Anda di halaman 1dari 45

BAB VII

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

VII.1.UMUM
Untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, selain pemberian fasilitas
air minum yang memenuhi persyaratan air bersih, perlu juga disediakan
sistem penyalur air buangan yang baik serta pengolahan air buangan
tersebut sebelum dibuang ke badan air penerima.
Tujuan dari pengolahan air buangan ini antara lain untuk :
- Mencegah pencemaran terhadap badan air penerima.
- Melindungi kehidupan jasad-jasad di dalam air.
- Mencegah penyebaran penyakit melalui air.
Dalam merencanakan bangunan pengolahan air buangan, perlu adanya
pemilihan jenis pengolahan yang akan dilakukan. Pemilihan ini didasarkan
kepada :
- Karakteristik air buangan yang akan diolah.
- Daya asimilasi badan air penerima.
- Kondisi lingkungan dimana bangunan itu berada.
- Keadaan kota serta perkembangannya dimasa yang akan datang.
- Tata guna perairan badan air penerima.
- Kemampuan pemerintah untuk membangun bangunan
pengolahan air buangan serta pemeliharaannya.
-
VII.2.DASAR PERENCANAAN
VII.2.1.KARAKTERISTIK AIR BUANGAN
Karakteristik air buangan penting diketahui, untuk dijadikan sebagai dasar
dalam perencanaan dan operasi dari pengumpulan dan pengolahan air
buangan serta teknik pengelolaan dari kualitas lingkungan.
Karakteristik air buangan dapat dikelompokan atas :
a. Sifat Fisik.
Yang sangat penting dalam sifat fisik air buangan ialah :
Total solid, temperatur, warna dan bau.
- Total Solid.
Total solid didefinisikan sebagai jumlah partikel yang tetap tinggal
sebagai sisa dari penguapan sampel air buangan pada temperatur
103oC – 105oC.
- Temperatur.
Temperatur air buangan memberi pengaruh terhadap aktivitas
biologis, kelarutan gas dan viscositas. Temperatur air buangan
biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan temperatur air
bersih, ini disebabkan karena adanya penambahan panas dari
aktivitas industri dan domestik.
- Warna.
Warna sangat dipengaruhi oleh komposisi zat yang terdapat dalam
air buangan serta lamanya usia air buangan tersebut. Air buangan
yang masih baru biasanya berwarna kelabu, jika sudah mulai
membusuk, dimana DO-nya hampir mendekati nol, warna air
buangan berubah menjadi hitam.
- Bau.
Bau yang timbul pada air buangan adalah disebabkan oleh adanya
gas yang terjadi sebagai akibat dari dekomposisi zat organik,
tertama gas H2S.
b. Sifat Kimia.
Bila ditinjau dari segi unsur kimiawi, maka air buangan terdiri dari zat
organik, anorganik dan gas.
- Zat organik.
Zat organik biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
dari aktivitas manusia yang tersusun dalam kombinasi ikatan
karbon, H2, O2 bersama-sama dengan N2.
Unsur lainnya yang biasanya terdapat dalam air buangan adalah
sulfur, fosfor dan besi.
Substansi organik dalam air buangan biasanya terdiri dari : 40% -
60% protein, 25% - 50% karbohidrat dan 10% lemak. Pengukuran
zat organik biasanya dilakukan terhadap nilai-nilai : BOD, TOD
dan TOC.
- Zat anorganik.
Penganalisaan kadar zat anorganik dalam air buangan sangat
penting dalam pengontrolan kualitasnya. Konsentrasi zat anorganik
dalam air buangan, tergantung dari jenis buangan dan formasi
geologis dari batuan/dataran yang dilalui oleh aliran air buangan
tersebut. Pemeriksaan zat anorganik biasanya dilakukan terhadap :
 pH
 Alkalinity, yang berbentuk hidroksid, carbonat bicarbonat
dan elemen-elemen lain seperti kalsium, magnesium,
sodium, potasium atau amonia.
 Nitrogen dan phospor yang sangat penting untuk
pertumbuhan protista dan tumbuhan sebagai nutrient atau
brostimulant.
 Zat-zat racun seperti : CR, Ar, Cu, Ag dan Pb.
 Logam berat seperti : Ni, Mn, Pb, Zn, Cu, Fe dan Hg.
 Zat lain yang penting seperti Ce, F, S.
- Gas-gas.
Didalam aktifitas biologis dan reaksi kimia yang terdapat pada air
buangan, banyak dihasilkan gas. Gas-gas itu antara lain berasal
dari:
 Atmosfir, seperti N2, O2, dan CO2.
 Dekomposisi zat organik seperti H2S, NH3 dan CH4. H2S
adalah gas yang berasal dari dekomposisi zat organik yang
mengandung sulfur atau mineral SO3, SO4, gas ini idak
berwarna. CH4 berasal dari dekomposisi anaerobik zat
organik.
c. Sifat Biologis.
Yang dimaksud dengan sifat biologis air buangan adalah banyaknya
kandungan zat biologis yang terdapat didalam air. Zat biologis ini
biasanya terdiri dari mikroorganisme yang berupa protista, tumbuhan
dan hewan.
Untuk mengetahui karakteristik air buangan perlu adanya analisa
laboratorium. Dalam perencanaan ini tidak dilakukan analisa sampel,
karena :
- Di kota Langsa belum terdapat jaringan penyalur air bekas.
- Perencana tidak melakukan survey air buangan ke kota Langsa.
Mengingat bahwa di kota Langsa belum terdapat industri-industri besar,
maka sebagai dasar perencanaan ini digunakan karakteristik air buangan
dengan konsentrasi medium yang diambil dari buku “Wastewater
Engineering”, seperti terlihat dalam tabel VII-2.

VII.2.2.KWANTITAS AIR BUANGAN.


Kwantitas air buangan yang akan diolah oleh instalasi air buangan, berasal
dari :
- Rumah tangga.
- Industri komersil.
- Bangunan sosial.
Air buangan dari daerah pelayanan dikumpulkan oleh jaringan penyalur air
buangan dan kemudian ditambah dengan infiltrasi air tanah pada pipa-pipa
pengumpul air bekas.
Besarnya infiltrasi adalah sebagai berikut :
- Infiltrasi dari surface area, besarnya adalah 20% dari debit air
buangan rata-rata.
- Infiltrasi pada pipa-pipa penyalur sebesar 1 liter/detik/km panjang
pipa.
Air buangan yang dikumpulkan oleh jaringan penyalur ini diperkirakan 70%
dari pemakaian air bersih.
VII.2.3.KLASIFIKASI PENGOLAHAN AIR BUANGAN.
Klasifikasi pengolahan air buangan dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu :
- Klasifikasi berdasarkan karakteristik pengolahan.
- Berdasarkan tingkat pengolahan.

VII.2.3.1.Klasifikasi Berdasarkan Karakteristik Pengolahan.


Pengolahan air buangan dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik
pengolahannya menjadi 3 kelompok :
a. Pengolahan secara Fisik, berupa :
- Penyaringan
- Pengadukan
- Pengendapan
- Pengapungan (Flotasi)
- Pengenceran (elutriasi)
- Vacuum filtrasi
- Transfer panas
- Pengeringan lumpur
b. Pengolahan Secara Kimia, berupa :
- Pembubuhan presipitan kimia
- Transfer gas
- Adsorpsi
- Desinfeksi
- Pembakaran (combustion)
c. Pengolahan Secara Biologis, terdiri dari 2 bagian :
Pengolahan secara aerobic; dimana stabilisasi dilakukan oleh
mikroorganisme yang aerobic dan fakultatif. Pengolahan ini dapat
berupa :
- Activited sludge
- Trickling filter
- Aerobic stabilization pond
Pengolahan secara anaerobic; dimana stabilisasi dilakukan oleh
mikroorganisme yang anaerobic dan fakultatif. Pengolahan dapat
berupa:
- Digestion dari sewage sludge
- Anaerobic lagoon / pond.

VII.2.3.2.Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Pengolahan.


