Anda di halaman 1dari 2

Defenisi Value Relevance

Relevansi nilai (value relevance) informasi akuntansi mempunyai arti kemampuan informasi
akuntansi untuk menjelaskan nilai perusahaan (Beaver, 1968 dalam Margani Pinasti, 2004).
Penelitian mengenai value relevancemenjadi penting karena terdapat klaim yang menyatakan
bahwa laporan keuangan berbasis kos historis telah kehilangan sebagian besar relevansinya bagi
investor yang diakibatkan oleh perubahan besar-besaran dalam perekonomian, yaitu dari
perekonomian industrial ke prekonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa (Francis dan
Schipper, 1999). Kegunaan informasi akuntansi, khususnya laba, arus kas dan nilai buku
semakin memburuk karena dampak perubahan operasi perusahaan dan perubahan kondisi
perekonomian tidak terefleksi secara cukup dalam sistem pelaporan sekarang (Lev dan Zarowin,
1999).
Lev (1999) menyebutkan bahwa relevansi nilai akuntansi dicirikan oleh kualitas informasi
akuntansi. Francis dan Schipper (1999) memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
dengan menyebutkan empat kemungkinan interpretasi konstruk relevansi nilai. Pertama,
informasi laporan keuangan mempengaruhi harga saham karena mengandung nilai intrinsik
saham sehingga berpengaruh pada harga saham. Kedua, informasi laporan keuangan merupakan
nilai yang relevan bila mengandung variabel yang dapat digunakan dalam model penilaian atau
memprediksi variabel-variabel tersebut. Ketiga, hubungan statistik digunakan untuk mengukur
apakah investor benar-benar menggunakan informasi tersebut dalam penetapan harga, sehingga
nilai relevan diukur dengan kemampuan informasi laporan keuangan untuk mengubah harga
saham karena menyebabkan investor memperbaiki ekspektasinya. Terakhir, relevansi nilai
diukur dengan kemampuan informasi laporan keuangan untuk menangkap berbagai macam
informasi yang mempengaruhi nilai saham.
Penelitian relevansi nilai dirancang untuk menetapkan manfaat nilai-nilai akuntansi terhadap
penilaian ekuitas perusahaan. Relevansi nilai merupakan pelaporan angka-angka akuntansi yang
memiliki suatu prediksi berkaitan dengan nilai-nilai pasar ekuitas. Konsep relevansi nilai tidak
terlepas dari kriteria relevan dari standar akuntansi keuangan karena jumlah suatu angka
akuntansi akan relevan jika jumlah yang disajikan merefleksikan informasi-informasi yang
relevan dengan penilaian suatu perusahaan (Sekar Mayang Sari, 2004).
Meningkatnya persaingan informasi di pasar modal menyebabkan pentingnya
mengetahui relative importance laporan keuangan. Di sinilah letak kegunaan value relevance:
menggambarkan kegunaan informasi laporan keuangan bagi investor relatif terhadap seluruh
informasi yang digunakan oleh investor pada pasar modal (Lev dan Zarowin, 1999). Juniarti
(2005) membandingkan antara laba dan cash flow manakah yang memiliki value relevan,
penelitian tersebut membuktikan bahwa pada tahap growth, cash flow lebih memiliki value
relevant dibanding laba. Tetapi, untuk tahap mature, laba tidak dapat dibuktikan memiliki value
relevant dibanding cash flow.
Beaver (1968) dalam Margani Pinasti (2004) telah memberikan defenisi relevansi nilai sebagai
kemampuan menjelaskan (explanatory power) dari informasi akuntansi dalam kaitannya dengan
nilai perusahaan. Gu (2002) memberikan defenisi yang tidak jauh berbeda, yaitu relevansi nilai
adalah kemampuan menjelaskan (explanatory power) informasi akuntansi terhadap harga saham
atau return saham. Dalam perkembangannya, penelitian-penelitian mengenai relevansi nilai
memang diarahkan untuk menginvestigasi hubungan empiris antara nilai pasar modal (stock
market value) dengan berbagai angka akuntansi, yang dimaksudkan untuk menilai kegunaan
angka-angka akuntansi itu dalam penilaian ekuitas.
Pengujian hubungan antara informasi akuntansi dengan nilai saham memerlukan suatu model
penilaian. Terdapat dua tipe model penilaian yang umumnya digunakan untuk menginvestigasi
hubungan tersebut, yaitu model harga (price model) dan model return (return model). Kedua
model tersebut diderivasi dari fondasi teoritis yang sama yaitu yang dikenal sebagai model
informasi linier (linier informasi model) yang dikembangkan oleh Ohlson (1995).
Kebanyakan penelitian mengenai value relevance informasi akuntansi menggunakan R2 dari
model harga sebagai pengukur relevansi nilai (Collins et al., 1997; Francis dan Schipper, 1999;
Lev dan Zarowin, 1999; Ely dan Waymire, 1999). Hal ini disebabkan karena R2 merupakan
pengukur explanatory power dari variabel independen dalam suatu regresi linier. Jadi, secara
intuitif, R2 tampak merupakan pengukur yang baik dari value relevance.
Gu (2002) dalam Margani Pinasti (2004) menunjukkan bahwa R2 memberikan suatu
ukuran explanatory power dari suatu model ekonomik yang bersifat spesifik untuk suatu sample.
Perbedaan R2 antara dua sample yang berbeda dapat terjadi walaupun hubungan ekonomis yang
mendasari kedua sampel tersebut identik. Gu (2002) mengusulkan pengukur alternatif bagi value
relevance, yaitu dispersi residual. Gu menjelaskan bahwa dalam pengukuran value
relevance informasi akuntansi dengan menggunakan suatu model penilaian, variansi residual
atau deviasi standar residual dari model tersebut menunjukkan dispersi dari komponen-
komponen harga atau return yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel-variabel akuntansi.

