Anda di halaman 1dari 15

Asuhan Keperawatan Pada Pasien AMI (Acute Myocardial Infarction)

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
karena sumbatan pada arteri koroner (Hudak & Galo; 1997). Sumbatan akut
terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner
sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung. Aterosklerotik
adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak
yang disebut Plak ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri
sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri
bagian distal (Hudak & Gallo ; 1997).
Menurut Brunner & Sudarth, 2002 infark miokardium mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang.
Sedangkan pengertian menurut Suyono, 1999 infark miokard akut
atau sering juga disebut akut miokard infark adalah nekrosis miokard akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu.

2. Penyebab
Menurut Kasuari, 2002 ada beberapa etiologi / penyebab terjadinya infark
miokard akut yaitu :
1) Faktor penyebab
a) Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan oleh tiga
faktor:
i) Faktor pembuluh darah :
· Aterosklerosis, Spasme, Arteritis
ii) Faktor sirkulasi:
· Hipotensi, Stenosis aorta, Insufisiensi
iii) Faktor darah:
· Anemia, Hipoksemia, Polisitemia

b) Curah jantung yang meningkat:


· Aktivitas yang berlebihan, Makan terlalu banya, Emosi,Hipertiroidisme

c) Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada:


· Kerusakan miokard, Hipertropimiokard, Hipertensi diastolik

2) Faktor predisposisi
a) Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah:
· Umur lebih dari 40 tahun
· Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
· Hereditas
· Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi
b) Faktor resiko yang dapat dirubah:
i) Mayor:
· Hipertensi, Hiperlipidemia, Obesitas, Diabetes, Merokok, Diet:
tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
ii) Minor:
· Kepribadian tipe A (agresif, ambisius, emosional, kompetitif)
· Stress psikologis berlebihan
· Inaktifitas fisik

Faktor Resiko Terjadinya AMI (menurut Framingharm’s)


1. Hiperkolesterolemia > 275 mg/dl
2. merokok sigaret > 20 batang/hari
3. kegemukan >120% dari berat badan ideal
4. hipertensi >160/90 mmHg

3. Tanda dan gejala

Pada infark miokard dikenal TRIAS adalah :


1. Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus-menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptord.
Skor nyeri menurut White :
0 = tidak mengalami nyeri
1 = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
2 = nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya
aktifitas, misalnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk
kepala dan lainnya.

2. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

Enzim Meningkat Puncak Kembali normal


CK 3-8 jam 10-30 jam 2-3 hari
CK-MB 3-6 jam 10-24 jam 2-3 hari
CK-MB2 1-6 jam 4-8 jam 12-48 jam
LDH 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari
LDH1 14-24 jam 48-72 jam 7-14 hari

3. EKG
a. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
- Elevasi yang curam dari segmen ST
- Gelombang T yang tinggi dan lebar
- VAT memanjang
- Gelombang Q tampak
b. Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
- Gelombang Q patologis
- Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
- Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c. Fase resolusi (beberapa minggu /bulan kemudian)
- Gelombang Q patologis tetap ada
- Segmen ST mengkin sudah kembali iseolektris
- Gelombang T mungkin sudah menjadi normal

4. Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung. Akan ditemukan gelombang T
inverted, ST depresi, Q patologis.
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3.Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
4.Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi.

6. Penatalaksanaan
1. Rawat ICCU
2. Tirah baring, posisi semi fowler.
3. Monitor EKG
4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun

Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
· Kelemahan
· Kelelahan
· Tidak dapat tidur
· Pola hidup menetap
· Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
· Takikardi
· Dispnea pada istirahat atau aktifitas.

2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
· Tekanan darah : Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
· Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
· Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.

3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.

4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5. Makanan atau cairan


Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan

6. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istirahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan

8. Nyeri atau ketidaknyamanan


Gejala :
· Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
· Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher.
· Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
· Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.

9. Pernafasan:
Gejala :
· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
· dispnea nokturnal
· batuk dengan atau tanpa produksi sputum
· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
· peningkatan frekuensi pernafasan
· nafas sesak / kuat
· pucat, sianosis
· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interaksi sosial