Air buangan dapat diolah dalam beberapa tingkat pengolahan, tergantung
dari komposisi zat yang terdapat didalamnya. Tingkat pengolahan air
buangan terdiri dari :
a. Pengolahan Primer.
Pengolahan primer bertujuan untuk mengurangi kadar konstituent yang
terkandung dalam air buangan. Pada umumnya tingkat pengolahan
primer dapat mengurangi 50% -60% kadar suspended solid dan 25% -
30% BOD.
Unit pengolahan primer terdiri dari :
- Penyaring benda-benda kasar.
Alatnya dapat berupa : coarse rack, medium rack atau fine screen.
- Grit Chamber (bak penangkap pasir).
- Pemecah benda-benda kasar (communitor).
- Bak pengendap pertama.
b. Pengolahan Sekunder.
Pengolahan sekunder merupakan unit-unit pengolahan biologis, yang
pada umumnya dapat menghilangkan 75% - 90% BOD dan 90%
suspended solid. Pengolahan dapat merupakan unit-unit : trickling filter,
activated sludge dan kolam oksidasi.
- Trickling Filter.
Trickling filter dapat digunakan untuk mengolah air buangan
domestic atau campuran dari air buangan domestic dan air buangan
industri.
Keuntungan pengolahan dengan trickling filter adalah :
 Kehilangan tekanan besar (1,8m – 3,6m)
 Adanya gangguan dari serangga/lalat. (ini dapat
dihindarkan dengan memberi penutup pada filter).
 Biaya konstruksi mahal, karena unitnya besar.
- Activated Sludge.
Activated sludge sangat baik digunakan untuk pengolahan air
buangan rumah tangga; dan biasanya digunakan untuk mengolah
air buangan domestic dari suatu kota besar.
Keuntungan sistem pengolahan ini adalah :
 Effluent tidak berbau.
 Tidak ada gangguan dari serangga dan lalat.
 Instalasi tidak memerlukan areal tanah yang luas.
 Initial cost rendah.
Kerugian sistem pengolahan ini adalah :
 Sangat sensitif terhadap perubahan beban organik.
 Biaya operasi mahal.
 Memerlukan tenaga yang terlatih dalam operasinya.
 Tidak fleksibel terhadap variasi beban hidraulis.
- Kolam Oksidasi.
Kolam oksidasi dapat mengolah air buangan domestik maupun
industri. Untuk membuat kolom oksidasi diperlukan areal tanah
yang luas, karena itu banyak dipakai di kota-kota kecil dimana
harga tanah tidak terlalu mahal.
Keuntungan dari pengolahan ini :
 Biaya konstruksi dan operasi, murah.
 Fleksibel terhadap variasi beban organik.
Kerugian dari sistem pengolahan ini :
 Mengundang banyak serangga dan lalat dan menyebarkan
bau karena konstruksinya terbuka.
 Memerlukan arel tanah yang luas.
c. Pengolahan Tertier.
Pengolahan ini biasanya dilakukan untuk menghilangkan unsur-unsur
nitrogen dan phospor atau untuk mempertahankan kualitas air yang
masih baik.
Selain proses-proses diatas, bangunan pengolahan air buangan perlu
dilengkapi dengan unit-unit pengolahan lumpur.
Pengolahan lumpur ini bertujuan untuk :
- Mereduksi volume lumpur, dan memanfaatkan lumpur buangan.
- Mengontrol proses pembusukan.

VII.2.4.PEMILIHAN CARA DAN TINGKAT PENGOLAHAN.


Pemilihan cara dan tingkat pengolahan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
- Karakteristik air buangan
- Luas daerah pelayanan
- Cara pembuangan akhir. Misalnya apakah dibuang ke laut, ke
sungai atau di sirkulasi kembali menjadi air bersih.
- Keadaan geographi, topographi dan iklim.
- Karakteristik dan lokasi bangunan pengolahan.
- Kualitas operasi yang diinginkan dan tenaga terdidik yang tersedia.
- Biaya yang tersedia, baik untuk pembangunan maupun untuk
operasi.
Sedangkan tingkat pengolahan ditentukan oleh :
a. Peraturan Pemerintah.
Biasanya hal ini berhubungan dengan standard perairan yang ditentukan,
yaitu berupa :
- Standard Effluent : batas bahan buangan yang boleh dibuang ke
perairan bebas.
- Standard Perairan : batas buangan yang diizinkan terdapat di
perairan.
Kedua standard ini masih belum berlaku di kota Langsa.
b. Kondisi Badan Air Penerima.
Perlu adanya peninjauan terhadap badan air penerima yaitu tentang
beberapa faktor yang penting dalam menjaga kesetimbangan perairan,
misalnya :
- Kesanggupan badan air untuk mengasimilasi zat buangan. Ini
sangat tergantung dari : kondisi badan air itu sendiri misalnya
debit, luas penampang, dan pengaruh fluktuasi musim.
- Tata guna badan air penerima.
c. Land Disposal.
d. Penggunaan kembali effluent.
e. Variasi musim.

VII.3.ALTERNATIF PERENCANAAN.
VII.3.1.PENENTUAN LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN.
Penentuan lokasi ini berdasarkan kepada :
- Keadaan topographi.
- Letak badan air penerima.
- Kepadatan penduduk.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka ditentukan bahwa lokasi instalasi
pengolahan air buangan untuk kota Langsa terletak ditepi sungai Langsa
sebelah Selatan kota. Ditempat ini penduduk masih renggang dan badan air
tidak dipakai untuk keperluan lain.

VII.3.2.BADAN AIR PENERIMA.


Badan air penerima adalah sungai Langsa.
Kondisi badan air pada rencana lokasi instalasi adalah sebagai berikut :
- Lebar sungai Langsa : 14 m.
- Kedalaman rata-rata : 3 m.
- Debit pada saat minimum : 35 m3/det.
Air buangan yang dihasilkan pada tahun 2005 (akhir tahap ke II) adalah
sebesar 108 L/det pada saat rata-rata, pada hari maksimum adalah sebesar
131,63 L/det sedangkan pada saat jam puncak adalah sebesar 184,28 L/det.
Berdasarkan kondisi badan air dan debit air buangan yang akan dibuang
maka dapat diperkirakan besarnya pengenceran pada saat kritis, yaitu pada
saat air buangan maksimum dan debit badan air penerima minimum.
35.000
Besarnya pengenceran : 184,28 = 190 kali
200
BOD setelah diencerkan : 190 = 1,05 mg/L

VII.3.3.TINGKAT PENGOLAHAN.
Pemilihan tingkat pengolahan berdasarkan kepada :
- Karakteristik kota Langsa.
- Air buangan yang dihasilkan.
- Karakteristik badan air penerima, dalam hal ini sungai Langsa,
yang diperkirakan mampu mengasimilasi air buangan yang akan
dibuang ke badan air tersebut.
- Biaya yang tersedia.
Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, maka untuk kota Langsa cukup
dibangun instalasi pengolahan air buangan sampai tingkat kedua.

VII.3.4.BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN YANG


DIRENCANAKAN.
Bangunan pengolahan air buangan yang diperlukan untuk kota Langsa,
seperti dijelaskan diatas yaitu bangunan pengolahan tingkat kedua. Dengan
direncanakannya pengolahan sampai tingkat kedua diharapkan pembuangan
akhir ke sungai Langsa tidak akan mengganggu kesetimbangan dan
kelestarian sungai tersebut.
Unit pengolahan kedua yang dipilih adalah : Trickling Filter. Hal ini
berdasarkan pertimbagan sebagai berikut :
- Air buangan yang diolah adalah berasal dari buangan domestik dan
industri (walaupun saat ini unit-unit industri belum berarti, tetapi
diharapkan pada akhir tahap II nanti sektor industri akan
berkembang).
- Arel tanah yang tersedia cukup luas.
- Sukar didapatnya tenaga terdidik, untuk menangani operasi
pengolahannya kelak.
- Trickling Filter dapat mengatasi variasi pembebanan organik dan
hidraulis.

VII.3.5.UNIT-UNIT BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN.


