Anda di halaman 1dari 11

Menghitung Debit aliran air di sungai polban

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Fisika Lingkungan

oleh

Riza Restu Mahendra NIM P17333118436

Putri milenia Ramadhanti NIM P173331184

Ajeng PMRS NIM P173331184

Milda Amelianti NIM P173331184

Agnes Maura NIM P173331184

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BANDUNG

2018
Dasar Teori

Besarnya debit sedimen terlarut/suspensi dapat dihitung melalui pengukuran debit dan pengambilan
sampel sedimen. Sampel sedimen suspensi yang diambil dari suatu lokasi pos duga air dilakukan setelah
pengukuran debit. Lokasi pengambilan sampel harus memenuhi syarat sebagaimana yang berlaku pada
pengukuran debit.

Peralatan yang digunakan adalah :

Alat pengambil sampel sedimen jenis USDH 48 yang digunakan pada saat pengukuran debit dengan
merawas

Alat pengambil sampel sedimen jenis USD 59 untuk pengukuran debit menggunakan perahu, sisi
jembatan, cable car dan winch cable way.

Botol sampel isi 500 ml lengkap dengan etiketnya

Seperangkat peralatan pengukuran debit lengkap

Jika maksud pengambilan sampel untuk mendapatkan data distribusi konsentrasi sedimen suspensi
terhadap kedalaman, maka digunakan metode integrasi titik. Metode integrasi kedalaman diperlukan
bila diinginkan analisa hidrologi yang terkait dengan sedimen suspensi dari suatu SWS atau DPS
(Anonim,2014).

Menurut Nurdin (1984) air adalah zat yang mengelilingi semua organismedan merupakan bagian
terbesar pembentuk tumbuh-tumbuhan dan binatang air. Air juga meruapakan tempat terjadinya
berbagai reaksi kimia oleh berbagaiorganisme hidup. Menurut Adriman (2002) menyatakan bahwa
perairan umum adalahbagian permukaan bumi yang secar permanent maupun berkala digenangi oleh
air,baik air tawar, payau maupun air laut, mulai dari garis pasng surut terendah kearah daratan dan
badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Menurut Sachlan (1980) perairan umum
merupakan sumberdaya yangmempunyai potensi besar baik bagi perikanan maupun untuk kehidupan
manusia.

Debit yang mengalir di suatu aliran irigasi ( Q,m 3/det ) adalah merupakan hasil perkalian luas penampang
basah ( A,m2 ) dengan kecepatan aliran ( V, m/det ). Dapat ditulis dengan persamaan berikut ini :

Q=AxV

Ket :

Q = Debit yang mengalir di suatu aliran irigasi (m 3/det )

A = luas penampang basah (m2 )

V = kecepatan aliran ( m/det )


( Michael, A.M, 1978 )

Luas penampang basah diukur dengan pengukuran langsung menggunakan alat ukur arus. Nilai
perkiraan berapa laju kecepatan aliran dapat juga diukur menggunakan pelampung meskipun hasilnya
tidak tepat. Kecepatan aliran juga dapat diperkirakan dengan cara tidak langsung yaitu dihitung
berdasarkan rumus-rumus hidrolika. Atas dasar itu debit bisa diukur dengan cara langsung atau tidak
langsung. Yang dimaksud dengan cara pengukuran debit secara tidak langsung adalah mengukur debit
saluran irigasi yang nilai kecepatan alirannya tidak diukur, akan tetapi dihitung berdasarkan rumus
hidrolika.

Rumus yang dimaksud antara lain rumus Chezy, Darcy-Weisbach, Manning dan menurut Michael
yang umum digunakan untuk menghitung kecepatan aliran saluran irigasi adalah rumus Manning.
Menurut rumus Manning debit saluran irigasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut ini :

Ket :

Q = Debit (m3/det )

A = Luas Penampang (m2 )

R = Jari-jari Hidraulis (m)

S = Kemiringan garis energy ( tanpa satuan )

n = Koefisien kekasaran Manning

( Michael, A.M, 1978 )

Aliran fluida dapat dikategorikan:


1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina –lamina dengan
satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk
meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar
memenuhi hukum viskositas Newton yaitu :
τ=μ

2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling
tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang
besar.

