan Geofisik, Biologi - Pembersihan lahan dilakukan secara Daerah IUP - Divisi Operasi
bertahap sehingga debu yang Tambang
ditimbulkan tidak terlalu banyak
- Pembersihan dilakukan secara
bertahap sesuai kemajuan tambang.
- Tempat penampungan dijauhkan
dari pemukiman penduduk
5. Mobilisasi peralatan Fisik-kimia - Membatasi kecepatan peralatan Daerah IUP - Divisi Operasi
maksimum 30 km/jam Tambang

139
Lanjutan Tabel 8.7.

KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PENGELOLAAN LOKASI PERIODE PELAKSANA
TERKENA DAMPAK

TAHAP KONSTRUKSI
6. Pembangunan jalan Fisik-kimia - Membuat saluran air di salah satu Daerah IUP - Divisi Operasi
sisi atau di kedua sisi jalan Tambang
- Penyiraman jalan tambang secara
kontinyu
TAHAP OPERASI PENAMBANGAN
7. Pengupasan tanah Geofisik-kimia, - Pengupasan tanah pucuk dan tanah Daerah Sesuai Divisi Operasi
pucuk dan tanah biologi penutup hanya sedalam 1 meter penambangan kemajuan Tambang
penutup - Tanah pucuk dan tanah penutup tambang
ditimbun di tempat yang agak jauh
dari pemukiman
- Tanah pucuk dan tanah penutup
merupakan batuan kaolin yang
telah mengalami pelapukan dan
terkotori oleh pengotor-pengotor
lain
8. Pembongkaran kaolin Geofisik, Biologi - Kegiatan penambangan sesuai Daerah Tiap 6 bulan Divisi Operasi
dengan kemajuan tambang penambangan Tambang
- Memasang alat penangkap debu
- Perawatan alat penambangan secara
rutin
9. Penyaliran tambang Geofisik-kimia - Mengalirkan semua air larian ke Daerah - Divisi Operasi
kolam pengendap untuk kemudian penambangan dan Tambang
dilakukan penetralan sekitar IUP
- Membuat saluran di sekitar
tambang dan pengalihan arah aliran
air hujan yang menuju area tambang

140
Lanjutan Tabel 8.7.

KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PENGELOLAAN LOKASI PERIODE PELAKSANA
TERKENA DAMPAK

10. Pemuatan dan Fisik-kimia - Membatasi kecepatan truk-truk Daerah Tiap 6 bulan Divisi Operasi
pengangkutan pengangkut kaolin hasil penambangan Tambang
penambangan dengan kecepatan
maksimum 35 km/jam
- Melakukan perawatan berkala pada
alat-alat yang digunakan
11. Peremukan kaolin Geofisik, Biologi - Lokasi pengolahan jauh dari Daerah Pe- Tiap 6 bulan Divisi
pemukiman warga ngolahan Pengolahan
- Memberikan retribusi pada desa
setempat.
- Melakukan perawatan alat-alat
peremuk
- Memasang alat penangkap debu
berupa bag filter
12. Pengoperasian fasilitas Geofisik - Menggunakan oil trap untuk Daerah sekitar Tiap 1 bulan Divisi K3L dan
penunjang menangkap air buangan bengkel IUP Lingkungan
yang mengandung minyak dan oli

TAHAP PASCA PENAMBANGAN


13. Penutupan tambang Geofisik, Biologi, - Pengurukan kembali lahan bekas Daerah Selama tahap Divisi K3 &
Sosial Ekonomi, tambang penambangan penutupan Lingkungan
Sosial Budaya - Pembongkaran dan pemindahan tambang
Masyarakat saran tambang yang sudah tidak
digunakan
- Perubahan tata guna lahan dan juga
perubahan terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar.