a. Bar-Racks.
Bar-racks terdiri dari batang-batang besi bulat dengan Ø 3/8 – 11/2
inch, dan dipasang dengan jarak 0,5” – 1,5” satu sama lain. Bar
racks dipasang dengan kemiringan antara 30o samapai 60o.
Fungsi dari bar-racks adalah untuk menyaring benda-benda kasar
dan terapung, yang dapat menimbulkan gangguan pada pompa dan
bak pengendap.
b. Penangkap Pasir.
Berfungsi untuk menagkap/mengendapkan pasir yang ada dalam
air buangan. Adanya pasir dalam air yang akan diolah akan
menimbulkan gangguan terhadap :
- Pompa.
- Bak pengendap, bila dibiarkan mengendap bersama-sama
dengan suspended solid, akan menyulitkan dalam proses
pengolahan lumpur atau dapat menyumbat pipa penguras.
Pengendapan pasir dengan Ø 0,2 mm sudah cukup melindungi
instalasi.
c. Communitor.
Berfungsi untuk menyaring dan menghancurkan benda-benda padat
yang besar menjadi kecil.
d. Sumur penampung.
Berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat debit
maksimum, sehingga pemompaan keinstalasi dapat berjalan
konstant.
e. Bak Pengendap Pertama.
Berfungsi untuk mengendapkan suspended solid dan sebagian
konstituent dalam air buangan. Pengendapan ini dapat menurunkan
30% -35% BOD dan 50% suspended solid.
f. Trickling Filter.
Berfungsi untuk mengolah air buangan secara biologis dalam
menurunkan kadar suspended solid dan BOD.
g. Bak Pengendap Kedua.
Berfungsi untuk mengendapkan suspended solid yang terbentuk
sebagai akibat pengolahan biologis oleh trickling filter.
h. Sludge Thickener
Berfungsi untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam
lumpur sehingga menjadi sederhana.
Proses yang terjadi adalah sebagai berikut :
Lumpur endapan + microorganisme golongan A  Hasil non
reaktif.
Hasil non reaktif + Hasil reaktif + microorganisme golongan B 
CH4 + CO2 + hasil lain.
Bakteri yang berperan dalam proses ini adalah :
Microorganisme golongan A : Bakteri-bakteri yang menguraikan
zat organik kompleks menjadi asam organik.
Microorganisme golongan B : Bakteri-bakteri yang menguraikan
asam organik menjadi gas methan dan CO2.
i. Tangki Gas.
Berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh proses
dalam sludge digester. Kapasitas tangki tergantung dari jumlah gas
yang dihasilkan.
j. Sludge Drying Bed.
Berfungsi untuk mengaringkan lumpur yang dihasilkan dari
digester.
Kadar solid dari digester biasanya berkisar antara :
8% - 12 %.
k. Bak Kontak Chlorinasi.
Bak kontak chlorinasi berfungsi untuk membunuh bakteri pathogen
dalam air buangan.

Untuk mudahnya melihat sistem pengolahan air buangan untuk kota


Langsa ini, dapat dilihat pada schema dibawah ini. Nomor/huruf
indeks yang terdapat dalam skema, disesuaikan dengan huruf indeks
unit-unit pengolahan diatas.

VII.4.KRITERIA PERENCANAAN.
VII.4.1.FLUKTUASI DEBIT AIR BUANGAN.
Yang dimaksud dengan fluktuasi debit air buangan adalah :
- Pada hari-hari tertentu dalam seminggu, sebulan atau setahun, debit
air buangan akan lebih banyak dari pada hari biasa. Debit ini
disebut sebagai debit hari maksimum.
- Pada saat-saat tertentu dalam sehari, akan terjadi debit puncak dan
minimum.
Besarnya debit pada hari maksimum, puncak dan minimum ditentukan
berdasarkan perbandingan :
Q rata-rata : Q maksimum = 1 : 1,1 s/d 1 : 1,25
Q rata-rata : Q puncak = 1 : 1,5 s/d 1 ; 1,75
Q rata-rata : Q minimum = 1 : 0,5.
Besarnya debit hari rata-rata air buangan adalah 0,70 x debit air minimum
rata-rata ditambah dengan infiltrasi yang besarnya adalah :
Q infiltrasi surface area = 0,20 x debit rata-rata.
Q infiltrasi pada pipa = 1 liter/det/km pipa.
TABEL VII-1
FLUKTUASI DEBIT AIR BUANGAN
Qr.AM Qr.AB Infiltrasi Qmax Qpeak Qmin
Tahun F1 F2 F3
l/dt l/dt S.A Pipa l/dt l/dt l/dt
1980 39 27,3 5,46 4,5 1,1 40,98 1,5 55,89 0,5 18,63
1985 48 33,6 6,72 4,5 1,1 49,3 1,5 67,23 0,5 22,41
1990 60 42 8,4 4,5 1,15 63,14 1,6 87,84 0,5 27,45
1995 72 50,4 10,08 4,5 1,2 77,98 1,7 110,47 0,5 32,49
2000 91 63,7 12,74 4,5 1,25 101,18 1,75 141,65 0,5 40,47
2005 120 84 16,8 4,5 1,25 131,63 1,75 184,28 0,5 52,65
Qr = Q rata-rata; AM = Air Minum; AB = Air Buangan; S.a = Q infiltrasi yang
berasala dari surface area.

VII.4.2.PERIODE DESIGN DAN PENTAHAPAN.


Periode design dari instalasi pengolahan air buangan kota Langsa
direncanakan selam 25 tahun, yaitu dari tahun 1980 sampai dengan 2005.
Awal periode design adalah tahun 1980. Rencana pentahapan sistim
pengolahan air buangan kota Langsa dibuat dalam 2 tahap, yaitu :
- Tahap I : Dari tahun 1980 – 1990 dengan debit pengolahan rata-
rata sebesar 55 liter/detik.
- Tahap II : Dari tahun 1991 – 2005 dengan debit pengolahan rata
sebesar 110 liter/detik.
Dasar pertimbangan dari pentahapan ini adalah :
- Mengingat umur pipa dan peralatan lainnya.
- Effisiensi dari unit-unit instalasi.
- Kemampuan ekonomi dari pemerintah daerah untuk membangun
dan memeliharanya.

VII.4.3.SUSUNAN KRITERIA PERENCANAAN .


- Unit-unit sebelum bak pengendap I, yang terdiri dari :
 Bar racks.
 Bak penangkap pasir.
 Communitor.
 Sumuran pengumpul.
Direncanakan berdasarkan hari maksimum (132 liter/det)
- Unit-unit utama instalasi sesudah bak pengendap I :
 Bak pengendap pertama.
 Trickling Filter.
 Bak pengendap kedua.
 Bak kontak chlorinasi.
 Unit-unit pengolahan lumpur.
Direncanakan berdasarkan debit rata-rata dan dilaksanakan secara
bertahap.
Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa instalasi masih tetap effisien
pada saat debit minimum. Disamping itu unit biologis tidak dapat
dihidup matikan.

TABEL VII-2
KOMPOSISI AIR BUANGAN
No. Konstituent Unit Konsentrasi
1 Solid Total mg/liter 700
2 Total Solid mg/liter 500
Terlarut
3 Fixed mg/liter 300
4 Volatile mg/liter 200
5 Total Solid Tidak mg/liter 200
Terlarut
6 Fixed mg/liter 50
7 Volatile mg/liter 150
8 Settleable Solid mg/liter 10
9 BOD mg/liter 200
10 TOC mg/liter 200
11 COD mg/liter 500
12 Nitrogen, Total mg/liter 40
Sebagai N
13 Organik mg/liter 15
14 Amonia Bebas mg/liter 25
15 Nitrit mg/liter 0
16 Nitrat mg/liter 0
17 Phospor, Total mg/liter 10
Sebagai P
18 Organik mg/liter 3
19 Inorganik mg/liter 7
20 Chlorida mg/liter 50
21 Alkalinity mg/liter 100
(Sebagai CaCO3)
22 Grease mg/liter 100

VII.5.PERHITUNGAN UNIT-UNIT INSTALASI.


VII.5.1.BAR RACKS.
Kriteria Perencanaan :
3" 1"
- Diameter kisi = −1
8 2

- Kecepatan aliran 3 feet.


- Sudut kisi dengan horizontal : 30o – 60o
1" 1"
- Jarak antar kisi : 82 − 1 2

- Pembersihan secara manual.


Pustaka :
- Seelye, Elwyin. E, Data Book for Civil Engineer.
- Steel, Ernest. W, Water Supply and Sewerage.
Perhitungan :
Bar racks direncanakan untuk debit hari maximum tahap II.
Q = 132 L/det.
Vs = 2 fps = 60,96 cm/det.
132.000
Luas racks = A = Q/Vs = cm2 = 2165,35 cm2
60,96

Direncanakan lebar = 0,50 m


2165,35
Tinggi = = 43,3 cm ~ 45 cm
50

Jarak antar kisi = 1,50 inch = 3,81 cm


50 1"
Jumlah kisi = 3,81 − 1 = 12 buah; Ø kisi = 2

Kehilangan tekanan pada bar-racks dihitung berdasarkan rumus Kirschmer :


4
𝑊 3
𝐻 = 𝛽 ( ) . ℎ𝑣. sin ∝
𝐵
Dimana :
H = kehilangan tekanan (ft)
ß = faktor bentuk dari kisi, untuk kisi bulat = 1,79
1"
W = lebar penampang kisi maksimum = 2
1"
B = jarak antara 2 kisi = 1 2
𝑉2
hv = kehilangan tekanan karena kecepatan = 2𝑔
1" 1"
A cross = (12 𝑥 ) + (13 𝑥 1 2 ) 𝑥 1,476 𝑠𝑖𝑛 ∝
2

= (2,125 𝑥 1,278)𝑓𝑡2 = 2,716 𝑓𝑡2 = 2523,4 𝑐𝑚2


𝑄 132.000
V = 𝐴𝑐𝑟𝑜𝑠𝑠 = cm/det = 52,31 cm/det = 1,72 fps
2523,4

𝑉2 1,722
hv = 2.𝑔 = 2.32,2 ft = 0,046 ft

0,54/3
H = 1,79. 1,5 . 0,046 sin 60o

H = 1,79 x 0,231 x 0,046 x 0,866 = 0,0165 ft = 0,502 cm

VII.5.2.SUMURAN PENGUMPUL.
Kriteria Perencanaan :
- Waktu detensi = 10-30 menit.
- Q perencanaan = Q maksimum tahap II = 132 L/det.
Perhitungan :
Q = 132 L/det.
Waktu detensi = 10 menit = 600 detik.
Kapasitas bak = 132 x 600 liter = 79.200 L ~ 80 m3.
Dimensi bak :
Panjang : 5 m.
Lebar : 5 m.
Dalam : 3,20 m + 0,30 ruang bebas.

