Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi infrastruktur memegang peranan penting dalam
pembangunan yang berlangsung dengan sangat pesat. Seiring dengan isu global
warming dan penerapan konsep pembangunan hijau, dalam bidang rekayasa
material terus diupayakan berbagai inovasi ramah lingkungan untuk menciptakan
penelitian dalam bidang bahan bangunan terutama untuk komponen struktur.
Semen merupakan salah satu material komponen struktur yang paling populer dan
merupakan kebutuhan yang paling besar di bidang konstruksi, sehingga
penggunaannya sebagai bahan yang berkelanjutan menjadi tujuan penting pada
saat ini. Keberadaan kegiatan produksi semen pada suatu daerah selain
memberikan banyak manfaat terutama di bidang konstruksi, juga menjadi
ancaman ekologis yang serius. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses pengambilan
bahan baku (eksplorasi terus-menerus), proses produksi serta dampak polusi yang
ditimbulkan. Batu kapur sebagai bahan baku pembuatan semen portland
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan jika
pengambilannya dilakukan secara terus-menerus maka keberadaan bahan baku
tersebut akan habis. Oleh karena itu, perlu dipikirkan dan dikaji bahan baku
alternatif agar produksi semen di masa mendatang masih tetap ada dan proses
produksinya lebih ramah lingkungan.
Dengan berkembangnya suatu zaman maka berkembang pula modifikasi
terhadap semen dan aplikasi dari fungsi semen itu sendiri. Aplikasi yang
diterapkan berupa modifikasi dari bahan baku utama dan juga pengolahan dari
limbah yang dapat difungsikan untuk menjadi alternatif yang berbasis lebih irit
dan ramah lingkungan. Aplikasi dari semen yang dikembangkan sangat beragam
diantaranya sebagai hiasan, pondas, kebutuhan infrastruktur yang berguna bagi
masyarakan dengan komposisi bahan yang sesuai dengan takarannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja aplikasi semen yang sudah diterapkan?
2. Bagaimana penerapan dari semen untuk kebutuhan masyarakat dan
lingkungan?
3. Adakah pengaruh yang ditimbulkan dari penerapan semen tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui aplikasi dari penggunaan semen yang digunakan untuk
kebutuhan masyarakat dan lingkungan
2. Mengetahui dan memahami bagaimana semen dapat digunakan untuk
membuat suatu inovasi baru dengan modifikasi
3. untuk menegtahui pengaruh dari apliaksi semen yang sudah diterapkan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Semen


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan
batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.
Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi
Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam
sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan
Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun
1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan
kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan
campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di
lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya
mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga
insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang
kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir
olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah
yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan. Sebenarnya, adonan
Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama,
batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak
mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina)
serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dia sebut semen portland. Dinamai
begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris.
Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko
bangunan.

3
2.2 Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin “caementum” yang berarti perekat. Semen
adalah hydraulic binder atau perekat hidrolik yang artinya senyawa-senyawa di
dalam semen dapat beraksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat
benda-benda padat lainnya dan membentuk satu kesatuan massa yang kompak,
padat, serta keras (Banerjea, 1980). Semen merupakan hasil industri yang sangat
kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni semen non-hidrolik dan semen hidrolik.
Secara prinsip, proses yang dialami oleh bahan semen sehingga menjadi semen
adalah proses fisika dan proses kimia. Proses Fisika berupa penggilingan, baik
penggilingan bahan baku, maupun penggilingan klinker. Untuk proses kimianya
adalah Pembakaran di Kiln dengan suhu + 1450 0C. Setiap tahapan dari
pembuatan semen tersebut dilakukan kendali mutu. Pengendalian mutu ini
dilakukan secara realtime melalui Central Control Room (CCR) dan pengujian
kimia secara langsung di Laboratorium Proses. sehingga dari proses-proses
tersebut didapatkan produk yang bermutu tinggi

2.3 Jenis – jenis semen

Tipe I ( Ordinary Portland Cement )


Jenis ini biasa digunakan untuk Kegunaan Semen Portland Type I
diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah permukiman, gedung bertingkat,
dan jalan raya. Karakteristik semen ini ini cocok digunakan di lokasi
pembangunan di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.

Tipe II ( Moderate Sulfat Resistance )


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Semen Portland tipe II ini disarankan
untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat
yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga
merupakan pertimbangan utama.

