Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini. Shalawat serta salam penulis khaturkan kepada jujungan Alam Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan bimbingan kepada kita semua
ke jalan yang lurus, jalan yang diridhoi Allah Rabbul Alamin, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal ini pada waktu yang telah di tentukan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

SARI ii

HALAMAN PERSETUJUAN iv

HALAMAN PENGESAHAN v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Alasan Pemilihan Judul 1

B. Permasalahan 7
C. Tujuan Penelitian 7

D. Penegasan istilah 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 11

A. Pengertian Lempar Lembing 11

B. Teknik Dasar Lempar Lembing 12

a. Pegangan lembing 12

b. Cara start dan membawa lembing 15

c. Lari awalan / ancang-ancang 17

d. Penarikan lembing 18

e. Fase akhir 19

f. Fase lempar 20

C. Hipotesis 30

BAB III METODE PENELITIAN 31

A. Populasi 31

B. Sampel dan teknik pengambilan sampel 31

C. Variabel Penelitian 32
D. Metode dan Rancangan Penelitian 33

E. Instrumen Penelitian 33

F. Teknik Pengambilan Data 34

G. Metode Analisis Data 35


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan istilah yang telah populer di kalangan masyarakat


Indonesia, karena saat ini masyarakat Indonesia mulai menyadari akan pentingnya
olahraga untuk kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan prestasi. Hal ini antara lain
ditunjukkan dengan pembangunan sarana prasarana olahraga oleh pemerintah,
mendatangkan pelatih-pelatih profesional dari luar negeri dan penelitian-
penelitian dalam bidang olahraga. Memang harus diakui bahwa banyak cabang-
cabang olahraga di Indonesia yang hanya bisa “berbicara” di tingkat Asia bahkan
ASEAN saja, salah satunya adalah cabang atletik.

Atletik sebagai induk dari segala cabang olahraga sebenarnya bukan


olahraga yang sulit dilakukan oleh setiap orang, karena pada dasarnya gerakan-
gerakan dalam olahraga atletik merupakan gerak alamiah manusia seperti
berjalan, berlari, melempar dan melompat. Gerakan-gerakan dasar manusia inilah
yang mejadi dasar pengembangan cabang olahraga atletik.

Perkembangan dunia olahraga khususnya atletik sudah mengalami


kemajuan yang sangat pesat. Namun di Indonesia khususnya untuk nomor lempar
lembing, yang merupakan salah satu nomor lempar dalam atletik masih jarang
yang mampu membina atlet lempar lembing yang mampu berprestasi di tingkat
dunia. Maka setiap negara saling bersaing melakukan pembibitan atlet guna
mendapatkan atlet yang berprestasi secara optimal.
Pada nomor lempar khususnya lempar lembing dapat diajarkan pada anak-
anak sejak umur 8 tahun keatas, mengingat bahwa anak usia 8-15 tahun
merupakan masa terbaik mempelajari ketangkasan, termasuk gerakan atletik.
Khususnya lempar lembing anak umur 8-15 tahun otot-otot yang dibutuhkan
dalam melakukan gerak melempar sudah mulai biasa dilatihkan seperti otot
punggung, otot lengan bahu, otot perut. Adapun latihan yang diberikan yang
pernah penulis latihkan pada anak-anak adalah dengan menggunakan bola
medicine dan karet ban dalam , karena karet ban dalam bisa diatur tingkat berat
dan ringannya tarikan sehingga kemungkinan pertumbuhan anak tidak begitu
terpengaruh. Dan selain itu seperti latihan otot punggung dan perut juga bisa
dengan back-up dan sit-up. Namun demikian awal latihan sesungguhnya serta
peningkatan teknik dan kemampuan berlomba baru mulai pada usia 15 tahun
keatas (Jozsel, 1979 : 6). Pada umur 15 tahun keatas latihan yang diberikan bisa
menggunakan dumpel / medicine ringan. Karena pada usia itu otot maupun tulang
pada anak sudah mampu menahan beban diuar berat badan sendiri. Kalau pada
masa anak-anak sudah menunjukkan bakat yang bagus, pada masa remaja dan
dewasa (senior) diharapkan akan bisa memberikan prestasi yang membanggakan
bagi diri sendiri, daerah, bangsa dan negara dalam kejuaraan-kejuaraan tingkat
daerah, nasional maupun internasional.

