VII.1.UMUM
Untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, selain pemberian fasilitas
air minum yang memenuhi persyaratan air bersih, perlu juga disediakan
sistem penyalur air buangan yang baik serta pengolahan air buangan
tersebut sebelum dibuang ke badan air penerima.
Tujuan dari pengolahan air buangan ini antara lain untuk :
- Mencegah pencemaran terhadap badan air penerima.
- Melindungi kehidupan jasad-jasad di dalam air.
- Mencegah penyebaran penyakit melalui air.
Dalam merencanakan bangunan pengolahan air buangan, perlu adanya
pemilihan jenis pengolahan yang akan dilakukan. Pemilihan ini didasarkan
kepada :
- Karakteristik air buangan yang akan diolah.
- Daya asimilasi badan air penerima.
- Kondisi lingkungan dimana bangunan itu berada.
- Keadaan kota serta perkembangannya dimasa yang akan datang.
- Tata guna perairan badan air penerima.
- Kemampuan pemerintah untuk membangun bangunan
pengolahan air buangan serta pemeliharaannya.
-
VII.2.DASAR PERENCANAAN
VII.2.1.KARAKTERISTIK AIR BUANGAN
Karakteristik air buangan penting diketahui, untuk dijadikan sebagai dasar
dalam perencanaan dan operasi dari pengumpulan dan pengolahan air
buangan serta teknik pengelolaan dari kualitas lingkungan.
Karakteristik air buangan dapat dikelompokan atas :
a. Sifat Fisik.
Yang sangat penting dalam sifat fisik air buangan ialah :
Total solid, temperatur, warna dan bau.
- Total Solid.
Total solid didefinisikan sebagai jumlah partikel yang tetap tinggal
sebagai sisa dari penguapan sampel air buangan pada temperatur
103oC – 105oC.
- Temperatur.
Temperatur air buangan memberi pengaruh terhadap aktivitas
biologis, kelarutan gas dan viscositas. Temperatur air buangan
biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan temperatur air
bersih, ini disebabkan karena adanya penambahan panas dari
aktivitas industri dan domestik.
- Warna.
Warna sangat dipengaruhi oleh komposisi zat yang terdapat dalam
air buangan serta lamanya usia air buangan tersebut. Air buangan
yang masih baru biasanya berwarna kelabu, jika sudah mulai
membusuk, dimana DO-nya hampir mendekati nol, warna air
buangan berubah menjadi hitam.
- Bau.
Bau yang timbul pada air buangan adalah disebabkan oleh adanya
gas yang terjadi sebagai akibat dari dekomposisi zat organik,
tertama gas H2S.
b. Sifat Kimia.
Bila ditinjau dari segi unsur kimiawi, maka air buangan terdiri dari zat
organik, anorganik dan gas.
- Zat organik.
Zat organik biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
dari aktivitas manusia yang tersusun dalam kombinasi ikatan
karbon, H2, O2 bersama-sama dengan N2.
Unsur lainnya yang biasanya terdapat dalam air buangan adalah
sulfur, fosfor dan besi.
Substansi organik dalam air buangan biasanya terdiri dari : 40% -
60% protein, 25% - 50% karbohidrat dan 10% lemak. Pengukuran
zat organik biasanya dilakukan terhadap nilai-nilai : BOD, TOD
dan TOC.
- Zat anorganik.
Penganalisaan kadar zat anorganik dalam air buangan sangat
penting dalam pengontrolan kualitasnya. Konsentrasi zat anorganik
dalam air buangan, tergantung dari jenis buangan dan formasi
geologis dari batuan/dataran yang dilalui oleh aliran air buangan
tersebut. Pemeriksaan zat anorganik biasanya dilakukan terhadap :
pH
Alkalinity, yang berbentuk hidroksid, carbonat bicarbonat
dan elemen-elemen lain seperti kalsium, magnesium,
sodium, potasium atau amonia.
Nitrogen dan phospor yang sangat penting untuk
pertumbuhan protista dan tumbuhan sebagai nutrient atau
brostimulant.
Zat-zat racun seperti : CR, Ar, Cu, Ag dan Pb.
Logam berat seperti : Ni, Mn, Pb, Zn, Cu, Fe dan Hg.
Zat lain yang penting seperti Ce, F, S.
- Gas-gas.
Didalam aktifitas biologis dan reaksi kimia yang terdapat pada air
buangan, banyak dihasilkan gas. Gas-gas itu antara lain berasal
dari:
Atmosfir, seperti N2, O2, dan CO2.
Dekomposisi zat organik seperti H2S, NH3 dan CH4. H2S
adalah gas yang berasal dari dekomposisi zat organik yang
mengandung sulfur atau mineral SO3, SO4, gas ini idak
berwarna. CH4 berasal dari dekomposisi anaerobik zat
organik.
c. Sifat Biologis.
Yang dimaksud dengan sifat biologis air buangan adalah banyaknya
kandungan zat biologis yang terdapat didalam air. Zat biologis ini
biasanya terdiri dari mikroorganisme yang berupa protista, tumbuhan
dan hewan.
Untuk mengetahui karakteristik air buangan perlu adanya analisa
laboratorium. Dalam perencanaan ini tidak dilakukan analisa sampel,
karena :
- Di kota Langsa belum terdapat jaringan penyalur air bekas.
- Perencana tidak melakukan survey air buangan ke kota Langsa.
Mengingat bahwa di kota Langsa belum terdapat industri-industri besar,
maka sebagai dasar perencanaan ini digunakan karakteristik air buangan
dengan konsentrasi medium yang diambil dari buku “Wastewater
Engineering”, seperti terlihat dalam tabel VII-2.
VII.3.ALTERNATIF PERENCANAAN.
VII.3.1.PENENTUAN LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN.
Penentuan lokasi ini berdasarkan kepada :
- Keadaan topographi.
- Letak badan air penerima.
- Kepadatan penduduk.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka ditentukan bahwa lokasi instalasi
pengolahan air buangan untuk kota Langsa terletak ditepi sungai Langsa
sebelah Selatan kota. Ditempat ini penduduk masih renggang dan badan air
tidak dipakai untuk keperluan lain.
VII.3.3.TINGKAT PENGOLAHAN.
Pemilihan tingkat pengolahan berdasarkan kepada :
- Karakteristik kota Langsa.
- Air buangan yang dihasilkan.
- Karakteristik badan air penerima, dalam hal ini sungai Langsa,
yang diperkirakan mampu mengasimilasi air buangan yang akan
dibuang ke badan air tersebut.
- Biaya yang tersedia.
Dari pertimbangan-pertimbangan diatas, maka untuk kota Langsa cukup
dibangun instalasi pengolahan air buangan sampai tingkat kedua.
VII.4.KRITERIA PERENCANAAN.
VII.4.1.FLUKTUASI DEBIT AIR BUANGAN.
Yang dimaksud dengan fluktuasi debit air buangan adalah :
- Pada hari-hari tertentu dalam seminggu, sebulan atau setahun, debit
air buangan akan lebih banyak dari pada hari biasa. Debit ini
disebut sebagai debit hari maksimum.
- Pada saat-saat tertentu dalam sehari, akan terjadi debit puncak dan
minimum.
Besarnya debit pada hari maksimum, puncak dan minimum ditentukan
berdasarkan perbandingan :
Q rata-rata : Q maksimum = 1 : 1,1 s/d 1 : 1,25
Q rata-rata : Q puncak = 1 : 1,5 s/d 1 ; 1,75
Q rata-rata : Q minimum = 1 : 0,5.
Besarnya debit hari rata-rata air buangan adalah 0,70 x debit air minimum
rata-rata ditambah dengan infiltrasi yang besarnya adalah :
Q infiltrasi surface area = 0,20 x debit rata-rata.
Q infiltrasi pada pipa = 1 liter/det/km pipa.
