Anda di halaman 1dari 8

Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN 348

BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI


KELURAHAN SIKUMANA

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA

SIPRIANUS SINGGA, ALBERTUS ATA MARAN

ABSTRAK

Penggunaan bahan bakar dalam rumah tangga menjadi salah satu


faktor penyebab kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penggunaan bahan bakar dan faktor risiko kejadian ISPA
pada balita di kelurahan Sikumana.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua balita yang menderita ISPA di kelurahan sikumana pada bulan
Juni tahun 2013 dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100
orang balita.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis-jenis bahan bakar yang
paling banyak digunakan pada rumah penderita ISPA adalah minyak
tanah dan kayu api. Rata-rata jumlah bahan bakar yang dalam rumah
tangga adalah minyak tanah sebanyak 5 l/minggu dan kayu api
sebanyak 10 ikat/minggu. Faktor risiko kejadian ISPA yang paling
dominan adalah letak dapur yang dekat dengan ruang sebesar 100%,
diikuti oleh kebiasaan ibu membawa anak saat memasak sebesar 96%
dan terdapat asap dalam rumah ketika memasak sebesar 74%.
Masyarakat disarankan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar
yang banyak mengeluarkan asap, menjauhkan dapur dari ruang
keluarga dan tidak membawa anak ke dapur ketika memasak dan
membuat ventilasi rumah yang memenuhi syarat.

Kata Kunci : Bahan Bakar, ISPA, Faktor Risiko

Latar belakang Tuberkulosis, Diare, HIV/AIDS dan


Penyakit berbasis lingkungan Malaria). Dan sampai saat ini penyakit
masih merupakan masalah kesehatan. ISPA masih merupakan masalah
Menurut WHO, pada tahun 1997, kesehatan masyarakat yang utama
diperkirakan lebih dari 50 juta baik di negara maju maupun di
kematian (52.200.000 orang) yang negara berkembang.
disebabkan oleh karena infeksi (ISPA,
349 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013

Saat ini penyakit berbasis Kelurahan Sikumana merupakan


lingkungan merupakan masalah salah satu kelurahan di kota Kupang
kesehatan di Indonesia. Hal ini yang mempunyai angka kasus ISPA
tercermin dari masih tingginya angka tertinggi dibandingkan dengan
kejadian dan kunjungan penderita kelurahan yang lain. Penggunaan
beberapa penyakit berbasis bahan bakar untuk memasak didapur
lingkungan seperti penyakit diare, sangat berperan dalam penyebaran
infeksi saluran pernafasan bagian atas partikel udara yang berbentuk
(ISPA), penyakit kulit, TB paru, partikel-partikel kecil yang
kecacingan ke sarana pelayanan menimbulkan banyak polusi asap
kesehatan. dalam rumah yang dapurnya menyatu
Penyakit ISPA menjadi salah satu dengan rumah dapat berpengaruh
masalah kesehatan masyarakat terhadap kejadian ISPA pada balita,
karena tingginya angka kematian jumlah kasus ISPA selama 2 tahun
terutama pada bayi dan balita. Dari terakhir berdasarkan data dari
seluruh kematian balita proporsi Puskesmas Sikumana Kecamatan
kematian yang disebabkan oleh ISPA Maulafa kota Kupang jumlah
mencakup 20-30%, setiap anak penderita kasus ISPA di kelurahan
diperkirakan mengalami 3-6 kali Sikumana pada tahun 2012 terdapat
episode ISPA tiap tahun dan 40-60% 4252 0rang dan tahun 2013 bulan
dari kunjungan puskesmas adalah januari-maret terdapat 587 orang
ISPA. pasien balita (Laporan Puskesmas,
ISPA merupakan salah satu 2013).
masalah kesehatan masyarakat yang Menurut Blum faktor-faktor yang
utama karena tingginya angka mempengaruhi derajat kesehatan
kematian bayi dan balita. Dari seluruh secara berturut turut adalah kondisi
kematian balita proporsi kematian lingkungan, perilaku, pelayanan
yang disebabkan oleh ISPA mencakup kesehatan dan keturunan. Salah satu
20-30%, setiap anak diperkirakan komponen lingkungan yang turut
mengalami 3 - 6 kali episode ISPA berperan dalam dalam penyebaran
tiap tahun dan 40-60% dari kunjungan penyakit adalah rumah. Rumah dapat
puskesmas adalah ISPA (Depkes, di artikan sebagai tempat berlindung
1993). atau bernaung dan tempat umtuk
ISPA merupakan salah satu beristirahat, sehingga menumbuhkan
penyakit gangguan pernapasan yang kehidupan yang sempurna baik fisik,
dapat menimbulkan penyakit rohani, maupun sosial (Depkes, 1989).
Pneumonia yang mencakup kelompok Berdasarkan uraian di atas rumah
balita penderita batuk yang tidak yang sehat harus memenuhi
menunjukan adanya penarikan persyaratan yaitu memenuhi
dinding dada bagaian bawah ke kebutuhan Fysiologis, psicologis,
dalam (Misnadiarly, 2008). mencegah penularan penyakit yang
terjadi. Di dalam rumah diperlukan

*) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan – Poltekkes Kemenkes Kupang


Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN 350
BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI
KELURAHAN SIKUMANA

udara yang segar dengan pergantian tertentu (kriteria sampel) yang


udara ruangan yang sudah terpakai. ditentukan oleh peneliti sendiri.
suhu dan kelembaban yang cukup di Pengumpulan data penelitian melalui
dalam rumah merupakan kebutuhan wawancara pada orang tua dan
kesehatan manusia (Depkes, 1989). observasi rumah responden.
Dalam rumah yang sehat, sering Pengolahan dan analisis data
terjadi pencemaran udara yang tidak dilakukan secara deskriptif.
disadari oleh penghuninya. Jenis-jenis
dan sumber pencemar dalam rumah
berasal dari proses pembakaran bakar
yang digunakan untuk memasak Hasil Dan Pembahasan
misalnya pembakaran kayu, kompor
dan elpiji. Hasil
1. Karakteristik responden penderita
Bahan Dan Metodologi ISPA
Jenis penelitian yang digunakan Umur responden (balita penderita
dalam penelitian ini termasuk dalam ISPA) berkisar dari 0-60 bulan
penelitian deskriptif yaitu suatu dengan distribusi terbanyak adalah
penelitian dengan tujuan utama kelompok umur 20-24 bulan
membuat gambaran tentang sebanyak 24 orang, dan terendah
penggunaan bahan bakar dan risiko kelompok umur 55-54 dan 55-59
kejadian penyakit ISPA pada balita di bulan sebanyak 1 orang. Sebanyak
Kelurahan Sikumana Kecamatan 56 responden berjenis kelamin
Maulafa Kota Kupang. Variabel yang laki-laki dan 44 responden berjenis
digunakan dalam penelitian ini kelamin perempuan.
adalah : Jenis-jenis bahan bakar, 2. Penggunaan Bahan Bakar
Jumlah bahan bakar, Faktor risiko Data penggunaan bahan bakar
kejadia ISPA. Populasi dalam dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
penelitian ini adalah semua rumah jenis dan jumlah bahan bakar.
balita yang menderita ISPA di Jenis bahan bakar yang biasa
kelurahan sikumana pada bulan Juni digunakan untuk memasak pada
tahun 2013 dengan jumlah sampel rumah tangga balita penderita
yang digunakan sebanyak 100 orang ISPA di Kelurahan Sikumana dapat
pasien balita. dilihat pada grafik.
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, dimana sampel
diambil berdasarkan pertimbangan
351 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013

Dari grafi terlihat bahwa kategori rata-rata jumlah bahan bakar


gabungan minyak tanah dan kayu api yang digunakan dapat dilihat pada
lebih dominan dalam hal jenis bahan grafik 2 untuk jumlah penggunaan
bakar yang digunakan, serta diikuti minyak tanah dan grafik 3 untuk
oelh jenis bahan bakar lainnya. Untuk penggunaan kayu api.

Pada grafik 2 terlihat bahwa liter/minggu. Untuk jumlah


sebanyak paling banyak rumah penggunaan kayu api dilihat pada
tangga menggunakan minyak tanah 5 grafik 3.
liter/minggu didikuti oleh 10

*) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan – Poltekkes Kemenkes Kupang


Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN 352
BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI
KELURAHAN SIKUMANA

Pada grafik 3 terlihat bahwa 3. Faktor Risiko Kejadian ISPA


bahwa sebanyak paling dominan Faktor risiko kejadian ISPA di
rumah tangga menggunaklan kayu Kelurahan Sikumana yang diamati
bakar sejumlah 10 ikat/minggu dan dalam hubungannya dengan
diikuti oleh rumah tangga yang penggunaan bahan bakar di rumah
menggunakan kayu api sejumlah kayu tangga ini dapat dilihat pada tabel
api 5 ikat/minggu 1.