3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
(Ridwan, 1998)

Daftar Pustaka

Michael, A.M, 1978, Irigation Theory and Practice, Vikas PH PVT. ltd

Alat dan Bahan

Alat

1.Sarung tangan lateks

2.TDS meter

3.Jerigen

4.Wearpack

5.Sepatu boot
6.Beaker glass 250ml

7. Termometer

8.Tongkat

9.Meteran

10.Alat tulis dan Kamera

11.Botol Semprot

Bahan

1.Aquadest

2.Air sampel sungai

Cara Kerja

PENGUKURAN DEBIT DENGAN PELAMPUNG

Pengukuran debit dengan pelampung langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Pilih Lokasi pengukuran sesuai dengan pengukuran

2. Siapkan pelampung

3. Siapkan peralatan dan perlengkapannya untuk mengukur penampang basah sungai sehingga
diperoleh data lebar dan dalam sungai
4. Siapkan peralatan dan perlengkapannya untuk mengukur jarak diantara dua penampang
melintang

5. Siapkan peralatan pemberi aba-aba dan rambu-rambu

6. Siapkan alat pencatat waktu

7. Lakukan pengkuran lamanya waktu pelampung melintas pada jarak yang telah ditentukan,
ulangi minimal dua kali

8. Catat Hasilnya

9. Debit dihitung dengan rumus:

Q=AxV

Keterangan : Q = Debit air (m3/detik)

A = Luas penampang basah sungai (m2)

V = kecepatan rata-rata pelampung (m/detik)

B. PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN PELAMPUNG

Pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung hanya disarankan apabila pengukuran


kecepatan dengan alat ukur aurs (current meter) tidak dapat dilaksanakan. Ketentuan
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan jenis pelampung permukaan atau pelampung yang sebagian tenggelam di


dalam aliran dan tergantung pada bahan yang tersedia dan kondisi aliran

2. Lintasan pelampung harus mudah diamati, kalau perlu pelampung diberei tanda khusus
terutama bila dilakukan pada malam hari

3. Pengukuran kecepatan aliran harus dipilih pada bagian alur yang lurus, dan memenuhi
salah satu syarat sebagai berikut:

a. Bagian alur yang lurus paling sedikit tiga kali lebar aliran
b. Lintasan pelampung pada bagian alur yang lurus palingh sedikit memerlukan waktu
tempuh lintasan 40 detik

4. Adanya fasilitas untuk melempar pelampung, misalnya jembatan

5. Lintasan pelampung paling sedikit mencakup tiga titik dan disetiap titik lintasan paling
sedikit dilakukan dua kali pengukuran

6. Kecepatan aliran dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

v = kecepatan aliran, (m/det)

s = panjang lintasan (m)

t = waktu tempuh lintasan pelampung (detik)

7. Kecepatan rata-rata yang diperoleh harus dikalikan dengan suatu koefisien yang ditentukan
dari hasil perbandingan kecepatan aliran yang diukur menggunakan pelampung dengan
kecepatan aliran yang diukur menggunakan alat ukur arus (besarnya k berkisar antara 0,50
– 0,98)

C. PENGUKURAN PARAMETER SUHU AIR

Alat yang dibutuhkan adalah Termometer. Langkah-langkah dalam pengukuran


parameter suhu air adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik pengambilan sampel dan menyiapkan alat pengambilan contoh yang
sesuai dengan keadaan sumber air;

2. Membilas alat dengan air contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali;

3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara
hingga merata;
4. Apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap
titik harus sama.

5. Masukkan Termometer ke dalam wadah air contoh biarkan beberapa saat sampai
menunjukkan angka yang relatif stabil

6. Catat Hasil Pengukuran

D. PENGUKURAN PARAMETER TDS (TOTAL DISSOLVED SOLIDS)

Alat yang dibutuhkan adalah TDS meter. Langkah-langkah dalam pengukuran


parameter TDS adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik pengambilan sampel dan menyiapkan alat pengambilan contoh yang
sesuai dengan keadaan sumber air;

2. Membilas alat dengan air contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali;

3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara
hingga merata:

4. Apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap
titik harus sama.

5. Masukkan TDS meter ke dalam wadah air contoh biarkan beberapa saat sampai
menunjukkan angka yang relatif stabil. Lakukan sebanyak tiga kali kemudian
dirataratakan.

