KELOMPOK 5 - Aplikasi Semen
KELOMPOK 5 - Aplikasi Semen
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja aplikasi semen yang sudah diterapkan?
2. Bagaimana penerapan dari semen untuk kebutuhan masyarakat dan
lingkungan?
3. Adakah pengaruh yang ditimbulkan dari penerapan semen tersebut?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Pengertian Semen
Semen berasal dari bahasa latin “caementum” yang berarti perekat. Semen
adalah hydraulic binder atau perekat hidrolik yang artinya senyawa-senyawa di
dalam semen dapat beraksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat
benda-benda padat lainnya dan membentuk satu kesatuan massa yang kompak,
padat, serta keras (Banerjea, 1980). Semen merupakan hasil industri yang sangat
kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yakni semen non-hidrolik dan semen hidrolik.
Secara prinsip, proses yang dialami oleh bahan semen sehingga menjadi semen
adalah proses fisika dan proses kimia. Proses Fisika berupa penggilingan, baik
penggilingan bahan baku, maupun penggilingan klinker. Untuk proses kimianya
adalah Pembakaran di Kiln dengan suhu + 1450 0C. Setiap tahapan dari
pembuatan semen tersebut dilakukan kendali mutu. Pengendalian mutu ini
dilakukan secara realtime melalui Central Control Room (CCR) dan pengujian
kimia secara langsung di Laboratorium Proses. sehingga dari proses-proses
tersebut didapatkan produk yang bermutu tinggi
4
Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam sulfat antara
0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasi panas yang bersifat sedang.
5
paving block, plesteran dan acian, dan sebagainya. Karakteristik Portland
Composite Cement (PCC) lebih mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan
tidak mudah retak. Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak,
gypsum, dan bahan anoraganik.
2. Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)
Kegunaan super portland pozzolan composite cement diantaranya adalah sebagai
konstruksi beton massa, konstruksi di tepi pantai dan tanah rawa yang harus
memiliki ketahanan terhadap sulfat, tahan hidrasi panas sedang, pekerjaan
pasangan dan plesteran.
3. Special Blended Cemeny (SBC)
Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau semen campur.
Karakteristik special blended cement tentu memenuhi kebutuhan konstruksi
bangunan pada air laut seperti halnya jembatan Suramadu yang berdiri diatas laut.
4. Super Masonry Cement (SMC)
Kegunaan Super Masonry Cement (SMC) diantaranya sebagai bahan baku
genteng beton, tegel, hollow brick, dan paving block. Selain itu, digunakan hanya
pada kisaran konstruksi bangunan rumah atau irigasi dengan struktur beton paling
besar K225. Tipe ini pertama kali diperkenalkan di USA.
5. Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Diantara proyek yang menggunakan material ini yaitu sumur minyak bumi di
bawah permukaan bumi dan laut.
6. Semen Thang Long PCB40
Karakteristik semen thang long PCB40 yang memiliki daya tahan tinggi terhadap
sulfat sesuai untuk konstruksi bangunan bawah tanah dan air.
7. Semen Thang Long PC50
Standarisasi yang setara Asia, Eropa, bahkan Amerika ini diaplikasikan untuk
jembataan hingga pembangkir listrik. Karakteristik semen thang long PC50
diantaranya memiliki ketahanan tinggi terhadap sulfat sehingga bisa pula
digunakan di bawah tanah dan air.
6
Semen Putih ( white portland cement)
Kegunaan semen putih diaplikasikan untung lapisan keramik hingga dekorasi
interior dan eksterior bangunan. Merek yang beredar dipasaran adalah Semen Tiga
Roda, Plamur Kingkong, Semen Putuh Cap Gajah dan Semen Putih Panda.
Semen Acian Putih/Mortar TR30
Katarekteristik semen acian putih atau mortar TR30 ialah memiliki daya rekat
yang tinggi dan dapat menghasilkan permukaan acian yang lebih halus. Oleh
karena itu, tidak mudah retak, dan terkelupas. Waktu pengerjaannya juga
cenderung lebih cepat. Kegunaan semen acian putih adalah untuk untuk finishing
seperti diantaranya plesteran, acian, pasangan keramik.
7
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan
tahan kebakaran.
* Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi
(expansion joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi
susut pengerasan dan pengembanganbeton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-
retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
B. Sifat-Sifat Beton
Sifat-sifat tersebut antara lain.
1. Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2),
atau lebih tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat
pemadatannya. Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-
faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan
kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan
menunjukan bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton,
8
dengan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan
krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40%
dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya.
Perawatan adalah hal yang sangat penting oada pekerjaan lapangan
dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah
dengan bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan
tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah
dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung
pada jenis semen.
2. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang
direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.
Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum
maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai
dengan kondisi lingkungan.
3. Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu
umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya
tidak diperhitungkan di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan
bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air
dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton
konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton
dengan regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan
beton.
5. Rangkak (Creep)
9
Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi
terus-menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
6. Susut (Shrinkage)
Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan
pembebanan.
7. Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan
oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran,
pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.
10
amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan
sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen
portland. Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa
bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker
(bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
11
larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali,
fosfor, dan kapur bebas.
Berikut adalah manfaat kegunaan semen :
a. Semen untuk pembuatan rumah
Semen yang digunakan untuk membangun rumah adalah semen
portland tipe I
b. Semen untuk pembuatan jembatan
Semen yang digunakan untuk membangun jembatan adalah semen
portland tipe V,
c. Semen untuk pembuatan saluran irigasi
Semen yang digunakan untuk membangun saluran irigasi adalah
semen portland tipe II.
d. Semen untuk pembuatan jalan raya
Semen yang digunakan untuk membangun jalan raya adalah semen
portland tipe III.
e. Semen untuk pembuatan jalan beton
Semen yang digunakan untuk pembuatan jalan beton adalah jenis
semen portland tipe I,
f. Semen sebagai pasangan dinding
1. Semen Portland Komposisi semen:pasir:air = 1:3:5. Semen
dituang di atas batu bata kemudian diratakan dengan roskam atau
trowel bergerigi. Ketebalan pasangan sekitar 1 – 3 cm.
2. Semen Instan Komposisi semen:air = 1:2. Pengaplikasiannya
sama dengan semen portland, yaitu dituang lalu diratakan dengan
roskam. Ketebalan pasangan tergantung jenis materialnya. Untuk
bata ringan setebal 2 – 3 mm. Sedangkan bata setebal 1 cm.
g. Semen untuk plasteran dinding
Plesteran adalah aplikasi semen untuk menutupi pasangan bata atau
hebel. Hal ini disebabkan bagian luar akan kontak dengan air.
1. Semen Portland Komposisi plesteran dalam, semen:pasir:air =
1:3:5 dan Komposisi plesteran luar atau trasram, semen:pasir:air =
12
1:2:3. Sebelum mengaplikasikannya, bersihkan dan basahi
permukaan bata terlebih dahulu. Setelah itu, mulai melapisi
dinding dengan campuran semen setebal 10 mm.
2. Semen Instan Komposisi semen:air = 1:2. Cara pengaplikasiannya
tidak berbeda dengan semen konvensional. Ketebalannya juga
sama.
h. Semen untuk acian
Setelah plesteran dipasang, lapisan berikutnya adalah acian. Acian
membuat permukaan dinding lebih rata dan licin.
1. Semen Portland Komposisi semen:pasir:air = 1:0:3.
Pengaplikasian dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran
kemudian dilapisi acian. Ketebalan acian sekitar 1 – 3 mm.
2. Semen Instan Komposisi semen: air = 1:3. Pengaplikasian dan
ketebalan tidak berbeda dengan semen portland.
i. Semen untuk perekat keramik
Pada jenis aplikasi ini, semen berperan untuk mengikat keramik ke
plat lantai atau ke dinding.
1. Semen Portland Komposisi semen:pasir:air = 1:3:5. Cara
mengaplikasikannya hampir sama dengan pengaplikasian acian dan
plesteran. Sebelum memasang, basahi terlebih dahul permukaan
yang akan dilapisi. Setelah itu ratakan dengan trowel atau roskam
yang bergerigi. Ketebalan aplikasinya adalah 3 mm.
2. Semen instan Komposisi semen:air = 1:2
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari
sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara
alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama.
Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang
lebih besar.
13
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40
mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.
14
2.4.2 Ekosemen
Jepang telah berhasil mengubah sampah menjadi produk semen yang
kemudian dinamakan ekosemen. Ekosemen adalah salah satu jenis produk semen
yang hampir sama dengan semen portland dan karena bahan bakunya
menggunakan bahan berbasis limbah serta ramah lingkungan maka disebut
ekosemen. Beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan
baku batu kapur yang berbasis limbah dan ramah lingkungan antara lain : abu
terbang batu bara (fly ash), abu hasil kalsinasi sampah dan abu sisa pengolahan
kayu. Selain itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa limbah makanan laut
seperti kulit udang (chitosan) dan kulit kerang dapat dijadikan sebagai pengganti
batu kapur. Kandungan Cangkang Kerang. Cangkang kerang mengandung
kalsium karbonat (CaCO3) dalam kadar yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan batu gamping, cangkang telur, keramik, atau bahan lainnya. Hal ini
terlihat dari tingkat kekerasan cangkang kerang. Semakin keras cangkang, maka
semakin tinggi kandungan kalsium karbonat (CaCO3) nya.
Teknologi ekosemen juga ramah lingkungan. Pada pembuatan ekosemen,
sebagian CaO diperoleh dari abu insenerasi sehingga mengurangi penggunaan
batu kapur yang selama ini menjadi polusi gas CO2.
15
karbon dioksida karena jumlahnya yang jauh lebih besar dari gas lainnya seperti
oksida nitrat dan metan.
Dalam produksi satu ton semen Portland, akan dihasilkan sekitar satu ton
gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer. Dari data tahun 1995, jumlah
produksi semen di dunia tercatat 1,5 miliar ton. Hal ini berarti industri semen
melepaskan karbon dioksida sejumlah 1,5 miliar ton ke alam bebas.
Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, jumlah
karbon dioksida yang dihasilkan tahun 1995 adalah 23,8 miliar ton. Angka itu
menunjukkan produksi semen portland menyumbang tujuh persen dari
keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai sumber. Tampaknya
proporsi ini akan terus bertahan atau bahkan meningkat sesuai dengan
peningkatan produksi semen kalau tidak ada perubahan berarti dalam teknologi
produksi semen atau didapatkan bahan pengganti semen. Pada tahun 2010,
diperkirakan total produksi semen di dunia mencapai angka 2,2 miliar ton.
Pakar teknologi beton yang bermukim di Kanada, VM Malhotra,
memelopori riset penggunaan abu terbang (fly ash) dalam proporsi cukup besar
(hingga 60-65 persen dari total semen Portland yang dibutuhkan) sebagai bahan
pengganti sebagian semen dalam proses pembuatan beton. Sebelumnya banyak
peneliti menggunakannya hanya dalam proporsi kecil.
Abu terbang adalah abu sisa pembakaran batu bara yang dipakai dalam banyak
industri. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya
semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida
silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan
zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Adanya kalsium hidroksida dalam beton selama ini ditengarai sebagai
sumber perusak beton sebelum waktunya, khususnya bila beton berada di
lingkungan yang agresif. Karenanya, penambahan atau penggantian sejumlah
semen dengan abu terbang berpotensi menambah keawetan beton tersebut. Selama
ini abu terbang tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja, sehingga memiliki
potensi mencemari lingkungan.
16
Upaya yang dipelopori Malhotra dan kawan-kawan ini tampaknya
memberikan hasil menjanjikan. Beton yang dihasilkan ternyata menunjukkan
tenaga tekan tinggi serta memiliki sifat keawetan (durability) lebih baik dibanding
beton biasa yang sepenuhnya menggunakan semen Portland. Upaya ini
dikembangkan lebih lanjut dengan pemanfaatan bahan-bahan sisa lainnya yang
mempunyai kandungan oksida silika tinggi seperti silica fume, slag atau bahkan
abu sekam dan jerami.
