Materi Pengantar Pendidikan
Materi Pengantar Pendidikan
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................... 2
1.2.RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
A. Sifat Hakikat Manusia ..................................................................................................................... 3
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia .............................................................................................. 3
B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya .................................................. 6
1. Dimensi Keindividualan ................................................................................................................... 6
2. Dimensi Kesosialan ......................................................................................................................... 6
3. Dimensi Kesusilaan ......................................................................................................................... 6
4. Dimensi Keberagamaan .................................................................................................................. 6
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia ......................................................................................... 7
1. Pengembangan yang utuh .............................................................................................................. 7
2. Pengembangan yang tidak utuh ..................................................................................................... 7
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya ................................................................................................. 8
1|PENGANTAR PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi
manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang
di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat
tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu,
strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian
tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.
1.2.RUMUSAN MASALAH
2|PENGANTAR PENDIDIKAN
BAB II
3|PENGANTAR PENDIDIKAN
semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-
potensi yang ada pada dirinya.
2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat
menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga
manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat menembus
ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.
4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang
dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak antara
keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik.
Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral
yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral
yang buruk atau rendah.
Etika berbeda dengan etiket. Moral (etika) menunujuk pada perbuatan
baik/benarataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yanhg jahat, sementara etiket
hanya berhubungandengansopan santun. Pendidikan bermaksud menumbuhkembangkan etiket
(kesopansantunan) dan etika (keberanian/kemauan bertindak) yang baik harus pada peserta
didik.
5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri(kata hati) bentuk
tuntutannya adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat(norma
sosial) bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman
penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada Tuhan(norma agama) bentuk tuntutannya adalah
perasaan berdosa dan terkutuk. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kata hati,
moral dan tanggung jawab. Kata hati memberikan pedoman, moral melakukan, dan tanggung
jawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.
4|PENGANTAR PENDIDIKAN
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan
kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang
berlangsung dalam keterikatan. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin
apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap
perbuatannya. Implikasi pedagogisnya adalah mengusahakan agar peserta didik dibiasakan
menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga dirasakan sebagai
miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang
merintangi gerak hidupnya.
5|PENGANTAR PENDIDIKAN
B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya
Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu :
1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.Karena adanya individualitas
itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya
tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Serta setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang dipertanggungjawabkan
sendiri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain untuk ikut mempertanggungjawabkan.
Fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau
menemukan kediriannya sendiri. Tugas pendidik adalah menunjukkan jalan dan mendorong
subjek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan
berpedoman pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso. Tut wuri
handayani.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld
(1955 : 54). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan
pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika
berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan
sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat
mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang dapat
mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Kesusilaan mencangkup
etika dan etiketManusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia
susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai
tersebut dalam perbuatan. Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus
dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti
dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai merupakan sesuatu
yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran,
kemuliaan, dan sebagainya sehingga dijadikan pedoman dalam hidupnya. Dilihat asalnya dari
mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam, yaitu: nilai otonom yang bersifat
individual (kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif
(kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yang berasal dari Tuhan.
Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan
kewajiban di samping menerima hak pada peserta didik
4. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang
dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan
adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan manusia menganut agama tersebut.Beragama
6|PENGANTAR PENDIDIKAN
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya.
Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang
tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak
didiknya. Disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui mata pelajaran
agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-mata
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi segi-segi afektif
harus diutamakan. Kegiatan di dalam pendidikan non-formal dan informal dapat dimanfaatkan
untuk keperluan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang
utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga
dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia
yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi hakikat manusia
yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan yang lainnya, artinya ada salah satu
dimensi yang terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan
kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini merupakan
pengembangan yang patologis atau tidak sehat.
7|PENGANTAR PENDIDIKAN
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
Dinyatakan dalam GBHN bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan ini meliputi pembangunan secara lahiriah dan batiniah, pembangunan yang
merata di seluruh tanah air, serta keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya
untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai
keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia
dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga
keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.
BAB III
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disumpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan segnap
dimensinya hanya dimiliki oleh manusia tidak terdapat pada hewan. Cirri-ciri yang khas
tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat
tersebut membrikan tempat kedudukan pada manusia sedimikian rupa sehingga derajat
lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus menguasai hewan.salah satu hakikat yang
istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kabahagian pada manusia semua sifat
hakikat manusia dapat dan harus ditumbuhkan kembangkan melalui pendidikan. Berkat
pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.
8|PENGANTAR PENDIDIKAN
Daftar Pustaka
Cropley,A.J.. (Ed). 1979. Lifelong Education: A Stocktaking. Hmaburg: UNESCO Institute for
Education.
Depdikbud. 1987. Petunjuk Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
_________. 1984. Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan Kurikulum 1984 Sekolah Menengah
Umum Tinggi Atas ( SMA ). Jakarta: Depdikbud.
Hasan, Fuad. 1986. “Mendekatkan Anak Didik pada Lingkungan, Bukan Mengasingkan.” (Dialog).
Prisma No. 2 Tahun XV. H. 39-44.
Hameyer, U. 1979. School Curriculum in the Context of Lifelong Learning. Hamburg: UNESCO
Institute for Education.
Illich, I... 1872/1982. Bebas dari Sekolah. ( Terjemahan C. Woekirsari ). Jakarta : Sinar Harapan. (
Buku Asli Terbit 1971 ).
Joyce, B. , dan Ewil, M. 1980. Models of Teaching (2 nd ed ). Engwood Cliffs, New Jersey: Pretice-
Hall International Inc.
Lamdin, L. 1992. E arn College Crredit for What You Know ( 2 nd ed). Chicago: CAEL.
9|PENGANTAR PENDIDIKAN
La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung
Pandang.
Mudyahardjo. Redja, Waini Wasyidin, dan Saleh Soegiyanto, 1992.Materi Pokok Dasar-Dasar
Kependidikan. Modul 1-6. Jakarta: P2TK-PT Depdikbud.
Raka Joni, T.. 1985. Strategi Belajar – Mengajar, Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta : P2LPTK
Depdikbud.
_______. 1990. “Sekolah sebagai Pusat Pendidikan.” Makalah yang disajikan pada seminar Mutu
Pendidikan Sulawesi selatan tangal 26 September 1989 di Ujung Pandang.
_________. 1992. Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman dalam Program S1 Kedua
Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarata : P2TK- PT Ditjen Dikti Depdikbud.
10 | P E N G A N T A R P E N D I D I K A N