Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

2.1 Uraian Industri Farmasi

2.1.1 Pengertian Industri Farmasi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1799/MenKes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan

kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan

kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan

bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu

sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.

Industri farmasi terdiri dari industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah

melalui seluruh tahap proses pembuatan obat, sehingga menghasilkan obat yang

bermutu dan aman, dan industri bahan baku adalah suatu industri yang

memproduksi bahan baku, dimana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik

yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang digunakan dalam proses

pengolahan atau pembuatan obat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006).

2.1.2 Persyaratan Industri Farmasi

Menurut Surat Keputusan Menteri Republik Kesehatan Indonesia No.

1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, persyaratan yang harus

dipenuhi agar suatu industri farmasi memperoleh izin usaha adalah sebagai

berikut:

4
a. Industri farmasi merupakan suatu perusahaan umum, berbadan usaha

berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga Negara

Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi

dan pengawasan mutu.

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung

dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.

2.1.3 Izin Usaha Industri Farmasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, setiap pendirian industri

farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi yang diberikan oleh Menteri dan

dilimpahkan wewenangnya kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM). Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan tahap Persetujuan

Prinsip. Pemohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur

Jenderal Menteri Kesehatan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal

Menteri Kesehatan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk

Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Persetujuan pinsip diberikan kepada industri farmasi agar industri melakukan

persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi dan peralatan yang

diperlukan termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan

perundang-undangan di bidang obat-obatan.

5
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

245/Men.Kes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan

Pemberian Izin Usaha Industri, Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka

waktu tiga tahun, dan setiap enam bulan sekali perusahaan yang bersangkutan

menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya kepada Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah

melaksanakan produksi sesuai persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang

Baik) dan mempekerjakan secara tetap sekurang- kurangnya tiga orang Apoteker

Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pada bidang

pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu. Izin usaha industri farmasi

berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi

dengan perpanjangan izin setiap lima tahun (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2010).

2.1.4 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi

Pencabutan izin usaha industri farmasi, sebagaimana yang tercatum

pada Surat Keputusan Menteri Republik Kesehatan Indonesia No.

245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian

Izin Usaha Industri, dapat dilakukan dalam hal:

a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan

perluasan tanpa izin.

b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan

6
sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.

c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih

dahulu dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi

persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).

e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

CPOB merupakan suatu pedoman yang menyangkut seluruh aspek produksi

dan pengendalian mutu yang bertujuan menjamin obat dibuat secara konsisten,

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaan.

Aspek-aspek dari CPOB meliputi sistem mutu industri farmasi, personalia,

bangunan dan fasilitas, peralatan, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri,

penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk,

dokumentasi, kegiatan ahli daya, serta kualifikasi dan validasi (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2018).

Prinsip dasar Cara Pembuatan Obat yang Baik :

a) semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas, dikaji secara sistematis

berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu menghasilkan obat yang memenuhi

persyaratan mutu dan spesifikasi yang ditetapkan secara konsisten;

b) tahap kritis dalam proses pembuatan, dan perubahan signifikan dalam proses

divalidasi;

c) tersedia semua fasilitas CPOB yang diperlukan mencakup:

 personel terkualifikasi dan terlatih;

7
 bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;

 peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;

 bahan, wadah dan label yang benar;

 prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem Mutu Industri

Farmasi;

 tempat penyimpanan dan transportasi memadai.

d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa jelas, tidak

bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang tersedia

e) prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan benar dan operator diberi pelatihan

untuk menerapkannya;

f) pencatatan dilakukan selama pembuatan baik secara manual dan/atau dengan

alat pencatat yang menunjukkan bahwa semua langkah pembuatan dalam

prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan bahwa

jumlah serta mutu produk sesuai yang diharapkan;

g) setiap penyimpangan signifikan dicatat dengan lengkap, diinvestigasi dengan

tujuan untuk menentukan akar masalah dan pelaksanaan tindakan korektif dan

tindakan pencegahan yang tepat;

h) catatan pembuatan termasuk distribusi obat yang memungkinkan ketertelusuran

riwayat bets, disimpan dalam bentuk yang komprehensif dan mudah diakses;

i) Cara Distribusi Obat yang Baik memperkecil risiko yang berdampak pada mutu

obat;

j) sistem penarikan bets obat dari peredaran tersedia

8
k) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu

diinvestigasi serta tindakan tepat diambil terkait cacat produk dan pencegahan

keberulangan keluhan.