Pada masa sekarang ini perkembangan olahraga khususnya di cabang


olahraga atletik sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini dapat
dilihat semakin banyaknya klub-klub atletik yang dibina dan dibiayai daerah
maupun dinas pendidikan nasional, dan seringnya diadakan kejuaraan-kejuaraan
antar daerah. Tetapi di Indonesia perkembangan olahraga atletik khususnya pada
cabang lempar lembing masih belum mengalami perkembangan yang pesat, ini
dapat dilihat dengan kemampuan atlet lempar lembing yang belum bisa
berprestasi ditingkat internasional ini dapat dilihat dalam (peraturan perlombaan
atletik : 1996-1997 : 188-196).
Kita dapat melihat kemampuan atlet Nasional dari hasil-hasil kejuaraan
berikut Dalam hal ini dapat kita lihat dari hasil-hasil kejuaraan baik ditingkat
nasional dewasa, junior, maupun mahasiswa. Ditingkat dewasa dapat kita lihat
pada hasil PON ke XVI di Palembang tahun 2004 untuk lempar lembing putra
lemparan terjauh adalah Ponsianus Kahol dengan lemparan 67,76 m, menurut
pengamatan penulis waktu melihat Ponsianus Kahol bertanding mempunyai otot-
otot yang bagus terutama pada otot lengan bahu.
Selain itu Ponsianus juga mempunyai kecepatan dalam gerak melempar
atau speed lemparan. Selain itu juga mempunyai teknik lemparan yang bagus, jadi
selain faktor kekuatan otot faktor teknik, sudut lemparan, aerodinamis lembing,
gravitasi, kecepatan angin juga berpengaruh dalam menentukan jauhnya
lemparan, selain itu juga masih ada fakor lain yang mempengauhi lemparan,
Sedang lempar lebing putri lemparan terjauh adalah Tati Ratna Ningsih dengan
lemparan 40,89 m. Di kejurnas junior lemparan terjauh untuk putra adalah
Rusmanto dengan lemparan 53 m, untuk putri adalah Dian dengan lemparan 37 m.
Sedang ditingkat mahasiswa pada POMNAS 2005 diBandung lemparan terjauh
untuk putra adalah Parto dengan lemparan 54,50 m, seperti juga yang penulis lihat
Parto mempunyai kekuatan yang cepat pada otot lengan bahu, karena seperti yang
penulis lihat otot lengan bahu yang dimiliki Parto besar dan kelihatan kuat,
adapun untuk otot perut kelihatan buncit dan otot perutnya tidak kelihatan
berbentuk.
Kalau dari segi teknik Parto tidak mempunyai teknik yang bagus itu dapat
dilihat waktu penulis bertanding bersama, Parto mempunyai awalan yang jauh
tetapi waktu lima langkah terakhir dan pada waktu power posisi sebelum
melempar ada gerakan berhenti jadi awalan jauh tadi sia-sia atau kurang berguna
karena pada saat langkah terakhir sebelum melempar sempat berhenti. Jadi
menurut penulis Parto hanya menggunakan kekuatan otot dan kcepatan gerak
melempar. Untuk sudut lemparan juga tidak bagus karena posisi lembing saat
diudara selalu hampir berdiri jadi sudut lemparan lebih dari 45 derajat. Untuk
putri adalah Dian dengan lemparan 36,40m. Dian juga mempunyai otot punggung,
otot lengan bahu, dan otot perut bagus.
Dari data diatas dapat kita lihat perkembangan lempar lembing dari tingkat
mahasiswa sampai umum senior masih jauh rentangan jaraknya. Jadi dengan
adanya hasil-hasil dari kejuaraan tersebut kita dapat meneliti bagaimana program
latihan yang selama ini dibuat pelatih dan dilaksanakan olet atlet apakah sudah
mengena apa belum.

Prestasi yang optimal akan bisa tercapai namun perlu diadakan latihan
yang baik dan terencana. Dalam hal ini, selain atlet faktor pelatih sangat
berpengaruh dalam pencapaian prestasi yang optimal. Disini seorang pelatih harus
mempunyai falsafah baik falsafah hidup maupun falsafah melatih (Harsono, 1988
: 1). Salah satu arti falsafah adalah suatu sistem dari prinsip-prinsip yang dipakai
untuk membimbing orang dalam kegiatan-kegiatannya (Martin dan Lumsden,
1987).
Falsafah seorang pelatih harus tercermin dalam pendapatnya dan tingkah
lakunya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pelatih dan dalam membina
atlet-atletnya untuk mengembangkan secara optimal kesehatan fisik, mental,
spiritual, dan sosialnya. Disamping itu tugasnya adalah juga mengembangkan
ketrampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian,
dan respek terhadap orang lain.

Falsafah seorang pelatih harus tercermin dalam watak luhurnya,


pertimbangan-pertimbangan intelektualnya, sportivitasnya, dan sifat-sifat
demokratisnya. Seorang pelatih harus mampu mengetahui dan memahami faktor-
faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi atlet seperti pada cabang olahraga
lempar lembing. Faktor-faktor tersebut adalah :

(1) Faktor teknik, dalam hubungannya dengan latihan kondisi fisik dalam
menguasai titik gerak yang paling penting (Persiapan , pembentukan momentum,
power posisi, pelepasan, dan pemulihan) (IAAF : 2000 : 20). Dalam fase
persiapan atlet memegang alat dan mengambil suatu sikap untuk memulai dengan
fase pembentukan momentum. Dalam fase pembentukan momentum tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemungkinan kecepatan pelepasan lembing dengan
mempercepat gerakan tubuh atlet untuk mencapai suatu tingkatan yang optimal.
Percepatan ini terjadi sepanjang suatu jalur linier dalam lempar lembing. Dalam
fase pelepasan alat, kecepatan disimpan, ditingkatkan dan dipindahkan dari badan
atlet kepada alat dan alat itu dilepaskan. Rangkaian antar fase pembentukan
momentum dan fase pelepasan alat disebut power posisi.

Features yang umum dari suatu power posisi yang efektif dalam event
lempar adalah :

a) Suatu sikap berdiri yang seimbang kedua kaki ditanah.

b) Berat badan ada diatas kaki kanan.

c) Tumit kanan dan jari-jari kaki kiri sebaris.

d) Condong badan kebelakang terhadap arah lemparan.

Tahap-tahap urutan gerak Lempar Lembing sebagai berikut :

1. Lari ancang-ancang, dalam tahapan ancang-ancang pelempar dan lembing


dalam gerakan dipercepat.
2. Langkah silang, dalam tahapan langkah silang pelempar itu dalam gerakan
dipercepat dan pada fase itu merupakan fase penarikan lembing. Lebih lanjut dan
pelempar mempersiapkan tahap pelepasan lembing.

3. Pelepasan, dalam tahap ini pelepasan lembing dihasilkan kecepatan


tambahan dan ditransfer kelembing sebelum dilepaskan.
4.Pemulihan, dalam tahap ini pelempar menahan dan menghindari berbuat
kesalahan (Pedoman mengajar atletik IAAF,2000 : 141).

( 2 ) Faktor kondisi fisik. Pengertian kondisi fisik dalam olahraga menurut


Grosser dalam latihan fisik olahraga adalah kemampuan jasmani yang
menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan melalui kemampuan pribadi.
Lebih lanjut Grosser mengungkapkan persyaratan kemampuan fisik ada 3 :(1)
Perkembangan usia, (2) Bawah organ secara genetik (jantung, peredaran darah,
sistem pertukaran zat dan otot), (3).Mekanisme pengendalian koordinasi sistem
persyaratan pusat, jadi kerjasama antara otak, sistem syaraf, dan otot.

