Anda di halaman 1dari 8

NAMA : UTARI YULIA ALFI

NPM : 260110160059

A. Steroid
1. Kolesterol
Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol
merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan
bermacam-macam fungsi, antara lain untuk membuat hormon seks,
hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk membuat garam empedu
yang membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila takarannya pas
atau normal, kolesterol adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh
(Nilawati, 2008). Kolesterol tidak larut dalam darah. Kolesterol diangkut
ke berbagai jaringan dalam tubuh dengan bantuan senyawa yang tersusun
atas lemak dan protein, yakni lipoprotein (Jonathan Morrel, 2010).

2. Kortikosteroid
Kortikosteroid banyak digunakan dalam pengobatan karena efek yang kuat
dan reaksi antiinflamasi yang cepat. Kortikosteroid banyak digunakan
untuk tatalaksana penyakit inflamasi seperti reumathoid arthritis (RA) dan
systemic lupus erythematosus (SLE) (Arthritis Australia, 2008).
Kortikosteroid juga diresepkan dalam berbagai pengobatan seperti
replacement therapy pada penderita insufisiensi adrenal, supresor sekresi
androgen pada congenital adrenal hyperplasia (CAH), dan terapi kelainan-
kelainan non endokrin seperti penyakit ginjal, infeksi, reaksi transplantasi,
alergi, dan lain-lain (Azis, 2006). Kortikosteroid juga banyak diresepkan
untuk penyakit kulit, baik itu penggunaan topikal maupun sistemik (Johan,
2015).

3. Aldosteron
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu
organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron.
Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat
tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+ ) dan air,
serta meningkatkan volume dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004). Hal
tersebut akan memperlambat kenaikan voume cairan ekstraseluler yang
kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-
hari.
4. Fitosterol
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa fitosterol mampu
mengurangi kadar kolesterol total dan LDL kolesterol di dalam darah
(national Nutritional Foods Association, 2001)

5. Testosteron
Sensitivitas insulin, obesitas, dan testosteron saling terkait satu sama lain,
dimana testosteron dapat menurunkan obesitas dan resistensi insulin.
Mekanisme kerja dari testosteron terhadap fungsi ereksi pada studi yang
dilakukan pada tikus adalah melalui stimulasi sintesis NO dan sebagai
vasodilator pada penis (Yassin and Saad, 2007).

B. Terpenoid
1. Sineol
Komponen utama dari minyak kayu putih merupakan golongan terpenoid.
Komponen terbesarnya merupakan 1,8-sineol yang merupakan senyawa
monoterpena. Senyawa 1,8-sineol berperan sebagai antimikrob,
antioksidan, kekebalan tubuh, analgesik, dan spasmolitik (Angela & Davis
2010). Selain itu, senyawa 1,8-sineol juga berpotensi sebagai antiinflamasi
(Juergens et al. 2003).

2. Linalol
Linalool adalah komponen minyak atsiri berupa cairan tak berwarna yang
berbau harum. Karena baunya yang harum, senyawa linalool digunakan
dalam banyak industri sabun, deterjen, krim, pelembab, shampo dan Iain-
lain. Senyawa ini juga merupakan komponen intermediet dalam
pembentukan vitamin E, disamping juga sebagai bahan insektisida yang
aman bagi manusia (Raguso, 1999; Pengelly, 2004)

3. Santonin
berfungsi sebagai penolak serangga, insektisida, membantu pertumbuhan
tumbuhan dan dapat berkerja sebagai fungisida (robinson, 1995, hal. 147).
4. Limonen
Senyawa dLimonene ini telah dibuktikan dalam beberapa penilitian
dengan memberikan efek insektisida terhadap beberapa jenis kutu.
Senyawa limonen yang berfungsi melancarkan peredaran darah,
meredakan radang tenggorokan dan batuk, serta menghambat sel kanker.
(Istanto, 2001)

5. Camphor
Kamfora adalah senyawa keton yang diperoleh dari tanaman Rosemarinus
officinalis atau dari Cinnamomum camphora, berbau tajam dan enak,
berfungsi sebagai analgetika dan anti-iritan. Selain itu juga berkhasiat
sebagai ekspektoran dan relaksan otot. Camphora digunakan untuk
mengobati iritasi berat, hal ini dikarenakan Camphora memiliki efek
menenangkan sel Langerhans yang bereaksi saat ada zat iritan di kulit.
(Agus dkk. 2009)
Daftar Pustaka

Angela ES, Davis WL. 2010. Immune-modifying and antimicrobial effects of


eucalyptus oil and simple inhalation devices. Alternative Medicine
Review. 15 (1):33-47.
Arthritis Autralia (2008). Patient Information on Corticosteroids.
http://www.aont.org.au/wp-content/uploads/2011/11/Corticosteroids.pdf.
diakses pada tanggal 01 April 2018.
Azis A.L (2006). Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Surabaya: Lab. Divisi
Gawat Darurat FK UNAIR. Indonesia
Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. 2012. Biochemistry 7th edition. New York: W.
H. Freeman.
Campbell NA, Reece JB, and Mitchel LG. 2004. Biologi. Alih Bahasa : Wasmen
Manalu. Jakarta : Erlangga.
Istianto M, dkk. 2001. Pengaruh Senyawa Limonen Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Panonychus Citri Mc. (Acarina:Tetranychidae) Pada
Kondisi Laboratorium. Journal Agrosains. 14 (1): 45-57
Johan R (2015). Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. Jurnal
Continuing Professional Development 42 (4): 308-12.
Jonathan Morrel, 2010. Kolesterol. Jakarta:erlangga
Juergens UR, Dethlefsen U, Steinkamp G, Gillissen A, Repges R, Vetter H. 2003.
Anti-inflammatory activity of 1.8-cineol (eucalyptol) in bronchial
asthma: a double-blind placebo-controlles trial. Respiratory Medicine.
97:250-256.
National Nutritional Foods Association. 2001. Plants Sterol and Stanols,
www.nnfa.org/services/science. [1 April 2018].
Nilawati, Sri. 2008.Care Your Self,Kolesterol. Penebar Plus, Jakarta.
Pengelly A. 2004. The constituents of medicinal plants. 2" Ed. CABI Publishing,
USA and UK. Proceedings of the American Association for Cancer
Research 33, 524.
Raguso RA and E Pichersky. 1999. A day in the life of a linalool molecule:
chemical communication in a plantpollinator system. Part 1: linalool
biosynthesis in flowering plants. Plant Species Biol. 14, 95-120.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB
Yassin, A.A. and Saad F. 2007. Improvement of Sexual Function in Men with
Late Onset Hypogonadism Treated with Testosterone Only. J Sex Med;
4: 497–501.

Anda mungkin juga menyukai