4
Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam sulfat antara
0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasi panas yang bersifat sedang.

Tipe III ( High Early Strength )


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III inidibuat
dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai
C3S nya juga tinggi. Karakteristik Semen Portland Type III diantaranya adalah
memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan setelah proses pengikatan
terjadi, lalu kemudian segera dilakukan penyelesaian secepatnya. Digunakan
untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi, jalan beton atau jalan raya bebas
hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan asam sulfat.

Tipe IV ( Low Heat Of Hydration )


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hi drasi
rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette(beton)
yang massive dan dengan volume yang besar, seperti bendungan,dam, lapangan
udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode
pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan
volume beton yang bias menimbulkan cracking(retak). Pengembangan kuat tekan
(strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland
tipe I.

Tipe V ( Su lfat Resistance Cement )


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat.
Jenis Tambahan semen
1. Portland Composite Cement (PCC)
Kegunaan Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan pengikat untuk
konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton pra cetak, beton pra tekan,

5
paving block, plesteran dan acian, dan sebagainya. Karakteristik Portland
Composite Cement (PCC) lebih mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan
tidak mudah retak. Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak,
gypsum, dan bahan anoraganik.
2. Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)
Kegunaan super portland pozzolan composite cement diantaranya adalah sebagai
konstruksi beton massa, konstruksi di tepi pantai dan tanah rawa yang harus
memiliki ketahanan terhadap sulfat, tahan hidrasi panas sedang, pekerjaan
pasangan dan plesteran.
3. Special Blended Cemeny (SBC)
Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau semen campur.
Karakteristik special blended cement tentu memenuhi kebutuhan konstruksi
bangunan pada air laut seperti halnya jembatan Suramadu yang berdiri diatas laut.
4. Super Masonry Cement (SMC)
Kegunaan Super Masonry Cement (SMC) diantaranya sebagai bahan baku
genteng beton, tegel, hollow brick, dan paving block. Selain itu, digunakan hanya
pada kisaran konstruksi bangunan rumah atau irigasi dengan struktur beton paling
besar K225. Tipe ini pertama kali diperkenalkan di USA.
5. Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Diantara proyek yang menggunakan material ini yaitu sumur minyak bumi di
bawah permukaan bumi dan laut.
6. Semen Thang Long PCB40
Karakteristik semen thang long PCB40 yang memiliki daya tahan tinggi terhadap
sulfat sesuai untuk konstruksi bangunan bawah tanah dan air.
7. Semen Thang Long PC50
Standarisasi yang setara Asia, Eropa, bahkan Amerika ini diaplikasikan untuk
jembataan hingga pembangkir listrik. Karakteristik semen thang long PC50
diantaranya memiliki ketahanan tinggi terhadap sulfat sehingga bisa pula
digunakan di bawah tanah dan air.

6
Semen Putih ( white portland cement)
Kegunaan semen putih diaplikasikan untung lapisan keramik hingga dekorasi
interior dan eksterior bangunan. Merek yang beredar dipasaran adalah Semen Tiga
Roda, Plamur Kingkong, Semen Putuh Cap Gajah dan Semen Putih Panda.
Semen Acian Putih/Mortar TR30
Katarekteristik semen acian putih atau mortar TR30 ialah memiliki daya rekat
yang tinggi dan dapat menghasilkan permukaan acian yang lebih halus. Oleh
karena itu, tidak mudah retak, dan terkelupas. Waktu pengerjaannya juga
cenderung lebih cepat. Kegunaan semen acian putih adalah untuk untuk finishing
seperti diantaranya plesteran, acian, pasangan keramik.

2.4 Aplikasi Semen


2.4.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. .
Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir
dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton
berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya.
A. Kebaikan dan Kekurangan Beton
* Kebaikan Beton
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran
sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul
beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak
maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain
itu dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.

7
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan
tahan kebakaran.

* Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembanganbeton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-
retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

B. Sifat-Sifat Beton
Sifat-sifat tersebut antara lain.
1. Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2),
atau lebih tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat
pemadatannya. Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-
faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan
kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan
menunjukan bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton,

8
dengan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan
krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40%
dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya.
Perawatan adalah hal yang sangat penting oada pekerjaan lapangan
dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah
dengan bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan
tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah
dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung
pada jenis semen.
2. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang
direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.
Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum
maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai
dengan kondisi lingkungan.
3. Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya
tidak diperhitungkan di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan
bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air
dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton
konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton
dengan regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan
beton.
5. Rangkak (Creep)

9
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi
terus-menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
6. Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan
pembebanan.
7. Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan
oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran,
pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.