Bentuk kemampuan fisik yang dibutuhkan pelempar adalah : (1) kekuatan


maksimal, (2) kekuatan yang cepat, (3) kelentukan (Grosser : 2001 : 6). Dalam
lempar lembing otot-otot yang harus dilatih untuk mendapatkan kekuatan yang
maksimal dan kekuatan yang cepat adalah: otot lengan bahu, otot punggung, otot
perut, otot tungkai. Ini dijelaskan dalam bentuk- bentuk latihan khusus untuk
lempar lembing oleh (Carl Johnson dalam Javelin Throwing) .

( 3 ).Faktor biomekanika, faktor biomekanika dalam lempar lembing adalah: (a)


ketinggian, (b) kecepatan, (c) sudut lemparan. Selain itu faktor aerodinamik dari
sarana peralatan dan faktor lingkungan juga berpengaruh seperti angin, kepadatan
udara, dan ketinggian tempat.

Dalam hal ini penulis mengambil kekuatan otot lengan bahu, kekuatan otot
punggung, dan kekuatan otot perut. Maka dalam penelitian ini penulis akan
mengambil judul : " Sumbangan Kekuatan Otot Punggung, Otot Lengan Bahu,
Dan Otot Perut Terhadap Hasil Lempar Lembing Siswa Kelas VIII SMPN 1
MADAPANGGA ".Alasan penulis memilih judul tersebut adalah karena penulis
melihat betapa pentingnya faktor kekuatan otot-otot tubuh yang digunakan untuk
melekukan gerakan melempar khususnya dalam cabang olahraga lempar lembing.
Selain itu penelitian-penelitian yang lain masih sedikit yang meneliti tentang
kekuatan otot lengan bahu, otot punggung, dan otot perut.

B. Permasalahan

Pada lempar lembing faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari


lemparan ada banyak hal, diantaranya adalah faktor kekuatan otot punggung, otot
lengan bahu, dan otot perut. Untuk itu bagi pelatih maupun seorang atlet harus
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil lemparan dalam lempar
lembing tersebut. Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah:

1. Apakah ada sumbangan kekuatan otot punggung terhadap hasil lemparan


dalam lempar lembing ?
2. Apakah ada sumbangan kekuatan otot lengan bahu terhadap hasil
lemparan dalam lempar lembing ?
3. Apakah ada sumbangan kekuatan otot perut terhadap hasil lemparan dalam
lempar lembing ?
4. Apakah ada sumbangan kekuatan otot punggung, otot lengan bahu, dan
otot perut terhadap hasil lemparan dalam lempar lembing ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :


1. Seberapa besar sumbangan kekuatan otot punggung, otot lengan bahu, dan otot
perut terhadap hasil lemparan dalam lempar lembing.
2. Bila telah diketahui sumbangannya maka akan bisa digunakan dalam
pembuatan program latihan guna peningkatan prestasi bagi atlet lempar lembing.
D. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi penafsiran yang salah serta menghindari


penyimpangan yang mungkin terjadi pada permasalahan yang dibicarakan maka
diadakan penegasan istilah yang meliputi : Sumbangan, Kekuatan, Kondisi Fisik,
Hasil, Lempar Lembing.

1. Sumbangan

Sutrisno hadi (1987 : 41) mengatakan bahwa sumbangan ada dua :

a) Sumbangan relative : adalah sumbangan yang tidak langsung


menampakkan hasil.
b) Sumbangan efektif : adalah sumbangan yang langsung menampakkan
hasil. Sumbangan dalam penelitian ini adalah pemberian / sokongan dari kekuatan
otot punggung, otot lengan bahu, dan otot perut terhadap hasil lempar lembing
Siswa SMPN 1 Madapangga.

2. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan tubuh untuk dapat mengatasi tahanan


atau beban untuk menjalankan aktifitas (Suharno HP, 1985: 24). Kekuatan adalah
komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan, karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik,
karena kekuatan juga memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari
cedera, selain itu dengan kekuatan atlet akan dapat berlari cepat, melempar, atau
menendang lebih jauh dan lebih efisien (Harsono, 1988 : 177). Kekuatan dalam
penelitian ini adalah kemampuan otot-otot tubuh dalam hal ini adalah otot
punggung, otot lengan bahu, otot perut untuk mengatasi tahanan atau beban pada
masa tertentu.
3. Hasil lempar lembing

Dalam lempar lembing tujuan kita atau seorang atlet melakukan


lemparan adalah untuk mendapatkan hasil lemparan yang sejauh-jauhnya dan
menancap atau sah untuk diukur, maka dari itu dilempar lembing hasil lemparan
adalah faktor yang paling utama dalam menentukan prestasi atlet tersebut.Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan lemparan tanpa awalan untuk menentukan
hasil dari lemparan dalam lempar lembing.Hasil lempar lembing adalah jauhnya
lemparan yang dilakukan sampel dengan lemparan tanpa awalan.

4. Kondisi fisik

Kondisi fisik menurut Harsono dalam Coaching dan aspek-aspek


psikologi dalam coaching memegang peranan penting dalam meningkatkan
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan
demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.Kondisi
fisik dalam olahraga menurut Grosser dalam latihan fisik olahraga adalah
kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan
melalui kemampuan pribadi. Lebih lanjut Grosser mengungkapkan persyaratan
kemampuan fisik ada 3 yaitu : (1). Perkembangan usia, (2). Bawaan organ secara
genetik (jantung, peredaran darah, sistem pertukaran zat dan otot),(3). Mekanisme
pengendalian koordinasi sistem persyaratan pusat, jadi kerjasama antara otak,
sistem syaraf, dan otot. Dalam penelitian ini bentuk kemampuan fisik yang
dibutuhkan pelempar adalah :(a) kekuatan maksimal, (b) kekuatan yang cepat, (c)
kelentukan (Grosser : 2001 : 6).
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Lempar Lembing

Istilah " Atletik " barasal dari bahasa Yunani yaitu athlon atau athlum
yang artinya pertandingan., perlombaan, atau perjuangan, sedangkan orang yang
melakukannya dinamakan athleta (atlet), atletik berasal dari yunani kuno dan
dikenal dalam olimpiade purba (Ballesteros : 1993).