Dari konferensi Concrete 2001 yang diselenggarakan di Perth, Australia,
belum lama ini, dilaporkan penggunaan HVFA (high volume fly ash) concrete
atau beton dengan kandungan abu terbang tinggi pada sejumlah proyek
infrastruktur, demikian pula penggunaan bahan buangan lain seperti slag. Beton
tersebut dilaporkan menunjukkan hasil memuaskan di lapangan. Dalam waktu
singkat di masa mendatang, penggunaan beton jenis ini diperkirakan akan
meningkat dengan cepat. Selain lebih ramah lingkungan, mengurangi jumlah
energi yang diperlukan karena berkurangnya pemakaian semen, lebih awet dan
lebih murah, bahan ini juga tetap menunjukkan perilaku mekanik memuaskan.
Perkembangan mutakhir yang menjanjikan adalah penggunaan abu terbang
sepenuhnya sebagai pengganti semen lewat proses yang disebut polimerisasi
anorganik (kadang disebut geopolimer) yang dipelopori oleh seorang ilmuwan
Prancis, Prof. Joseph Davidovits, sekitar 20 tahun lalu.
Geopolimer semen, demikian nama yang diberikan, menjadi harapan
utama mereduksi penggunaan semen untuk keperluan pembangunan infrastruktur.
Setidaknya untuk pembuatan beton pracetak. Walaupun tahapan yang harus dilalui
untuk memasalkan penggunaan teknologi ini masih jauh, setidaknya hasil riset
yang ada selama ini menunjukkan hasil menjanjikan. Saat ini, riset beton
geopolimer giat dilakukan di sejumlah lembaga riset atau universitas khususnya di
Prancis, Amerika Serikat dan Australia.
Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih
tergolong amat rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari
lima persen, untuk memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu
terbang ini sendiri, kalau tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi
17
lingkungan. Karenanya dapat dikatakan, pemanfaatan abu terbang akan
mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan lingkungan, yaitu
penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan sisa ini
dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam
pembuatan beton.
Pembuatan semen geopolimer dapat mereduksi hingga 80 persen jumlah
karbon dioksida yang dihasilkan dari proses pembuatan semen biasa (semen
Portland). Bahkan para peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, di bawah
pimpinan Prof. J Van Deventer mengemukakan hasil riset mereka bahwa beton
geopolimer dapat dimanfaatkan untuk memasung („immobilise‟) bahan-bahan
berbahaya yang mengandung radioaktif maupun bahan-bahan beracun lain, seperti
tailing. Dalam laporan penelitian disebutkan hampir semua bahan buangan
industri yang mengandung unsur-unsur silika dan alumina bisa dibuat menjadi
semen geopolimer.
2.4.4 Plafon/eternit
Plafon/eternit merupakan salah satu bahan yang banyak sekali
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada pembangunan suatu
bangunan seperti rumah, gedung, perkantoran dan gedung-gedung lainnya.
Eternit digunakan sebagai penutup atap suatu bangunan. Serat serabut kelapa
pada penelitian ini digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan
plafon/eternit. Serat sabut kelapa akan dicampur dengan bahan pengikat yaitu
menggunakan semen portland dan gypsum. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui panjang kritis serat serabut kelapa, menentukan densitas
plafon/eternit, Mengetahui pengaruh variasi penambahan serat terhadap
kekuatan bending dan ketangguhan impact plafon/eternit dari campuran semen
portland dan gypsum yang diperkuat dengan serat serabut kelapa. Proses
pembuatan plafon diawali dengan menghitung komposisi tiap plafon dengan
variasi penambahan fraksi volume serat sabut kelapa 0, 5, 10, 15 dan 20% pada
benda uji untuk pengujian bending strength dan pengujian ketangguhan impact.
Semua bahan dicampur dan dimasukkan dalam cetakan kemudian digetarkan di
18
ikuti dengan penekanan sebesar 1-2 MPa selama 60 detik. Benda uji untuk kedua
uji tersebut didiamkan dan diletakkan di ruang terbuka. Plafon serat sabut kelapa
dapat diuji setelah 3-4 minggu. Hasil pengujian kuat lentur menunjukkan bahwa
plafon serat sabut kelapa memiliki kuat lentur meningkat pada penambahan
fraksi volume serat 0 hingga 15% sebesar 16,72 hingga 18,01 MPa dan menurun
pada penambahan 20% sebesar 17,48 MPa. Pengujian terhadap ketangguhan
impact menunjukkan kenaikan ketangguhan impact bersamaan dengan
meningkatnya penambahan fraksi volume serat sabut kelapa 0 hingga 20% yaitu
sebesar 1689,69 hingga 10441,46 J/m2.