C. Bahan-Bahan Penyusun Beton


1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran
dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah:
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu
kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping
berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat
untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari
semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
(finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus
yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas
alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan
Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan
hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung

10
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan
sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen
portland. Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa
bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker
(bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan
bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan
karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending
kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima
tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan
roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.g) proses penggilingan akhir di mana clinker
dan gypsum digiling dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena


pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang

11
larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali,
fosfor, dan kapur bebas.
Berikut adalah manfaat kegunaan semen :
a. Semen untuk pembuatan rumah
Semen yang digunakan untuk membangun rumah adalah semen
portland tipe I
b. Semen untuk pembuatan jembatan
Semen yang digunakan untuk membangun jembatan adalah semen
portland tipe V,
c. Semen untuk pembuatan saluran irigasi
Semen yang digunakan untuk membangun saluran irigasi adalah
semen portland tipe II.
d. Semen untuk pembuatan jalan raya
Semen yang digunakan untuk membangun jalan raya adalah semen
portland tipe III.
e. Semen untuk pembuatan jalan beton
Semen yang digunakan untuk pembuatan jalan beton adalah jenis
semen portland tipe I,
f. Semen sebagai pasangan dinding
1. Semen Portland Komposisi semen:pasir:air = 1:3:5. Semen
dituang di atas batu bata kemudian diratakan dengan roskam atau
trowel bergerigi. Ketebalan pasangan sekitar 1 – 3 cm.
2. Semen Instan Komposisi semen:air = 1:2. Pengaplikasiannya
sama dengan semen portland, yaitu dituang lalu diratakan dengan
roskam. Ketebalan pasangan tergantung jenis materialnya. Untuk
bata ringan setebal 2 – 3 mm. Sedangkan bata setebal 1 cm.
g. Semen untuk plasteran dinding
Plesteran adalah aplikasi semen untuk menutupi pasangan bata atau
hebel. Hal ini disebabkan bagian luar akan kontak dengan air.
1. Semen Portland Komposisi plesteran dalam, semen:pasir:air =
1:3:5 dan Komposisi plesteran luar atau trasram, semen:pasir:air =

12
1:2:3. Sebelum mengaplikasikannya, bersihkan dan basahi
permukaan bata terlebih dahulu. Setelah itu, mulai melapisi
dinding dengan campuran semen setebal 10 mm.
2. Semen Instan Komposisi semen:air = 1:2. Cara pengaplikasiannya
tidak berbeda dengan semen konvensional. Ketebalannya juga
sama.
h. Semen untuk acian
Setelah plesteran dipasang, lapisan berikutnya adalah acian. Acian
membuat permukaan dinding lebih rata dan licin.
1. Semen Portland Komposisi semen:pasir:air = 1:0:3.
Pengaplikasian dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran
kemudian dilapisi acian. Ketebalan acian sekitar 1 – 3 mm.
2. Semen Instan Komposisi semen: air = 1:3. Pengaplikasian dan
ketebalan tidak berbeda dengan semen portland.
i. Semen untuk perekat keramik
Pada jenis aplikasi ini, semen berperan untuk mengikat keramik ke
plat lantai atau ke dinding.
1. Semen Portland Komposisi semen:pasir:air = 1:3:5. Cara
mengaplikasikannya hampir sama dengan pengaplikasian acian dan
plesteran. Sebelum memasang, basahi terlebih dahul permukaan
yang akan dilapisi. Setelah itu ratakan dengan trowel atau roskam
yang bergerigi. Ketebalan aplikasinya adalah 3 mm.
2. Semen instan Komposisi semen:air = 1:2

2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari
sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama.
Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang
lebih besar.

13
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40
mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.

3. Air dan Bahan Campuran


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh
karena itu, air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah
sifat semen. Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung
minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan
beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu
cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini
dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan
tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air
laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja
tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja
berkarat. Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat
memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran
dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang
ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang
ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan
campuran dan yang kedua disebut zat campuran.
Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang
memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag
tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah.

