Pembimbing:
Disusun oleh:
Elsha Saskia
PERIODE 2019
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. F
Agama : Islam
Caregiver : Ibu
IDENTITAS IBU
Usia : 38 thn
Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Agama : Islam
Sebagai :caregiver
IDENTITAS AYAH
Usia : 38 thn
Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Agama : Islam
Keluhan Utama :
Pucat
Ibu Pasien juga mengeluhkan anaknya menjadi kurang aktif dan terlihat lemas 2 minggu
SMRS. Keluhan dirasakan pasien bersamaan dengan keluhan pucat. Ibu pasien mengatakan
tidak ada keluhan nyeri perut, kulit yang menjadi lebih gelap dan perut membesar.Ibu pasien
menyangkal anaknya sering merasa berdebar-debar, pusing, makan makann yang seharusnya
tidak dimakan, perubahan dari bentuk kuku. Menyangkal terdapat penurunan nafsu makan,
mual dan muntah, penurunan berat badan yang drastis.
Ibu juga menyangkal pada putra nya mengalami gangguan pertumbuhan.Pasien tidak
mengeluhkan adanya demam. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat trauma sebelum keluhan
terjadi, juga menyangkal adanya riwayat perdarahan pada pasien seperti muntah darah dan
buang air besar berwarna hitam.
Ibu juga pasien menyangkal anaknya sering bermain di luar rumah seperti di tanah.Di
lingkungan pasien (Ibu) pernah mengalami hal serupa, yaitu pucat yang di awali pada bagian
wajah lalu ke tangan dan kaki, mudah lelah dan lemas, sehingga tidak bisa melakukan aktifitas
apapun, pada saat mengandung ke 3 anaknya ibu pasien selalu di berikan obat penambah darah
dan keluhan bisa teratasi, untuk riwayat transfusi darah ibu pasien menyangkal.
Keluhan yang sama pernah di alami pasien “beberapa kali” dalam 7 bulan terakhir.
Ibu mengatakan anaknya terlihat pucat terlihat pucat, lalu di bawa ke RS Betha Medika di
lakukan pengecekan darah dan Hbnya 5.2 g/dL dokter pada RS Betha mengatakan bahwa
pasien memiliki anemia lalu di berikan transfusi darah dan membaik
Bulan Juli
Ibu pasien mengatakan anaknya kembali pucat dan lemas, lalu di bawa ke RS Sekarwangi
di lakukan pengecekan darah Hbnya
6.1 lalu di berikan transfusi darah dan keluhan pucat tidak ada
Bulan september
Ibu pasien kembali membawa anaknya ke RS Sekarwangi dengan keluhan pucat di lakukan
pengecekan darah lalu Hbnya rendah dan di lakukan tranfusi
Bulan November
Ibu Pasien datang kembali ke RS Sekarwangi untuk kontrol anaknya dan anaknya terlihat pucat
kembali Pengecekan darah, hasilnya menunjukan Hbnya rendah di lakukan transfusi
kembali dan keluhan pucat tidak ada, kemudian pasien di rujuk dari RS Sekarwangi ke RSUD
SYAMSUDIN
Bulan Desember
Pasien di antar ibunya ke Poli klinik RSUD SYAMSUDIN SH dan di lakukan pemeriksaan
darah dan di diagnosa Thalasemia lalu pasien di anjurkan untuk kontrol rutin di poli anak
untuk pemeriksaan Hb dan transfusi darah (di rawat satu hari setiap kali transfusi)
ibu pasien rutin kontrol ke POLIKLINIK ANAK RSUD SYAMSUDIN SH, kontrol rutin di
lakukan setiap 2 minggu sekali sampai saat ini.
Sampai saat ini pasien sudah di transfusi sebanyak 8 kali menurut pengakuan ibunya
Riwayat trauma
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu
• Pada saat hamil ke 3 anaknya ibu pasien sering mengalami keluhan lemas, letih, dan
pucat
• Kontrol ke bidan, hanya di beri obat penambah darah dan keluhan membaik
darah.