2.2.1 Sistem Mutu Industri Farmasi

Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai tujuan

penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, jika

diperlukan, dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan pasien pengguna

disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai. Industri

farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan tanggung jawab

memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau pabrik untuk mencapai

kepatuhan terhadap regulasi. untuk pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan

partisipasi dan komitmen dari personel pada semua tingkat di berbagai

departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan distributor. Untuk mencapai

sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu yang didesain secara

komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup Cara Pembuatan Obat

yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah

didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya.

Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,

prosedur, proses dan sumber daya.

b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

9
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan,

keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Manajemen Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua aspek baik

secara individual maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu produk.

Manajemen Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat, dengan tujuan

untuk memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan.

Oleh karena itu Manajemen Mutu mencakup juga Cara Pembuatan Obat yang

Baik. Manajemen juga memiliki tanggung jawab paling tinggi untuk memastikan

Sistem Mutu Industri Farmasi yang efektif tersedia, mempunyai sumber daya

yang memadai dan bahwa peran, tanggun jawab, dan wewenang ditetapkan,

dikomunikasikan dan diimplementasikan di seluruh organisasi.

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan

sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan

prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan

relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan

produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya

dinilai memuaskan.

Prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah:

a) fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui untuk

pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas,

produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan

kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB;

10
b) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk

ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan

menggunakan metode yang disetujui;

c) metode pengujian telah tervalidasi;

d) pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat selama

pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam

prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian benar-benar telah

dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat lengkap dan diinvestigasi;

e) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif

sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik,

memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang

sesuai dan pelabelan yang benar;

f) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas,

produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara formal dinilai terhadap

spesifikasi; dan

g) sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang

cukup sesuai Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal, untuk

pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam

kemasan akhir.

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap

semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan

konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahanawal, bahan pengemas dan

produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan

untuk produk dan proses.

11
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan

penilaian, pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu obat.

Proses ini dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun retrospektif.

Prinsip Manajemen Risiko Mutu adalah:

a) evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara

ilmiah, pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada akhirnya

dikaitkan pada perlindungan pasien; dan

b) tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari proses

manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan

dengan pekerjaannya (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang sehat, terkualifikasi, dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Personil kunci dalam

industri farmasi mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan

mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Posisi personil kunci

dalam industri farmasi dirancang sedemikian rupa sehingga bagian produksi,

bagian pengawasan mutu maupun bagian manajemen mutu harus dipimpin oleh

12
orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab antara satu terhadap

yang lain (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Kepala bagian produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu hendaklah

seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang

sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial,

sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Industri farmasi hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel

yang karena tugasnya berada di area produksi dan gudang penyimpanan atau

laboratorium (termasuk personel teknik, pemeliharaan dan pembersihan), dan bagi

personel lain yang kegiatannya berdampak pada mutu produk. Pelatihan

hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan dengan

berbagai kebutuhan di pabrik. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur

yang berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel.

Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personel yang

bertugas di area produksi dan pengawasan. Pelaksanaan program higiene

hendaklah didorong oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi

pelatihan. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator

dengan produk yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan

dengan produk.

Konsultan hendaklah memiliki pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang

memadai, atau kombinasinya, untuk memberi saran atas subjek yang mereka

13
kuasai. Data yang mencakup nama, alamat, kualifikasi, dan jenis layanan yang

diberikan oleh konsultan hendaklah dipelihara.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,

sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,

penumpukkan debu/kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah

dan air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan

tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap

pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikontruksi,

dilengkapi dan dirawat sedemikian rupa agar memperoleh perlindungan maksimal

terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah, serta masuk dan bersarang

serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia

prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas

hendaklah dirawat dan dibersihkan dengan cermat sesuai prosedur tertulis rinci.

Seluruh bangunan-fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area

penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dipelihara

dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur

14
dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta pemeliharaan bangunan-fasilitas

hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak merugikan mutu obat

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara

penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain

khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area

penyimpanan atau area produksi.

Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:

a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan

mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang

dipersyaratkan;

b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan

c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif

Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang

ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan

bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau

produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan

produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum memperoleh

pelulusan akhir, pengiriman produk dan laboratorium pengawasan mutu (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara

penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain

khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area

penyimpanan atau area produksi. Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang

15
sedemikian rupa untuk memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang

saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan

tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan, mencegah

kesesakan dan ketidakteraturan, serta memungkinkan terlaksananya komunikasi

dan pengawasan yang efektif (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan

fasilitas pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang

dapat mencegah kontaminasi dan kontaminasi silang, pengendali suhu dan, bila

perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan

kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan

luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada

maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap

spesifikasi desain. Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat didasarkan

pada jumlah maksimum partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara

yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan. Kelas kebersihan tersebut

hendaklah disesuaikan dengan tingkat risiko terhadap produk yang dibuat. Kelas

A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk steril.

Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril,

dimana persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi

nonoperasional adalah 3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 μm dan

29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5 μm. Jumlah maksimum mikroba udara

ditetapkan oleh industri berdasar kajian risiko dari jenis sediaan yang ditangani

misal cair, krim, padat. Area produksi hendaklah mendapat pencahayaan yang

16
memadai, terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses

berjalan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk

menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk, seperti

bahan awal dan bahan pengemas, produk antara dan produk jadi, produk dalam

status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang

dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Area penyimpanan

hendaklah bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara

dalam batas suhu yang ditetapkan dan diperhatikan sesuai dengan ketentuan

(Badan Pengawas Obat dan Makana, 2018).

Area pengawasan mutu (laboratorium) hendaklah terpisah dari area

produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah

dipisahkan satu dengan yang lain. Desain laboratorium hendaklah memperhatikan

kesesuaian bahan bangunan yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Ruang istirahat dan kantin sebagai sarana pendukung hendaklah dipisah dari

area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Sarana untuk mengganti

pakaian kerja hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun

tempatnya terpisah. Letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan sedapat

mungkin terpisah dari area produksi (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan

dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sanitasi

menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan

17
pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan fasilitas dan bangunan

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

2.2.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan

untuk memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah

kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya

berdampak buruk pada mutu produk. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian

rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain

hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan

serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.

Pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam

pembuatan obat hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini hendaklah

dirancang agar kontaminasi peralatan oleh bahan pembersih atau sanitasi dapat

dicegah. Peralatan hendaklah dipelihara sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi

atau kontaminasi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian

produk. Pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat

dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan

nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk

peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam

catatan bets.

18
2.2.5 Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin produk

yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan

izin edar. Aspek yang perlu diperhatikan dalam proses produksi adalah :

A. Bahan awal

Seleksi, kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan awal,

beserta pembelian dan penerimaannya, hendaklah didokumentasikan sebagai

bagian dari sistem mutu industri farmasi. Tingkat pengawasan hendaklah

proporsional dengan risiko yang ditimbulkan oleh masingmasing bahan, dengan

mempertimbangkan sumbernya, proses pembuatan, kompleksitas rantai pasokan,

dan penggunaan akhir di mana bahan tersebut digunakan dalam produk obat.

Bukti pendukung untuk setiap persetujuan pemasok/bahan hendaklah disimpan.

Personel yang terlibat dalam kegiatan ini hendaklah memiliki pengetahuan terkini

tentang pemasok, rantai pasokan, dan risiko yang terkait. Jika memungkinkan,

bahan awal hendaklah dibeli langsung dari pabrik pembuat. Sampel bahan awal

hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam keadaan tertentu,

pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat ditunjukkan

dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang

dilakukan sendiri.

Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan

diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan Mutu. Bahan awal di

area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah memuat

keterangan paling sedikit sebagai berikut:

19
a. nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;

b. nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;

c. status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak); dan

d. tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.

B. Validasi

Validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah

dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi,

hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk

pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan

menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan akan senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Perubahan signifikan

terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat

memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi.