14
2.4.2 Ekosemen
Jepang telah berhasil mengubah sampah menjadi produk semen yang
kemudian dinamakan ekosemen. Ekosemen adalah salah satu jenis produk semen
yang hampir sama dengan semen portland dan karena bahan bakunya
menggunakan bahan berbasis limbah serta ramah lingkungan maka disebut
ekosemen. Beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan
baku batu kapur yang berbasis limbah dan ramah lingkungan antara lain : abu
terbang batu bara (fly ash), abu hasil kalsinasi sampah dan abu sisa pengolahan
kayu. Selain itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa limbah makanan laut
seperti kulit udang (chitosan) dan kulit kerang dapat dijadikan sebagai pengganti
batu kapur. Kandungan Cangkang Kerang. Cangkang kerang mengandung
kalsium karbonat (CaCO3) dalam kadar yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan batu gamping, cangkang telur, keramik, atau bahan lainnya. Hal ini
terlihat dari tingkat kekerasan cangkang kerang. Semakin keras cangkang, maka
semakin tinggi kandungan kalsium karbonat (CaCO3) nya.
Teknologi ekosemen juga ramah lingkungan. Pada pembuatan ekosemen,
sebagian CaO diperoleh dari abu insenerasi sehingga mengurangi penggunaan
batu kapur yang selama ini menjadi polusi gas CO2.

2.4.3 Geopolimer Semen


Akhir-akhir ini, industri semen dan beton semakin sering disorot,
khususnya oleh para pecinta lingkungan. Ini disebabkan emisi karbon dioksida,
komponen terbesar gas rumah kaca, yang dihasilkan dari proses kalsinasi kapur
dan pembakaran batu bara. Isu lingkungan ini tampaknya akan memainkan peran
penting dalam kaitan dengan isu pembangunan berkelanjutan di masa mendatang.
Dari Konferensi Bumi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil
tahun 1992 dan di Kyoto, Jepang tahun 1997 dinyatakan bahwa emisi gas rumah
kaca ke atmosfer yang tak terkendali tidak bisa lagi diterima dari sudut pandang
kepentingan sosial dan kelestarian lingkungan dalam kerangka pembangunan
yang berkelanjutan. Gas rumah kaca yang menjadi sorotan utama adalah gas

15
karbon dioksida karena jumlahnya yang jauh lebih besar dari gas lainnya seperti
oksida nitrat dan metan.
Dalam produksi satu ton semen Portland, akan dihasilkan sekitar satu ton
gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer. Dari data tahun 1995, jumlah
produksi semen di dunia tercatat 1,5 miliar ton. Hal ini berarti industri semen
melepaskan karbon dioksida sejumlah 1,5 miliar ton ke alam bebas.
Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, jumlah
karbon dioksida yang dihasilkan tahun 1995 adalah 23,8 miliar ton. Angka itu
menunjukkan produksi semen portland menyumbang tujuh persen dari
keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai sumber. Tampaknya
proporsi ini akan terus bertahan atau bahkan meningkat sesuai dengan
peningkatan produksi semen kalau tidak ada perubahan berarti dalam teknologi
produksi semen atau didapatkan bahan pengganti semen. Pada tahun 2010,
diperkirakan total produksi semen di dunia mencapai angka 2,2 miliar ton.
Pakar teknologi beton yang bermukim di Kanada, VM Malhotra,
memelopori riset penggunaan abu terbang (fly ash) dalam proporsi cukup besar
(hingga 60-65 persen dari total semen Portland yang dibutuhkan) sebagai bahan
pengganti sebagian semen dalam proses pembuatan beton. Sebelumnya banyak
peneliti menggunakannya hanya dalam proporsi kecil.
Abu terbang adalah abu sisa pembakaran batu bara yang dipakai dalam banyak
industri. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya
semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida
silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan
zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Adanya kalsium hidroksida dalam beton selama ini ditengarai sebagai
sumber perusak beton sebelum waktunya, khususnya bila beton berada di
lingkungan yang agresif. Karenanya, penambahan atau penggantian sejumlah
semen dengan abu terbang berpotensi menambah keawetan beton tersebut. Selama
ini abu terbang tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja, sehingga memiliki
potensi mencemari lingkungan.

