PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan untuk melindungi
pasien, petugas kesehatan, serta pengunjung ataupun masyarakat sekitar
rumah sakit. Petugas kesehatan mempunyai resiko tertular penyakit saat
menjalankan tugasnya sebagai pemberi layanan kesehatan. Penularan
penyakit infeksi kepada petugas kesehatan bisa karena percikan cairan
tubuh pasien ( darah, nanah, urine , feses, ) yang tercemar melalui
mukosa , kulit yang luka , maupun tertusuk jarum bekas pakai yang
terkontaminasi. Menurut data penyakit infeksi masih merupakan salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.
Menurut data US-CDC, Juni 1997 ada 56 kasus tertular HIV pada
kecelakaan kerja tenaga kesehatan, 52 kasus terpajan dengan darah, 1
kasus terpajan dengan cairan tubuh yang tarcampur dengan darah, 3
kasus terpajan langsung dengan virus di laboratorium. Dari 56 kasus
tersebut 50 kasus karena tertusuk jarum , 5 kasus karena percikan cairan
tubuh yang tercemar melalui mukosa, dan 1 kasus melalui tusukkan dan
percikan.
Menurut data CANADA COMUNICABLE DISEASE REPORT 2001,
akibat tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai prosentase
terhadap infeksi sebagai berikut : HBV 10-35%, HCV 2,7%, HIV 0,3%.
Menurut penelitian di beberapa rumah sakit di Jakarta 2003 ( Costy
Panjaitan ), petugas kesehatan yang terpajan berdasarkan tindakan yang
dilakukan antara lain pemasangan infus 26,6%, menyuntik 36,9%,
tindakan operasi 14,9 %, dan tindakan medis lainnya 33%.
Dari data- data di atas Rumah Sakit Sahabat menaruh perhatian
terhadap hal ini , dengan cara memberikan perlindungan kesehatan
terhadap petugas kesehatan . Hal – hal yang telah dilakukan antara lain,
pemeriksaan kesehatan berkala, pencegahan penularan infeksi terhadap
petugas kesehatan , penyediaan sarana kewaspadaan standart,
pemberian imunisasi/ profilaksis terhadap petugas khusus serta
penatalaksanaan pasca pajanan.
II. Tujuan
1
a. Tujuan umum dari penatalaksanaan pasca pajanan adalah
melindungi petugas dari resiko infeksi atau resiko lain akibat
kecelakaan/ kejadian yang dialami saat menjalankan tugasnya.
b. Tujuan secara khusus adalah :
Petugas bisa menjaga sikap dan perilaku yang sesuai
sehingga dapat mencegah atau meminimalkan kecelakaan
kerja.
Petugas yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena
pajanan saat menjalankan tugasnya dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan.
Mengetahui resiko – resiko yang ditimbulkan akibat pajanan
Memahami tindakan perlindungan terhadap bahaya penyakit
menular pada petugas kesehatan
Mampu menerapkan kewaspadaan untuk keselamatan
petugas.
III. Pengertian
a. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan resiko
penularan.
b. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah
timbulnya infeksi pasca pajanan ( setelah terjadi peristiwa beresiko ).
c. Imunoglobulin Hepatitis B ( HBIG ) adalah kekebalan tubuh manusia
berupa globulin ( kelompok protein yang digunakan untuk produksi
antibodi ) yang digunakan untuk mencegah perkembangan hepatitis
B
d. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh , yang berasal
dari protein darah jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan
antigen ( zat asing/ protein asing ) yang masuk ke dalam tubuh.
e. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi
dalam darah menjadi keadaan ada antibodi dalam darah,
perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme
dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi .
f. Enzim Immunoassay ( EIA )anti – Hepatitis C Virus merupakan uji
yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen ,
suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau
kadar anti bodi dan antigen dalam cairan tubuh atau serum
seseorang. EIA dapat digunakan pada sebagian besar jenis sampel
biologi seperti plasma, serum, urine, dan ekstrak sel.
g. HIV adalah ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah retrovirus
yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan
RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. Virus HIV
2
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu dan virus ini ditularkan melalui
hubungan seksual . Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh
manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired
Imuno Deficiency Syndrome (AIDS)
h. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat
retrovirus.
i. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau
mencegah pekerjaan enzim protease.
j. Periode jendela (window period) adalah waktu antara timbulnya
infeksi HIV dan munculnya antibodi yang dapat dideteksi.