Atletik juga dapat diartikan sebagai aktivitas jasmani yang kompetitif /


dapat diadu, meliputi beberapa nomor yang terpisah berdasarkan kemampuan
gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari, melompat, dan melempar (Pedoman
dasar melatih atletik : 1993). Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai
sejak diadakannya olimpiade modern yang pertama kali dikota Athena pada tahun
1896 dan terbentuk / lahirnya badan Federasi Atletik Amatir Internasional pada
tahun 1912. Atletik ini kemudian merupakan olahraga banyak pilihan yang
meliuputi banyak event yang berlainan satu sama lain, baik mengenai metode
pelaksanaannya, maupun sifat-sifat jasmaniah para pelakunya. Dikarenakan oleh
suatu tradisi, dan perkembangannya yang universal menjangkau dunia luas,
seperti prestisenya, dan juga karena luasnya lingkup ketangkasan / skills dan mutu
yang dituntut atletik, maka atletik merupakan olahraga dasar yang paling baik.
Sebagai tambahan, olahraga atletik merupakan salah satu unsur penting dalam
gerakan olimpiade modern.Selain membantu memelihara keadaan kesegaran
jasmani dan mempertajam prestasi pribadi, atletik juga memberikan lahan riset
tentang gerak tubuh manusia, yang memiliki keuntungan sebagai sarana yang
tepat dalam proses pengukuran (waktu dan jarak).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa atletik terdiri beberap nomor
yaitu: (a). jalan, (b). lari, (c). lompat, (d). lempar. Untuk nomor lempar biasanya
digolongkan dalam lempar berat dan lempar ringan, lempar berat adalah cabang
tolak peluru dan lontar martil, dan lempar ringan adalah nomor lempar lembing
dan lempar cakram, dan juga dibedakan dalam gerakan linier yaitu lempar
lembing dan tolak peluru dan gerakan memutar lempar cakram dan lontar martil
(Ballesteros : 1993).

Lempar lembing adalah salah satu cabang olahraga atletik. Melempar


merupaka suatu proses pemindahan suatu benda sejauh-jauhnya dan dilakukan
oleh seseorang, ini dapat ditinjau dari kata lempar yang berarti membuang jauh-
jauh, ini merupakan unsur gerak dan tujuan dari sebuah proses dari kegiatan
melempar. Unsur gerak dan tujuan merupakan kesatuan yang utuh dan berupa
suatu gerakan teknik melempar (Aip Syarifudin 1970 : 40).

Dalam lempar lembing ada beberapa prinsip-prinsip umum yang harus


diperhatika antara lain :
a. Pegangan / cara memegang : Ada tiga cara memegang lembing yang terkenal
dalam melempar lembing, menurut U. Jonath dkk :

1. Cara Finlandia,

Pegangan lembing cara Finlandia juga disebut pegangan jari tengah ibu jari.
Disebut demikian karena ibu jari dan ruas jari tengah terletak dibelakang lilitan.
Sedangkan jari telunjuk lurus dan melekat searah dengan lembing, jari manis dan
kelingking melingkar tepat pada lilitan.

2. Pegangan lembing cara Amerika,


Pegangan lembing cara Amerika juga disebut pegangan telunjuk-ibu jari.
Disebut demikian karena ibu jari dan telunjuk terleta dibelakang lilitan. Sedang
jari tengah, jari manis, dan kelingking terletak tepat pada lilitan.
3. Pegangan cara Waddel,

Pegangan ini disebut pegangan " tang ". Disebut demikian karena karena
letak lembing diantara talunjuk dan jari tengah dan berada dibelakang lilitan.
Pegangan dalam lempar lembing yang berkaliber dunia pada umumnya memakai
pegangan dengan cara Amerika dan cara Finlandia. Tinjauan di negera Inggris
variasi pegangan cara Waddel adalah paling berguna selama awal mengajarkan
lempar lembing, pegangan ini menekankan peran dukungan dari telapak tangan
dibawah lembing. Ini juga membuat lebih mudah untuk memelihara siku dekat
dengan sagital dari siku, dan biasanya diacu sebagai "siku lembing " (Javelin
Elbow). Pegangan cara Amerika yang mungkin adalah yang paling alami
memiliki kecenderungan yang terbesar dari ketiga pegangan terhadap suatu
gerakan yang tidak rapi, telapak tangan keluar dan karenanya bisa menyebabkan
cidera siku.
Meskipun pegangan cara Finlandia yang paling umum digunakan oleh
pelempar-pelempar terbaik, gerakan dari jari-jari pertama yang melingkar badan
lembing menanamkan putaran keliling poros panjang lembing sering disalah
mengerti oleh pelempar tunas muda yang menempatkan jari-jari pertamanya
dibawah badan lembing, dan tidak melingkarinya. Dalam melakukan lemparan
mereka menanamkan pemutaran yang tidak diinginkan melingkari poros pendek
lembing yang menyebabkan mata lembing turun pada saat lembing melayang
(Carl Johnson, 2000 : 20-21).

Grip atau pegangan lembing itu harus memenuhi empat syarat :


1. Pegangan harus dibuat kokoh terhadap bibir belakang tali ikatan lembing.
2. Pegangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga lembing terletak memanjang
telapak tangan.
3. Jari-jari yang tidak menarik terhadap tali ikatan lembing harus menekan kuat
melingkari tali ikatan.
4.Tangan pelempar harus tegang keras selama gerakan melepas lembing, kalau
tidak tidak akan mempengaruhi sudut lemparan. Sudut lempraan yang lemh
adalah baik bagi pelempar lembing.

b. Cara memulai start dan cara membawa lembing.