141
Lanjutan Tabel 8.7.

KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PENGELOLAAN PERIODE
TERKENA DAMPAK
LOKASI PELAKSANA

14. Reklamasi dan Geofisik, Biologi, - Penyebaran tanah pucuk di areal Daerah IUP dan Selama Divisi K3 &
revegetasi Kimia yang akan ditanami pepohonan sekitarnya kegiatan Lingkungan
- Penanaman tumbuhan untuk penambangan
mengembalikan kestabilan tanah dan penutupan
dan kesuburannya tambang
- Penanaman awal dengan tanaman berlangsung
perintis, yaitu tanaman yang cepat
tumbuh di daerah kaolin
- Penanaman tanaman produktif
15. Pemutusan hubungan Sosial ekonomi - Melakukan pemutusan tenaga kerja Daerah sekitar - Divisi
kerja dengan prosedur yang benar IUP Administrasi dan
- Memberikan pesangon atau modal Keuangan
- Memberikan pelatihan-pelatihan
ketrampilan

142
Tabel 8.8.
Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan PT. Kaolin Wellness
KOMPONEN
NO. KEGIATAN LINGKUGAN YANG PEMANTAUAN LOKASI PERIODE PEMANTAU
TERKENA DAMPAK

TAHAP PRA-KONSTRUKSI

1. Sosialisasi Sosial ekonomi - Pengawasan secara langsung Daerah IUP Tiap sosialisasi DinasPerindustria
masyarakat kegiatan sosialisasi n Perdagangan
dan ESDM
2. Pembebasan lahan Sosial ekonomi - Pengawasan secara langsung pada Daerah IUP Tiap6 bulan - BPN Gunung
masyarakat tiap tahap UKL yang dilakukan di sekali selama 2 Kidul
lapangan tahun pertama - Bapedal
Gunung Kidul
3. Penerimaan tenaga Sosial ekonomi dan - Pengawasan setiap kegiatan Daerah IUP - Dinas Sosial
kerja sosial bidaya rekrutmen tenaga kerja dan Tenaga Kerja
- Pengawasan persyaratan perekrutan dan Transmigrasi
tenaga kerja Gunung Kidul
4. Pembersihan Lahan Geofisik, Biologi - Mengecek tempat dan proses Daerah IUP Tiap 3 bulan - Bapedal
penimbunan GunungKidul
- Mengecek dampak adanya debu - Dinas Pertanian
tambang di pemukiman sekitar dan Kehutanan
dengan cara melakukan analisis Gunung Kidul
udara - Dinas
- Penghitungan air limpasan Kesehatan
Gunung Kidul
5. Mobilisasi peralatan Fisik-kimia - Memantau kualitas udara (debu Daerah IUP - - Bapedal
dankebisingan) Gunung Kidul
- Mengecek dampak adanya debu - Dinas
tambang di pemukiman sekitar Kesehatan
dengan cara melakukan analisis Gunung Kidul

143
Lanjutan Tabel 8.8.

KOMPONEN
LINGKUGAN YANG
NO KEGIATAN PEMANTAUAN LOKASI PERIODE PEMANTAU
TERKENA DAMPAK

TAHAP KONSTRUKSI

6. Pembangunan jalan Fisik-kimia - Memantau kualitas udara (debu dan Daerah IUP Tiap 6 bulan -Bapedal Gunung
kebisingan) Kidul
- Mengecek saluran air di sisi jalan
TAHAP OPERASI PENAMBANGAN

7. Pengupasan tanah Geofisik-kimia, - Melakukan pengambilan sampling Daerah Tiap 6 bulan - Bapedal
pucuk dan tanah biologi kualitas udara (pengukuran debu penambangan Gunung Kidul
penutup dan kebisingan) langsung di - Dinas Pertanian
lapangan dan Kehutanan
- Membandingkan hasil pengukuran Gunung Kidul
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
8. Pembongkaran kaolin Geofisik, Biologi - Pengawasan secara langsung saat Daerah Tiap 6 bulan - Bapedal
proses pembongkaran kaolin penambangan Gunung Kidul
- Pengecekan peralatan - Dinas
pembongkaran kaolin Perindustrian
- Melakukan pengambilan sampling Perdagangan dan
kualitas udara (pengukuran debu Energi Sumber
dan kebisingan) langsung di Daya Mineral
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
9. Penyaliran tambang Geofisik-kimia - Melakukan pengecekan saluran air Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Gunung
penyaliran tambang secara rutin penambangan Kidul
- Melakukan pengerukan pada dan sekitar IUP
saluran air jika terjadi sedimentasi