19
Bulu berisi informasi mengenai peredaran konsentrasi logam berat dalam
darah pada saat perkembangan unggas. Bulu unggas ini digunakan sebagai
campuran dalam membuat matriks semen/limbah. Tingkat peluluhan zink dari
matriks semen/limbah dapat diketahui menggunakan metode ekstraksi bertahap
dan solifidikasi/stabilisasi, yaitu proses percampuran limbah dengan pengikat
untuk mengurangi pelepasan kontaminasi secara fisika dan kimia menjadi suatu
bentuk yang dapat diterima lingkungan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui kadar zink pada
matriks semen/limbah yang terekstrak dengan menggunakan metode ekstraksi
bertahap, kadar zink yang terluluh pada matriks semen/limbah dengan
menggunakan uji peluluhan yaitu TCLP dan rasio penambahan bulu ayam yang
memberikan kuat tekan matriks semen paling besar.
Semen adalah hidrolic binder (perekat hidraulis) yaitu senyawa - senyawa
yang terkandung di dalam semen dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat
baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan.
Limbah bulu ayam dapat digunakan sebagai penguat dalam komposit semen
terikat tetapi campuran bulu yang dibutuhkan hanya sekitar 10%. Kemampuan
daya tahan beton campuran bulu dasar 3 sebanyak 15% hingga 20% mengalami
penurunan yang signifikan.
Ekstraksi bertahap menunjukkan bahwa logam yang bersifat paling mudah
berpindah akan dihapus dalam fraksi pertama dan terus pada fraksi selanjutnya
dalam rangka penurunan mobilitas tersebut.
Toxic Characteristic Leaching Procedure (TCLP), merupakan salah satu
uji karakteristik toksisitas terhadap suatu limbah atau bahan pencemar,
karakteristik yang dimaksud adalah karakteristik leaching. Leaching atau
pelindihan adalah proses pencucian bahan pencemar oleh air hujan secara alami.
1. METODE PENELITIAN
Pembuatan matriks semen /limbah. Membuat campuran semen dan
limbah dengan rasio perbandingan yang telah ditentukan. Campuran
ditambahkan air dengan perbandingan 1:2 dari campuran semen dan
20
dimasukkan ke dalam cetakan uji berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm, lalu
dijenuhkan hingga 1 hari, matriks dikeluarkan dan direndam selama 28 hari.
Uji tekan. Matriks diletakkan pada mesin Technodest Modesta Italy dan
secara perlahan alat menekan sampel matriks.
TCLP standar. Sekitar 10 gram partikel berukuran ~100 mikrometer
dimasukkan dalam erlenmeyer. 200 ml larutan CH3COONa 1 M (pH larutan
dibuat 2 dengan menambah CH3COOH) ditambahkan ke dalam sampel.
Larutan disentrifus dengan kecepatan 216 rpm pada temperatur kamar selama
2 jam 25 menit. Filtrat disaring dan pH diukur. Filtrat ditambah HNO3 pekat
sampai pH < 2. sebelum dianalisis dengan metode spektroskopi serapan atom
(SSA)
TCLP progresif. Merupakan lima kali pengulangan tahap TCLP standar.
TCLP modifikasi. Prosedur sama dengan TCLP progresif tetapi
menggunakan pelarut air alami yaitu air tanah.
21
Ekstraksi kimia bertahap. Analisis pada sampel matriks semen/limbah
0,0625% untuk 5 tahapan dalam proses ekstraksi bertahap yaitu 1,539 ppm, 9,413
ppm, tidak terdeteksi, 19,937 ppm, dan 2,622 ppm. Penggunaan reagen yang
berbeda pada tiap tahapan ekstraksi bertahap ini didasarkan pada kelebihan
metode ekstraksi bertahap Tessier yaitu selektivitas reagen yang baik. Metode ini
juga memberikan perolehan jumlah total logam yang lebih baik dan pemutusan
yang lengkap [7]. Fraksi pertama membutuhkan reagen yang berupa garam
sehingga digunakan MgCl2 karena kation magnesium pada reaktan ini menggusur
ikatan lemah logam secara elektrostatik yang terletak pada bagian organik dan
anorganik [8], menghasilkan 1,539 ppm zink terekstrak. Fraksi kedua berada pada
kondisi larutan pH 5 yang dikarenakan pelepasan logam tercapai melalui
pemutusan pecahan dari material padatan pada pH yang mendekati 5,0 [9].