Lebih lanjut Carl Johnson dalam Suyono menerangkan bahwa semua


pelempar lembing modern dalam membawa lembing lebih tinggi, yaitu diatas
bahu mereka atau diatas kepala dan arah mata lembing kearah lemparan. Dalam
posisi ini telapak tangan pelempar menghadap kelangit dan merupakan sebgai
suatu landasan dimana lembing itu terletak. Pegangan lembing yang demikian
akan menyebabkan otot-otot dari pergelangan tangan, siku, dan bahu dalam
keadaan relax (kendur) dan memudahkan dalam melakukan gerakan lari yang
rigan tanpa halangan dan rintangan. Permulaan start dimulai dari suatu sikap
berdiri tegak dimana penempatan kaki-kaki tidaklah kritis sejauh mereka
menunjuk kearah umumnya berlari. Kenyamanan dan kesukaan individu adalah
factor-faktor penentu meskipun suatu kasus yang baik dapat dibuat dari suatu
kesukaan untuk berdiri dengan kaki kanan didepan.

c. Lari awalan / ancang-ancang

Lari awalan dalam lempar lembing dibagi menjadi dua bagian utama :
bagian persiapan dan bagian akhir. Lari bagian persiapan berlangsung sejak start
lari sampai saat penarikan (kebelakang) pada lembing. Lari bagian akhir sejak
penarikan lembing sampai sikap/ posisi melepaskan lembing. Ini mewujudkan
Penarikan lembing saat transisi atau langkah silang dan langkah menjelang
pelepasan lembing, yang semuanya merupakan komponen-komponen individual
yang penting dalam teknik melempar. Maksud dari bagian persiapan adalah untuk
mengumpulkan kecepatan yang cukup guna melakukan suatu bagian akhir yang
sempurna. Bagian akhir adalah bagian dari lempar dimana teknik dasar dilakukan
dan daya kekuatan ditambahkan kepada alat lembing (Carl Johnson dalamSuyono:
2005 : 22).
Pada umumnya pelempar menggunakan suatu lari awalan panjang
seluruhnya antara 13 sampai 17 langkah. Meskipun para pelempar pemula dan
atlet yang belum berpengalaman menggunakan langkah lebih sedikit. Bagian
akhir bervariasi antara 3 sampai 7 langkah, kedua perbedaan menjadi sangat
jarang dan 5 langkah menjadi sangat lumrah. Dalam berlari harus benar-benar
seimbang disepanjang jalur awalan, dengan pinggang dipertahankan tetap tinggi
dan berat badan ditumpukan pada telapak kaki. Tangan bebas mengayun seperti
lari pada umumnya, meskipun ini cenderung untuk mengayun tangan lebih
menyilang badan. Tangan yang membawa lembing bertindan seperti penyerap
kejutan (shok absorber), ditekuk dan diluruskan lembut pada sendi siku dalam
rangka menjaga keseimbangan lembing, dengan hanya gerakan kompensasi
sedikit saja dari bahu. Kecepatan dan tempo lari adalah sangat penting. Keduanya
adalah relatif terhadap kecakaapan fisik dan ketangkasan teknik dari si-pelempar.
Kecepatan optimal adalah kecepatan yang dapat digunakan dan menjadi tujuan
dari tahap persiapan. Segala sesuatu yang pelempar lakukan haruslah percaya
terhadap kekamampuan diri sendiri pada tahap akhir dan saat pelepasan.

d. Penarikan lembing

Menurut J.M. Ballesteros dalam pedoman latihan dasar atletik mengatakan


bahwa fase penarikan lembing dimulai pada saat kaki kiri menginjak cek-mark.
Bahu berputar halus kekanan, lengan kanan mulai bergerak kebelakang, dan
terjadi penurunan pusat gravitasi sedikit dan ditambah sesuai dengan langkah-
langkah berikutnya. Pemutaran bahu dan pelurusan lembing kebelakang
diteruskan pada langkah-langkah berikutnya dan ini menghasilkan kecondongan
badan kebelakang tubuh dan bagian atas badan. Putaran bahu kekanan
menghasilkan pilinan antara tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah dan
meninggalkan lembing jauh kebelakang. Namun mata tetap mengarah kedepan.
Pada saat kaki kanan mendarat setengah bengkok pada akhir langkah silang tumit
kanan diangkat tumit maju, dan ini memulai gerakan kaki membuka pada waktu
lutut maju, dan ini memulai gerakan kaki membuka lebar pada waktu kaki kiri
diletakkan jauh kedepan kiri. Bahu terus menghadap kesamping jauh dibelakang
dengan tangan memegang lembing tetap setinggi bahu. Harus dijaga pergelangan
tangan tetap tertutup dan telapak tangan menghadap keata (kalau tidak ekor
lembing akan menyentuh tanah), selama gerakan ini lengan kiri dilipat menyilang
dada.

e. Fase Akhir

Pada waktu kaki kiri menginjak tanah pada posisi akhir untuk melempar,
dorongan pinggang kedepan dimulai, diawali dengan pemutaran kedalam kaki
kanan dan lutut diikuti pelurusan kaki. Secara serentak bahu kiri terbuka, siku
kanan berputar keluar dan atas dan lembing segaris diatas lengan-bahu. Chek
kaki dari kiri dan putaran kedalam dan pelurusan kaki kanan dan lutut,
menghasilkan posisi melengkung dan mengulur otot-otot kuat depan badan.

f. Fase lemparan

Pada fase lemparan ini selagi otot perut dan otot-otot samping bergerak
bahu kanan ditarik kedepan dan lengannya dicambukkan lewat atas bahu dengan
garakan pelurusan kedepan dan atas yang sangat kuat. Tarikan akhir dari tangan
bersamaan dengan gerakan akhir dari kaki kiri. Tubuh terus bergerak lewat atas
kaki depan sesudah lembing dilepaskan dan satu angkah lagi dibuat oleh kaki
kanan dalam usaha mencegah melewati lengkung lemparan (batas lemparan).

Dalam lempar lembing sangat dibutuhkan kondisi fisik yang baik. (Sajoto
M. 1990: 16) mengatakan kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-
komponen yang tidak bisa dipisahkan begitu saja, baik peningkatannya maupun
pemeliharaannya, artinya bahwa dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka
seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Dari beberapa komponen
tersebut yang dimaksud adalah strength atau kekuatan. Lebih lanjut dikatakan
strength atau kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.