VII.5.3.BANGUNAN PENANGKAP PASIR.


Kriteria perencanaan :
- Kecepatan aliran : 0,5 – 1 fps.
- Waktu detensi : 20 – 60 detik.
- Diameter pasir yang terendapkan : ≥ 0,2 cm.
Pustaka :
- Seelye, Elwyn. E, Data book for Civil Engineer.
halaman 19 – 06.
Perhitungan :
Kecepatan mengendap dilihat dari grafik 13.5 buku Elemen of Water
Supply and Wastewater disposal, Fair, Geyer, & Okun.
Dimana untuk : Ø 0,02 cm  V set = 0,0689 fps
= 2,1 cm/det
8𝑘
Rumus : V scour = [ † 𝑔(𝑆𝑠 − 1)𝑑]1/2

Dimana : k = 0,05 d = 0,02 cm = 6,56 x 10-4 ft.


† = 0,03 Ss = 2,65
8.0,05
V scour = [ 0,03 𝑥 32,2 𝑥 (2,65 − 1). 6,56 𝑥 10−4 ]1/2

= 0,681 fps = 20,75 cm/det.


Q = debit maksimum tahap II = 132 L/det
132.000
A surface = Q/V set = 𝑐𝑚2 = 62.857,143 𝑐𝑚2 = 6,286 𝑚2
2,1

Waktu detensi = 30 detik.


V horizontal < V scour, diambil 20,59 cm/det.
Panjang bak = Vh x T = 20,50 cm/det x 30 det = 615 cm
A surface 6,286
Lebar bak = = 6,150 = 1,02 m ~ 1 m
panjang

Dalam bak = V set x T = 2,1 x 30 = 63 cm = 0,63 m


Dimensi bak penangkap pasir =
Panjang = 6,15 m
Lebar = 1,00 m
Dalam = 0,63 m + 0,37 m ruang bebas.
Bak penangkap pasir dibuat 2 buah, 1 buah untuk cadangan.

VII.5.4.ALAT UKUR PARSHAL FLUME.


Alat ukur ini direncanakan sampai akhir tahap II.
Q puncak = 184,28 L/det = 6,51 cfs.
Q minimum = 52,65 L/det = 1,86 cfs.
Q maksimum = 131,63 L/det = 4,65 cfs.
Lebar tenggorok W dilihat dari tabel : Dimensions and Capasities of the
Parshal Flume for Various Widht of Throat, dimana untuk aliran maksimum
6,51 cfs didapat W = 9 inch.
Rumus : Q = 4,1 W.Ha3/2.
4,65 = 4,1 . 0,75 . Ha3/2
4,65
Ha = (4,1 𝑥 0,75)3/2 = 1,32 𝑓𝑡.

Ha = 40,16 cm.
Untuk menetukan Hb, dilihat dari diagram : for computing submerged flow
through Parshal Flume of various size, terlampir.
Diperoleh : Hb/Ha = 64%
Hb = 0,64 x 40,16 cm = 25,7 cm
Tinggi air disaluran setelah alat ukur direncanakan 60 cm.

VII.5.5.COMMUNITOR.
Jenis Communitor didasarkan atas literatur :
Seelye, Elwyin. E, Data Book for Civil Engineer, hal 19-05 yaitu dari tabel :
Communitor Sizes and Capasities.
Dimana untuk Q = 132 L/det = 3,013 mgd dipakai communitor dengan tipe :
Over all Capasity (mgd)
No Sizes of Motor
Controlled Discharge Free Discharge
25 m 1,5 1,0-6,0 1,0-3,6

Unit-unit selanjutnya, yaitu :


- Bak Pengendap Pertama.
- Trickling Filter.
- Bak Pengendap II
- Unit-unit pengolahan lumpur.
- Bak kontak chlorinasi.
Direncanakan untuk debit rata-rata dari dibuat secara bertahap.

VII5.6.BAK PENGENDAP PERTAMA.


Kriteria Perencanaan :
- Beban permukaan = 600 – 1.200 gpd/sq.ft.
= 0,28 – 0,56 L/det.
- Waktu detensi = 1 ½ - 2 ½ jam.
- Perbandingan Panjang : Lebar = 3 s/d 5 : 1
- Kedalaman = 7 – 15 ft.
- Beban pelimpah = Bak segi empat ≤ 215.000 gpd/ft.
- Pemisahan Suspended Solid (SS) = 50 – 65%
- Pemisahan BOD = 25 – 40%
Pustaka :
- Seelye, Elwyin. E, Data book for civil Engineer.
- Metealf & eddy, Wastewater Engineering.
Perhitungan :
Q rata-rata tahap I = 55 L/det.
Q rata-rata tahap II = 110 L/det.
Beban permukaan diambil = 750 gpd/sqft.
750 𝑥 3,785
= 864.000 𝑥 0,0929L/det/m2.

Q1 = 55 L/det.
55
Luas permukaan = 0,354 𝑚2 = 155,37𝑚2 ~156𝑚2

Dibuat 3 buah bak, dengan luas masing-masing :


A surface/bak = 156/3 m2 = 52 m2.
Lebar bak diambil = 4 m.
Panjang bak = 52/4 m = 13 m.
Pada saat salah satu bak rusak atau sedang dicuci, maka yang beroperasi 2
bak, Q/bak = 27,50 L/det.
27,50 𝐿/𝑑𝑒𝑡
Beban permukaan pada saat itu = = 0,53 𝐿/𝑑𝑡/𝑚2 (masih dalam
52 𝑚2

batas yang diizinkan).


Waktu detensi = T diambil = 2 jam = 7.200 detik.
Kapasitas bak = Q x T = 55/3 L/det x 7.200 det = 132 m3.
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 132
Kedalaman bak = 𝐴 𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 = 𝑚 = 2,54 𝑚
52

Dimensi bak =
Panjang : 13,00 m
Lebar : 4,00 m
Dalam : 2,54 m + 0,46 m ruang bebas.
Tahap I dibuat 3 buah bak.
Tahap II dibuat 3 buah bak.

Ruang Lumpur.
Suspended solid (SS) = 200 mg/L
BOD = 200 mg/L.
Penurunan kadar SS = 60% = 0,6 x 200 mg/L = 120 mg/L
Penurunan BOD = 35% = 0,35 x 200 mg/L = 70 mg/L.
Kadar solid dalam lumpur = 6%.
Beratlumpur =
1000 𝑚𝑔 55
𝑥 120 𝑥 𝐿/ det 𝑥 7.200 𝑑𝑒𝑡 = 264.000.000 𝑚𝑔 = 264 𝑘𝑔.
6 𝐿 3
Dari tabel 13-2 Wastewater Engineering by Metcalf & Eddy : % volatile
matter = 60-80% x total dry solid.
Volatile matter = 65% . B.D = 1,20
Fix matter = 35% . B.D = 2,50
B.D solid = 0,65 x 1,2 + 0,35 x 2,5 = 1,66.
Lumpur terdiri dari 6% solid.
Solid = 6% B.D = 1,66
Air = 94% B.D = 1,00
B.D lumpur = 0,06 x 1,66 + 0,94 x 1,00 = 1,04.
Berat lumpur = 264 kg.
264 𝑘𝑔
Volume lumpur = = 254 𝑑𝑚3 = 0,254 𝑚3 .
1,04

Ruang lumpur berbentuk limas.