3
BAB II
TATA LAKSANA
4
5. Dapat minum obat ARV( Anti Retro Viral ) untuk memperkecil resiko
penularan, jika luka tusuk kurang dari 4 jam.
6. Bila status sumber pajanan positif HIV atau HBV atau HCV, maka
tentukan status petugas terpajan HIV atau HBV atau HCV.
7. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang
terpajan harus dilakukan konseling lebih dulu.
8. Jika hasil pre test petugas terpajan positif HIV atau HBV atau HCV
maka rujuk ke spesialis.
9. Jika hasil pre test petugas terpajan negatif sementara sumber
pajanan positif HBV, maka diberikan imunisasi HBV, bila sumber
pajanan positif HIV maka rujuk tim AIDS.
10. Beri dukungan kepada petugas terpajan.
5
Buat laporan Pajanan
Pemeriksaan Laboratorium
- HIV, HBV, HCV
6
Keadaan
7
untuk mengidentifikasi infeksi sesegera mungkin dan merujuk
petugas terpajan melalui pilihan pengobatan. Tidak ada pedoman
pemberian terapi untuk hepatitis C. Menurut beberapa studi
menunjukkan bahwa terapi anti virus mungkin menguntungkan bila
dimulai pada awal perjalanan infeksi. Langkah-langkah yang
diambil setelah terpajan hepatitis C virus hanya untuk melakukan
pengujian awal antibodi terhadap hepatitis C virus dan SGOT.
8
pajanan memenuhi semua kriteria dianjurkan jika ada salah satu
berikut : kondisi berikut:
Terjadi pajanan satu atau lebih dari hal Pajanan tubuh non infeksi
berikut : darah, cairan tubuh, keringat, cairan ( misalnya faeces, air
tampak cairan bernoda darah, cairan liur, urine atau keringat )
ketuban, cairan sinovial, cairan
cerebrospinal, cairan pleura
9
lainnya tampak terkontaminasi dengan
darah
10
lendir alat kelamin atau kelompok profilaksis
atau pajanan kulit pasca
non intak pajanan
Pajanan darah atau asalkan tidak
air mani volume ada resiko
besar sumber
pajanan
kemungkinan
dalam
pereode
jendela.
11
c. Ulangi test untuk antibodi HIV pada 6 minggu dan 6 bulan setelah
pajanan, jika serokonversi terjadi, rujuk petugas terpajan untuk
pengobatan, perencanaan dan dukungan.
d. Berikan saran kepada siapa saja yang terkena untuk
menggunakan tindakan pencegahan sehingga mencegah
penularan sekunder selama masa tindak lanjut.
Tindakan pencegahan tersebut meliputi:
- Menghindari kehamilan
- Mencari alternatif yang aman untuk menyusui
- Menghindari donor darah dan menggunakan kondom
untuk melakukan hubungan seksual sampai test
pada 6 bulan menunjukkan bahwa petugas yang
terpajan tetap test negatif.
e. Evaluasi petugas yang menggunakan profilaksis pasca pajanan
dalam waktu 72 jam untuk memantau efek samping obat yang
mungkin dan kepatuhan pengobatan. Ikuti perkembangan sampai
dua minggu.
BAB III
DOKUMENTASI
1. Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas
yang terpajan, 1 lembar diserahkan ke Instalasi Gawat Darurat atau
Poliklinik dimana petugas yang terpajan mendapatkan perawatan dan
pengobatan dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
2. Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas
yang merawat, 1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana
petugas yang terpajan bekerja dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
12
BAB IV
PENUTUP
13
Lampiran II
FORMULIR LAPORAN PAJANAN
Petunjuk Pengisian
IDENTITAS
Nama : No Telp :
Route Pajanan :
Sumber Pajanan :
14
Imunisasi Hepatitis B : Sudah Belum
Tempat Pertolongan :
Pemeriksaan Serologi
Tanggal :
……………………….
Mengetahui,
15