Harsono (1988 : 177) mengatakan sebenarnya strength, power, dan daya


ledak otot ketiganya mempunyai hubungan yang faktor dominannya adalah
strength. Strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan
terhadap suatu tahanan. Strength adalah komponen yang penting guna
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai


suatu hasil yang maksimal dalam lempar lembing maka memerlukan dukungan
dari berbagai disiplin ilmu lain, atau dengan kata lain meningkatkan jauhnya
lemparan dalam lempar lembing memerlukan banyak faktor pendukung, dalam
lempar lembing gerakan yang dilakukan dipengaruhi oleh alat gerak manusia,
antara lain : otot, tulang, sendi, dan ligamen yang bekerja sedemikian hingga
menghasilkan tenaga yang berguna untuk menarik, mendorong dan melempar.
Otot mempunyai penampang melintang, memanjang dari pangkal tulang yang satu
kepangkal tulang yang lain. Otot juga mempunyai sifat yang elastis sehingga
dapat diregangkan atau diperpendek. Otot penghasil gerakan disebut otot rangka.

Gerakan diperoleh karena adanya tenaga. Tenaga dihasilkan oleh otot


apabila terjadi kontraksi. Kontraksi otot ditandai dengan mengerasnya penampang
otot, terjadi pemendekan atau hanya pengerasan otot sedang penampangnya tetap.

Otot mempunyai empat sifat :

1. Iritabilitas : Otot memiliki kemampuan menerima dan menanggapi bermacam


rangsang
2. Kontraktilitas : Bila menerima rangsang, otot memiliki kemampuan untuk
memendek.
3. Ekstensibilita : Otot memiliki sifat dapat memanjang, baik dalam keadaan aktif
maupun pasif.
4. Elastisitas : Bila otot dalam keadaan memendek atau memanjang, otot
memiliki kemampuan untuk kembali kepada memanjangnya waktu istirahat atau
bentuk normal.

Sudarminto dalam kinesiologi (1992 : 22-23) menerangkan bahwa


pengamatan terhadap gerakan badan manusia dan dalam aktivitas sehari-hari
seperti berjalan, berdiri, duduk, mengayunkan tangan, dan dalam gerakan-gerakan
yang cermat sepereti mengetik, menyisir rambut, memungut sesuatu dengan jari,
membuat orang sadar akan rumitnya sistem kerangka otot syaraf. Meskipun
sistem syaraf memberikan rangsangan untuk kontraksi otot, kontraksi dan
relaksasi otot-otot dengan sistem pengungkit dari kerangka yang memungkinkan
gerakan-gerakan kompleks itu dapat diamati. Kemampuan untuk bergerak ini
sebagian besar terletak pada bentuk otot-otot dan struktur dari sistem kerangka.
Otot-otot itu berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, dan struktur sesuai dengan
fungsinya. Beberapa otot dirancang terutama untuk kekuatan (melawan tahanan),
yang lain untuk memberikan gerakan yang luas, banyak yang memungkinkan
gerakan cepat, dan beberapa lagi tersusun untuk dapat melakukan gerakan-
gerakan yang sulit dan cermat.

Struktur otot, satu sel otot (myofibril), merupakan serabut yang berbentuk
seperti benang yang panjangnya lebih kurang satu sampai tiga inci. Dari
pemeriksaan mikroskopis terungkap bahwa satu serabut otot (fibril ) terdiri dari
myofibril yang tertanam didalam sarcoplasma, terikat bersama-sama oleh selaput
lunak yang disebut sarcolema (Gb. 16).

Susunan otot dan serabut-serabutnya( Sudarminto,1992 : 24 )


Tiap serabut otot terbungkus oleh jaringan yang disebut endosym. Fibra-fibra otot
berkelompok-kelompok menjadi berkas-berkas. Tiap berkas terbungkus dalam
jaringan yang disebut perymisium. Kelompok berkas-berkas itu membentuk
sebuah otot dan dibungkus oleh jaringan yang kuat disebut epimysium. Tulang-
tulang yang berada didalam tubuh pada dasarnya terpisah dan tersusun menjadi
kerangka. Susunan tulang yang berdekatan tersebut dihubungkan oleh jaringan liat
yang disebut ligamen, fungsi ligamen adalah sebagai penghubung tulang,
membatasi gerak sendi, dan memberikan bantuan pada kepada otot ketika
mendapat beban kerja. Dengan adanya ligamen maka posisi sendi diperkuat
sehingga tidak terjadi dislokasi.
Dari sifat ligamen yang elastis dan mudah diregangkan maka
menghasilkan kemudahan gerak dan menambah energi yang dihasilkan tubuh.
Sendi merupakan pertemuan tulang yang berfungsi sebagai pusat gerakan. Pada
pangkal tulang kecuali untuk pelekatan ligamen juga sebagai pelekatan otot yang
disebut tendon. Fungsinya sebagai pangkal muatan apabila otot berkontraksi, dan
mempermudah gerak sendiyang penampangnya lebih kecil. Gerakan sendi
dipermudah dewngan adanya tulang muda pada ujung tulang atau disebut
cartilago. Pada persendian dikelilingi oleh semacam pembalut yang disebut kapsul
pembalut, yang berfungsi mempertahankan cairan pelumas pasa sendi. Melekat
pada persendian, terdapat sel-sel receptor persendian. Terutama terletak pada
bagian kapsul persendian yang akan mengalami peregangan apabila persendian
digerakkan, (Rusli Lutan, 1988 : 216). Pada gerak melempar otot, tulang, ligamen,
sendi merupakan kesatuan yang utuh. Pada saat melempar gerakan otot bahu
diikuti lecutan pada pergelangan tangan dan dipengaruhi juga oleh otot punggung
dan otot bahu.
Dalam gerakan melempar terutama faktor srtength atau kekuatan sebagai
komponen yang penting atau unsur yang dominan dalam melakukan lempar
lembing. Karena keterbatasan pengetahuan penulis maka dalam penelitian ini
penulis meneliti tentang kekuatan otot sebagai berikut:

a. Kekuatan otot punggung


Harsono (dalam Siti Fatimah, 2003: 10) menyatakan bahwa kekuatan
adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan karena : (1). kekuatan merupakan daya penggerak
setiap aktivitas, (2). kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet /
orang dari kemungkinan cidera, (3). kekuatan dapat mendukung kemampuan
kondisi fisik yang lebih efisien, meskipun banyak aktivitas olahraga yang lebih
memerlukan kelincahan, kelentukan, kecepatan, daya ledak dan lain sebagainya,
namun faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar
memperoleh hasil yang baik. Kekuatan otot punggung adalah kekuatan yang
dihasilkan dari otot-otot disekitar punggung. Otot punggung sejati membentang
dari os sacrum sampai seluruh vertebra prasacralis. Otot-otot disekitar punggung
adalah seratus posterior terdiri dari : otot superior dan otot inferior.