16
Upaya yang dipelopori Malhotra dan kawan-kawan ini tampaknya
memberikan hasil menjanjikan. Beton yang dihasilkan ternyata menunjukkan
tenaga tekan tinggi serta memiliki sifat keawetan (durability) lebih baik dibanding
beton biasa yang sepenuhnya menggunakan semen Portland. Upaya ini
dikembangkan lebih lanjut dengan pemanfaatan bahan-bahan sisa lainnya yang
mempunyai kandungan oksida silika tinggi seperti silica fume, slag atau bahkan
abu sekam dan jerami.
Dari konferensi Concrete 2001 yang diselenggarakan di Perth, Australia,
belum lama ini, dilaporkan penggunaan HVFA (high volume fly ash) concrete
atau beton dengan kandungan abu terbang tinggi pada sejumlah proyek
infrastruktur, demikian pula penggunaan bahan buangan lain seperti slag. Beton
tersebut dilaporkan menunjukkan hasil memuaskan di lapangan. Dalam waktu
singkat di masa mendatang, penggunaan beton jenis ini diperkirakan akan
meningkat dengan cepat. Selain lebih ramah lingkungan, mengurangi jumlah
energi yang diperlukan karena berkurangnya pemakaian semen, lebih awet dan
lebih murah, bahan ini juga tetap menunjukkan perilaku mekanik memuaskan.
Perkembangan mutakhir yang menjanjikan adalah penggunaan abu terbang
sepenuhnya sebagai pengganti semen lewat proses yang disebut polimerisasi
anorganik (kadang disebut geopolimer) yang dipelopori oleh seorang ilmuwan
Prancis, Prof. Joseph Davidovits, sekitar 20 tahun lalu.
Geopolimer semen, demikian nama yang diberikan, menjadi harapan
utama mereduksi penggunaan semen untuk keperluan pembangunan infrastruktur.
Setidaknya untuk pembuatan beton pracetak. Walaupun tahapan yang harus dilalui
untuk memasalkan penggunaan teknologi ini masih jauh, setidaknya hasil riset
yang ada selama ini menunjukkan hasil menjanjikan. Saat ini, riset beton
geopolimer giat dilakukan di sejumlah lembaga riset atau universitas khususnya di
Prancis, Amerika Serikat dan Australia.
Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih
tergolong amat rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari
lima persen, untuk memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu
terbang ini sendiri, kalau tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi

17
lingkungan. Karenanya dapat dikatakan, pemanfaatan abu terbang akan
mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan lingkungan, yaitu
penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan sisa ini
dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam
pembuatan beton.
Pembuatan semen geopolimer dapat mereduksi hingga 80 persen jumlah
karbon dioksida yang dihasilkan dari proses pembuatan semen biasa (semen
Portland). Bahkan para peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, di bawah
pimpinan Prof. J Van Deventer mengemukakan hasil riset mereka bahwa beton
geopolimer dapat dimanfaatkan untuk memasung („immobilise‟) bahan-bahan
berbahaya yang mengandung radioaktif maupun bahan-bahan beracun lain, seperti
tailing. Dalam laporan penelitian disebutkan hampir semua bahan buangan
industri yang mengandung unsur-unsur silika dan alumina bisa dibuat menjadi
semen geopolimer.

2.4.4 Plafon/eternit
Plafon/eternit merupakan salah satu bahan yang banyak sekali
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada pembangunan suatu
bangunan seperti rumah, gedung, perkantoran dan gedung-gedung lainnya.
Eternit digunakan sebagai penutup atap suatu bangunan. Serat serabut kelapa
pada penelitian ini digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan
plafon/eternit. Serat sabut kelapa akan dicampur dengan bahan pengikat yaitu
menggunakan semen portland dan gypsum. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui panjang kritis serat serabut kelapa, menentukan densitas
plafon/eternit, Mengetahui pengaruh variasi penambahan serat terhadap
kekuatan bending dan ketangguhan impact plafon/eternit dari campuran semen
portland dan gypsum yang diperkuat dengan serat serabut kelapa. Proses
pembuatan plafon diawali dengan menghitung komposisi tiap plafon dengan
variasi penambahan fraksi volume serat sabut kelapa 0, 5, 10, 15 dan 20% pada
benda uji untuk pengujian bending strength dan pengujian ketangguhan impact.
Semua bahan dicampur dan dimasukkan dalam cetakan kemudian digetarkan di

