Anda di halaman 1dari 2

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan keragaman flora danfauna. Namun akibat
kerusakan hutan dan penanggulangannya yang belumefektif sehingga ancaman terhadap flora dan
fauna semakin meningkat.Salah satu dari keragaman fauna yang terancam punah adalah
anoa(bubalus sp.). Anoa merupakan satwa endemic Pulau Sulawesi yangtercatat dalam Apendiks I
CITIES (The Convention on International Tradein Endangred Species of Wild Fauna and Flora).

Diperkirakan bahwa anoa sudah menghuni Pulau Sulawesi sejak zaman Tersier (60 juta tahun
lalu). Anoa yang telah melalui prosesadaptasi yang lama memiliki beberapa keunggulan seperti
kemampuanmemanfaatkan sumberdaya setempat, adaptasi iklim, dan ketahananterhadap penyakit,
yang tidak dimiliki oleh banyak jenis satwa lain.Dengan kelebihannya ini anoa memiliki potensi sebagai
stok plasmanutfah (bank genetik ).

Masyarakat sekitar hutan di Sulawesi masih terus melakukan perburuan liar terhadap
berbagai satwa endemik, termaksud anoa (Imran,2008). Hal ini sangatlah disayangkan. Terlebih lagi
anoa merupakan satwayang peka terhadap gangguan akibat aktivitas manusia. Hal ini membuat
populasi anoa kian tahun kian menurun.

1.2 Permasalahan

Dari tahun ke tahun jumlah populasi anoa semakin menurun. Grafik ini membuktikan bahwa
ancaman kepunahan anoa memang telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.

Terlebih ketidakpedulian warga sekitar habitat hewan ini menjadikendala. Karena kebanyakan
faktor-faktor yang menyebabkan anoa hampir punah justru disebabkan oleh ketidakpedulian
masyarakat. Maka dari itu perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat.

2. DESKRIPSI

Anoa (Bubalus sp.) adalah mamalia terbesar dan endemik yang hidup di daratan Pulau
Sulawesi dan Pulau Buton. Banyak yang menyebut anoa sebagai kerbau kerdil. Anoa merupakan
hewan yang tergolong fauna peralihan. Anoa merupakan mamalia tergolong dalam famili bovidae
yang tersebar hampir di seluruh pulau Sulawesi. Kawasan Wallacea yang terdiri atas pulau Sulawesi,
Maluku, Halmahera, Kepulauan Flores, dan pulaupulau kecil di Nusa Tenggara. Wilayah ini unik karena
banyak memiliki flora dan fauna yang endemik dan merupakan kawasan peralihan antara benua Asia
dan Australia. Salah satu kawasan yang memiliki flora dan fauna endemik Sulawesi antara lain
Kawasan Poso. Anoa (Bubalus sp.) merupakan salah satu satwa endemik yang dilindungi yang menjadi
ciri khas Pulau Sulawesi yang turut mendiami Kawasan Hutan Lindung Desa Sangginora Kabupaten
Poso. Anoa tergolong satwa liar yang langka dan dilindungi Undang-Undang di Indonesia sejak tahun
1931 dan dipertegas dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1999 .

Ada dua spesies anoa, yaitu: Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa dataran rendah
(Bubalus depressicornis). Kedua jenis ini tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Keduanya
juga termasuk jenis yang agresif dan sulit dijinakkan untuk dijadikan hewan ternak (domestikasi).
Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuh. Anoa dataran rendah relatif
lebih kecil, ekor lebih pendek dan lembut, serta memiliki tanduk melingkar. Sementara anoa
pegunungan lebih besar, ekor panjang, berkaki putih, dan memiliki tanduk kasar dengan penampang
segitiga.

3. POLA DISTRIBUSI

3.1 Pola distribusi masa lalu

Menurut Whitten et al. (1987) menyatakan hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir
abad ke-19 menunjukkan bahwa Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran yang
luas dari ujung Utara Sulawesi. Bahkan setengah abad yang lalu Bubalus depressicornis masih dijumpai
di dalam hutan Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu terjadi penurunan yang
sangat drastis, selain karena kerusakan habitat juga akibat perburuan liar.

3.2 Pola distribusi masa kini

Groves (1969); Kasim (1998); dan Whitten et al.(1987). melaporkan bahwa saat ini anoa, baik
anoa dataran rendah maupun anoa dataran tinggi sudah tidak memiliki habitat yang khas lagi. 18
Kadangkala anoa dataran rendah dapat ditemukan juga di dataran tinggi dan sebaliknya anoa dataran
tinggi juga sering dijumpai di daerah-daerah dataran rendah.

4. FAKTOR YANG MENENTUKAN PERUBAHAN POLA DISTRIBUSI

1. Perburuan liar
2. Perubahan lingkungan
3. Kebakaran hutan
4. Semakin berkurangnya habitat
5. Kurangnya kesadaran masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
 Imran. (2008). Populasi dan Karakteristik Habitat Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis, Smith) di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa Sulawesi Tenggara (Skripsi).
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Bogor: Fakultas Kehutanan, IPB.
 Whitten, A.J, F. Mustafa, & G.S Hendersen. 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
 Groves, C.P. 1969. Systematic of Anoa (Mammalia, Bovidae) Beaufortia 17 : 1-12.
 Kasim., K. 2002. Potensi Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) sebagai Alternatif
Satwa Budidaya dalam Mengatasi Kepunahannya. Tesis. Program pascasarjana, IPB. Bogor
(Tidak diterbitkan).

Anda mungkin juga menyukai