Mengukur Value Relevance


Pengujian hubungan antara informasi akuntansi dengan nilai saham memerlukan suatu model
penilaian. Terdapat dua tipe model penilaian yang umumnya digunakan untuk menginvestigasi
hubungan tersebut, yaitu model harga (price model) dan model return (return model)). Kedua
model tersebut diderivasi dari fondasi teoritis yang sama yaitu yang dikenal sebagai model
informasi linier (linier information model) yang dikembangkan oleh Ohlson (1995). Brown et al.
(1999) dan Ota (2001) dalam (Margani Pinasti, 2004) menunjukkan adanya masalah scale
effect dalam model harga, keduanya memberikan usulan pemecahan terhadap masalah scale
effects ini dengan cara menggunakan model return atau menggunakan Pt-1 sebagai deflator dalam
model harga, Berkaitan dengan time series, Brown et al. (1999) menyarankan perlunya
mengontrol koefisien variasi (coefisien of variation) scale factor pada saat menguji trend R2dari
regresi model harga.
Value relevance informasi akuntansi sering diukur dengan koefisien determinasi, R2, dari price
regression model yang disusun berdasarkan hubungan nilai pasar dan variabel akuntansi dalam
model Ohlson. R2 merupakan pengukur relevansi nilai yang banyak digunakan dalam penelitian-
penelitian terdahulu (Margani Pinasti, 2004). Price regression model model Ohlson yang
digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi dengan menambahkan variabel cashflow untuk
semakin memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Menurut Burgstahler dan
Dichev (1997) dalam Juniarti (2005) nilai perusahaan tersebut (value of firm) berkaitan erat
dengan model yang secara umum menyatakan bahwa nilai pasar ekuitas (market value equity)
suatu perusahaan pada satu tahun tertentu merupakan fungsi linear dari recognize net assets,
selain net income wakil potensial recognize net assets adalah cash flow.
Alasan pengunaan model ini untuk mengantisipasi banyaknya distorsi yang terjadi jika
menggunakan model Ball & Brown, seperti sulitnya menentukan tanggal peristiwa dengan tepat
serta banyaknya confounding effect yang tidak mungkin dapat diisolasi seluruhnya (Frankel dan
Lee, 1998 dan Lee dkk, 1999 dalam Sekar Mayang Sari, 2004).

Anda mungkin juga menyukai