b. Kekuatan otot lengan bahu

Pada gerak melempar kekuatan otot lengan bahu merupakan factor yang
utama. Karena pada gerak melempar merupakan bagian dari gerakan otot bahu,
otot lengan diikuti lecutan pada pergelangan tangan. Pada gerakan otot lengan
bahu karena gerakan anggota tubuh yang satu mempengaruhi system kerja
anggota tubuh yang lain maka dipengaruhi juga oleh otot punggung dan otot
perut. Dari pernyataan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sendi bahu

Berhubung dengan longgarnya ligamen kapsul dan permukaan persendian yang


dangkal maka ada banyak kemungkinan gerak. Terlebih pada gerakan sendi bahu
lebih dimungkinkan gerakan meluncur scapula diatas dinding dada. Berikut
gerakan-gerakan sendi bahu :

a. Abduksi : Dilaksanakan oleh otot suprapinatus dan otot deltoit, tetapi hanya
sampai 90 derajat. Untuk mengangkat lebih tinggi lagi sampai 180 derajat
dimungkinkan oleh rotasi scapula di atas dinding dada.
b. Flexsi : Mengangkat lengan kedepan menyilang dada, otot yang bekerja otot
pektoralis mayor, dan serabut anterior dari deltoit.
c. Extensi : Kebalikan dari fleksi, otot yang bekerja otot teres mayor, latisimus
dorsi, serabut-serabu posterior dari deltoit.
d. Rotasi internal dan external : Mengangkat lengan dalam lingkaran keatas,
kesamping, kebelakang dan turun. Kalau sebagian otot-otot besar dari otot-otot
yang terkait bekrja.

Pada gerakan menarik lengan kebelakang pada lempar lembing yang


menjauhi badan dan posisi agak menyamping akan melibatkan otot bahu. Gerakan
ini berpangkal pada articulasio humeri yang terbentuk oleh caput humerus, cavitas
gleonidalis scapulae. Maka memaksa otot disekitar sendi untuk berkontraksi. Otot
yang bekerja meliputi : musculus deltoideus, musculus teres mayor, musculus
teres minor, musculus lastisimus dorsi (Evelyn , 1999 : 94 ).

Dalam aktifitas melempar juga melibatkan otot bagian depan untuk


menarik lembing yang meliputi : musculus scapularis, musculus coracobrachialis,
musculus seratus anterior, musculus pectoralis mayor. Selain system kerja otot
keadaan lenagn yang terlentang kebelakang agak menjauhi badan dan agak
menyamping juga melibatkan jaringan ikat, yaitu : ligamentum sternoclaviculare
yang menghubungkan dari sebelah atas medial claviculare ke manubrium sterni,
ligament inter clavicularis, yang menghubungkan clivicula kiri dan kanan
sehingga menyatukan gerak kedua clavicula. Ligament costo claviculare, melekat
pada tuberositas costalis claviculae dan costa cartilaginea , berfungsi menghambat
elevasi clavicula. (Sigit Muryono dalam anatomi fungsional : 140).
2. Sendi siku

Pada saat permulaan melempar posisi sendi siku ditekuk (fleksi) maka otot
yang bekerja adalah : m. brachialis, m. bicep brachi, m. brachioradialis. Sedang
untuk ekstensi menggunakan m. tricep brachii. Pada posisi melempar pada lempar
lembing siku ditekuk akan memberi keuntungan antara lain : memperkecil gaya
yang dikeluarkan oleh lengan, disebabkan tangan gaya diperpendek sehingga
moment gaya juga diperkecil. Dengan kontraksi pada musculus bicep brachii
maka otot antagonisnya (musculus tricep brachii) akan teregang. Sedang
peregangan tersebut akan menghasilkan tenaga yang berguna untuk melempar
(Depdikbud, 1983 : 35).

3. Pergelangan tangan

Pergelangan juga berpengaruh dalam lempar lembing yaitu untuk


melecutkan lembing agar setelah ada dorongan dari lengan bahu lembing dapat
melaju lebih cepat lagi. Gerakan melecutkan lembing dalam biomekanika
digambarkan seperti gerakan pitcher saat melempar bola baseball kecuali tidak
mungkin membuat gerakan pergelangan tangan dan tangan seperti pitcher baseball
karena massa lembing yang lebih besar (Sudarminto, 1992 : 174).

Pada persiapan melakukan lemparan berkaitan dengan posisi ekstensi yang


agak menjauhi os radius maka terjadi kontraksi pada otot yang mempunyai lokasi
pada bagian lengan muka dengan tujuan gerak melewati pergelangan tangan.
Otot-otot yang bekerja antara lain: musculus extensor carpi ulnaris, musculus ex
tensor carpi radialisbrevis, musculus extensor carpi radialis longus. Dalam
lemparan terjadi gerakan lecutan pada pergelangan tangan maka tulang
pergelangan tangan bergeser mendekati os ulna. Otot yang bekerja pada gerakan
tersebut adalah : Musculus flexor carpi ulnaris, musculus dosovolar disebelah os
ulna dan musculus sublimes serta musculus flexor digotorum propundus yang
terletak melintang disebelah os ulna (Sudarminto, 1992 : 56).

4. Telapak tangan

Telapak tangan dan ibu jari terbentuk dari os metacarpale dan phalanx.
Pada telapak tangan terdiri dari lima tulang meta carpal, tulang jari terdiri dari 14
buah yang terbagi menjadi lima tulang proximale palanx, lima tulang distal
palanx, empat tulang midel palanx yang terdapat pada telunjuk, jari tengah, jari
kelingking, sedang pada ibu jari tidak terdapat middle palanx. Telapak tangan
digunakan untuk memegang dan meletakkan lembing.

c. Kekuatan Otot Perut

Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau
bentuk suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu
benda mulai bergerak, berhenti, atau berubah arah tergantung pada sifat fisik
benda dan besarnya kekuatan, titik tumpuan dan arah kekuatan (Dasar-dasar
ilmiah kepelatihan, 1993 : 181).