Gejala :
· Stress
· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan
di RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri

b. Diagnosa Keperawatan & Intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri ditandai dengan :
· nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
· wajah meringis
· gelisah
· delirium
· perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
· Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
· ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
· tidak gelisah
· nadi 60-100 x / menit,
· TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
 Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada.
 Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan
istirahat.
 Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, perilaku
distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
 Pertahankan oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
 Monitor tanda-tanda vital ( nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-
faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS.
Kriteria Hasil :
· Tidak ada edema
· Tidak ada disritmia
· Haluaran urin normal
· TTV dalam batas normal
Intervensi :
· Pertahankan tirah baring selama fase akut
· Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
· Monitor haluaran urin
· Kaji dan pantau TTV tiap jam
· Kaji dan pantau EKG tiap hari
· Berikan oksigen sesuai kebutuhan
· Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
· Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
· Berikan makanan sesuai diitnya
· Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
ditandai dengan :
· Daerah perifer dingin
· EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
· RR lebih dari 24 x/ menit
· Kapiler refill lebih dari 3 detik
· Nyeri dada
· Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru (
tidak selalu )
· HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80 AGD dengan : pa O2 < 80
mmHg, pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
· Nadi lebih dari 100 x/ menit
· Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan
tindakan perawatan di RS.
Kriteria Hasil:
· Daerah perifer hangat
· Tidak sianosis
· Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
· RR 16-24 x/ menit
· Tidak terdapat clubbing finger
· Kapiler refill 3-5 detik
· Nadi 60-100x / menit
· TD 120/80 mmHg
Intervensi :
· Monitor Frekuensi dan irama jantung
· Observasi perubahan status mental
· Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
· Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
· Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi
· Pantau pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium misal EKG, elektrolit ,
GDA (Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan pemberian oksigen
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan
tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan
tindakan keperawatan di RS
Kriteria Hasil :
· Tekanan darah dalam batas normal
· Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
· Paru bersih
· Berat badan ideal ( BB ideal TB -100 – 10 %)
Intervensi :
· Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
· Observasi adanya oedema dependen
· Timbang BB tiap hari
· Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler
· Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler
( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi
berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
· Dispnea berat
· Gelisah
· Sianosis
· Perubahan GDA
· Hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (Pa O2 < 80 mmHg, Pa
CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama di RS.
Kriteria hasil :
· Tidak sesak nafas
· Tidak gelisah
· GDA dalam batas Normal ( Pa O2 < 80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
· Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan
· Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas
dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
· Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas
misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
· Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
· Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama
kerja atau tanda vital berubah.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan
miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah
dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
· Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
· Frekuensi jantung 60-100 x/ menit
· TD 120-80 mmHg
Intervensi :
· Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah
aktifitas
· Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
· Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak
berat.
· Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun
dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah
mkan.
· Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.
7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
Tujuan :
Cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
di RS
Kriteria Hasil :
 Klien tampak rileks
 Klien dapat beristirahat
 TTV dalam batas normal
Intervensi :
· Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
· Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
· Ajarkan tehnik relaksasi
· Minimalkan rangsang yang membuat stress
· Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
· Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan
suasana tenang
· Berikan support mental
· Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang
akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan
pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi
yang dapat dicegah.
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi
pendidikan kesehatan selama di RS
Kriteria Hasil :
· Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana
pengobatan, tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
· Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi :
· Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi, contoh buku,
program audio/ visual, tanya jawab dll.
· Beri penjelasan faktor resiko, diet ( rendah lemak dan rendah garam )
dan aktifitas yang berlebihan,
· Peringatan untuk menghindari aktifitas manuver valsava
· Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan,
kerja, rekreasi aktifitas seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000

Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih
Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC;
1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)

Heni Rokhaeni, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Edisi Pertama Jakarta, Bidang
Diklat Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita; 2002

Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan


Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002

Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume
2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli
diterbitkan tahun 1989)

Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001

Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun
1992)

Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)

Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998

Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN AKUT MIOCARD INFARK

DI ICU RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. I
Umur : 90 Tahun
No CM : 384606
Alamat : Suyudan Kiringan Boyolali

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Dada terasa nyeri

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Mulai tadi pagi (9/11/2011) pasien merasakan dadanya nyeri dan sesak
napas, nyeri pada ulu hati. Pukul 05.00 pasien dibawa ke RSPA oleh
keluarganya. Di UGD pasien dilakukan pemeriksaan awal (TTV, Laborat)
kemudian pukul 05.45 pasien dikonsulkan ke dr.Sp.PD advisnya rawat
ICU.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mempunyai riwayat Hipertensi

d. Pengkajian Primer
A : Bersih, tidak ada sumbatan/penumpukan sekret
B : RR : 24 x/menit, tidak terdengar wheezing/ronchi, napas spontan
support O2 3 liter/menit
C : TD 180/100 mmHg, N : 76 x/mnt, akral hangat, tidak ada edema

e. Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas
Pasien merasa lemes, bila terlalu banyak bergerak merasa sesak
napas (cepat letih).
b. Sistem GI
Pasien merasa nyeri pada ulu hati, tidak muntah, peristaltik baik

c. Ketidaknyamanan (nyeri)
Pasien merasakan dadanya nyeri, nyeri ulu hati (epigastrium), skala 6
; nyeri dirasakan saat aktifitas/istirahat, nyeri seperti tertekan pada
dada dan nyeri pada ulu hati, nyeri dirasakan terus menerus (pasien
masih bisa menahan/toleran). ekspresi wajah tampak menahan nyeri

d. Sistem Pernapasan
Pasien merasakan sesak napas bila banyak bergerak, RR 24 x/menit,
f. Data Penunjang

