Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini. Shalawat serta salam penulis khaturkan kepada jujungan Alam Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan bimbingan kepada kita semua
ke jalan yang lurus, jalan yang diridhoi Allah Rabbul Alamin, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal ini pada waktu yang telah di tentukan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
SARI ii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
HALAMAN PENGESAHAN v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Permasalahan 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Penegasan istilah 8
a. Pegangan lembing 12
d. Penarikan lembing 18
e. Fase akhir 19
f. Fase lempar 20
C. Hipotesis 30
A. Populasi 31
C. Variabel Penelitian 32
D. Metode dan Rancangan Penelitian 33
E. Instrumen Penelitian 33
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prestasi yang optimal akan bisa tercapai namun perlu diadakan latihan
yang baik dan terencana. Dalam hal ini, selain atlet faktor pelatih sangat
berpengaruh dalam pencapaian prestasi yang optimal. Disini seorang pelatih harus
mempunyai falsafah baik falsafah hidup maupun falsafah melatih (Harsono, 1988
: 1). Salah satu arti falsafah adalah suatu sistem dari prinsip-prinsip yang dipakai
untuk membimbing orang dalam kegiatan-kegiatannya (Martin dan Lumsden,
1987).
Falsafah seorang pelatih harus tercermin dalam pendapatnya dan tingkah
lakunya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pelatih dan dalam membina
atlet-atletnya untuk mengembangkan secara optimal kesehatan fisik, mental,
spiritual, dan sosialnya. Disamping itu tugasnya adalah juga mengembangkan
ketrampilan motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral yang baik, kepribadian,
dan respek terhadap orang lain.
(1) Faktor teknik, dalam hubungannya dengan latihan kondisi fisik dalam
menguasai titik gerak yang paling penting (Persiapan , pembentukan momentum,
power posisi, pelepasan, dan pemulihan) (IAAF : 2000 : 20). Dalam fase
persiapan atlet memegang alat dan mengambil suatu sikap untuk memulai dengan
fase pembentukan momentum. Dalam fase pembentukan momentum tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemungkinan kecepatan pelepasan lembing dengan
mempercepat gerakan tubuh atlet untuk mencapai suatu tingkatan yang optimal.
Percepatan ini terjadi sepanjang suatu jalur linier dalam lempar lembing. Dalam
fase pelepasan alat, kecepatan disimpan, ditingkatkan dan dipindahkan dari badan
atlet kepada alat dan alat itu dilepaskan. Rangkaian antar fase pembentukan
momentum dan fase pelepasan alat disebut power posisi.
Features yang umum dari suatu power posisi yang efektif dalam event
lempar adalah :
Dalam hal ini penulis mengambil kekuatan otot lengan bahu, kekuatan otot
punggung, dan kekuatan otot perut. Maka dalam penelitian ini penulis akan
mengambil judul : " Sumbangan Kekuatan Otot Punggung, Otot Lengan Bahu,
Dan Otot Perut Terhadap Hasil Lempar Lembing Siswa Kelas VIII SMPN 1
MADAPANGGA ".Alasan penulis memilih judul tersebut adalah karena penulis
melihat betapa pentingnya faktor kekuatan otot-otot tubuh yang digunakan untuk
melekukan gerakan melempar khususnya dalam cabang olahraga lempar lembing.
Selain itu penelitian-penelitian yang lain masih sedikit yang meneliti tentang
kekuatan otot lengan bahu, otot punggung, dan otot perut.
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
1. Sumbangan
2. Kekuatan
4. Kondisi fisik
A. Lempar Lembing
Istilah " Atletik " barasal dari bahasa Yunani yaitu athlon atau athlum
yang artinya pertandingan., perlombaan, atau perjuangan, sedangkan orang yang
melakukannya dinamakan athleta (atlet), atletik berasal dari yunani kuno dan
dikenal dalam olimpiade purba (Ballesteros : 1993).
1. Cara Finlandia,
Pegangan lembing cara Finlandia juga disebut pegangan jari tengah ibu jari.
Disebut demikian karena ibu jari dan ruas jari tengah terletak dibelakang lilitan.
Sedangkan jari telunjuk lurus dan melekat searah dengan lembing, jari manis dan
kelingking melingkar tepat pada lilitan.
Pegangan ini disebut pegangan " tang ". Disebut demikian karena karena
letak lembing diantara talunjuk dan jari tengah dan berada dibelakang lilitan.
Pegangan dalam lempar lembing yang berkaliber dunia pada umumnya memakai
pegangan dengan cara Amerika dan cara Finlandia. Tinjauan di negera Inggris
variasi pegangan cara Waddel adalah paling berguna selama awal mengajarkan
lempar lembing, pegangan ini menekankan peran dukungan dari telapak tangan
dibawah lembing. Ini juga membuat lebih mudah untuk memelihara siku dekat
dengan sagital dari siku, dan biasanya diacu sebagai "siku lembing " (Javelin
Elbow). Pegangan cara Amerika yang mungkin adalah yang paling alami
memiliki kecenderungan yang terbesar dari ketiga pegangan terhadap suatu
gerakan yang tidak rapi, telapak tangan keluar dan karenanya bisa menyebabkan
cidera siku.
Meskipun pegangan cara Finlandia yang paling umum digunakan oleh
pelempar-pelempar terbaik, gerakan dari jari-jari pertama yang melingkar badan
lembing menanamkan putaran keliling poros panjang lembing sering disalah
mengerti oleh pelempar tunas muda yang menempatkan jari-jari pertamanya
dibawah badan lembing, dan tidak melingkarinya. Dalam melakukan lemparan
mereka menanamkan pemutaran yang tidak diinginkan melingkari poros pendek
lembing yang menyebabkan mata lembing turun pada saat lembing melayang
(Carl Johnson, 2000 : 20-21).