C. Pencegahan kontaminasi silang

Kontaminasi bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain hendaklah

dicegah. Risiko kontaminasi silang ini dapat timbul akibat tidak terkendali debu,

gas, uap, aerosol, bahan genetis atau organisme dari bahan aktif, bahan lain

(bahan awal maupun yang sedang diproses), dan produk yang sedang diproses,

residu yang tertinggal pada alat, dan pakaian kerja serta kulit operator. Risiko

tersebut di atas hendaklah dinilai. Tingkat risiko kontaminasi dapat bervariasi

tergantung dari sifat kontaminan dan produk yang terkontaminasi. Di antara

kontaminan yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan

sensitisasi tinggi, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon

20
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling

terpengaruh oleh kontaminasi silang adalah sediaan parenteral atau yang diberikan

pada luka terbuka dan sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan

yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. Bagaimanapun, kontaminasi

terhadap semua produk berisiko terhadap keselamatan pasien, tergantung pada

sifat dan tingkat kontaminasi. Kontaminasi silang hendaklah dicegah dengan

memerhatikan desain bangunan-fasilitas dan peralatan.

D. Sistem penomoran bets/lot

Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot

dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk

ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot yang

digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling

berkaitan. Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot

yang sama tidak dipakai secara berulang. Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera

dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut hendaklah mencakup tanggal

pemberian nomor, identitas produk dan ukuran bets/lot yang bersangkutan.

E. Penimbangan dan penyerahan

Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,

produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi

dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian

terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang,

area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat penting.

F. Pengembalian

21
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang

dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan

benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk

ruahan tidak boleh dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi

spesifikasi yang telah ditetapkan.

G. Operasi Pengolahan – Produk Antara dan Produk Ruahan

Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum

dipakai. Sebelum pengolahan dimulai, dilakukan pemantauan dan pengendalian

kondisi lingkungan di area pengolahan dan memastikan area pengolahan dan

peralatan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan

untuk pengolahan yang akan dilakukan. Semua kegiatan pengolahan hendaklah

dilaksanakan mengikuti prosedur tertulis.

H. Bahan dan produk kering

Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang

terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus

hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan

peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau

metode lain yang sesuai.

I. Pembuatan Produk Steril

Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan

memperkecil risiko kontaminasi mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat

tergantung dari keterampilan, pelatihan dan sikap personel yang terlibat.

Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan produk steril harus sepenuhnya

mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan

22
seksama dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi

tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau

aspek mutu lain. Pembuatan produk steril hendaklah dilakukan di area bersih,

memasuki area ini hendaklah melalui ruang penyangga udara untuk personel

dan/atau peralatan dan bahan.

J. Kegiatan pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan

menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian

yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang

dikemas.

 Prakodifikasi Bahan Pengemas

Proses prakodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah

dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan lain. Khusus untuk

proses prakodifikasi secara manual hendaklah diperhatikan untuk melakukan

pemeriksaan kembali dengan interval yang teratur.

 Praktik Pengemasan

Setelah proses pengemasan selesai, bahan pengemas yang tidak terpakai tetapi

telah diberi prakodifikasi hendaklah dimusnahkan dan pemusnahan tersebut

dicatat. Bila bahan cetakan belum diberi prakodifikasi akan dikembalikan ke stok

gudang, hendaklah mengikuti prosedur terdokumentasi.

 Penyelesaian Kegiatan Pengemasan

Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir diperiksa

dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya

sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.

23
K. Pengawasan selama proses

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis

yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus

dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai

dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian pemastian mutu dan

hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan

memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi

karakteristik produk dalam proses.

L. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan

Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan

disimpan terpisah di area terlarang (restricted area). Bahan atau produk tersebut

hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu diolah

ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang diambil hendaklah lebih dulu

disetujui oleh kepala bagian pemastian mutu dan dicatat.

 Produk Kembalian

Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan

industri farmasi hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi

label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya

masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut

meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang

diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran

disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu (Pemastian mutu) dan dicatat

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

24
 Dokumentasi

Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan

dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah

mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh

personel yang melaksanakan dan personel yang menyaksikan pemusnahan.

M. Karantina dan penyerahan produk jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Selama menunggu

pelulusan dari bagian manajemen mutu, seluruh bets/lot yang sudah dikemas

hendaknya disimpan dalam status karantina. Setelah pelulusan, produk tersebut

dipindahkan dari daerah karantina ke gudang produk jadi.

N. Catatan pengendalian pengiriman obat

Sistem distribusi didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk

pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu. Sistem distribusi hendaklah

menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga distribusi tiap bets/lot obat dapat

segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau penarikan jika

diperlukan.

O. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan

dan produk jadi

Bahan atau produk hendaknya disimpan rapi dan teratur untuk mencegah

resiko tercampur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan

pemeliharaan. Hendaknya semuanya disimpan dalam kondisi yang sesuai serta

tidak langsung kontak dengan lantai.

 Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas

25
Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area

penyimpanan hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda

pelulusan oleh bagian Pengawasan Mutu. Stok tertua bahan awal dan bahan

pengemas dan yang mempunyai tanggal kedaluwarsa paling dekat hendaklah

digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan FEFO).

 Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk jadi

Produk antara dan produk ruahan hendaklah disimpan di bawah kondisi yang

tepat. Tiap penerimaan hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang

diterima sesuai dengan dokumen pengiriman. Tiap wadah produk antara, produk

ruahan dan produk jadi yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa

kesesuaian identitas dan kondisi wadah.

H. Keterbatasan Pasokan Produk Akibat Kendala Proses Pembuatan

Industri farmasi atau pemilik Izin Edar hendaklah melapor kepada otoritas

terkait dalam waktu yang tepat, setiap kendala dalam kegiatan pembuatan yang

dapat mengakibatkan keterbatasan/ketergangguan pasokan.

2.2.6 Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik

Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan

dan manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini

menetapkan langkah-langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung

jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan

produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman

produk jadi dari Industri Farmasi ke distributor.

Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang

diperlukan terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Lebih

26
lanjut, belum ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan

pemeliharaan prosedur penyimpanan dan pengiriman obat, serta pengendalian

kegiatan proses distribusi. Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam

menjamin mutu dan integritas obat selama proses penyimpanan dan pengiriman

obat.

2.2.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk

memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak

yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai

sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.

Pengawasan mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian

serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan

bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan

untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah

dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan

laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan

mutu produk. Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan mempunyai tanggung

jawab, antara lain adalah:

a. Membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu.

b. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk.

c. Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk.

d. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk.

e. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk.

27
Bagian Pengawasan Mutu memiliki wewenang khusus untuk memberikan

keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku, produk obat

ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat. Dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa

pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam

produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2018).

2.2.8 Inspeksi Diri

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria CPOB.

Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara independen dan dirinci oleh petugas

yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara

objektif. Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus,

misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan

secara berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.

Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat

program tindak lanjut yang efektif.

Hendaklah dibuat instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang menyajikan

standar persyaratan minimal dan seragam mengenai ketentuan CPOB yang

diperiksa secara berkala menurut program yang telah disusun untuk

memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip pemastian mutu. Inspeksi diri

dilakukan secara independen dan rinci oleh personil perusahaan yang kompeten

28
dan berpengalaman dalam bidang masing-masing dan memahami CPOB. Inspeksi

diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan pabrik namun inspeksi

diri yang menyeluruh hendaknya dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun.

Semua hasil inspeksi hendaklah dicatat.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit

mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem

manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu

umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim

yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga

dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.

Kepala bagian pemastian mutu bertanggungjawab bersama bagian lain yang

terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasokkan

bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah

ditentukan. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan

dimasukkan ke dalam daftar pemasok. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan

riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, hendaklah

menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB. Semua

pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2018).

1.2.9 Keluhan dan Penarikan Produk

Suatu sistem dan prosedur yang sesuai hendaklah tersedia untuk mencatat,

menilai, menginvestigasi dan meninjau keluhan termasuk potensi cacat mutu dan,

jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk obat uji klinik dari jalur

distribusi secara efektif. Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci

29
tindakan yang diambil setelah menerima keluhan. Semua keluhan hendaklah

didokumentasikan dan dinilai untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu atau

masalah lain. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah

keluhan atau cacat mutu yang dicurigai berkaitan dengan pemalsuan.

1.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem

pemastian mutu dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan CPOB.

Berbagai jenis dokumen dan media yang digunakan hendaklah sepenuhnya

ditetapkan dalam Sistem Mutu Industri Farmasi. Dokumentasi dapat dibuat dalam

berbagai bentuk, termasuk media berbasis kertas, elektronik atau fotografi. Tujuan

utama sistem dokumentasi yang dimanfaatkan haruslah untuk membangun,

mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara langsung

atau tidak langsung berdampak pada semua aspek kualitas obat. Sistem Mutu

Industri Farmasi hendaklah mencakup penjabaran rinci yang memadai terhadap

pemahaman umum mengenai persyaratan, di samping memberikan pencatatan

berbagai proses dan evaluasi setiap pengamatan yang memadai, sehingga

penerapan persyaratan yang berkelanjutan dapat ditunjukkan. Acuan lebih lanjut

terkait penerapan Cara Dokumentasi yang Baik untuk menjamin integritas

dokumen dan catatan dapat mengacu pada Pedoman WHO Guidance on Good

Data and Record Management Practices atau pedoman internasional lain terkait.

Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan mencatat

pemenuhan CPOB: prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan catatan/laporan.

30
2.2.11 Kegiatan Ahli Daya

Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOB yang dialihdayakan

hendaklah didefinisikan, disetujui dan dikendalikan dengan benar untuk

menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menghasilkan produk atau pekerjaan

dengan mutu yang tidak memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara

Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak yang secara jelas menentukan peran dan

tanggung jawab masing-masing pihak. Sistem Mutu Industri Farmasi dari Pemberi

Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk

untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh Kepala Pemastian Mutu.

Kontrak tertulis antar pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara

jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing - masing pihak. Kontrak

harus menyatakan secara jelas pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang

menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu.

Pemberi kontrak hendaklah:

 Bertanggung jawab untuk menilai legalitas, kesesuaian dan kompetensi

Penerima Kontrak untuk dapat dengan sukses melaksanakan kegiatan alih daya.

 Pemberi kontrak juga bertanggung jawab untuk memastikan, melalui kontrak,

bahwa semua prinsip dan Pedoman CPOB diikuti.

 Menyediakan semua informasi dan pengetahuan yang diperlukan kepada

Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan yang dialihdayakan secara

benar sesuai peraturan yang berlaku dan Izin Edar produk terkait.

 Memastikan bahwa Penerima Kontrak memahami sepenuhnya masalah yang

berkaitan dengan produk atau pekerjaan yang dapat membahayakan bangunan-

fasilitas, peralatan, personel, bahan atau produk lain.

31
 Memantau dan mengkaji kinerja Penerima Kontrak dan mengidentifikasi

perbaikan yang diperlukan dan pelaksanaannya.

Penerima kontrak hendaklah:

 Dapat melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh Pemberi Kontrak

dengan memuaskan misal memiliki bangunan-fasilitas, peralatan, pengetahuan,

pengalaman, dan personel yang kompeten.

 Penerima Kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk, bahan dan

transfer pengetahuan yang diterima sesuai dengan tujuan alih daya.

 Penerima Kontrak tidak boleh mengalihkan pekerjaan apa pun yang

dipercayakan sesuai kontrak, tanpa terlebih dahulu dievaluasi, disetujui dan

didokumentasikan oleh Pemberi Kontrak.

 Penerima Kontrak tidak boleh melakukan perubahan apa pun, di luar

kontrak, yang dapat berpengaruh buruk pada mutu produk alih daya dari Pemberi

Kontrak.

 Penerima Kontrak memahami bahwa kegiatan alih daya, termasuk kontrak

analisis, dapat diperiksa oleh Badan POM.

Kontrak dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan

menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak dan jalur komunikasi terkait

dengan kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak dibuat oleh personel yang

memiliki kompetensi dan pengetahuan yang sesuai dengan kegiatan alih daya dan

CPOB. Semua pengaturan kegiatan alih daya harus sesuai dengan peraturan dan

Izin Edar produk terkait dan disetujui oleh kedua belah pihak. Kontrak hendaklah

menguraikan secara jelas pihak yang bertanggung jawab melaksanakan setiap

tahapan pada kegiatan alih daya, misal transfer teknologi, rantai pasokan,

32
subkontrak (bila ada), mutu dan pembelian bahan, pengujian dan pelulusan bahan,

pelaksanaan produksi dan pengawasan mutu, (termasuk pengawasan selama-

proses, pengambilan sampel, analisis dan uji stabilitas). Semua catatan terkait

dengan kegiatan alih daya, misal catatan pengolahan, analisis dan distribusi, serta

sampel pembanding hendaklah disimpan oleh atau disediakan untuk Pemberi

Kontrak. Semua catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk, bila terjadi

keluhan atau cacat produk atau penyelidikan kasus dugaan pemalsuan, hendaklah

dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur yang dibuat oleh Pemberi Kontrak.

Kontrak hendaklah mencakup izin bagi Pemberi Kontrak untuk menginspeksi

kegiatan alih daya yang dilaksanakan oleh Penerima Kontrak atau pihak ketiga

yang telah disetujui bersama.