Tabel 1
Faktor Risiko Kejadian ISPA Yang Berhubungan dengan
Penggunaan Bahan Bakar Di Kelurahan Sikumana
No Faktor Risiko Kejadia ISPA Jumlah %
Rumah
1 Ibu membawa anak ke dapur ketika 96 96
memasak
2 Terdapat asap dalam rumah ketika 77 77
memasak
3 Ruang dapur dengan ruang makan 70 70
digabung
4 Jarak dapur dengan ruang keluarga 100 100
dekat
353 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013

5 Tidak ada lubang ventilasi di dapur 52 52

Pada tabel 1 terlihat bahwa faktor ada yang digunakan secara


risiko kejadian ISPA tertinggi adalah terpisah, namun paling banyak
jarak dapur dengan ruang keluarga rumah tangga yang menggunakan
sebesar 100%, perilaku ibu membawa secara bersamaan atau kombinasi.
anak ke dapur sebesar 96%, terdapat Kejadian ISPA lebih banyak
asap dalam rumah ketika memasak diderita oleh balita pada rumah
sebesar 77%, sedangkan faktor risiko tangga yang menggunakan bahan
kejadian ISPA terendah adalah tidak bakar dengan emisi asap yang
ada ventilasi di dapur sebesar 13%. banyak (kayu api dan minyak
tanah) dibandingkan rumah yang
Pembahasan menggunakan bahan bakar yang
Penggunaan bahan bakar untuk sedikit asapnya (LPG). Hal ini
memasak di rumah tangga sangat dikarenakan asap merupakan
berpengaruh terhadap faktor risiko salah satu agen atau penyebab
kejadian ISPA yang dimana bahan terjadinya ISPA pada balita.
bakarnya banyak mengeluarkan asap 2. Jumlah Bahan Bakar
dan konstruksi rumah yang tidak Jumlah bahan bakar yang
memiliki ventilasi di dapur yang digunakan dalam rumah tangga
menyebabkan asap lama tinggal di akan mempengaruhi jumlah polusi
dapur maupun perilaku ibu membawa udara dalam rumah tersebut. Gas
anak ke dapur sehingga anak yang dan asap dari penggunaan bahan
berada bersama ibu di dapur anak bakar di rumah merupakan
tersebut sering terpapar asap yang sumber utama polusi di udara.
juga mengakibatkan gangguan Sumber polusi ini bisa dihasilkan
pernapasan pada balita. dari kegiatan-kegiatan dalam
1. Jenis Bahan Bakar ruangan seperti memasak (Sukar,
Pencemaran udara dalam 1996).
rumah yang berasal dari aktivitas Semakin banyak jumlah
penghuninya, pengguna bahan polutan dalam rumah tangga akan
bakar biomassa untuk memasak meningkatkan risiko kejadian ISPA
(Sukar, 1996). Dari hasil penelitian pada balita dalam rumah tersebut.
menunjukan rumah tangga hal ini terlihat dari jumlah
penderita ISPA di Kelurahan penderita ISPA yang lebih banyak
Sikumana pada umumnya yang diderita oleh balita pada rumah
menggunakan bahan bakar tangga yang lebih banyak
minyak tanah dan kayu api penggunaan bahan bakarnya.
dimana kedua bahan bakar Semakin banyak bahan bakar
tersebut mudah di untuk dapat. yang digunakan, maka semakin
Kedua jenis bahan bakar tersebut tinggi pula jumlah polutan dalm

*) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan – Poltekkes Kemenkes Kupang


Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN 354
BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI
KELURAHAN SIKUMANA

rumah yang akan mengganggu penggunaan bahan bakar dalam


sistem pernapasan balita. Asap rumah akan lebih tinggi. Tingginya
hasil pembakaran bahan bakar polusi dalam rumah dengan
untuk memasak dengan sendirinya menyebabkan balita
konsentrasi tinggi dapat merusak dalam rumah tersebut rentan
mekanisme pertahan paru terhadap kejadian ISPA.
sehingga akan memudahkan
timbulnya ISPA. (Depkes 2002). Kesimpulan dan Saran
3. Faktor Risiko Kejadian ISPA Hasil penelitian menyimpulkan
Kejadian ISPA erat kaitanya bahwa Jenis bahan bakar yang paling
dengan faktor resiko yaitu kondisi banyak digunakan pada rumah
lingkungan rumah dan perilaku. penderita ISPA di kelurahan Sikumana
Yang dimaksud dengan kondisi adalah kayu api dan minyak tanah.
rumah adalah letak dapur dengan Sedangkan rata-rata jumlah
ruang keluarga dekat, terdapat penggunaan bahan bakar adalah
asap di dalam rumah saat minyak tanah 5 liter/minggu dan kayu
memasak, ruang dapur dengan api 10 ikat/minggu. Untuk faktor risiko
ruang makan di gabung dan tidak kejadian ISPA tertinggi adalah jarak
ada lubang ventilasi di dapur. dapur dengan ruang keluarga didikuti
Sedangkan faktor perilaku adalah oleh perilaku ibu membawa anak ke
kebiasaan ibu membawa anak ke dapur dan terdapat asap dalam
dapur saat memasak. rumah ketika memasak sebesar.
Faktor-faktor risiko tersebut Kepada masyarakat disarankan
erat kaitannya dengan untuk mengurangi penggunaan bahan
penggunaan bahan bakar dalam bakar yang banyak mengeluarkan
rumah tangga penderita ISPA. asap, menjauhkan dapur dari ruang
Contohnya kebiasaan ibu keluarga dan tidak membawa anak ke
membawa anak ke dapur, akan dapur ketika memasak dan membuat
meningkatkan risiko kejadian ISPA ventilasi rumah yang memenuhi
pada balita tersebut sebagai syarat.
akibat dari seringnya balita
terpapar polutan dari hasil DAFTAR RUSTAKA
pembakaran didapur. Demikian Anonim, 2011,polusi udara dalam
juga dengan kondisi rumah yang ruangan lebih bahaya dari luar
ruangan, dibaca tanggal 7
dapurnya dekat dengan ruang
april 2013,
keluarga, ruang makan dan dapur ww.tanyadok.com/kesehatan/
digabung serta tidak adanya polusi-udara-dalam-ruangan-
ventilasi akan meningkatkan risiko lebih-bahaya-dari-luar-ruanga.
kejadian ISPA pada balita di Depkes RI, 1993, pedoman
rumah tangga tersebut. Pada pemberantasan penyakit
rumah-rumah dengan kodisi infeksi saluran pernapasan
tersebut, tingkat polusi akibat
355 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11 NOMOR 1 JUNI 2013

akut. Dirjen PPM dan PLP : Kartasasmita, 1995. Morbiditas dan


Jakarta Faktor Resiko Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada
Depkes RI, 1995. Pedoman Program Balita di Cikutra Suatu Daerah
Pemberantasan Penyakit Urban di Kotamadya Bandung.
Infeksi Saluran
Pernafasan Akut untuk Lubis, 1985. Perumahan Sehat, Proyek
Penanggulangan Pneumonia Pengembangan Pendidikan
pada Balita dalam Pelita VI, Tenaga Sanitasi Pusat, Depkes
Dirjen PPM dan PLP, Jakarta. RI, Jakarta

Depkes RI, 1998, bimbingan Misnadiarly, 2008, penyakit infeksi


ketrampilan dalam pedoman saluran napas pneumonia
tatalaksana pneumonia balita pada anak balita, orang
penatalaksanaan infeksi dewasa, usia lanjut. Jakarta
saluran pernapasan akut pada
anak. Dirjen PPM dan PLP : Notoatmodjo, soekidjo, 1993,
propinsi nusa tenggara timur metodologi penelitian, rineka
cipta, jakarta
Depkes RI, 1989, persyaratan
perumahan dan pemukiman. Puskesmas sikumana, 2013, laporan
Dirjen PPM dan PLP : Jakarta tahunan puskesmas sikumana

Depkes RI, 2002, pedoman Sarimawar, 1999. Pravalensi


pemberantasan penyakit Pneumonia dan Demam Pada
infeksi saluran pernapasan Bayi dan Anak Balita, Buletin
akut untuk penanggulangan Penelitian Kesehatan.
pneumonia pada balita. Dirjen Wahyuningsih, 1999. Rumah dan
PPM dan PLP : Jakarta Pemukiman. FKM, UNDIP.
Depkes RI, 2002. Pedoman Yuliastuti, dkk, 1992. Gambaran
Pemberantasan Penyakit ISPA Selintas Pasien ISPA di
untuk Penanggulangan Poliklinik UPA RSUP Dr.
Pneumonia pada Balita, Sardjito Yogyakarta, Berita
Jakarta. Kedokteran Masyarakat.
Entjang, I. 2000. Ilmu kesehatan
masyarakat. PT. Citra Aditya
Bakti : Bandung

*) Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan – Poltekkes Kemenkes Kupang

Anda mungkin juga menyukai

  • 2 PL2
    2 PL2
    Dokumen7 halaman
    2 PL2
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Laporan Fix
    Laporan Fix
    Dokumen58 halaman
    Laporan Fix
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Surat Keterangan Puskesmas
    Surat Keterangan Puskesmas
    Dokumen1 halaman
    Surat Keterangan Puskesmas
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • SMK3 Ini
    SMK3 Ini
    Dokumen90 halaman
    SMK3 Ini
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    100% (1)
  • Rancangan 1
    Rancangan 1
    Dokumen5 halaman
    Rancangan 1
    Septriyani Kaswindiarti
    Belum ada peringkat
  • Full
    Full
    Dokumen42 halaman
    Full
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • Rancangan
    Rancangan
    Dokumen106 halaman
    Rancangan
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat
  • 9 Bab VI Alternatif Pemecahan Masalah
    9 Bab VI Alternatif Pemecahan Masalah
    Dokumen4 halaman
    9 Bab VI Alternatif Pemecahan Masalah
    Karine Aegy Rezky Septiningtyas
    Belum ada peringkat