Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA………DENGAN ………
DIRUANG ……………………………….
…………………………………………………..

Disusun Oleh :

Nama :…………………………………………………

Nim :………………………………………………….

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2019

LAPORAN PENDAHULUAN
“MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR (BBL)”

KONSEP MEDIS
1.1 PENGERTIAN BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan37- 42
mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi
baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan
usia empat minggu (Wahyuni, 2012). Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai
umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti.Menurut psikologi, bayi adalah
periode perkembangan yang panjang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan.Asuhan
tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir
(BBL). Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi karena
proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (Bayi) maka penatalaksanaan
persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan
juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan asuhan yang segera, aman, dan
bersih untuk BBL merupakan bagian esensial asuhan BBL.
Bayi “cukup bulan” adalah bayi yang dilahirkan setelah usia kehamilan genap
mencapai 37 minggu dan sebelum usia kehamilan genap mencapai 41 minggu
(Williamson, 2014 : 3).

1.2 CIRI CIRI BAYI NORMAL


1. Berat badan 2500-4000 gram.
2. Panjang badan lahir 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38 cm.
4. Lingkar kepala 33-35 cm .
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit, kemudian
menurun sampai 120-140×/menit.
6. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian menurun
setelah tenang kira-kira 40×menit.
7. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup terbentuk
dan diliputi vernix caseosa,Kuku panjang .
8. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), Testis
sudah turun (pada laki-laki).
10. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
11. Refleksmoro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
12. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas telapak tangan,
bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
13. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan daerah
mulut Sudah terbentuk dengan baik.
14. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012)

Tabel 2.1 Tanda APGAR bayi baru lahir

Interpretasi:Nilai 1-3 asfiksia berat, Nilai 4-6 asfiksia sedang, Nilai 7-10 asfiksia
ringan.Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai
tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut:
1. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik (Vigrous baby)
2. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan
tindakan resusitasi
3. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

1.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Beberapa perubahan fisiologi
yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
1. Sistem Pernafasan
Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi
resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada umur kehamilan 34-36
minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
(Rahardjo dan Marmi, 2015: 14).
Tabel 2.2 Perkembangan sistem pulmunol sesuai umur kehamilan.

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem


alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasimekanik)
2. Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor yangterletak
disinus karotikus (stimulasi kimiawi)
3. Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus(stimulasi
sensorik) (Indrayani, 2013:311).
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
nafas dengan merintih sehingga tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus
biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam
tarikan belum teratur.Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan
paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih
dapat mempertahankan hidupnya karena adannya kelanjutan metabolisme
anaerobik.
2. Sirkulasi darah (Cardiovaskuler)
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke
hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian kebilik kiri jantung. Dari
bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di
pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah
bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam
paru menurun. Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung
kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional.Hal ini
terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru
turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia
(pa02 yang naik), duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari
pertama.Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit / m2.Aliran
darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan
duktus arteriosus (Indrayani, 2013: 312).
3. Metabolisme ( system pencernaan )
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energy diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari
perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran
lemak.Setelah mendapat suhu < pada hari keenam, energy 60% di dapatkan dari
lemak dan 40% dari karbohidrat (Indrayani, 2013). Pada jam-jam pertama energi
didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari
pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam
pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula
darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
4. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar
natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi
ginjal belum sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal
3) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa(Indrayani, 2013: 313).
5. Imunoglobulin
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada
traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A,
Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan
pasif dari kolostrum dan ASI. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan saluran nafas,
Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, Perlindungan kimia oleh lingkungan
asam lambung (Walyani dan Purwoastuti, 2015:135).
6. Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivenus mengandung zat yang
berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut
meconium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari
biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus
digestivenus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi
sudah ada refleks hisap dan menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum
ASI. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan lambung
belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani,
2013: 314).
7. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan
matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
menghilangkan bekas penghancuran dalam peredaran darah (Rahardjo dan Marmi,
2015: 22). Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis,
yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel
hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu yang lama. Enzim
hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasihati pada
neonatus juga belum sempurna,contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan
dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby
syndrome(Indrayani, 2013: 314).
8. Sitem termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian
suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan
pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas
mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu
kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin
tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap
seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan
konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang
lebih dingin dengan kontak secara langsung.
9. Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi
baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah
terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan
sebelum lahir.
10. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur
belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan
glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal)
pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
11. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan
menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan
gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan. Pada triwulan
terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna.
Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan.
Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
12. System Integument
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik
kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif
dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit
kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit
sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis
kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara
dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin.
13. System Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran
tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk
kranium dapat mengalami distorsi akibat molase. Pada bayi baru lahir lutut saling
berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat
agak melengkung. Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.
Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak
tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
14. Sistem Neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :

1) Reflek pada Mata


a. Berkedip atau Refleks korneal
b. Reflek Pupil
c. Mata boneka
2) Reflek pada Hidung
a. Bersin
b. Glabela : ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
3) Reflek pada mulut dan Tenggorokkan
a. Menghisap
b. Muntah
c. Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai
menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap
selama 12 bulan.
d. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya
keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
Menguap
e. Batuk
f. Menguap
4) Reflek dan Ekstermitas
a. Menggenggam
b. Babinski
c. Klonus, Pergelangan kaki : Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika
menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu
sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut
yang teraba.
d. Refleks pada Massa/Moro
e. Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan
fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.

1.4 Tahapan Bayi Baru Lahir


1) Tahap I : terjadi segera setelah lahir, Selama menit- menit pertama kelahiran.Pada
tahap ini digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan scoring gray
untukinteraksi bayi dan ibu.
2) Tahap II : di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukanpengkajian
selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3) Tahap III: disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama
yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Saleha,2012: 4).

1.5 Asuhan keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Normal


Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru lahir merupakan
bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir seperti jaga bayi tetap hangat, isap
lender dari mulut dan hidung bayi (hanya jika perlu), keringkan, pemantauan tanda
bahaya, klem dan potong tali pusat, IMD, beri suntikan Vit K, 1 mg intramuskular, beri
salep mataantibiotika pada keduamata, pemeriksaan fisik, imunisasi hepatitis B 0.5 ml
intramuscular (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2010).
1) Pencegahan infeksi
Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi, pastikan penolong persalinan
telah menerapkan upaya pencegahan infeksi, antara lain:
a) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.
b) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lender Delee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan
penghisapan lendir dengan alat tersebut (jangan bola karet penghisap yang sama
untuk lebih dari satu bayi).
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi
sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur,
thermometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan
bayi. Dokumentasi dan cuci setiap kali setelah digunakan.
2) Penilaian
Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:
(1) Apakah bayi bernapas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
(2) Apakah bayi bergerak aktif ?
(3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis?
3) Perlindungan termal (termoregulasi)
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
suhu tubuhnya.Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi
baru lahir. Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 oC melalui
pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5 oC maka bayi
mengalami hipotermia(Rahardjo dam Marmi, 2015: 25).
(a) Mekanisme kehilangan panas
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari
tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami hipotermia.Bayi dengan
hipotermia sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.Hipotermia mudah
terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan di selimuti walaupun di dalam ruangan yang relatif hangat.
(b) Proses adaptasi
Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami
1. Stress pada BBL menyebabkan hipotermia
2. BBL mudah kehilangan panas
3. Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan suhu
tubuhnya
4. Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan menyebabkan adanya
stress dingin.
(c) Mencegah kehilangan panas
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi
adalah:
1. Keringkan bayi secara seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah bayi lahir untuk mencegah
kehilangan panas secara evaporasi.Selain untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan
rangsangan taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat Bayi yang
di selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara
konduksi.Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut
dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.
3. Tutup bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas dan cepat
kehilangan panas.Untuk itu tutupi bagian kepala bayi agar bayi tidak
kehilangan panas.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit
antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu
anjurkan ibu untuk memeluk bayinya.
5. Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera memandikan bayi baru
lahir
a. Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi
mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi
ditimbang telanjang. Gunakan selimut atau kain bersih.
b. Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda
memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir.
1) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat Jangan tempatkan bayi
di ruang ber-AC. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in).Jika
menggunakan AC, jaga suhuruangan agar tetap hangat.
2) Jangan segera memandikan bayi baru lahir
Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena
sistem pengaturan panas di dalam tubunya belum sempurna. Bayi
sebaiknya di mandikan minimal enam jam setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan
bayi baru lahir(Indrayani, 2013).
(d) Merawat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia).
1. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
2. Bilas tangan dengan air DTT.
3. Keringkan dengan handuk atau kain yang bersih dan kering.
4. Ikat tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari pusat bayi. Gunakan benang
atau klem plastik penjepit tali pusat DTT atau steril. Ikat kuat dengan
simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5. Lepaskan semua klem penjepit tali pusat dan rendam dalam larutan klorin
0,5%
6. Bungkus tali pusat yang sudah di ikat dengan kasa steril.