144
Lanjutan Tabel 8.8.

KOMPONEN
LINGKUGAN YANG
NO KEGIATAN PEMANTAUAN LOKASI PERIODE PEMANTAU
TERKENA DAMPAK

10. Pemuatan dan Fisik-kimia - Pengawasan secara langsung saat Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Gunung
pengangkutan proses pemuatan dan pengangkutan penambangan Kidul
bahan tambang
- Pengecekan peralatan pemuatan dan
pengangkutan
- Melakukan pengambilan sampling
kualitas udara (pengukuran debu
dan kebisingan) langsung di
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan
11. Peremukan kaolin Geofisik, Biologi - Pengecekan langsung terhadap Daerah Tiap 6 bulan Bapedal Gunung
kondisi di lokasi peremukan peremukan Kidul
- Pengecekan pada peralatan yang
digunakan oleh unit peremukan
- Melakukan pengambilan sampling
kualitas udara (pengukuran debu
dan kebisingan) langsung di
lapangan
- Membandingkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan dengan baku
mutu lingkungan

145
Lanjutan Tabel 8.8.

NO KEGIATAN KOMPONEN PEMANTAUAN LOKASI PERIODE PEMANTAU


LINGKUGAN YANG
TERKENA DAMPAK

12. Pengoperasian fasilitas Geofisik - Memantau workshop secara rutin Daerah sekitar Tiap 6bulan Bapedal Gunung
penunjang dan dan apabila terjadi ceceran IUP Kidul
terjadi hubungi bagian
environmental
- Menghentikan sumber ceceran bila
mugkin dilakukan dan hubungi
penanggung jawab area
(foreman/supervisor)
TAHAP PASCA PENAMBANGAN

13. Penutupan tambang Geofisik, Biologi, - Pengecekan penimbunan tanah Daerah IUP Tiap 6 bulan - Bapedal
Sosial Ekonomi, penutup dan tanah pucuk Gunung Kidul
Sosial Budaya - Pengeceken penataan lahan setelah - Bapedal
Masyarakat penutupan tambang Gunung Kidul
14. Reklamasi dan Geofisik, Biologi, - Pengecekan daerah reklamasi Daerah IUP Tiap 1 tahun Bapedal Gunung
revegetasi Kimia apakah telah memenuhi kriteria Kidul
keberhasilan reklamasi atau belum
15. Pemutusan hubungan Sosial ekonomi - Pengawasan setiap kegiatan UKL Daerah IUP - Dinas Sosial
kerja yang dilakukan Tenaga Kerja
Dan
Transmigrasi
Gunung Kidul

146
8.3. Coorporate Social Responsibility
Selain penanganan dampak-dampak lingkungan seperti yang telah
diterangkan di atas, PT. Kaolin Wellness juga mengadakan berbagai program
kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan pengembangan perusahaan saat ini harus
berpijak dan dilandaskan terhadap pemahaman yang berdasarkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga sendi
utama yang mengokohkan, yaitu:
1. Pertumbuhan Ekonomi
2. Kinerja Lingkungan
3. Tanggung Jawab Sosial.
Tanggung Jawab Sosial Korporasi/Coorporate Social Responsibility (CSR)
merupakan sebuah kewajiban dasar yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk
menjaga relasi antara perusahaan dan pemangku kepentingannya, termasuk
komunitas yang ada di sekitar wilayah operasional perusahaan. Pelaksanaan CSR
juga berperan dalam menjaga keberlanjutan aktivitas perusahaan dalam jangka
panjang. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan adalah keterlibatan
perusahaan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Rencana Coorporate Social Responsibility memberikan peluang kerja bagi
masyarakat lokal. Terlepas dari jumlahnya, sebagian dari masyarakat yang tinggal
di sekitar perusahaan mendapatkan kesempatan bekerja pada perusahaan tersebut.
Selain itu, proses produksi merangsang munculnya kegiatan-kagiatan ekonomi di
wilayah operasinya. Kondisi seperti ini memungkinkan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat lokal. Kondisi ini bisa berubah sebaliknya ketika proses
ekstraksi berhenti karena sumberdaya alamnya tidak bisa diekploitasi lagi.
Masyarakat yang sebelumnya mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan
pendapatan tidak memiliki kesempatan itu lagi.
PT. Kaolin Wellness merencanakan Coorporate Social Responsibility (CSR)
melalui kegiatan Community Development (CD) atau pengembangan masyarakat
selama operasi produksi sampai dengan pascatambang.
PT. Kaolin Wellness merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
pertambangan batu kaolin yang berlokasi di Desa Karangsari, Kecamatan Semin,
Kabupaten Gunungkidul, DIY, ikut serta berperan aktif dalam pengembangan

147
masyarakat sekitar dan menjadikan masyarakat serta pemerintah sebagai mitra
kerja dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
PT. Kaolin Wellness membagi ke dalam dua rencana, yaitu rencana strategis
jangka menengah dan rencana strategis jangka panjang.
Dasar hukum yang digunakan sebagai dasar dalam kegiatan CSR, yaitu:
1. Undang-Uandang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
3. PP No. 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab social dan lingkungan
perseroan terbatas.
Pengertian Community Social Responsibility diadaptasi dari Pasal 1 butir 3
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Pereroan Terbatas, yang
menyebutkan komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi bekelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun
masyarakat pada umumnya.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pasal 74 ayat 1, yang menyebutkan bahwa : “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan Sumber
Daya Alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial (CSR) dan
lingkungannya, perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Serta pada Undang-
Undang No. 25 Tahun 2007 mengatur CSR atau tanggung jawab sosial bagi
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

8.3.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari Coorporate Social Responsibility (CSR):
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui sektor ekonomi.
2. Memperbaiki kualitas hidup masyarakat sekitar melalui pendidikan dan
kesehatan.
3. Pelestarian lingkungan masyarakat.
4. Terciptanya pembangunan berkelanjutan.
5. Melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat sekitar.

148
8.3.2 Rencana Strategis Program Coorporate Social Responsibility (CSR)
a. Rencana Strategis Jangka Menengah
Rencana strategis jangka menengah merupakan langkah awal untuk
membina dan mengembangkan masyarakat sekitar untuk mendapatkan hasil yang
tidak cukup lama. Terdapat dua program dalam rencana strategis jangka
menengah antara lain program Pendidikan dan Program Pembangunan
infrastruktur bagi masyarakat sekitar. Program rencana strategis jangka menengah
selengkapnya dapat dilihata pada Tabel 8.9.

Tabel 8.9
Matrik Rencana Strategis Jangka Menengah Program Coorporate Social Responsibility (CSR)
PT. Kaolin Wellness
Program Rencana Tujuan Pelaksana Sasaran Kegiatan
Strategis

Pendidikan a. Bantuan perlengkapan Meningkatkan mutu a. PT. Kaolin d. Anak-anak di


b. SD N Karangsari, SD N pendidikan masyarakat
Wellness desa
Semin sekitar area
c. SMK N Semin pertambangan PT. b. Pemerintah Karangsari,
d. seperti papan tulis, meja, Kaolin Wellness di
Kecamatan Kecamatan
kursi, dll. desa Karangsari,
Bantuan perlengkapan kecamatan Semin Semin Semin
murid di SD N Karangsari, c. Organisasi e. Relawan
SD N Semin, SMK N
Semin seperti seragam, swadaya Pendidikan
buku, dan alat tulis lainnya.
masyarakat f. Para Guru
Pemberian dana
operasional SD N
Karangsari, SD N Semin,
SMK N Semin.
e. Beasiswa pendidikan bagi
murid berprestasi di SD N
Karangsari, SD N Semin,
SMK N Semin dari
perusahaan.
f. Perpustakaan
Program Rencana Tujuan Pelaksana Sasaran Kegiatan
Strategis
Menyumbang pembangunan SD N a. Memperbaiki c. PT. Kaolin Masyarakat di
material Karangsari Kecamatan Semin.
Infrastuktur Desa Wellness
untukBangunan Renovasi dan
dan Infrastruktur pembangunan sarana Karangsari sekitar d. Pemerintah
(Sekolah, ibadah yaitu, Gereja dan
area pertambangan Kecamatan
Rumah Masjid di Dusun Jetak.
Peribadatan) Perbaikan sanitasi PT. Kaolin Wellness Semin
masyarakat Dusun Jetak.
b. Meningkatkan e. Organisasi
aktifitas sosial swadaya
masyarakat Desa masyarakat.
Karangsari.

149
b. Rencana Strategis Jangka Panjang
Rencana strategis jangka panjang merupakan program jangka panjang untuk
membina dan mengembangkan masyarakat sekitar sehingga masyarakat bisa tetap
bertahan ketika perusahaan tidak lagi beroperasi produksi. Terdapat dua program
dalam rencana strategis jangka panjang antara lain Program Kesehatan dan
Olahraga serta Program pembangunan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Program rencana strategis jangka panjang dapat dilihat pada Tabel 8.10.