18
ikuti dengan penekanan sebesar 1-2 MPa selama 60 detik. Benda uji untuk kedua
uji tersebut didiamkan dan diletakkan di ruang terbuka. Plafon serat sabut kelapa
dapat diuji setelah 3-4 minggu. Hasil pengujian kuat lentur menunjukkan bahwa
plafon serat sabut kelapa memiliki kuat lentur meningkat pada penambahan
fraksi volume serat 0 hingga 15% sebesar 16,72 hingga 18,01 MPa dan menurun
pada penambahan 20% sebesar 17,48 MPa. Pengujian terhadap ketangguhan
impact menunjukkan kenaikan ketangguhan impact bersamaan dengan
meningkatnya penambahan fraksi volume serat sabut kelapa 0 hingga 20% yaitu
sebesar 1689,69 hingga 10441,46 J/m2.

2.4.5 Solidifikasi Zink pada Limbah Bulu Ayam dengan Menggunakan


Semen Portland (Solidification of Zinc in Waste Chicken Feather by Portland
Cement)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zink pada matriks
semen/limbah yang terekstrak dengan menggunakan metode ekstraksi bertaha,
kadar zink yang terluluh pada matriks semen/limbah dengan menggunakan uji
peluluhan yaitu toxicity characteristics leaching procedure (TCLP), rasio
penambahan bulu ayam yang memberikan kuat tekan matriks semen paling besar.
Limbah bulu ayam yang dijadikan campuran matriks semen dipreparasi
dengan cara dikarbonisasi dan diabukan. Peluluhan logam seng pada matriks
diketahui dengan ekstraksi bertahap dan TCLP yang dilanjutkan analisis
menggunakan spektroskopi serapan atom. Kuat tekan matriks diketahui dengan uji
kuat tekan menggunakan Technotest Modesta Italy.
Analisis spektroskopi serapan atom pada sampel matriks semen/limbah fraksi
ekstraksi bertahap yaitu 1,539 ppm, 9,413 ppm, tidak terdeteksi, 19,937 ppm, dan
2,622 ppm, sedangkan analisis pada TCLP standar adalah 0,264 ppm, pada kelima
tahapan TCLP progresif adalah 2,264 ppm, 2,007 ppm, 0,547 ppm, 0,638 ppm,
dan 0,189 ppm, hasil pada kelima tahapan TCLP modifikasi adalah 22,902 ppm,
11,903 ppm, 10,972 ppm, 12,110 ppm, dan 11,256 ppm. Kuat tekan sampel
matriks semen / limbah pada penelitian ini adalah 302,0408 kg/cm2 pada
penambahan 0,0625% arang limbah bulu ayam.

19
Bulu berisi informasi mengenai peredaran konsentrasi logam berat dalam
darah pada saat perkembangan unggas. Bulu unggas ini digunakan sebagai
campuran dalam membuat matriks semen/limbah. Tingkat peluluhan zink dari
matriks semen/limbah dapat diketahui menggunakan metode ekstraksi bertahap
dan solifidikasi/stabilisasi, yaitu proses percampuran limbah dengan pengikat
untuk mengurangi pelepasan kontaminasi secara fisika dan kimia menjadi suatu
bentuk yang dapat diterima lingkungan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui kadar zink pada
matriks semen/limbah yang terekstrak dengan menggunakan metode ekstraksi
bertahap, kadar zink yang terluluh pada matriks semen/limbah dengan
menggunakan uji peluluhan yaitu TCLP dan rasio penambahan bulu ayam yang
memberikan kuat tekan matriks semen paling besar.
Semen adalah hidrolic binder (perekat hidraulis) yaitu senyawa - senyawa
yang terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat
baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan.
Limbah bulu ayam dapat digunakan sebagai penguat dalam komposit semen
terikat tetapi campuran bulu yang dibutuhkan hanya sekitar 10%. Kemampuan
daya tahan beton campuran bulu dasar 3 sebanyak 15% hingga 20% mengalami
penurunan yang signifikan.
Ekstraksi bertahap menunjukkan bahwa logam yang bersifat paling mudah
berpindah akan dihapus dalam fraksi pertama dan terus pada fraksi selanjutnya
dalam rangka penurunan mobilitas tersebut.
Toxic Characteristic Leaching Procedure (TCLP), merupakan salah satu
uji karakteristik toksisitas terhadap suatu limbah atau bahan pencemar,
karakteristik yang dimaksud adalah karakteristik leaching. Leaching atau
pelindihan adalah proses pencucian bahan pencemar oleh air hujan secara alami.