(e) Pemberian ASI


Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin.
Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI untuk memproduksi ASI di alveoli.
Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin banyak
prolaktin dan ASI yang di produksi. Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD)
akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin / memperkuat
ikatan emosional antara ibu dan bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi
uterus, dan lain sebagainya. Melihat begitu unggulnya ASI, maka sangat
disayangkan bahwa di Indonesia pada kenyataannya penggunaan ASI belum
seperti yang dianjurkan.Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sebagai
berikut:
1. ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi.
2. Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan
pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia
bayi.
3. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap
dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat
lainnya (Saifuddin AB, 2014).
(f) Pencegahan infeksi pada mata
Pencegahan infeksi mata dapat diberikan kepada bayi baru lahir. Pencegahan
infeksi tersebut di lakukan dengan menggunakan salep mata tetrasiklin
1%.Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah
kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari
satu jam setelah kelahiran (Indrayani, 2013).
(g) Profilaksis perdarahan pada bayi baru lahir
Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada
bayi baru lahir akibatdefesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
bayi baru lahir.
(h) Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah terjadinya infeksi
disebabkan oleh virus Hepatitis B terhadap bayi (Saifuddin AB, 2014).Terdapat
2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. jadwal pertama, imunisasi hepatitis
B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir
menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B
sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT+
Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi (Indrayani, 2013).
1.6 Pathway

PROSES PERSALIAN NORMAL

Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat Adaptasi psikologis ibu
jalan lahir suhu intra uterin yang stabil
(35-37o C) Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan Suhu ruangan Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka
Koordinasi reflek menelan Penghilangan suhu tubuh Sekresi oksitosin
Menghisap belum sempurna (konveksi, radiasi, evaporasi) terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion Perubahan drastis suhu tubuh Pressure the ejection
Pada jalan napas of breast feeding

Bersihan jalan napas Proses adaptasi Ineffective breast feeding


Tidak efektif
Resti hipothermi
Resti gangguan pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
Peningkatan insisible water loss
(IWL)

Resti kekurangan volume cairan


1.7 Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan diidentifikasi, masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
keperawatan.
a. 2 jam pertama sesudah kelahiran
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir
meliputi :
1) Kemampuan menghisap lemah atau kuat
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemeraqhan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :
1) Gangguan pernafasan
2) Hipotermia
3) Infeksi
4) Cacat bawaan dan trauma lahir
1.8 Penatalaksanaan Medis
1) Tes diagnostic
a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2
hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Golongan darah dan RH.
f. (Marllyn. E, Doenges, 2001).