Tabel 8.10
Matrik Rencana Strategis Jangka Panjang Program Coorporate Social Responsibility (CSR)
PT. Kaolin Wellness
Program Rencana Tujuan Pelaksana Sasaran
Strategis Kegiatan
Pembangunan  Pembinaan dan  Meningkatkan  PT. Kaolin Masyarakat
Ekonomi pendampingan manajemen pembangunan Wellness di
usaha pertanian dan ekonomi mikro  Pemerintah Kecamatan
perkebunan di Desa masyarakat. Kecamatan Semin.
Karangsari  Mengajarkan Semin
 Pembinaan pembibitan kemandirian  Organisasi
tanaman bagi masyarakat kepada swadaya
desa Karangsari. masyarakat masyarakat.
 Pembinaan dan dalam berusaha.
pendampingan dan  Meningkatkan
penggalakan UKM di Desa kemampuan
Karangsari. masyarakat
 Pelatihan keahlian khusus dalam berusaha.
bagi masyarakat desa  Menciptakan
Karangsari. pembangunan
 Pelestarian adat di Desa berkelanjutan
Karangsari  Meningkatkan
 Pemasaran produk rumah taraf hidup
tangga Desa Karangsari, masyarakat.
UKM dan hasil perkebunan.
 Pengadaan air bersih bagi
warga Desa Karangsari
Program Rencana Tujuan Pelaksana Sasaran
Strategis Kegiatan
Kesehatan  Bantuan sarana penunjang Meningkatkan  PT. Kaolin Masyarakat
dan Olahraga (listrik, dll) mutu kesehatan Wellness di
 Bantuan biaya operasional masyarakat sekitar  Pemerintah Kecamatan
puskesmas pembantu di area Kecamatan Semin.
desa-desa. pertambangan PT. Semin
 Program vaksinasi dan obat Kaolin Wellness  Organisasi
murah bagi warga Desa di Desa swadaya
Karangsari Karangsari, masyarakat.
 Penggalakan posyandu di Kecamtan Semin.
Desa Karangsari
 Pengobatan gratis bagi
masyarakat Desa Karangsari
 Bantuan acara olah raga di
Desa Karangsari.

150
Berikut ini terdapat Gambar-Gambar program Coorporate Social
Responsibility (CSR) jangka panjang yang dilakukan oleh PT. Kaolin Wellness

Gambar 8.10 Gambar 8.11


Bantuan Program Pertanian dengan Bantuan Program Peternakan Unggas
Pembibitan

Gambar 8.12 Gambar 8.13


Bantuan Pendampingan UKM Pelatihan Keahlian Menjahit

Gambar 8.15 Gambar 8.14


Pelestarian Seni Budaya, Adat, dan Bantuan Penyaluran Air Bersih
Kearifan Lokal

Gambar 8.16 Gambar 8.17


Pemeriksaan Kesehatan gratis Pembangunan sarana MCK

151
Gambar 8.18 Gambar 8.19
Pemberian sumbangan berupa ambulance Progam Sosial Tanggap Darurat Bencana Alam
sebagai sarana penunjang

8.3.3 Pendampingan
Tahap yang dilakukan setelah perencanaan CSR selanjutnya adalah
pendampingan implementasi program CSR. Tujuan utama pendampingan program
CSR adalah untuk memastikan terjadinya proses mobilisasi sumber daya lokal dan
tumbuhnya upaya-upaya bisnis sesuai dengan kesepakatan pemangku
kepentingan. Pendampingan juga bertujuan untuk memonitoring implementasi
program CSR agar sesuai dengan perencanaan. Adanya pendampingan juga
memudahkan evaluasi karena kondisi awal program, alur perkembangan program,
dan hasil program dapat diketahui sehingga diperoleh saran atau rekomendasi
untuk perencanaan program atau proyek di tahap selanjutnya.
Pendampingan implementasi program CSR dilakukan dengan upaya
memperkuat kapasitas lembaga kolaborasi. Dengan demikian, terbentuk sinergi
dan kemitraan pemangku kepentingan (stakeholder) selama proses transformasi
sosial ekonomi masyarakat.
Penguatan kemitraan di daerah industri pertambangan diharapkan mampu
membangun kepercayaan dan kerja sama yang sinergis sehingga terjadi mobilisasi
sumber daya lokal yang lebih maksimal untuk membangun keunggulan daerah
atau meningkatkan daya saing daerah.
Beberapa alternatif bentuk pendampingan program-program CSR antara lain
sebagai berikut :
1. Pengembangan Kebijakan CSR (CSR Policy Development).
2. Perencanaan Strategi CSR (CSR Strategic Planning).
3. Perekrutan Spesialis CSR (CSR Specialist Recruitment).
4. Pengembangan Tim CSR (CSR Team Development).