• Riwayat serupa disangkal oleh kedua kakak pasien dan ayah pasien
Riwayat Kehamilan
Imunisasi TT : 1x
Obat-obatan selama kehamilan : zat besi, asam folat dan obat penambah darah
Riwayat Kelahiran
• Keadaan bayi
– BBL : 3200 gram
– PBL : 50 cm
– Saat lahir, bayi segera menangis kuat, kuning (+), biru (-), kejang (-)
Family Tree
Riwayat Imunisasi
Riwayat Keluarga
Di berikan ASI
Durasi ± 10 menit
• WFA : 0-(-2)
• LFA : 0-(-2)
• WFL : 0-(-1)
PEMERIKSAAN
Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital :
SpO2 : 98%
Mata : air mata (+/+), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), pupil
isokor 3/3mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Mulut : bibir tidak kering, mukosa oral basah, mukosa bibir pucat (+) palatum intak,
coated tounge (-)
Paru
Jantung
Abdomen
– Ekstremitas : Ekstremitas lengkap, akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-),
sianosis (-)
– Kaku kuduk –
– Brudzinski I –
– Brudzinski II -/-
– ØN.I:tidak dilakukan
ØN. II : pupil isokor 3mm/3mm ØN. III , IV, VI : sulit dinilai
ØN. V : refleks kornea (+/+)
ØN. VII : wajah dan gerakan wajah tampak simetris
ØN. VIII : sulit dinilai
ØN. IX , X : refleks menelan baik
ØN. XI : tidak dapat dinilai
ØN.XII: deviasi lidah (-), atrofi lidah (-)
• Motorik
• Sensorik
• Otonom
• Refleks primitif
• Rooting +
• Sucking +
• Glabellar +
• Palmar +
• Moro +
• Plantar +
AKUMULATIF LAB
RESUME
Bayi laki laki berusia 11 bulan datang ke Poliklinik Anak RSUD SYAMSUDIN SH dibawa
oleh ibunya dengan keluhan pucat yang terjadi sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Pucat terlihat terus menerus, tidak membaik setelah istirahat dan menetap. Pucat ini
awalnya terlihat dari wajah pasien yang terlihat lebih putih dibandingkan biasanya, kemudian
diikuti dengan kulit tangan dan kaki, dan ujung ujung jari.
Ibu Pasien juga mengeluhkan anaknya menjadi kurang aktif dan terlihat lemas 2
minggu SMRS. Keluhan dirasakan pasien bersamaan dengan keluhan pucat. Ibu pasien
mengatakan tidak ada keluhan nyeri perut, kulit yang menjadi lebih gelap dan perut membesar.
Ibu pasien menyangkal anaknya sering merasa berdebar-debar, pusing, makan makanan yang
seharusnya tidak dimakan, perubahan dari bentuk kuku. Menyangkal terdapat penurunan nafsu
makan, mual dan muntah, penurunan berat badan yang drastis.
Di lingkungan pasien (Ibu) pernah mengalami hal serupa, yaitu pucat yang di awali
pada bagian wajah lalu ke tangan dan kaki, mudah lelah dan lemas, sehingga tidak bisa
melakukan aktifitas apapun, pada saat mengandung ke 3 anaknya ibu pasien selalu di berikan
obat penambah darah dan keluhan bisa teratasi, untuk riwayat transfusi darah ibu pasien
menyangkal
Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital dalam batas normal, konjungtiva anemis (+/+),
mukosa bibir pucat (+)
Pada pemeriksaan lab terdapat penurunan kadar Hb, Ht, Eritrosit, MCV,dan MCH
DIAGNOSIS
Thalasemia Mayor
DIAGNOSIS BANDING
Thalasemia Mayor
PEMERIKSAAN
Total bilirubin
SGOT / SGPT
- Coombs test
TATALAKSANA
Furosemid : 1x 4mg
PROGNOSIS
ANALISIS KASUS
TINJAUAN PUSTAKA
THALASEMIA
EPIDEMIOLOGI
• Penyebaran thalassemia :
THALASEMIA DI INDONESIA
PENURUNAN GEN THALASEMIA
RANTAI HEMOGLOBIN
Patofisiologi - thalasemia β
Patofisiologi- thalassemia A
α-Thalassemia
• Gen rantai α-globin diduplikasi pada kromosom 16 dengan masing-masing sel diploid
mengandung 4 gen α-globin
Delesi gen Genotipe Gambaran Ekspresi Analisis Hemoglobin
2 (α- --/αα atau Mikrositosis, Normal, anemia ringan Lahir: Bart 5-10%
thalassemia hipokrom ringan
trait) -α/-α
α-Thalassemia Syndrome
– Biasanya diagnosis setelah kelahiran anak dengan delesi 2 gen atau HbH. Saat
lahir
– Ras Afrika-Amerika
α-Thalassemia trait
α-Thalassemia Syndrome
• HbH
– Delesi 2 gen alel + mutasi non-delesi lebih berat
contoh: HbH Constant Spring (--/ααCS)
– Diagnosa HbH
α-Thalassemia Syndrome
• Hydrops fetalis
β-Thalassemia
β-Thalassemia Syndrome
– Eritropoiesis inefektif
– Gejala klasik:
• hepatosplenomegali
• cachexia
β-Thalassemia Syndrome
– Tidak transfusi
• β-Thalassemia Intermedia
– Tidak perlu transfusi kronis saat bayi kemudian sesekali perlu transfusi
• β-Thalassemia trait
– Elektroforesis Hb
Diagnosis B-Thalasemia
• Serum besi dan saturasi transferrin normal atau meningkat (meningkat terutama
pada anak yang telah berulang kali mendapatkan transfusi).