2) Terapi
a. Non Farmakologi
(1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima
setelah dilahirkan)
(2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
(3) Penimbangan BB setiap hari
(4) Jadwal menyusui
(5) Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
(1) Suction dan oksigen
(2) Vitamin K
(3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral
atau neosporin)
(4) Vaksinasi hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa
dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah muskulus
vastus lateralis. (Bobak, M Irene, 2005)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR


2.1 Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat
tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur
sehari rata-rata 20 jam.
2) Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat
digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh,
frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam
pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai
180 kali/menit (menangis). Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60
kali/menit warna ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan
darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah
sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah
lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik
3) Subu tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran suhu tubuh
dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit
pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan. Kulit biasanya
dilapisi dengan zat lemak berwara putih kekuningan terutama di daerah lipatan
dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
5) Keadaan dan kelengkapan ekstermitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau
tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki
juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
6) Tali pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali pusat
harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan disekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a. Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan
terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b. Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
c. Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau
diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d. Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke
sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e. Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi
akan membuat gerakan menghisap
8) Berat badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun harus
waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat badan lahir
normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
9) Meconium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-
occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar
dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan
normal 48-50 cm.
11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/himen
dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin
ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi.

2.2 Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap tidak adekuat.
2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat), tali pusat masih basah.
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL),
keterbatasan masukan cairan.
5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

2.3 Intervensi keperawatan


1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
b. Intake dan output makanan seimbang.
c. Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1. Pantau intake dan out put cairan
2. Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3. Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril kemudian
dextrosa dan PASI
5. Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1. Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan adekuat
untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2. Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui, kondisi
puting inverted menggangu proses laktasi
3. Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi air
susu pada ibu menyusui
4. Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan,
khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari BB setiap 24
jam
5. Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses laktasi,
sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
6. Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi menjadi
adekuat
7. Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat menghabiskan
cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan haluaran urin

2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan


lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan
suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh normal 36-370 C.
b. Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2. Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap
30-60 mnt
3. Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4. Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C
5. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan berkemih,
membrane mukosa kering )
7. Lakukan pemberian makn oral dini
Rasional :
1. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan
meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan aktivitas
motorik karena banyak mengkonsumsi oksigen
2. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir
kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit
dipertahankan diatas 36,50 C
3. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi
dan membantu menghemat energi
6. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi
pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
7. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan
cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan
cairan selanjutnya memperberat status dehidrasi

3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan


tali pusat) tali pusat masih basah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada
tali pusat tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Bebas dari tanda-tanda infeksi.
b. TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
c. Tali pusat mongering
Rencana Tindakan
a. Observasi tanda-tanda infeksi
b. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
c. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
d. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
Rasional
1. Mengetahui adanya indikasi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3. Potensial entri organisme kedalam tubuh
4. Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi

4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air


(IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output
kurang dari 1-3ml/kg/jam.
b. Membran mukosa normal.
c. Ubun-ubun tidak cekung.
d. Temperature dalam batas normal.
Rencana Tindakan
1. Pertahankan intake sesuai jadwal
2. Monitor intake dan output
3. Berikan infuse sesuai program
4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
5. Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional
1. Memantau keefektifan aturan terapeutik
2. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan kebutuhan
cairan
3. Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.
4. Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5. Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya pengeluaran
cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan evaporasi.
5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam orang tua
mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Kriteria Hasil
a. Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi
b. Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi
Rencana Tindakan
1. Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang kebutuhan
fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterus
2. Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan informasi
tentang variasi normal dan karakteristik seperti : pseudomentruasi,
pembesaran payudara
3. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang berhubungan
dengan posisi menyusui dan menggendong
4. Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari satu
pemberian makan ke berikutnya dan cara mengkaji keadekuatan hidarasi
dan nutrisi
5. Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan pemberi
pelayanan kesehatan
Rasional
1. Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang memerlukan
informasi tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan
2. Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat menurunan
ansietas
3. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik perawatan
bayi baru lahir
4. Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan bayi
bervariasi dari pemberian makan ke pemberian makan selanjutnya.
Membantu menjamin persiapan dan pemberian formula yang tepat
5. Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Cristina, s.Dra, 1996, Perawatan kebidanan jilid II, Bratara, Jakarta

Obstetri Fisiologi, Bandung, 1983, UNPAD


Suryana, Dra. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK, 1996, Jakarta, EGC

Saifudin, Abdul Bahri, Prof, Dr, SPOG, MPH, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta, Yayasan bina Pustaka Sarwono

Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam konteks keluarga, Jakarta:
Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai