Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 2
1.2.RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
A. Sifat Hakikat Manusia ..................................................................................................................... 3
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia .............................................................................................. 3
B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya .................................................. 6
1. Dimensi Keindividualan ................................................................................................................... 6
2. Dimensi Kesosialan ......................................................................................................................... 6
3. Dimensi Kesusilaan ......................................................................................................................... 6
4. Dimensi Keberagamaan .................................................................................................................. 6
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia ......................................................................................... 7
1. Pengembangan yang utuh .............................................................................................................. 7
2. Pengembangan yang tidak utuh ..................................................................................................... 7
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya ................................................................................................. 8

1|PENGANTAR PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi
manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang
di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu,
strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian
tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.

1.2.RUMUSAN MASALAH

A. Apakah yang dimaksud hakikat manusia?


B. Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?
C. Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?
D. Bagaimana gambaran sosok manusia indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan

b. Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia

c. untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia

d. Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia

e. Untuk mengenal sosok manusia indonesia

2|PENGANTAR PENDIDIKAN
BAB II

A. Sifat Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik
menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik hanya mungkin dilakukan
jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui gambaran tentang siapa
manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa saja yang dimiliki manusia yang
membedakannya dengan hewan sehingga dalam melaksanakan pendidikan belum
mendapatkan hasil yang memuaskan. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Alasan mengapa
gambaran yang benar dan jelas tentang manusia perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena
adnya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat. Melihat kenyataan inilah penulis
memandang perlunya dibahas tentang manusia dan pendidikan : hakikat manusia dan
pengembangannya.

1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan
manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama
dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti
manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya
dan pemakan segala. Bahkan Carles Darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang
menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak
ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari
primat atau kera. Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya
dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang
halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata
dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang
disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf
dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan
antara manusia dengan binatang.
Wujud Sifat Hakikat Manusia
Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan
oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan terdiri dari beberapa hal:
1. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan di
sekitarnya. Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya bearah ganda, yaitu ke arah
luar dan ke arah dalam. Di dalam proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu
dikembangkan secara seimbang. Pengembangan ke arah luar merupakan pembinaan aspek
sosialitas, sedangkan pengembangan ke arah dalam berarti pembinaan aspek individualitas
manusia.
Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak (distansi) diri
dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi
dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari

3|PENGANTAR PENDIDIKAN
semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-
potensi yang ada pada dirinya.

2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat
menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga
manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat menembus
ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.

3. Kata hati (Conscience of Man)


Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati
dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik atau
buruk dan yang bena atau salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan
moral (perbuatan), kata hati merupakan “petunjuk bagi moral/perbuatan). Untuk melihat
alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki
kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar menjadi kata hati
yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan melatih akal kecerdasan
dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari oleh
kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan mana yang baik atau
benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia

4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang
dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara
keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik.
Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral
yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral
yang buruk atau rendah.
Etika berbeda dengan etiket. Moral (etika) menunujuk pada perbuatan
baik/benarataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yanhg jahat, sementara etiket
hanya berhubungandengansopan santun. Pendidikan bermaksud menumbuhkembangkan etiket
(kesopansantunan) dan etika (keberanian/kemauan bertindak) yang baik harus pada peserta
didik.

5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri(kata hati) bentuk
tuntutannya adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat(norma
sosial) bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman
penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada Tuhan(norma agama) bentuk tuntutannya adalah
perasaan berdosa dan terkutuk. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kata hati,
moral dan tanggung jawab. Kata hati memberikan pedoman, moral melakukan, dan tanggung
jawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.

4|PENGANTAR PENDIDIKAN
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan
kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang
berlangsung dalam keterikatan. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin
apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap
perbuatannya. Implikasi pedagogisnya adalah mengusahakan agar peserta didik dibiasakan
menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga dirasakan sebagai
miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang
merintangi gerak hidupnya.

7. Kewajiban dan Hak


Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai makhluk
sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban.
Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Kewajiban adalah suatu
keniscayaan pada diri manusia, artinya seseorang yang tidak mau melaksanakan kewajiban
berarti mengingkari kemanusiaannya sebagai makhluk sosial.
Realisasi hak dan kewajiban bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.
Hak yang secara asasi dimiliki oleh setiap insan serta sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
disebut hak asasi manusia. Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan
soal keadilan. Hak asasi manusia harus diartikan sebagai cita-cita, aspirasi-aspirasi atau
harapan-harapan yang berfungsi untuk memberi arah pada segenap usaha menciptakan
keadilan.
Usaha menumbuhkembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu keniscayaan
dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin. Disiplin diri menurut Selo Sumardjan meliputi
empat aspek, yaitu :
a. Disiplin rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa salah
b. Disiplin sosial, jika dilanggar menimbulkan rasa malu
c. Disiplin afektif, jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah
d. Disiplin agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.
Keempat macam disiplin tersebut perlu ditanamkan pada peserta didik dengan displin agama
sebagai titik tumpu.

8. Kemampuan Menghayati Kabahagiaan


Kebahagiaan adalah integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan
sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari kesemuanya itu
(yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang
disebut bahagia.kebahagiaan bersifat irrasional, artinya aspek rasa kebih berperan daripada
aspek nalar.
Kebahagiaan bukan terletak pada keadaannya sendiri secara faktual ataupun pada rangkaian
prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan
menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa. Dan mendudukkan hal-hal tersebut di
dalam rangkaian tiga hal, yaitu : usaha, norma-norma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang
terus-menerus untuk mengatasi masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu
pada norma-norma/kaidah-kaidah yang harus dipatuhi. Istilah takdir baru boleh disebut
sesudah orang melaksanakan usaha sampai batas kemampuan, kenudian hasilnya diterima
dengan pasrah penuh syukur. Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu
bersyukur.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari
usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.