Panjang ruang lumpur = lebar bak = 4 m.
Lebar ruang lumpur = 2 m.
Dalam = 3 x 0,254 x 1/8 m = 10 cm, diambil = 40 cm.
Dimensi ruang lumpur :
Panjang = 4 m.
Lebar = 2 m.
Dalam = 0,40 m.
Aliran Keluar.
Aliran keluar menggunakan pelimpah.
Panjang pelimpah = lebar bak = 4 m = 13,1 ft.
Q tiap bak = 55/3 L/det = 0,6474 cuft/det
= 418.494,06 gpd.
418.494,06 𝑔𝑝𝑑
Beban pelimpah = = 31.946,11 𝑔𝑝𝑑/𝑓𝑡.
13,1 𝑓𝑡

Tinggi air diatas pelimpah = H.


Q = 3,33 . b . H3/2
0.6474 = 3,33 . 13,1 . H3/2
H3/2 = 0,01754  H = 0,0675 ft = 2,058 cm.
Saluran penerima effluent.
Q = 55/3 L/det.
V = 40 cm/det.
55.000/3
A cross = Q/V = 𝑐𝑚2 = 458,3 𝑐𝑚2 .
40

Lebar saluran = 30 cm.


458,3
Dalam = 𝑐𝑚 = 15,27 𝑐𝑚 + 14,77𝑐𝑚 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = 30𝑐𝑚
30

Total lumpur yang dihasilkan.


Solid yang dihasilkan = 60% x 200 mg/L x 55 L/det x 864.000
= 570.240.000 mg/hari = 570,24 kg/hari
B.D lumpur = 1,04.
B.D solid = 1,66.
Kadar solid dalam lumpur = 94%
570,24
Volume solid = 𝑑𝑚3 = 343,52 𝑑𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖 = 0,343 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
1,66
100
Berat lumpur/hari = 𝑥 570,24 𝑘𝑔 = 9,504 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖.
6

Volume lumpur = 9,504 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 1/1,04 = 9.138,5 𝐿/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 9,14𝑚3

VII.5.7.TRICKLING FILTER.
Kriteria Perencanaan :
- Trickling Filter yang dipakai : High rate Single stage.
- Organik loading : 1000 – 5000 lb BOD/acre.ft – day
- Hidraulic loading : 10 - 40 mgad.
- Qr/Q (resirkulasi) : 1,1 s/d 1,4.
- Kedalaman : 3 - 8 ft = 0,90 – 2,4 m
Pustaka :
- Metoalf & Eddy, Wastewater Engineering, 533 – 541.
Perhitungan :
Q tahap I = 55 L/det.
Q tahap II = 110 L/det.
BOD = 200 mg/L – 70 mg/L (hilang di bak pengendap I)
= 130 mg/L
SS = 200 mg/L – 120 mg/L = 80 mg/L.
BOD effluent yang diinginkan = 20 mg/L.
130−20
Effisiensi : 𝑥 100% = 84,60%
130

Bila Qr/Q = 1,2


1+1,2
F = faktor resirkulasi = (1+1,2/10)2 = 1,75

Untuk mencari volume filter digunakan rumus NRC :


1
E=
1+0,0085.√𝑊/𝑉𝐹

Dimana : E = Effisiensi (dalam fraksi).


W = Beban organik pada filter (lb BOD/hari).
= 130 mg/L x 55 L/det x 1/454.000 lb/mg x 86400
= 1.360,7 lb/hari.
V = Volume dari filter media (acre feet).
1
0,846 = 1360,7
1+0,0085√
1,75.𝑣

1360,7 1
[ 𝑉.1,75 ]2 𝑥 0,00719 = 1 − 0,846

0,183898 = 0,154 V.
V = 1,42 acre feet.
Kalau kedalaman diambil = 2 m = 6,56 ft.
Maka luas permukaan filter = 1,42 acre ft/6,56 ft.
=0,216 acre = 876 m2.
Kalau dibuat 4 unit trickling filter, maka :
Luas/filter = 219 m2.
Diameter = 16,7 m.
Dimensi Trickling Filter :
Diameter = 16,70 m
Tebal media = 2,00 m + 0,40 m ruang bebas
= 2,40 m.
Untuk tahap I dengan kapasitas pengolahan 55 L/det, jumlah trickling filter :
4 bak.
Untuk tahap II dengan kapasitas pengolahan 110 L/det, trickling filter : 8
bak.

VII.5.8.BAK PENGENDAP KEDUA.


Kriteria Perencanaan :
- Beban permukaan ≤ 900 gpd/sqft.
- Waktu ditensi 90 – 120 menit.
- Pemisahan : SS = 60%
BOD = 40%
- Beban Pelimpah : 10.000 – 15.000 gpd/sqft.
Perhitungan :
Beban permukaan = 900 gpd/sqft.
900 𝑥 3,785 𝐿/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 86.400 𝑑𝑒𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 0,0929 𝑠𝑞𝑓𝑡/𝑚2

= 0,4244 L/det/m2.
Q tahap I = 55 L/det.
55 𝐿/𝑑𝑒𝑡
Luas permukaan yang dibutuhkan = 0,4244 𝐿/𝑑𝑒𝑡/𝑚2 = 129,594 𝑚2

Dibuat 2 buah bak, luas/bak = 64,797 m


Diameter bak = 9,03 m ~ 9 m
Kapasitas bak = Q x Td, Td diambil = 120 menit.
55/2 L/det x 120 x 60 det = 198 m3
198 𝑚3
Kedalaman bak = 64,797 𝑚 = 3 𝑚.

Dimensi bak : Diameter :9m


Kedalaman : 3 m + 0,40 m ruang bebas.
: 3,40 m
Untuk tahap I dibuat 4 buah trickling filter.
Tahap II ditambah lagi 4 trickling filter.

Ruang Lumpur.
Suspended solid = 200 mg/L – 120 mg/L (hilang di bak pengendap I = 80
mg/L)
Pemisahan SS di bak pengendap II = 60%
0,6 x 80 mg/L = 48 mg/L.
BOD = 20 mg/L (effluent dari Trickling filter)
Pemisahan = 40% = 0,4 x 20 mg/L = 8 mg/L.
Kadar solid dalam lumpur : 3%
Berat lumpur = 100/3 x 48 mg/L x 55/2 L/det x 86.400 det
= 3.802.000 g/hari = 3.802 kg/hari
Lumpur terdiri 3% solid, 97% air.
Solid terdiri dari : Vm = 70% B.D = 1,3
Fm = 30% B.D = 2,5
B.D solid = (0,7 x 1,3) + (0,3 x 2,5) = 1,66
B.D lumpur = (0,03 x 1,66) + (0,97 x 1) = 1,02.
3.802 𝑘𝑔
Volume lumpur = 1,02 𝑘𝑔/𝑑𝑚3 = 3.727,4 𝑑𝑚3 = 3,73𝑚3

Kalau pengurasan lumpur dilakukan setiap 3 jam,


Volume ruang lumpur = 3/24 x 3,73 m3 = 0,47 m3.
Diambil tinggi ruang lumpur = 0,40 m.
Diameter = 1,165 m ~ 1,2 m

Aliran Keluar.
Diameter bak = 9 m.
Panjang pelimbah = keliling bak = 𝜋. 9𝑚 = 28,27𝑚
1
Q/bak = 55/2 L/det = 55/2 x 𝑥86.400 𝑔𝑝𝑑
3,785

= 627.741 gpd
627.741 𝑔𝑝𝑑
Beban pelimpah = 28,27 𝑥 3,28 𝑓𝑡 = 6.769,88 𝑔𝑝𝑑/𝑓𝑡.

Tinggi air diatas pelimpah = H.


𝑄
H = (3,33 . 𝑏)2/3
0,971
= ( 3,33 . 28,27𝑥3,28)2/3 𝑓𝑡 = 0,02 𝑓𝑡
= 0,61 cm.

Total lumpur yang dihasilkan :


Berat lumpur yang dihasilkan/bak = 3.802 kg/hari
Berat lumpur total = 2 x 3.802 = 7.604 kg/hari
Volume lumpur = 1/1,02 x 7,604 kg/hari = 7.454 dm3/hari
= 7,454 m3/hari
Berat solid (konsentrasi 3%) = 3/100 x 7.604 kg/hari = 228,096 kg/hari
Volume solid = 1/1,66 x 228,096 = 137,41 L/hari
= 0,137 m3/hari.

Saluran Penerima Effluent.


Kecepatan dalam saluran diambil = 0,50 m/det
Q/bak = 55/2 L/detik.
55/2
A cross saluran = Q/V = dm2 = 5,5 dm2 = 550 cm2
5

Diambil lebar saluran = 30 cm.


Dalam saluran = 1/30 x 550 cm2 = 18,3 cm.
Ruang bebas = 21,70 cm.
Dalam saluran total = 18,3 cm +21,70 cm = 40 cm
= 0,40 m

VII.5.9BAK KONTAK CHLORINASI.