1. METODE PENELITIAN
Pembuatan matriks semen /limbah. Membuat campuran semen dan
limbah dengan rasio perbandingan yang telah ditentukan. Campuran
ditambahkan air dengan perbandingan 1:2 dari campuran semen dan

20
dimasukkan ke dalam cetakan uji berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm, lalu
dijenuhkan hingga 1 hari, matriks dikeluarkan dan direndam selama 28 hari.
Uji tekan. Matriks diletakkan pada mesin Technodest Modesta Italy dan
secara perlahan alat menekan sampel matriks.
TCLP standar. Sekitar 10 gram partikel berukuran ~100 mikrometer
dimasukkan dalam erlenmeyer. 200 ml larutan CH3COONa 1 M (pH larutan
dibuat 2 dengan menambah CH3COOH) ditambahkan ke dalam sampel.
Larutan disentrifus dengan kecepatan 216 rpm pada temperatur kamar selama
2 jam 25 menit. Filtrat disaring dan pH diukur. Filtrat ditambah HNO3 pekat
sampai pH < 2. sebelum dianalisis dengan metode spektroskopi serapan atom
(SSA)
TCLP progresif. Merupakan lima kali pengulangan tahap TCLP standar.
TCLP modifikasi. Prosedur sama dengan TCLP progresif tetapi
menggunakan pelarut air alami yaitu air tanah.

Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah


Kuat tekan. Matriks dengan persentase perbandingan 0,0625% sampel
bulu ayam karbonisasi memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan
variabel kontrol dan paling tinggi bila dibandingkan matriks dengan persentase
campuran bulu ayam lainnya. Persentase 0,0625% limbah menghasilkan kuat
tekan 302,0408 kg/cm2, sehingga matriks inilah yang akan diuji secara kimia.
Persentase 0,0625% limbah bulu ayam karbonisasi menghasilkan daya
tekan matriks yang tinggi, menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
pembentukan pasta semen yang terlapisi semua partikel atau serat bulu ayam.
Persentase limbah bulu ayam lainnya tidak menghasilkan kuat tekan matriks yang
lebih tinggi dari persentase limbah 0,0625%, menunjukkn bahwa zink
menghambat proses hidrasi semen dan membentuk CaZn2 (OH) 6 (2H2O).
Sehingga menyebabkan terjadinya penyerapan air oleh residu protein higroskopis
ini yang memungkinkan terjadinya kontribusi terhadap rendahnya kuat tekan yang
dihasilkan dari campuran semen dan bulu ayam dengan adanya daya tarik molekul
air pada pasta semen.

21
Ekstraksi kimia bertahap. Analisis pada sampel matriks semen/limbah
0,0625% untuk 5 tahapan dalam proses ekstraksi bertahap yaitu 1,539 ppm, 9,413
ppm, tidak terdeteksi, 19,937 ppm, dan 2,622 ppm. Penggunaan reagen yang
berbeda pada tiap tahapan ekstraksi bertahap ini didasarkan pada kelebihan
metode ekstraksi bertahap Tessier yaitu selektivitas reagen yang baik. Metode ini
juga memberikan perolehan jumlah total logam yang lebih baik dan pemutusan
yang lengkap [7]. Fraksi pertama membutuhkan reagen yang berupa garam
sehingga digunakan MgCl2 karena kation magnesium pada reaktan ini menggusur
ikatan lemah logam secara elektrostatik yang terletak pada bagian organik dan
anorganik [8], menghasilkan 1,539 ppm zink terekstrak. Fraksi kedua berada pada
kondisi larutan pH 5 yang dikarenakan pelepasan logam tercapai melalui
pemutusan pecahan dari material padatan pada pH yang mendekati 5,0 [9].
Penggunaan natrium asetat dengan penyesuaian pH menjadi 5 menghasilkan
9,413 ppm zink terekstrak. Fraksi ketiga tidak memberikan hasil dikarenakan
spesies zink dalam matriks limbah tidak berikatan dengan oksida besi, baik yang
berasal dari semen maupun limbah itu sendiri. Fraksi keempat menghasilkan
19,937 ppm zink terekstrak dan menunjukkan persentase kadar zink yang
terbanyak bila dibandingkan dengan keempat fraksi lainnya. Keadaan ini
menunjukkan bahwa sebagian besar zink membentuk zink yang terikat pada
sulfida. Fraksi kelima menunjukkan sisa logam zink yang tidak terekstrak pada
keempat tahapan ekstraksi bertahap sebelumnya yaitu sebesar 2,622 ppm. TCLP
standar. Konsentrasi logam zink yang terluluh dari matriks semen/limbah
terhadap buffer natrium asetat adalah sebesar 2,264 ppm.