Dalam lempar lembing kekuatan otot perut juga berguna pada saat
penarikan lembing kebelakang dan saat lecutan badan kedepan. Karena pada saat
penarikan lembing kebelakang otot-otot disekitar perut akan tertarik (memanjang)
dan pada saat melecutkan kedepan maka otot-otot perut akan kembali keposisi
semula (memendek), pada saat proses pemendekan itulah terjadi kontraksi otot
dan timbulnya tenaga. Otot-otot yang ada disekitar perut adalah otot lurus perut
atau musculus rectus abdomonis, otot serong luar perut atau musculus obliquus
externus, otot gergaji depan atau musculus seratus anterior.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu
dibuktikan kebenarannya. Hipotesis mempunyai sifat-sifat sementara yang berarti
bahwa suatu hipotesis bisa diubah atau diganti dengan hipotesis yang lain yang
lebih tepat. Hal ini tergantung dari masalah yang diteliti dan konsep yang
digunakan, bebagai hipotesis dapat dipergunakan dari suatu teori (Sutrisno Haddi,
1987: 257) Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah : ada sumbangan
kekuatan otot punggung, otot lengan bahu, dan otot perut terhadap hasil lempar
lembing pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Madapangga.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsini A, 1997 : 108).


Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa PKLO semester IIIA FIK UNNES
tahun 2005. yang berjumlah 54 mahasiswa yang terdiri dari 13 wanita dan 41 pria.
Untuk mendapatkan homogenitas dalam penelitian ini maka menggunakan jenis
kelamin pria dan diambil sebanyak 41 orang.

Adapun alasan mengambil populasi tersebut adalah mereka pernah


mendapatkan pelajaran atletik khususnya lempar lembing dalam perkuliahan dan
diambil berdasarkan semester yang sama pada saat mengikuti perkuliahan di
Universitas Negeri Semarang.

B. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel menurut Suharsini (1997 : 112) adalah wakil populasi yang


diteliti. Walaupun sample adalah bagian dari populasi tapi kenyataan-kenyataan
yang diperoleh dari sampel harus menggambarkan kondisi populasi.

Penggunaan sampel digunakan atas dasar beberapa hal yaitu : biaya,


waktu, dan faktor ekonomi. Sutrisno hadi (1987 : 73) berpendapat bahwa
sebenarnya tidak ada suatu ketentuan yang mutlak berapa persen suatu sampel
harus diambil dari populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel
harus menggambarkan dari populasi Suharsini A. (1996 : 107). mengatakan
bahwa patokan untuk menentukan sampel apabila subyek kecil atau kurang dari
100 maka sebaiknya diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian
populasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Siswa SMPN 1


Madapangga berjumlah 29 orang yang dipilih secara total sampling, sebenarnya
jumlah sampel 56 mahasiswa tetapi karena ada hal-hal diluar kemampuan peneliti
untuk memantau sampel maka sampel yang datang waktu penelitian adalah
sejumlah 29 mahasiswa.

C. Variabel penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi menjadi obyek penelitian (Suharsini


Ari Kunto : 1997 : 94). Sutrisno hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang
bervariasi, misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi : laki-
laki dan perempuan. Gejala adalah obyek penelitian, sehingga variabel adalah
obyek penelitian yang bervariasi.

Dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu :

1. Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah
satu dalam factor penelitian yang terdiri atas :

a. Variabel bebas 1 yaitu kekuatan otot punggung atau X1.

b. Variabel bebas 2 yaitu kekuatan otot lengan bahu atau X2.

c. Variabel bebas 3 yaitu kekuatan otot perut atau X3.

2. Variabel terikat adalah nasil lempar lembing tanpa awalan atau Y.


D. Metode dan Rancangan Penelitian

1. Metode Penelitian Metode penelitien yang digunakan dalam pengumpulan data


adalah metode survei.

2. Rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dalah desain


korelasional atau Corelation design. Adapun desain yang dimaksud terlihat pada
gambar berikut :Kekuatan otot punggung X1, Kekuatan Otot Lengan Bahu X2,
Kekuatan Otot Perut X3, Hasil Lempar Lembing YRx1, yRx2, yRx3,yRx123y.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat test yang digunakan peneliti untuk


mengambil data dalam penelitian.
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat macam :
1. Back and leg dynamometer.
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot punggung.

2. Pull and push dynamometer.


Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot lengan bahu.

3. Stop watch.
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot perut dengan sit-up
30 detik.
4. Tes lempar lembing.
Yaitu hasil lemparan terjauh dengan tanpa awalan dilakukan oleh sampel dari tiga
kali lemparan.

F. Teknik Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan tes


prestasi. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan melakukan tes
dan pengukuran. Tes adalah percobaan atau pengujian sesuatu untuk mengetahui
mutu, nilai, kekuatan, susunan dan sebagainya (Purwodarminto, 1976 : 86 ).
Pengukuran adalah proses pengumpulan data yang bersifat tepat, obyektif,
kuantitatif, dan hasilnya dapat diolah secara statistik (Sumardjono, 1986 : 1).

Dalam penelitian ini pengambilan data penelitian menggunakan tes


kekuatan otot punggung, otot lengan bahu, otot perut, dengan menggunakan alat
tes back and leg dynamometer, pull and push dynamometer, sit-up 30 sekon (stop
watch), serta tes lempar lembing tanpa awalan untuk mengetahui hasil lemparan
terjauh dari masing-masing sampel.

G. Metode Analisis Data

Karena data penelitian ini berupa angka-angka maka data yang diperoleh
dari tes dan pengukuran diolah secara statistik dengan menggunakan teknik-
teknik regresi korelasi dengan menggunakan SPSS.

Anda mungkin juga menyukai