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan

kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

validasi.

a. Kualifikasi

Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut

dengan kualifikasi. Jadi, kualifikasi adalah kegiatan pembuktian (dokumentasi)

bahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan dalam proses/sistem

akan bekerja dengan kriteria yang diinginkan secara konsisten. Kualifikasi

merupakan langkah awal (first step) dari keseluruhan pelaksanakan.

33
Kualifikasi mencakup kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi

operasional dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam

melakukan validasi tehadap fasilitas, sistem atau peralatan baru yang akan

dipasang atau dibangun sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi yang diatur dalam

ketentuan CPOB yang berlaku. Kualifikasi instalasi hendaklah dilakukan terhadap

fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi agar dipasang sesuai

dengan spesifikasi yang ditetapkan. Kualifikasi operasional hendaklah dilakukan

setelah kualifikasi pemasangan selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui untuk

menjamin bahwa sistem atau peralatan yang telah dipasang beroperasi sesuai

spesifikasi yang diinginkan. Kualifikasi kinerja hendaklah dilakukan setelah

kualifikasi pemasangan dan kualifikasi operasional dilaksanakan, dikaji dan

disetujui untuk menjamin bahwa sistem atau peralatan yang telah terpasang dan

difungsikan dapat bekerja secara efektif dan memberikan hasil yang dapat

terulang. Semua kualifikasi hendaklah memenuhi ketentuan CPOB dan

didokumentasikan.

b. Validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa

tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang

digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang

diinginkan. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan

(validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak

memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin

dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga

divalidasi (validasi retrospektif).

34
Selain validasi proses juga terdapat validasi pembersihan (untuk konfirmasi

efektivitas prosedur pembersihan), validasi ulang (untuk konfirmasi keabsahan

dari fasilitas, sistem, peralatan dan proses) serta validasi metode analisa (untuk

menunjukkan bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.3 Registrasi Sediaan Farmasi

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata

Laksana Registrasi Obat, registrasi merupakan prosedur pendaftaran dan evaluasi

obat untuk mendapat izin edar. Untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat

yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan mutu perlu dilakukan

registrasi obat sebelum diedarkan. Registrasi obat terdiri atas: registrasi baru,

registrasi variasi dan registrasi ulang. Kategori registrasi obat terdiri atas :

1. Registrasi baru

Registrasi obat yang belum mendapat izin edar di Indonesia, terdiri atas:

a. Kategori 1: Registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk Produk

Biologi Sejenis (PBS) / Similar Biotherapeutic Product (SBP).

b. Kategori 2: Registrasi obat copy.

c. Kategori 3: Registrasi sediaan lain yang mengandung obat.

2. Registrasi variasi

Registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang telah memiliki izin edar di

Indonesia, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi, metoda,

35
proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah, kemasan dan

penandaan. Terdiri atas:

a. Kategori 4: Registrasi variasi major.

b. Kategori 5: Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan.

c. Kategori 6: Registrasi variasi minor dengan notifikasi.

3. Registrasi ulang

Registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar, yaitu:

Kategori 7: Registrasi ulang.

Registrasi obat dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan dokumen

registrasi. Obat yang diregistrasi dapat berupa obat produksi dalam negeri atau

obat impor. Obat produksi dalam negeri dapat berupa produksi sendiri, produksi

berdasarkan lisensi atau produksi berdasarkan kontrak. Obat produksi dalam

negeri dapat diedarkan di dalam negeri dan atau untuk keperluan ekspor. Obat

impor dapat berupa obat impor bentuk ruahan atau obat impor dalam bentuk

produk jadi. Obat impor dapat diedarkan di dalam negeri dan/atau untuk

keperluan ekspor (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2011).

Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi, permohonan pra-

registrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori

registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan

dokumen registrasi obat. Permohonan pra-registrasi dan registrasi diajukan oleh

pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

dilampiri dengan dokumen pra-registrasi atau dokumen registrasi (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2011).

36
Dokumen registrasi disusun sesuai format ASEAN Common Technical

Dossier (ACTD). Terhadap permohonan pra-registrasi dan registrasi dikenai biaya

sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Permohonan pra-registrasi dan registrasi dapat diajukan

secara elektronik (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2011).

37

Anda mungkin juga menyukai