5|PENGANTAR PENDIDIKAN
B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya

Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu :
1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.Karena adanya individualitas
itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya
tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Serta setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang dipertanggungjawabkan
sendiri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain untuk ikut mempertanggungjawabkan.
Fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau
menemukan kediriannya sendiri. Tugas pendidik adalah menunjukkan jalan dan mendorong
subjek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan
berpedoman pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso. Tut wuri
handayani.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld
(1955 : 54). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan
pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika
berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan
sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat
mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Kesusilaan mencangkup
etika dan etiketManusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia
susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai
tersebut dalam perbuatan. Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus
dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti
dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai merupakan sesuatu
yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran,
kemuliaan, dan sebagainya sehingga dijadikan pedoman dalam hidupnya. Dilihat asalnya dari
mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu: nilai otonom yang bersifat
individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif
(kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yang berasal dari Tuhan.
Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan
kewajiban di samping menerima hak pada peserta didik

4. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang
dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan
adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan manusia menganut agama tersebut.Beragama

6|PENGANTAR PENDIDIKAN
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya.
Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang
tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak
didiknya. Disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui mata pelajaran
agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-mata
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi segi-segi afektif
harus diutamakan. Kegiatan di dalam pendidikan non-formal dan informal dapat dimanfaatkan
untuk keperluan tersebut.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


Pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Pengembangannya
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor,
yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan
yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.Pengembangan yang
utuh dapat dilihat dai dua segi yaitu:
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Semua dimensi tersebut harus mendapat layanan yang baik dan tidak terjadi pengabaian
terhadap salah satunya.
b. Dari arah pengembangannya
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada penembangan
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan,dan keberagamaan secara terpadu. Keempat
dimensi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang
utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga
dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia
yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi hakikat manusia
yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan yang lainnya, artinya ada salah satu
dimensi yang terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan
kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini merupakan
pengembangan yang patologis atau tidak sehat.

7|PENGANTAR PENDIDIKAN
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
Dinyatakan dalam GBHN bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan ini meliputi pembangunan secara lahiriah dan batiniah, pembangunan yang
merata di seluruh tanah air, serta keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya
untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai
keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.

BAB III

 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disumpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan segnap
dimensinya hanya dimiliki oleh manusia tidak terdapat pada hewan. Cirri-ciri yang khas
tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat
tersebut membrikan tempat kedudukan pada manusia sedimikian rupa sehingga derajat
lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus menguasai hewan.salah satu hakikat yang
istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kabahagian pada manusia semua sifat
hakikat manusia dapat dan harus ditumbuhkan kembangkan melalui pendidikan. Berkat
pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

8|PENGANTAR PENDIDIKAN
Daftar Pustaka

Ardhana,Wayan. (Ed).1986.Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FKIP-IKIP Malang.

Cropley,A.J.. (Ed). 1979. Lifelong Education: A Stocktaking. Hmaburg: UNESCO Institute for
Education.

________.1978. Lifelong Education: A Psychological Analysis. Oxford: Pergamon Press.

Depdikbud. 1987. Petunjuk Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

_________. 1984. Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan Kurikulum 1984 Sekolah Menengah
Umum Tinggi Atas ( SMA ). Jakarta: Depdikbud.

Hasan, Fuad. 1986. “Mendekatkan Anak Didik pada Lingkungan, Bukan Mengasingkan.” (Dialog).
Prisma No. 2 Tahun XV. H. 39-44.

Hameyer, U. 1979. School Curriculum in the Context of Lifelong Learning. Hamburg: UNESCO
Institute for Education.

Illich, I... 1872/1982. Bebas dari Sekolah. ( Terjemahan C. Woekirsari ). Jakarta : Sinar Harapan. (
Buku Asli Terbit 1971 ).

Joyce, B. , dan Ewil, M. 1980. Models of Teaching (2 nd ed ). Engwood Cliffs, New Jersey: Pretice-
Hall International Inc.

Kolb,D.A..1984. Experiential Learning, Experince The source of Learning and Development,


Englewood Cliffs, New Jersey: Prenticep-Hall Inc.

Lamdin, L. 1992. E arn College Crredit for What You Know ( 2 nd ed). Chicago: CAEL.

9|PENGANTAR PENDIDIKAN
La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung
Pandang.

Mudyahardjo. Redja, Waini Wasyidin, dan Saleh Soegiyanto, 1992.Materi Pokok Dasar-Dasar
Kependidikan. Modul 1-6. Jakarta: P2TK-PT Depdikbud.

Raka Joni, T.. 1985. Strategi Belajar – Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta : P2LPTK
Depdikbud.

_______. 1990. “Sekolah sebagai Pusat Pendidikan.” Makalah yang disajikan pada seminar Mutu
Pendidikan Sulawesi selatan tangal 26 September 1989 di Ujung Pandang.

_________. 1992. Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman dalam Program S1 Kedua
Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarata : P2TK- PT Ditjen Dikti Depdikbud.

Tirtaraharjdja,Umar.1995.Pengantar Pendidkan.Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

10 | P E N G A N T A R P E N D I D I K A N

Anda mungkin juga menyukai