Penggunaan natrium asetat dengan penyesuaian pH menjadi 5 menghasilkan
9,413 ppm zink terekstrak. Fraksi ketiga tidak memberikan hasil dikarenakan
spesies zink dalam matriks limbah tidak berikatan dengan oksida besi, baik yang
berasal dari semen maupun limbah itu sendiri. Fraksi keempat menghasilkan
19,937 ppm zink terekstrak dan menunjukkan persentase kadar zink yang
terbanyak bila dibandingkan dengan keempat fraksi lainnya. Keadaan ini
menunjukkan bahwa sebagian besar zink membentuk zink yang terikat pada
sulfida. Fraksi kelima menunjukkan sisa logam zink yang tidak terekstrak pada
keempat tahapan ekstraksi bertahap sebelumnya yaitu sebesar 2,622 ppm. TCLP
standar. Konsentrasi logam zink yang terluluh dari matriks semen/limbah
terhadap buffer natrium asetat adalah sebesar 2,264 ppm.
22
TCLP progresif dan TCLP modifikasi. Konsentrasi logam zink terluluh pada
TCLP modifikasi yaitu 22,902 ppm, 11,933 ppm, 10,972 ppm, 6 12,110 ppm, dan
11,256 ppm. Penurunan terjadi pada tahap ekstraksi ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi
mengalami kenaikan pada ekstraksi tahap ke-4. Logam zink yang terluluh paling
tinggi yaitu pada tahap pertama. Konsetrasi logam zink terluruh pada TCLP
progresif yaitu 2,264 ppm, 2,007 ppm, 0,547 ppm, 0,638 ppm, dan 0,189 ppm.
Penurunan terjadi pada ekstraksi tahap ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi mengalami
kenaikan pada ekstraksi tahap ke-4. Logam zink yang terluluh paling tinggi yaitu
pada tahap pertama. Total logam zink yang terluluh pada TCLP modifikasi
progresif yaitu sebanyak 69,143 ppm lebih besar daripada TCLP progresif yang
hanya sebesar 3,645 ppm. 12,110 ppm, dan 11,256 ppm. Penurunan terjadi pada
tahap ekstraksi ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi mengalami kenaikan pada ekstraksi
tahap ke-4. Logam zink yang terluluh paling tinggi yaitu pada tahap pertama.
Konsentrasi logam zink terluluh pada TCLP progresif yaitu 2,264 ppm, 2,007
ppm, 0,547 ppm, 0,638 ppm, dan 0,189 ppm. Penurunan terjadi pada ekstraksi
tahap ke-2, ke-3 dan ke-5 tetapi mengalami kenaikan pada ekstraksi tahap ke-4.
Logam zink yang terluluh paling tinggi yaitu pada tahap pertama. Total logam
zink yang terluluh pada TCLP modifikasi progresif yaitu sebanyak 69,143 ppm
lebih besar daripada TCLP progresif yang hanya sebesar 3,645 ppm.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yakni semen non-hidrolik dan semen hidrolik. Reaksi pembuatan
amonia merupakan reaksi eksoterm
2. Adapun penerapan (aplikasi) dari semen merupakan modifikasi guna
menciptakan inovasi baru untuk kebutuhan masyarakat
3. Aplikasi dari semen diantaranya adalah sebagai bahan tambahan untuk
pembangunan (infrastruktur) yang biasa diklasifikasi kan sebagai Beton,
pemanfaatan bahan baku semen dari limbah.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah teruslah
berinovasi dan belajar lebih baik lagi agar terciptanya suatu karya hasil dari
aplikasi semen. Selalu melihat penemuan dari penelitian dari banyak sumber
agar menjadi bahan referensi untuk berinovasi dan berkreasi.
24