TABEL VII-1
FLUKTUASI DEBIT AIR BUANGAN
Qr.AM Qr.AB Infiltrasi Qmax Qpeak Qmin
Tahun F1 F2 F3
l/dt l/dt S.A Pipa l/dt l/dt l/dt
1980 39 27,3 5,46 4,5 1,1 40,98 1,5 55,89 0,5 18,63
1985 48 33,6 6,72 4,5 1,1 49,3 1,5 67,23 0,5 22,41
1990 60 42 8,4 4,5 1,15 63,14 1,6 87,84 0,5 27,45
1995 72 50,4 10,08 4,5 1,2 77,98 1,7 110,47 0,5 32,49
2000 91 63,7 12,74 4,5 1,25 101,18 1,75 141,65 0,5 40,47
2005 120 84 16,8 4,5 1,25 131,63 1,75 184,28 0,5 52,65
Qr = Q rata-rata; AM = Air Minum; AB = Air Buangan; S.a = Q infiltrasi yang
berasala dari surface area.
TABEL VII-2
KOMPOSISI AIR BUANGAN
No. Konstituent Unit Konsentrasi
1 Solid Total mg/liter 700
2 Total Solid mg/liter 500
Terlarut
3 Fixed mg/liter 300
4 Volatile mg/liter 200
5 Total Solid Tidak mg/liter 200
Terlarut
6 Fixed mg/liter 50
7 Volatile mg/liter 150
8 Settleable Solid mg/liter 10
9 BOD mg/liter 200
10 TOC mg/liter 200
11 COD mg/liter 500
12 Nitrogen, Total mg/liter 40
Sebagai N
13 Organik mg/liter 15
14 Amonia Bebas mg/liter 25
15 Nitrit mg/liter 0
16 Nitrat mg/liter 0
17 Phospor, Total mg/liter 10
Sebagai P
18 Organik mg/liter 3
19 Inorganik mg/liter 7
20 Chlorida mg/liter 50
21 Alkalinity mg/liter 100
(Sebagai CaCO3)
22 Grease mg/liter 100
𝑉2 1,722
hv = 2.𝑔 = 2.32,2 ft = 0,046 ft
0,54/3
H = 1,79. 1,5 . 0,046 sin 60o
VII.5.2.SUMURAN PENGUMPUL.
Kriteria Perencanaan :
- Waktu detensi = 10-30 menit.
- Q perencanaan = Q maksimum tahap II = 132 L/det.
Perhitungan :
Q = 132 L/det.
Waktu detensi = 10 menit = 600 detik.
Kapasitas bak = 132 x 600 liter = 79.200 L ~ 80 m3.
Dimensi bak :
Panjang : 5 m.
Lebar : 5 m.
Dalam : 3,20 m + 0,30 ruang bebas.
Ha = 40,16 cm.
Untuk menetukan Hb, dilihat dari diagram : for computing submerged flow
through Parshal Flume of various size, terlampir.
Diperoleh : Hb/Ha = 64%
Hb = 0,64 x 40,16 cm = 25,7 cm
Tinggi air disaluran setelah alat ukur direncanakan 60 cm.
VII.5.5.COMMUNITOR.
Jenis Communitor didasarkan atas literatur :
Seelye, Elwyin. E, Data Book for Civil Engineer, hal 19-05 yaitu dari tabel :
Communitor Sizes and Capasities.
Dimana untuk Q = 132 L/det = 3,013 mgd dipakai communitor dengan tipe :
Over all Capasity (mgd)
No Sizes of Motor
Controlled Discharge Free Discharge
25 m 1,5 1,0-6,0 1,0-3,6
Q1 = 55 L/det.
55
Luas permukaan = 0,354 𝑚2 = 155,37𝑚2 ~156𝑚2
Dimensi bak =
Panjang : 13,00 m
Lebar : 4,00 m
Dalam : 2,54 m + 0,46 m ruang bebas.
Tahap I dibuat 3 buah bak.
Tahap II dibuat 3 buah bak.
Ruang Lumpur.
Suspended solid (SS) = 200 mg/L
BOD = 200 mg/L.
Penurunan kadar SS = 60% = 0,6 x 200 mg/L = 120 mg/L
Penurunan BOD = 35% = 0,35 x 200 mg/L = 70 mg/L.
Kadar solid dalam lumpur = 6%.
Beratlumpur =
1000 𝑚𝑔 55
𝑥 120 𝑥 𝐿/ det 𝑥 7.200 𝑑𝑒𝑡 = 264.000.000 𝑚𝑔 = 264 𝑘𝑔.