22
TCLP progresif dan TCLP modifikasi. Konsentrasi logam zink terluluh pada
TCLP modifikasi yaitu 22,902 ppm, 11,933 ppm, 10,972 ppm, 6 12,110 ppm, dan
11,256 ppm. Penurunan terjadi pada tahap ekstraksi ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi
mengalami kenaikan pada ekstraksi tahap ke-4. Logam zink yang terluluh paling
tinggi yaitu pada tahap pertama. Konsetrasi logam zink terluruh pada TCLP
progresif yaitu 2,264 ppm, 2,007 ppm, 0,547 ppm, 0,638 ppm, dan 0,189 ppm.
Penurunan terjadi pada ekstraksi tahap ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi mengalami
kenaikan pada ekstraksi tahap ke-4. Logam zink yang terluluh paling tinggi yaitu
pada tahap pertama. Total logam zink yang terluluh pada TCLP modifikasi
progresif yaitu sebanyak 69,143 ppm lebih besar daripada TCLP progresif yang
hanya sebesar 3,645 ppm. 12,110 ppm, dan 11,256 ppm. Penurunan terjadi pada
tahap ekstraksi ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi mengalami kenaikan pada ekstraksi
tahap ke-4. Logam zink yang terluluh paling tinggi yaitu pada tahap pertama.
Konsentrasi logam zink terluluh pada TCLP progresif yaitu 2,264 ppm, 2,007
ppm, 0,547 ppm, 0,638 ppm, dan 0,189 ppm. Penurunan terjadi pada ekstraksi
tahap ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi mengalami kenaikan pada ekstraksi tahap ke-4.
Logam zink yang terluluh paling tinggi yaitu pada tahap pertama. Total logam
zink yang terluluh pada TCLP modifikasi progresif yaitu sebanyak 69,143 ppm
lebih besar daripada TCLP progresif yang hanya sebesar 3,645 ppm.

Kesimpulan yang didapat dari penelitin ini adlah


Analisis spektroskopi serapan atom pada sampel matriks semen/limbah
fraksi ekstraksi bertahap yaitu 1,539 ppm, 9,413 ppm, tidak terdeteksi, 19,937
ppm, dan 2,622 ppm, sedangkan analisis pada TCLP standar adalah 0,264 ppm,
pada kelima tahapan TCLP progresif adalah 2,264 ppm, 2,007 ppm, 0,547 ppm,
0,638 ppm, dan 0,189 ppm, hasil pada kelima tahapan TCLP modifikasi adalah
22,902 ppm, 11,933 ppm, 10,972 ppm, 12,110 ppm, dan 11,256 ppm. Kuat tekan
sampel matriks semen / limbah pada penelitian ini adalah 302,0408 kg/cm2 pada
penambahan 0,0625% arang limbah bulu ayam.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yakni semen non-hidrolik dan semen hidrolik. Reaksi pembuatan
amonia merupakan reaksi eksoterm
2. Adapun penerapan (aplikasi) dari semen merupakan modifikasi guna
menciptakan inovasi baru untuk kebutuhan masyarakat
3. Aplikasi dari semen diantaranya adalah sebagai bahan tambahan untuk
pembangunan (infrastruktur) yang biasa diklasifikasi kan sebagai Beton,
pemanfaatan bahan baku semen dari limbah.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah teruslah
berinovasi dan belajar lebih baik lagi agar terciptanya suatu karya hasil dari
aplikasi semen. Selalu melihat penemuan dari penelitian dari banyak sumber
agar menjadi bahan referensi untuk berinovasi dan berkreasi.

24

Anda mungkin juga menyukai