152
5. Pelatihan Manajemen CSR (CSR Management Traning).
6. Pelatihan Keterampilan Sosial untuk CSR (Social Skills Training for CSR).
7. Audit Kinerja CSR (CSR Performance Audit).
8. Pelaporan dan Publikasi Program CSR (CSR Reporting dan Publication).
9. Penilaian Independen atas Rencana atau Kinerja CSR (CSR Due Diligence).
10. Fasilitas Ikatan Kemitraan (Stakeholder Engagement Fasilitation).
11. Alternatif Solusi Perselisihan (Alternative Dispute Resolution/ADR).
12. Pengembangan Kerjasama Tim (Team Building).

8.4. Perizinan Pertambangan


Berdasarkan Undang-undang RI No.4 tahun 2009 bab 5 pasal 34, usaha
pertambangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pertambangan mineral dan
pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas:
1. Golongan bahan galian radioaktif
2. Golongan bahan galian mineral logam
3. Golongan bahan galian mineral non-logam
4. Golongan bahan galian mineral batubara
5. Golongan bahan galian batuan.
Penambangan kaolin yang dilakukan PT. Kaolin Wellness memerlukan
izin yang diajukan kepada Dirjen Pertambangan Umum yang berupa Izin Usaha
Penambangan (IUP). IUP diajukan sebagai persyaratan untuk melaksanakan usaha
pertambangan di daerah Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jenis Izin Usaha Pertambangan terdiri atas 2 tahap, yaitu
Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan, serta Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
yang meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan, serta pengangkutan
dan penjualan.

8.4.1. Izin Usaha Pertambangan


Permohonan IUP oleh Panji Heribnu selaku Direktur PT. Kaolin Wellness
kepada Bupati Gunung Kidul, yaitu perizinan IUP operasi produksi yang mana
menindaklanjuti perizinan IUP eksplorasi sebelumnya. Untuk memperoleh IUP
tersebut, ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. Kaolin Wellness yaitu:

153
1. Persyaratan administratif
2. Persyaratan teknis
3. Persyaratan lingkungan
4. Persyaratan finansial.
Masing-masing IUP harus diurus dengan persyaratan yang agak berbeda,
namun pada dasarnya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Membuat sketsa daerah penambangan
Pembuatan sketsa ini dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas tanah yang
ada disekitar lokasi penambangan dan untuk mengetahui kepemilikan dari
tanah tersebut.
2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan daerah penambangan
Mencari data-data umum maupun pendukung di balai kecamatan Semin
maupun di kepala desa Karangsari. Data-data yang dimaksudkan meliputi data
monografi penduduk kelompok penambangan, data morfologi daerah
penambangan, data yang berhubungan dengan produksi seperti contohnya data
jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah produksi per hari dan peralatan
apa saja yang akan digunakan dalam kegiatan penambangan tersebut.
3. Pengisian formulir pengajuan IUP
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap di atas karena data-data yang
diambil tersebut dimaksudkan untuk mengisi blangko formulir ini.
Pengajuan surat permohonan IUP
Setelah syarat-syarat dan pengisian formulir sudah dilengkapi dan sesuai
dengan Undang-undang Republik Indonesia No 4 tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, maka surat dapat diajukan kepada Bupati
setempat.

Adapun lampiran yang dijelaskan pada bab sebelumnya, berupa:


1. Peta lampiran
2. Tanda bukti penyetoran jaminan kesungguhan dari bank.
3. Surat Izin Mendirikan Perusahaan dan Akte Pendirian Perusahaan yang salah
satu dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha di bidang
pertambangan
4. Surat pernyataan kesanggupan AMDAL

154
Dengan adanya IUP maupun surat-surat pendukung lainnya, maka PT. Kaolin
Wellness telah sesuai prosedur secara administratif untuk menjalankan kegiatan
pertambangan di Dusun Jetak Desa Karangsari, Kecamatan Semin, Kabupaten
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

155

Anda mungkin juga menyukai