Kriteria Perencanaan :
- Perioda kontak : 15 menit ≤ Td ≤ 30 menit.
- Dosis chlor : 15 mg/L ≥ dosis ≥ 3 mg/L
- Kecepatan aliran : 5 – 15 fpm.
Pustaka :
- Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering. Hal 471.
Perhitungan :
Q tahap I = 55 L/det.
Q tahap II = 110 L/det.
Perioda kontak = 15 menit = 900 detik.
Kapasitas bak = Q x Td = 900 det x 55 L/det = 49.500 dm2 = 49,5 m3
Direncanakan untuk membuat 2 buah bak, dengan kapasitas masing-masing
= 0,5 x 49,5 m3 = 24,75 m3
Untuk setiap bak :
Q/bak = 0,5 x 55 L/det = 27,5 L/det.
Kapasitas bak = 0,5 x 49,50 m3 = 24,75 m3.
Kecepatan aliran = 12 fpm = 6,1 cm/det.
27.500 𝑐𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
A cross = Q/V = = 4.508,20 𝑐𝑚2 .
6,1 𝑐𝑚/𝑑𝑒𝑡

Direncanakan lebar saluran = 65 cm = 0,65 m


Dalam saluran = 1/65 x 4.508,20 cm2 = 70 cm.
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 24.750 𝑚2
A surface = = = 35,3571𝑚2 .
𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 0,70 𝑚

Diambil lebar bak = 4,50 m.


A surface/saluran = 4,50 x 0,65 m2 = 2,925 m2.
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑘
Banyak saluran yang diperlukan =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
35,3571 𝑚2
= = 12 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
2,925 𝑚2

Panjang bak = 12 x 0,65 m + 13 x 0,20 (tebal sekat)


= 10,40 m.
Dimensi bak kontak Chlorinasi :
Panjang bak : 10,40 m
Lebar bak : 4,50 m
Lebar saluran : 0,65 m
Dalam saluran : 0,70 m + 0,20 m ruang bebas
: 0,90 m
Tahap I dibuat 2 buah bak kontak chlorinasi.
Tahap II ditambah 2 buah bak lagi.

Kebutuhan chlor.
Dosis chlor = 15 mg/L.
Kebutuhan chlor = 15 mg/L x 55 L/det = 825 mg/det
= 825 mg/det x 86.400 det/hari = 71,28 kg/hari.
Pembubuhan chlor dilakukan dengan injector dan pengaliran air dengan
booster pump.

VII.5.10.SLUDGE THICKENER.
Kriteria Perencanaan :
- Solid loading : 12-20 lb/sqft-day
- Kadar solid : 7 – 9%, sesudah thickener.
- Kedalaman : 7 – 15 feet = 2,1 – 4,5 m.
Perhitungan :
Banyaknya solid yang diolah :
Tahap I : Dari bak pengendap I = 570,24 kg/hari.
Dari bak Pengendap II = 228,096 kg/hari.
= 798,336 kg/hari.
Solid loading = 15 lb/sqft.day.
15 𝑥 0,454
= 𝑘𝑔/𝑚2 . ℎ𝑎𝑟𝑖 = 73,305 𝑘𝑔/𝑚2 . ℎ𝑎𝑟𝑖
0,0929
798,336 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
Luas permukaan= = 10,89 𝑚2 .
73,305 𝑚2

Direncanakan untuk membuat 2 bak.


Luas permukaan/bak = 5,50 m2
5,50 m2 = 0,25𝜋 D2  2,7 m
Kedalaman bak = 2,00 m
Tahap I dibuat 2 buah bak, tahap II ditambah 2 bak lagi.

Banyaknya lumpur yang dihasilkan :


Kadar solid dari bak pengendap II, sebelum masuk sludge thickener = 3%,
Kadar air = 97%.
Jumlah solid yang masuk kedalaman thickener = 798,336 kg/hari
Banyaknya lumpur : 100/3 x 798,336 kg/hari = 26.611 kg/hr
Banyaknya air : 97/100 x 26.611 kg/hari = 25.813 kg/hr
Setelah diolah dalam thickener :
Banyaknya solid yang keluar dari thickener = 798,336 kg/hari
Kadar solid setelah diolah menjadi 8%.
Kadar air = 92%.
100
Banyaknya lumpur = 𝑥 798,336 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 9.979,2𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
8
92
Banyaknya air dalam lumpur : 100 𝑥798,336 𝑘𝑔/𝑑𝑎𝑦 = 9.180,9 𝑘𝑔/ℎ𝑟

Banyaknya air yang dikeluarkan dari thickener :


25,813 kg/hari – 9,181 kg/hari = 16.632 kg/hari.
Volume air yang dikeluarkan oleh thickener : 16.632 L/hari
= 0,19 L/det.

VII.5.11.SLUDGE DIGESTER.
Kriteria Perencanaan :
- Type digester yang digunakan : Mesophilik.
- Temperatur : 90oF
- Waktu ditensi : 25 hari
- Gas yang dihasilkan : 8 – 15 cuft/kg sludge.
- Tinggi digester : 20 – 40 ft
: 6 – 8 m.
Pustaka :
- Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering, hal 591.
Perhitungan :
0,008(2−∝.𝑉𝑚).𝑤.𝑇
Rumus : B = 1−𝑊𝑚

Dimana B = kapasitas digester.


∝ = fraksi volatile mater yang terurai/detik.
= 0,6 – 0,7.
Vm = kadar solid matter (%).
W = Berat kering solid yang ditambahkan/hari (lb).
t = waktu detensi.
Wm = kadar air rata-rata.
Kadar solid total = 8%.
Berat solid total = 798,336 kg/hari = 1.758,45 lb/hari.
Berat lumpur = 100/8 x 1.758,45 = 21.980,625 lb/hari
= 9.979,2 kg/hari
Lumpur dari bak pengendap I : 120 mg/L.
Vm = 65% = 0,65 x 120 mg/L = 78 mg/L
Fm = 35% = 0,35 x 120 mg/L = 42 mg/L.
Lumpur dari bak pengendap II : 48 mg/L.
Vm = 70% = 0,70 x 48 mg/L = 33,60 mg/L
Fm = 30% = 0,30 x 48 mg/L = 14,40 mg/L
Lumpur total = 120 mg/L + 48 mg/L = 168 mg/L
Vm total = 78 mg/L + 33,60 mg/L = 111,60 mg/L
(110,60/168) x 100% = 66,7%
Fm total = 42 mg/L + 14,4 mg/L = 56,40 mg/L
= (56,40/168) x 100% = 33,3 %
B.D solid = (0,667 x 1,2)+(0,333 x 2,5) = 1,6329.
B.D sludge = (0,080 x 1,6329) + (0,920 x 1) = 1,0510 .
Kadar solid setelah keluar dari sludge digester = 12%.
Wm = kadar air rata-rata = (W in + W out) / 2
= (92% + 88%) / 2
= 90%.
W : berat kering solid yang ditambahkan = 1.758,45 lb/hari
0,008(2−∝.𝑉𝑚)𝑤.𝑡
B = 1−𝑊𝑚
0,008(2−0,6 . 0,667)1.758,336 . 25
=
1−0,90

= 5.625,980 cuft.
Volume untuk ruang bebas : 25%
Kapasitas digester total = 125/100 x 5.625,98 cuft = 7.032,5 cuft.
Kalau diambil kedalaman digester = 20 ft = 6,09 ~ 6 m
7.032,5
Maka luas permukaan digester = 𝑓𝑡 2 = 351,623 𝑓𝑡 2
20

Direncanakan untuk membuat 2 buah digester


Luas permukaan masing-masing digester = 0,5 x 351,623 ft2
= 175,811 ft2.
175,811 ft2 = 0,25 D2
D = 14,96 ft = 4,60 m.
Dimensi sludge digester :
Diameter = 4,60 m
Dalam = 6 m.
Tahap I dibuat 2 buah sludge digester.
Tahap II ditambah lagi 2 buah digester.

Panas yang dibutuhkan.


Temperatur lumpur (T2) = 54o F.
Temperatur digester (T1) = 90o F.
B.D lumpur = 1,051
Panas jenis lumpur (s) = 1 BTU/lb.
Banyaknya panas yang dibutuhkan :
H = w ( T1 - T2) s
Dimana :H = panas yang dibutuhkan.
w = Berat lumpur yang masuk (lb/hari)
T1 = Temperatur dalam tangki digester.
T2 = Temperatur lumpur.
s = panas jenis lumpur.
w = berat lumpur yang masuk = 100/8 x 1.758,336 lb/hari
= 21.979,20 lb/hari.
H = w ( T1 – T2) s.
H = 21.979,20 lb/hari (90o – 54o) . 1
H = 791.251,20 BTU/hari.