• Serum ferritin paling sering digunakan untuk diagnosa kelebihan zat besi.
Diagnosis β-Thalassemia
• Radiologis
– penipisan korteks dan trabekulasi dan fraktur pada tulang panjang, metacarpal,
dan metatarsal.
Terapi
Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut
setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan kecuali
memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera dihentikan apabila nilai
Hb yang potensial pada penderita tersebut telah tercapai. Diperlukan konseling pada
semua penderita dengan kelainan genetik, khususnya mereka yang memiliki anggota
keluarga yang berisiko untuk terkena penyakit thalassemia berat.
Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi
darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi darah harus
dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan setelah periode
pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat mempertahankan nilai Hb dalam
batas normal tanpa transfusi.
- Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9 -
9.5 gr/dL sepanjang waktu. Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler,
maka dibutuhkan suatu studi lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan
tersebut meliputi fenotip sel darah merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan
pemeriksaan hepatitis. Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit, 10-15
mL/kg PRC dengan kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan
regimen yang adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.
Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi
untuk mencegah demam dan reaksi alergi.
- Terapi Bedah
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada
pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi
nontoksik (yaitu fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan sel darah
merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu dipertimbangkan sebelum
memutuskan melakukan splenektomi.. Limpa berfungsi sebagai penyimpanan untuk
besi nontoksik, sehingga melindungi seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan
limpa yang terlalu dini dapat membahayakan. Sebaliknya, splenektomi dibenarkan
apabila limpa menjadi hiperaktif menyebabkan penghancuran sel darah merah yang
berlebihan dan dengan demikian meningkatkan kebutuhan transfusi darah,
menghasilkan lebih banyak akumulasi besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih dari 200-
250 mL/kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL karena dapat
menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
Splenektomi
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur sekarang
dilakukan dengan laparoskopi. Biasanya, prosedur ditunda bila memungkinkan sampai
anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik harus selalu
diberikan untuk setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah
Aspirin setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000
/ μL pasca splenektomi.
- Diet
Pasien dianjurkan menjalani diet normal dengan suplemen sebagai berikut :
asam folat, asam askorbat dosis rendah dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi tidak
diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan teh diketahui
dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus.
Skrining
Dapat dilakukan skrining premarital dengan menggunakan pedigree. Atau bisa
juga dilakukan pemeriksaan terhadap setiap wanita hamil berdasar ras, melalui ukuran
eritrosit, kadar Hb A2 (meningkat pada thalassemia-β). Bila kadarnya normal, pasien
dikirim ke pusat yang bisa menganalisis rantai α.
Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis penderita thalassemia sangat bervariasi dari
ringan bahkan asimtomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
4. McCance Pathophysiology
6. harmening
7. Hay WW, Levin MJ. Hematologic Disorders. Current Diagnosis and Treatment in
Pediatrics. 18th Edition. New York : Lange Medical Books/ McGraw Hill Publishing
Division ; 2007. Hal 841-845.
8. Haut, A., Wintrobe MM. The hemoglobinopathies and thalassemias. Forfar and Arneil’s
Textbook of Paediatrics. Edisi 7. Chruchill Livingstone. 2010. Hal 1621-1632.