6 𝐿 3
Dari tabel 13-2 Wastewater Engineering by Metcalf & Eddy : % volatile
matter = 60-80% x total dry solid.
Volatile matter = 65% . B.D = 1,20
Fix matter = 35% . B.D = 2,50
B.D solid = 0,65 x 1,2 + 0,35 x 2,5 = 1,66.
Lumpur terdiri dari 6% solid.
Solid = 6% B.D = 1,66
Air = 94% B.D = 1,00
B.D lumpur = 0,06 x 1,66 + 0,94 x 1,00 = 1,04.
Berat lumpur = 264 kg.
264 𝑘𝑔
Volume lumpur = = 254 𝑑𝑚3 = 0,254 𝑚3 .
1,04
VII.5.7.TRICKLING FILTER.
Kriteria Perencanaan :
- Trickling Filter yang dipakai : High rate Single stage.
- Organik loading : 1000 – 5000 lb BOD/acre.ft – day
- Hidraulic loading : 10 - 40 mgad.
- Qr/Q (resirkulasi) : 1,1 s/d 1,4.
- Kedalaman : 3 - 8 ft = 0,90 – 2,4 m
Pustaka :
- Metoalf & Eddy, Wastewater Engineering, 533 – 541.
Perhitungan :
Q tahap I = 55 L/det.
Q tahap II = 110 L/det.
BOD = 200 mg/L – 70 mg/L (hilang di bak pengendap I)
= 130 mg/L
SS = 200 mg/L – 120 mg/L = 80 mg/L.
BOD effluent yang diinginkan = 20 mg/L.
130−20
Effisiensi : 𝑥 100% = 84,60%
130
1360,7 1
[ 𝑉.1,75 ]2 𝑥 0,00719 = 1 − 0,846
0,183898 = 0,154 V.
V = 1,42 acre feet.
Kalau kedalaman diambil = 2 m = 6,56 ft.
Maka luas permukaan filter = 1,42 acre ft/6,56 ft.
=0,216 acre = 876 m2.
Kalau dibuat 4 unit trickling filter, maka :
Luas/filter = 219 m2.
Diameter = 16,7 m.
Dimensi Trickling Filter :
Diameter = 16,70 m
Tebal media = 2,00 m + 0,40 m ruang bebas
= 2,40 m.
Untuk tahap I dengan kapasitas pengolahan 55 L/det, jumlah trickling filter :
4 bak.
Untuk tahap II dengan kapasitas pengolahan 110 L/det, trickling filter : 8
bak.
= 0,4244 L/det/m2.
Q tahap I = 55 L/det.
55 𝐿/𝑑𝑒𝑡
Luas permukaan yang dibutuhkan = 0,4244 𝐿/𝑑𝑒𝑡/𝑚2 = 129,594 𝑚2
Ruang Lumpur.
Suspended solid = 200 mg/L – 120 mg/L (hilang di bak pengendap I = 80
mg/L)
Pemisahan SS di bak pengendap II = 60%
0,6 x 80 mg/L = 48 mg/L.
BOD = 20 mg/L (effluent dari Trickling filter)
Pemisahan = 40% = 0,4 x 20 mg/L = 8 mg/L.
Kadar solid dalam lumpur : 3%
Berat lumpur = 100/3 x 48 mg/L x 55/2 L/det x 86.400 det
= 3.802.000 g/hari = 3.802 kg/hari
Lumpur terdiri 3% solid, 97% air.
Solid terdiri dari : Vm = 70% B.D = 1,3
Fm = 30% B.D = 2,5
B.D solid = (0,7 x 1,3) + (0,3 x 2,5) = 1,66
B.D lumpur = (0,03 x 1,66) + (0,97 x 1) = 1,02.
3.802 𝑘𝑔
Volume lumpur = 1,02 𝑘𝑔/𝑑𝑚3 = 3.727,4 𝑑𝑚3 = 3,73𝑚3
Aliran Keluar.
Diameter bak = 9 m.
Panjang pelimbah = keliling bak = 𝜋. 9𝑚 = 28,27𝑚
1
Q/bak = 55/2 L/det = 55/2 x 𝑥86.400 𝑔𝑝𝑑
3,785
= 627.741 gpd
627.741 𝑔𝑝𝑑
Beban pelimpah = 28,27 𝑥 3,28 𝑓𝑡 = 6.769,88 𝑔𝑝𝑑/𝑓𝑡.