Panas yang terjadi.


Q = A (T1 – T2) c
Dimana :Q = kehilangan panas (BTU/jam)
c = koefisien penghantaran panas (BTU/jam/sqft.oF)
A = luas tangki (sqft)
T1 = temperatur dalam tangki.
T2 = temperatur luar = 25oC = 77oC
Luas atap = luas alas = 175,811 sqft. (D = 14,96 ft)
Luas dinding =2.πDxh (h = 20 ft)
= 2 π.14,96 x 20 ft2 = 1.879,93 ft2
Dinding tertanam 1/3 bagian.
Luas dinding yang tertanam = 1/3 x 1.879,93 ft2 = 626,64 ft2
Luas dinding yang diatas tanah = 2/3 x 1.879,93 = 1.253,28 ft2
Harga c = keofisien penghantar panas
Untuk atap c = 0,24 ; temperatur luar = 77oF
Untuk dinding diatas
tanah, c = 0,35 ; temperatur luar = 77oF
Dinding yang tertanam = 0,18 ; temperatur tanah = 64,4oF
Untuk dasar tanki c = 0,12 ; temperatur tanah = 64,4oF
Q atap = 175,811 (90o – 77o) . 0,24 BTU/jam = 548,53 BTU/jam
Q dinding = {1.253,28 (90o – 77o).0,35}+{626,64 (90o – 64,4o)
0,18}BTU/jam = 8.589,98 BTU/jam
Q dasar = 175,811 (90o – 64,4o) . 0,12 BTU/jam = 540,09 BTU/jam
Total panas yang terjadi = 9.678,60 BTU/jam
= 232.268,40 BTU/hari.
Kekurangan panas = Panas yang dibutuhkan – panas yang terjadi

Kekurangan panas = 791.251,20 BTU/hari – 232.268,4 BTU/hari


= 558.982,80 BTU/hari
Gas yang dihasilkan
Banyaknya gas yang dihasilkan, dinyatakan sebagai persentase dari volatile
solid. Besarnya berkisar antara 8 – 12 cuft/lb volatile solid yang
ditambahkan. Dalam perencanaan ini ditetapkan besarnya = 10 cuft. 1 cuft
gas dapat menghasilkan panas sejumlah 700 BTU.
Vm total = 66,70 % = 0,667 x 1.758,45 lb/hari = 1.172,89 lbs/hari
Panas yang dihasilkan = 700 x 11.728,90 BTU/hari
= 8.210.203,05 BTU/hari
Kelebihan panas yang dihasilkan selama proses :
Panas yang dihasilkan oleh gas – kekurangan panas pada proses
= 8.210.203,05 BTU/hari – 558.982,80 BTU/hari
= 7.651.220,25 BTU/hari

Lumpur yang dihasilkan digester


Selama proses pembusukan, terjadi penyusutan Vm sebanyak 50% solid
yang tinggal didalam
lumpur :
Fm + 50% x Vm = 56,40 mg/L + (0,5 x 111,60 mg/L)
= 56,40 mg/L + 55,80 mg/L = 112,20 mg/L
Berat solid total = 55 L/det x 112,20 mg/L = 6.160 mg/det
= 532,22 kg/hari
B.D solid = ( 56,4 / 112,2 x 1,2 ) + ( 55,8 / 112,2 x 2,5 )
= 0,60321 + 1,2433 = 1,85
Konsentrasi lumpur setelah keluar dari digester = 12 %
Berat lumpur = 100/12 x 532,22 kg/hari = 4.435,17 kg/hari
B.D lumpur = ( 0,12 x 1,85 ) + ( 0,88 x 1 ) = 1,102
Volume lumpur = 4.435,17 kg/hari / 1,102 kg/L = 4.024,65 dm3 = 4,025 m3

VII.5.12.TANGKI GAS
Tangki direncanakan untuk dapat menampung gas yang dihasilkan setiap
hari.
Jumlah gas yang dihasilkan = 11.728,90 cuft/hari
Kapasitas tangki= 30 % dari volume gas setiap hari
= 0,30 x 11.728,90 cuft
= 3.518,67 cuft
Tinggi tangki =4m
Luas tangki = ¼ x 3.518,67 cuft x 0,02832 m / cuft
= 24,94 m2
0,25 x D2 x π = 24,94 m2
D2 = 31,75 m2  D = 5,60 m
Dimensi tangki gas :
Diameter = 5,60 m
Dalam = 4,00 m
Tahap I dibuat 1 buah tangki gas, tahap II ditambah 1 buah tangki lagi.

VII.5.13.BAK PENGERING LUMPUR


Kriteria Perencanaan :
Tebal lapisan lumpur : 8 – 12 inch
Lebar bak : 15 – 25 ft = 4,5 – 7,5 m
Panjang bak : ( 3 s/d 6 ) x lebar bak
Tebal lapisan pasir : 6 – 12 inch = 12 – 30 cm
Efektif size ; 0,3 – 0,75
Uniformity koef : >= 4
Tebal lapisan kerikil : 1 feet
Tinggi dinding : 12 – 15 inch, diatas lapisan pasir
Diameter underdrain : 4 inch
Waktu pengeringan : 10 – 15 hari
Perhitungan :
Volume lumpur yang dihasilkan oleh sludge digester = 4,025 m3/hari
Waktu pengeringan = 10 hari
Volume lumpur total = 10 x 4,025 m3 = 40,25 m3
Direncanakan ketebalan lapisan lumpur = 25 cm = 0,25 m
Luas permukaan bak yang diperlukan = 40,25 m3 / 0,25 m = 161 m2
Dibuat 3 buah bak. A/bak = 1/3 x 161 m = 54 m
Dimensi bak :
Panjang = 12 m
Lebar = 4,5 m
Media penyaringan :
Media penyangga yang direncanakan :
Tebal lapisan pasir : 20 cm
Diameter pasir : 0,8 – 1,2 mm
Tebal lapisan kerikil : 30 cm
Diameter kerikil : 0,5 – 1 inch
Tinggi dinding diatas lapisan pasir = 40 cm
Dimensi setiap bak pengering lumpur :
Panjang : 12 m
Lebar : 4,5 m
Dalam : 0,90 m
Lapisan pasir : 0,20 m
Lapisan kerikil : 0,30 m
Pipa drain dari tanah liat dengan Ø 6”.
Tahap I dibuat 3 buah bak, tahap II ditambah lagi 3 bak.
TABEL VII – 3
REKAPITULASI UNIT BANGUNAN SISTIM
PENGOLAHAN AIR BUANGAN
No Unit Bangunan Dimensi Jumlah Unit
Tahap I Tahap II
1 Bar raoks Lebar = 0,5 m 1 1
;Tinggi =0,45
Ø kisi = ½”
Jumlah kisi = 12
Jarak antar kisi =
1,5”
2 Sumur pengumpul Panjang = lebar = 1 1
5m
Dalam = 3,20 m
3 Bangunan Penangkap Panjang = 6 m 2 2
Pasir Lebar = 1,00 m
Dalam = 0,63 m
4 Parshal Flume Lebar tenggorok = 1 1
22,5 cm
Ha = 1,00 m
Hb = 0,63 m
5 Communitor Ukuran motor = 1 1 1
½
6 Bak pengendap I Panjang = 13 m
Lebar = 4 m
Dalam = 2,85 m
Ruang lumpur Panjang = 4 m
Lebar = 2 m
Dalam = 0,40 m
Saluran penerima Lebar = 0,30 m 3 6
Dalam = 0,30 m
7 Trickling Filter Diameter = 9 m 4 8
Dalam = 2 m
Free board = 0,40
m
8 Bak Pengendap II Diameter = 9 m
Dalam = 3,30 m
Free board = 0,3
m
Ruang lumpur Diameter = 1,20
m
Dalam = 0,40 m
Aliran keluar Tinggi air diatas
Pelimpah = 0,06
m
Saluran penerima Lebar = 0,30 m 2 4
Dalam 0,30 m
9 Bak Kontak Chlorinasi Panjang = 10,40 2 4
m
Lebar = 4,50 m
Jumlah saluran =
12
Lebar = 0,65 m
Dalam = 0,85 +
0,15 m (free
board)
10 Sludge Thickener Diameter = 2,70 2 4
m
Dalam = 2 m
11 Sludge digester Diameter = 4,60 2 4
m
Dalam = 6,09 m
12 Tangki gas Diameter = 5,60 1 2
m
Dalam = 4,00 m
13 Bak Pengering Panjang = 12,00 3 6
m
Lebar = 4,50 m
Dalam = 0,90 m
Lap. Pasir = 0,20
m
Kerikil = 0,30 m
VII.6.PERHITUNGAN PROFIL HIDRAULIS
Perhitungan profil hidraulis bertujuan untuk menghitung perbedaan tinggi
muka air pada tiap – tiap unit instalasi. Perbedaan tinggi muka air
disebabkan oleh kehilangan tekanan yang terjadi, baik disalurkan pembawa
maupun pada unit – unit instalasi sendiri.
Sebagai patokan untuk menentukan profil hidrolis ini, diambil tinggi muka
air pada akhir bak kontak khlorinasi sebagai titik + 0,00. (ii hanya berlaku
untuk seluruh instalasi, sedangkan dengan badan air penerima tinggi muka
air ini berselisih 0,50 m pada saat muka air maksimum)