@ Laboratorium tgl 9/11/2011


Hb : 12.2 g/dl
Leukosit : 12.100 /ul
LED : 13 /mm
Hitung Jenis Sel
- Segmen : 83 %
- Limfosit : 14 %
- Monosit :3%
Hmt : 38 %
Trombosit : 324 10^3/ul
SGOT : 82 U/l
SGPT : 36 U/l
Ureum : 41 mg/dl
Creatinin : 1.60 mg/dl
CK-Nac : 383 U/l
CK-MB : 36 U/l

@ Hasil bacaan ECG : ST Depresion

g. Terapi

Clogin 1xIV  1x1


ISDN 3x1
Ranitidin 2x1
Laxadin Syr 1xCI
Captopril 2x6.25 mg
Diazepam 2 mg 3x1
Injeksi Antrain (k/p)
Infus D 5% 60 cc/jam (infus pump)

h. Analisa Data
Symptom Problem Etiologi
S : Pasien menyatakan Nyeri Iskemia miokardial
dadanya nyeri, skala 6
O : ekspresi wajah
tampak menahan nyeri,
RR : 24 x/mnt
Resiko penurunan Perubahan/disfungsi
curah jantung konduksi listrik
S : pasien menyatakan Intoleransi aktifitas Keletihan karena
lemes, bila banyak insufisiensi oksigen
bergerak merasa sesak akibat iskemik
dan cepat letih jantung
O : pasien lebih banyak
istirahat dengan posisi
supinasi dengan kepala
agak tinggi; 30o
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardial yang ditandai dengan pasien
menyatakan dadanya nyeri, skala 6, ekspresi wajah menahan nyeri
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan/disfungsi
konduksi listrik
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan karena insufisiensi
oksigen akibat iskemik jantung yang ditandai dengan pasien menyatakan
lemes, bila banyak bergerak merasa sesak dan cepat letih, pasien lebih
banyak istirahat dengan posisi supinasi dengan kepala tinggi; 30o

C. INTERVENSI

Dx. Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri Tujuan :  Observasi karakteristik, lokasi, waktu,
Nyeri berkurang setelah dan perjalanan rasa nyeri dada.
dilakukan tindakan  Anjurkan pada klien menghentikan
keperawatan selama aktifitas selama ada serangan dan
minimal 24 jam dan hilang istirahat.
setelah 5 hari perawatan  Bantu klien melakukan tehnik
di Ruang intensif relaksasi, misalnya nafas dalam,
Kriteria Hasil: perilaku distraksi.
· Nyeri dada berkurang  Pertahankan oksigenasi dengan
sampai hilang bikanul ( 2-4 L/ menit )
Skala nyeri menurun 2-3  Monitor tanda-tanda vital ( nadi &
· ekpresi wajah rileks / tekanan darah ) tiap dua jam.
tenang, tidak tegang  Laksanakan program pemberian
· TTV dalam batas normal terapi analgetik.

Tujuan : · Pertahankan tirah baring selama fase


Resiko Curah jantung membaik / akut
penurunan stabil setelah dilakukan · Kaji dan laporkan adanya tanda –
curah tindakan keperawatan 5 x tanda penurunan COP, TD
jantung 24 jam. · Monitor haluaran urin
Kriteria Hasil : · Kaji dan pantau TTV tiap 2 jam
· Tidak ada edema · Kaji dan pantau EKG tiap hari
· Tidak ada disritmia · Berikan oksigen sesuai kebutuhan
· Haluaran urin normal · Pertahankan cairan parenteral dan
· TTV dalam batas normal obat-obatan sesuai advis
· Berikan makanan sesuai diitnya
· Hindari valsava manuver, mengejan (
gunakan laxan )
Intoleransi Tujuan : · Catat frekuensi jantung, irama, dan
aktifitas Terjadi peningkatan toleransi perubahan TD selama dan sesudah
pada klien setelah aktifitas
dilaksanakan tindakan · Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
keperawatan 5 x 24 jam · Jelaskan pola peningkatan bertahap
Kriteria Hasil : dari tingkat aktifitas, contoh bangun
· Klien berpartisipasi dalam dari posisi tidur bila tidak ada nyeri,
aktifitas sesuai kemampuan ambulasi dan istirahat selama 1 jam
klien setelah makan.
· TTV dalam batas normal · Kaji ulang tanda gangguan yang
menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas atau memerlukan pelaporan
pada dokter.
D. IMPLEMENTASI
Tgl Implementasi Respon