6. Catat Hasil Pengukuran

Pembahasan

Catatan Lapangan

Nama sumber air : Sungai Politeknik Bandung (POLBAN)


Lokasi : Jalan Ciwaruga

Tanggal : Rabu, 13 Februari 2019

Waktu : 10.30 WIB

Tinggi/ kedalaman air : 37 cm

Temperatur air : 24°C

Lebar sungai : 6,58 m

TDS : 357 ppm

Keadaan cuaca : Cerah Berawan

Keadaan fisik sumber air : Keruh

Instruktur Praktikum : Ade Kamaludin, S.Tr. KL

GPS (titik koordinat) sungai : -6.8735789, 107.5749828

Nama Praktikan :

Ajeng PMRS ( Memegang tongkat dan mengukur kecepatan)

Agnes Maura ( Mengambil sampel air dan mengukur kecepatan)

Milda Amelianti ( Memegang tongkat dan mengukur lebar sungai)

Putri Milenia ( Mencatat hasil pengukuran kecepatan, kedalaman,suhu,dan TDS,


dan mencari titik koordinat lokasi)

Riza Restu (mengukur kedalaman sungai, mengukur lebar sungai, mengukur suhu dan
TDS)

Kecepatan aliran :

RUMus

t = 8,43 s

s = 5,20 m

m/s
t = 9,63 s

s = 5,20 m

v = 0,54 m/s

t = 10,9 s

s = 5,20 m

v = 0,48 m/s

∑=

= 0,54 m/s
Debit aliran :

Q = 1,31 m3/s

Debit aliran merupakan banyaknya air yang mengalir dalam satuan volume per waktudengan satuan
meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran tersebut dipengaruhi dengan adanya
siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan. ketika intensitas hujan rendah debit aliran kecil sedangkan
ketika intensitas hujan tinggi debit aliran akan semakin besar. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi
sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai.

Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran debit aliran sungai di Politeknik Negeri Bandung. pengukuran
yang dilakukan yaitu menggunakan metode velosity yang menggunakan seperaangkat alat TDS ,
Termometer dan juga meteran.

Pada pengukuran ini, sungai dibagi menjadi tiga luasan, yaitu bagian tengah ,kiri dan kanan. Sebelumnya
kedalam tiap titik pada luasan diukur terlebih dahulu agar diketahui tiap luasannya lalu diukur juga
kedalamannya untuk mengetahui seberapa dalam sungai tersebut yang dibagi menjadi 3 bagian.

Setelah kedalaman pengukuran debit diketahui, maka pengukuran debit dapat dilakukan dilakukan
dengan menancap kan kayu yang sudah disediakan yang berjarak sepanjang 5m lalu di lepaskan gabus
diantara satu kayu lalu dihitung berapa kecepatan gabus tersebut sampai ke kayu berikutnya.minimal
haruslah 5 detik . Setelah itu catat hasilnya. Lalu setelah pengukuran debit maka selanjutnya yaitu
pengukuran suhu menggunakan termometer.pengukuran harus dilakukan di dalam sungai tidak boleh di
ambil keluar karena akan menyebabkan perubahan suhu. Suhu yang kami dapatkan. Yaitu 24 derajat
Celcius. Itu merupakan suhu yang lazim bagi sungai karena tidak melewati batas. Setelah suhu maka
dilanjutkan ke pengambilan sampel menggunakan jerigen. Pengambilan sampel haruslah dalam keadaan
jerigen tertutup lalu dimasukan jerigen sedalam setengah dalam sungai. Lalu harus menghadap
/berlawan arus. Setelah itu buka tutup jerigen dan tunggu sampai penuh. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kontaminasi pada bagian atas sungai . Setelah itu bawa kepermukaan lalu hitung TDS dari sampel
air tersebut didaratan menggunakan TDS meter. Hasil TDS yang kami dapatkan yaitu 357ppm.

Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah setiap sungai memiliki karakteristik sifat fisika yang berbeda
beda tergantung dari zat yang ada didalam nya serta apa yang mengkontaminasi sungai tersebut.

Anda mungkin juga menyukai