VII.6.1.TINGGI MUKA AIR PADA BAK KONTAK CHLORINASI


Jumlah saluran : 12
Lebar saluran : 0,65 m
Kedalaman : dalam efektif = 0,70 m
Free board = 0,15 m
Panjang saluran : 12 x lebar bak = 12 x 4,50 m = 54.00 m2
Kecepatan aliran dalam saluran = 12 fpm = 6,1 cm/det
Kecepatan aliran pada belokan = 2 x Vlurus = 12,2 cm/det
Rumus :
V = 1/n . R2/3 S1/2 (rumus Manning dalam cgs)
S = (( V x n ) / R2/3)2
R = radius hidraulik = ( 65 x 70 ) / ( 65 + 2 x 70 ) = 22,195 cm
n = 0,017
S = ( (6,1 x 0,017)/ 22,1952/3)2 = 1,725 x 10-4 cm
Hf lurus = L x S
= 1,725 x 10-4 x 5850 cm = 1,009 cm
Hf belok = ( N – 1 ) Vb2 / 2 g
= ( 12 – 1 ) x (1222) / (2 x 980) cm = 0,835 cm
Hf Total = 1,009 + 0,835 cm = 1,844 cm 2 cm
Tinggi muka air pada awal bak kontak chlorinasi = + 0,02 m
VII.6.2.TINGGI MUKA AIR PADA BAK PENGENDAP II.
Untuk mencari tinggi muka air di Bak Pengendap II, harus di hitung dulu
kehilangan tekanan dalam pipa pembawa dari Bak Pengendap II ke Bak
kontak Chlorinasi.

Kehilangan Tekanan dihitung untuk jalur terpanjang.


Rumus :
Hf = 3,03 x ( L /D1,17) x ( V/C)1,85 (rumus Hason William dalam unit satuan
fps)
C = 130
V1 = Q/A = (65/2) x 1 / (1/4 x 42) = 2,586 dm/det
= 0,848 fps
Hf1 = 3,03 x ((4,5 x 3,28 ft) / (16/12)1,17) x (0,848/130)1,85
= 2,89 x 10-3 ft = 0,088 cm
V2 = 130 / A = 130 / (1/4 x 52) = 6,621 dm/det
Hf2 = 3,03 x ((2,5 x 3,28 ft) / (20/12)1,17) x (2,172/130)1,85 = 2,172 fps
= 7,048 x 10-3 ft = 0,215 cm
Hf4 = 3,03 x ((2,5 x 3,28 ft) / (16/12)1,17) x (0,848/130)1,85
= 4,24 x 10-3 ft = 0,13 cm
Hf pipa total = ( 0,088 + 0,215 + 0,255 + 0,13 ) cm
= 0,688 cm
Hf fitting dihitung dengan rumus k x V2/ 2g
Diambil untuk jalur terpanjang.
Fitting Ø (“) Jml V K Hf = k x Total
(cm/det) V2/2g hf,cm
(cm)
Valve 16 1 25,86 0,2 0,068 0,068
Reducer 1 25,86 0,5 0,171 0,171
(20” –
16”)
Toe 20 2 66,21 0,3 0,671 1,342
Tee 16 1 25,86 0,3 0,102 0,102
Hd fitting total 1,581

Nilai k diambil dari Fair & Geyer, Element of Water Supply,169


Hf total = hf pipa + hf fitting = (0,688 + 1,581) cm
= 2,269 cm
Tinggi muka air disalurkan penerima effluent bak pengendap
Kedua = 2,269 cm + 2 cm = 4,269 cm ( + 0,04269) m)
Tinggi muka air di bak pengendap II
4,269 cm + 20 cm + 0,5 cm = 24,769 cm (+0,25 m)

VII.6.3.TINGGI MUKA AIR PADA NOZZLE DI TRICKLING FILTER


Kehilangan tekanan dalam pipa dihitung dengan rumus Hazen William
Hf = 3,03 x L/d1,17 (V2/2g)1,85
Kehilangan tekanan dalam fitting = k x V2/2g
Kehilangan tekanan dalam pipa ( untuk jalur terjauh _ :
Hf = 3,03 x ((L x 3,28) / (D/12)1,17) x (V/C)1,85 ; L dalam m ; D dalam inch

Trickling Filter

Bak Pengendap II
No Ø L Q V C Hf = 3,03 x L/d1,17
(V2/2g)1,85
(“) (m) L/det Fps Ft cm
1 8 1,20 27,50 2,87 130 0,01655 0,504
2 12 6,50 55 2,55 130 0,04483 1,366
3 16 40,80 110 2,87 130 0,2501 7,622
4 8 21 27,50 2,87 130 0,0982 2,993
5 6 15 13,75 2,55 130 0,2328 7,095
Hf total pada pipa untuk jalur terjauh 19,575

Kehilangan tekanan pada fitting


Fitting Ø Jml V K Hf = k x V2/2g

(“) Cm/det (cm)


Elbow 90o 8 1 87,48 0,6 2,343
Tee 12 1 77,72 0,3 0,324
Reducer 1 87,48 0,5 1,952
Tee 16 1 87,48 0,3 1,171
Elbow 21/2 8 1 77,72 0,4 1,562
Hf total untuk fitting pada jalur terjauh 7,952

Kehilangan tekanan pada media


Ø butir diambil rata-rata = 0,25 cm
F = 0,5
Y = 0,8
L = 2m
V = 0,64 fps = 19,5 cm/det
Hf = k/g x 1,01 x 10-2 x V x ((1-f)2 / f3) x (6/0,8)2 x 1/d2
= 5/980 x 1,01 x 10-2 x 19,5 x ((1-0,5)2/0,53) x (6/0,8)2 x 2/0,252
= 3,6 cm
Tenaga untuk putaran distributor arm = 3 – 5 ft
Diambil = 96,4 cm = 3,16 ft
Tinggi air dalam nozzle = (0,25 + 0,2753 + 0,036 + 0,964 + 0,25) m = 1,775
m = +1,775 m

VII.6.4.TINGGI MUKA AIR PADA BAK PENGENDAP I


Kehilangan tekanan pada distributor arm.
Q/trickling filter = 55/4 L/det = 13,75 L/det
Banyaknya distributor arm = 4 buah
Q/arm = 13,75/4 L/det
Panjang l distributor arm = Diameter Tikling filter – 0,3 / 2
= 8,35 m
Ø arm = 6 “ = 150 mm ; c = 130
Hf kalau pipa tidak berlubang = hfo
hfo= 3,03 x L/D1,17 x (V/C)1,85
V = Q/A = 0,64 fps
hfo = 3,03 x (8,35 x 3,28)/(6/12)1,17 x (0,64/130)1,85
hfo = 0,01 ft = 0,31 cm
hf = 1/3 hfo = 0,1 cm

Kehilangan tekanan pada nozzle


Bila jarak antar nozzle = 20cm , jumlah nozzle = 835/20-1 = 40
Q/nozzle = 13,75/4 x 40 = 0,086 L/det = 3,035 x 10-3 cfs
Ø nozzle = ¼ “ = 0,021 ft , A = 3,41 x 10-4 ft2
Hf nozzle = (1/ 2 x gc x c2 x A2 ) x Q2
C = koefisien pengaliran = 0,7
Hf nozzle = (1/ 2 x 32,2 x 0,72 x 3,4 x 10-4 ) x (3,035 x10-3)2
= 0,251 ft = 7,65 cm
Kehilangan Tekanan pada Pipa

Trickling Filter

No Ø L Q V C Hf = 3,03 x L/d1,17
(V2/2g)1,85
(“) (m) L/det Fps Ft cm
1 16 27,4 110 2,87 130 0,1679 5,12
2 14 20 82,5 2,87 130 0,1433 4,37
03 12 20 55 2,55 130 0,1379 4,20
4 8 20 27,5 2,87 130 0,2760 8,41
5 6 13 13,75 2,55 130 0,2020 6,15
Hf total pada pipa untuk jalur terjauh 28,25

Anda mungkin juga menyukai