Kebutuhan chlor.
Dosis chlor = 15 mg/L.
Kebutuhan chlor = 15 mg/L x 55 L/det = 825 mg/det
= 825 mg/det x 86.400 det/hari = 71,28 kg/hari.
Pembubuhan chlor dilakukan dengan injector dan pengaliran air dengan
booster pump.
VII.5.10.SLUDGE THICKENER.
Kriteria Perencanaan :
- Solid loading : 12-20 lb/sqft-day
- Kadar solid : 7 – 9%, sesudah thickener.
- Kedalaman : 7 – 15 feet = 2,1 – 4,5 m.
Perhitungan :
Banyaknya solid yang diolah :
Tahap I : Dari bak pengendap I = 570,24 kg/hari.
Dari bak Pengendap II = 228,096 kg/hari.
= 798,336 kg/hari.
Solid loading = 15 lb/sqft.day.
15 𝑥 0,454
= 𝑘𝑔/𝑚2 . ℎ𝑎𝑟𝑖 = 73,305 𝑘𝑔/𝑚2 . ℎ𝑎𝑟𝑖
0,0929
798,336 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
Luas permukaan= = 10,89 𝑚2 .
73,305 𝑚2
VII.5.11.SLUDGE DIGESTER.
Kriteria Perencanaan :
- Type digester yang digunakan : Mesophilik.
- Temperatur : 90oF
- Waktu ditensi : 25 hari
- Gas yang dihasilkan : 8 – 15 cuft/kg sludge.
- Tinggi digester : 20 – 40 ft
: 6 – 8 m.
Pustaka :
- Metcalf & Eddy, Wastewater Engineering, hal 591.
Perhitungan :
0,008(2−∝.𝑉𝑚).𝑤.𝑇
Rumus : B = 1−𝑊𝑚
= 5.625,980 cuft.
Volume untuk ruang bebas : 25%
Kapasitas digester total = 125/100 x 5.625,98 cuft = 7.032,5 cuft.
Kalau diambil kedalaman digester = 20 ft = 6,09 ~ 6 m
7.032,5
Maka luas permukaan digester = 𝑓𝑡 2 = 351,623 𝑓𝑡 2
20
VII.5.12.TANGKI GAS
Tangki direncanakan untuk dapat menampung gas yang dihasilkan setiap
hari.
Jumlah gas yang dihasilkan = 11.728,90 cuft/hari
Kapasitas tangki= 30 % dari volume gas setiap hari
= 0,30 x 11.728,90 cuft
= 3.518,67 cuft
Tinggi tangki =4m
Luas tangki = ¼ x 3.518,67 cuft x 0,02832 m / cuft
= 24,94 m2
0,25 x D2 x π = 24,94 m2
D2 = 31,75 m2 D = 5,60 m
Dimensi tangki gas :
Diameter = 5,60 m
Dalam = 4,00 m
Tahap I dibuat 1 buah tangki gas, tahap II ditambah 1 buah tangki lagi.
Trickling Filter
Bak Pengendap II
No Ø L Q V C Hf = 3,03 x L/d1,17
(V2/2g)1,85
(“) (m) L/det Fps Ft cm
1 8 1,20 27,50 2,87 130 0,01655 0,504
2 12 6,50 55 2,55 130 0,04483 1,366
3 16 40,80 110 2,87 130 0,2501 7,622
4 8 21 27,50 2,87 130 0,0982 2,993
5 6 15 13,75 2,55 130 0,2328 7,095
Hf total pada pipa untuk jalur terjauh 19,575
Trickling Filter
No Ø L Q V C Hf = 3,03 x L/d1,17
(V2/2g)1,85
(“) (m) L/det Fps Ft cm
1 16 27,4 110 2,87 130 0,1679 5,12
2 14 20 82,5 2,87 130 0,1433 4,37
03 12 20 55 2,55 130 0,1379 4,20
4 8 20 27,5 2,87 130 0,2760 8,41
5 6 13 13,75 2,55 130 0,2020 6,15
Hf total pada pipa untuk jalur terjauh 28,25