9/11  mempertahankan oksigenasi Pasien napas spontan


dengan bikanul 3 L/menit dengan support oksigen
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi 3 l/menit
& tekanan darah ) tiap dua jam.
 Melaksanakan program pemberian TD 123/70 mmHg, N : 88
terapi oral x/mnt
 Memasang kateter
 Menjelaskan ; untuk sementara Obat oral masuk
pasien harus tirah baring

10/11  Melaksanakan pemeriksaan EKG Pasien napas spontan


 mempertahankan oksigenasi dengan support oksigen
dengan bikanul 2 L/menit 2 l/menit
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi
& tekanan darah ) tiap dua jam. TD 137/75 mmHg, N : 78
 Melaksanakan program pemberian x/mnt
terapi oral

11/11  Melaksanakan pemeriksaan EKG Pasien napas spontan


 mempertahankan oksigenasi dengan support oksigen
dengan bikanul 2 L/menit 2 l/menit
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi
& tekanan darah ) tiap dua jam. TD 124/72 mmHg, N : 68
 Melaksanakan program pemberian x/mnt
terapi oral

12/11  Melaksanakan pemeriksaan EKG Pasien napas spontan


 mempertahankan oksigenasi dengan support oksigen
dengan bikanul 2 L/menit 2 l/menit
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi
& tekanan darah ) tiap dua jam. TD 117/70 mmHg, N : 72
 Melaksanakan program pemberian x/mnt
terapi oral
 Menjelaskan pada pasien untuk Pasien mampu duduk
latihan mobilisasi duduk tidak disertai sesak

13/11  Melaksanakan pemeriksaan EKG Pasien napas spontan


 mempertahankan oksigenasi dengan support oksigen
dengan bikanul 2 L/menit 2 l/menit
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi
& tekanan darah ) tiap dua jam. TD 121/71 mmHg, N : 81
 Melaksanakan program pemberian x/mnt
terapi oral
 Melaksanakan pemberian terapi Pasien bisa BAB
dulcolac supp

14/11  Melaksanakan pemeriksaan EKG Pasien napas spontan


 mempertahankan oksigenasi dengan support oksigen
dengan bikanul 2 L/menit 2 l/menit
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi
& tekanan darah ) tiap dua jam. TD 119/77 mmHg, N : 80
 Melaksanakan program pemberian x/mnt
terapi oral
 Melaksanakan pemberian terapi Pasien bisa BAB
dulcolac supp
15/11  Melaksanakan pemeriksaan EKG Pasien napas spontan
 memonitor tanda-tanda vital ( nadi tanpa support oksigen
& tekanan darah ) tiap dua jam. RR 20 x/mnt
 Melaksanakan program pemberian TD 126/71 mmHg, N : 74
terapi oral x/mnt
 Menjelaskan pada pasien dan Pasien sudah beraktifitas
keluarga bahwa pasien sudah bisa duduk tanpa disertai
dipindah ke bangsal sesak

E. EVALUASI
Tanggal Dx Evaluasi
15/11 1 S : Pasien menyatakan tidak nyeri dada
O : Ekspresi wajah rileks, skala 1, pasien tidak sesak, napas
spotan tanpa suport oksigen bikanul, advis pasien bisa
dipindahkan ke bangsal
A : Masalah nyeri teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
2
S:-
O : tidak ada edema, tidak ada disritmia, TD 126/71 mmHg, N
74 x/mnt, akral hangat
A : Penurunan curah jantung tidak terjadi
P : Pertahankan kondisi pasien, lanjutkan intervensi ; monitor
TTV dan EKG setiap hari

3 S : pasien menyatakan lemesnya berkurang, kuat untuk duduk


lama
O : pasien sudah mampu beraktifitas duduk tanpa disertai
sesak
A : Masalah intoleransi aktifitas pasien teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien, lanjutkan intervensi; Kaji ulang
tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter

Anda mungkin juga menyukai