Lari awalan dalam lempar lembing dibagi menjadi dua bagian utama :
bagian persiapan dan bagian akhir. Lari bagian persiapan berlangsung sejak start
lari sampai saat penarikan (kebelakang) pada lembing. Lari bagian akhir sejak
penarikan lembing sampai sikap/ posisi melepaskan lembing. Ini mewujudkan
Penarikan lembing saat transisi atau langkah silang dan langkah menjelang
pelepasan lembing, yang semuanya merupakan komponen-komponen individual
yang penting dalam teknik melempar. Maksud dari bagian persiapan adalah untuk
mengumpulkan kecepatan yang cukup guna melakukan suatu bagian akhir yang
sempurna. Bagian akhir adalah bagian dari lempar dimana teknik dasar dilakukan
dan daya kekuatan ditambahkan kepada alat lembing (Carl Johnson dalamSuyono:
2005 : 22).
Pada umumnya pelempar menggunakan suatu lari awalan panjang
seluruhnya antara 13 sampai 17 langkah. Meskipun para pelempar pemula dan
atlet yang belum berpengalaman menggunakan langkah lebih sedikit. Bagian
akhir bervariasi antara 3 sampai 7 langkah, kedua perbedaan menjadi sangat
jarang dan 5 langkah menjadi sangat lumrah. Dalam berlari harus benar-benar
seimbang disepanjang jalur awalan, dengan pinggang dipertahankan tetap tinggi
dan berat badan ditumpukan pada telapak kaki. Tangan bebas mengayun seperti
lari pada umumnya, meskipun ini cenderung untuk mengayun tangan lebih
menyilang badan. Tangan yang membawa lembing bertindan seperti penyerap
kejutan (shok absorber), ditekuk dan diluruskan lembut pada sendi siku dalam
rangka menjaga keseimbangan lembing, dengan hanya gerakan kompensasi
sedikit saja dari bahu. Kecepatan dan tempo lari adalah sangat penting. Keduanya
adalah relatif terhadap kecakaapan fisik dan ketangkasan teknik dari si-pelempar.
Kecepatan optimal adalah kecepatan yang dapat digunakan dan menjadi tujuan
dari tahap persiapan. Segala sesuatu yang pelempar lakukan haruslah percaya
terhadap kekamampuan diri sendiri pada tahap akhir dan saat pelepasan.
d. Penarikan lembing
e. Fase Akhir
Pada waktu kaki kiri menginjak tanah pada posisi akhir untuk melempar,
dorongan pinggang kedepan dimulai, diawali dengan pemutaran kedalam kaki
kanan dan lutut diikuti pelurusan kaki. Secara serentak bahu kiri terbuka, siku
kanan berputar keluar dan atas dan lembing segaris diatas lengan-bahu. Chek
kaki dari kiri dan putaran kedalam dan pelurusan kaki kanan dan lutut,
menghasilkan posisi melengkung dan mengulur otot-otot kuat depan badan.
f. Fase lemparan
Pada fase lemparan ini selagi otot perut dan otot-otot samping bergerak
bahu kanan ditarik kedepan dan lengannya dicambukkan lewat atas bahu dengan
garakan pelurusan kedepan dan atas yang sangat kuat. Tarikan akhir dari tangan
bersamaan dengan gerakan akhir dari kaki kiri. Tubuh terus bergerak lewat atas
kaki depan sesudah lembing dilepaskan dan satu angkah lagi dibuat oleh kaki
kanan dalam usaha mencegah melewati lengkung lemparan (batas lemparan).
Dalam lempar lembing sangat dibutuhkan kondisi fisik yang baik. (Sajoto
M. 1990: 16) mengatakan kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-
komponen yang tidak bisa dipisahkan begitu saja, baik peningkatannya maupun
pemeliharaannya, artinya bahwa dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka
seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Dari beberapa komponen
tersebut yang dimaksud adalah strength atau kekuatan. Lebih lanjut dikatakan
strength atau kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.
Struktur otot, satu sel otot (myofibril), merupakan serabut yang berbentuk
seperti benang yang panjangnya lebih kurang satu sampai tiga inci. Dari
pemeriksaan mikroskopis terungkap bahwa satu serabut otot (fibril ) terdiri dari
myofibril yang tertanam didalam sarcoplasma, terikat bersama-sama oleh selaput
lunak yang disebut sarcolema (Gb. 16).
Pada gerak melempar kekuatan otot lengan bahu merupakan factor yang
utama. Karena pada gerak melempar merupakan bagian dari gerakan otot bahu,
otot lengan diikuti lecutan pada pergelangan tangan. Pada gerakan otot lengan
bahu karena gerakan anggota tubuh yang satu mempengaruhi system kerja
anggota tubuh yang lain maka dipengaruhi juga oleh otot punggung dan otot
perut. Dari pernyataan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sendi bahu
a. Abduksi : Dilaksanakan oleh otot suprapinatus dan otot deltoit, tetapi hanya
sampai 90 derajat. Untuk mengangkat lebih tinggi lagi sampai 180 derajat
dimungkinkan oleh rotasi scapula di atas dinding dada.
b. Flexsi : Mengangkat lengan kedepan menyilang dada, otot yang bekerja otot
pektoralis mayor, dan serabut anterior dari deltoit.
c. Extensi : Kebalikan dari fleksi, otot yang bekerja otot teres mayor, latisimus
dorsi, serabut-serabu posterior dari deltoit.
d. Rotasi internal dan external : Mengangkat lengan dalam lingkaran keatas,
kesamping, kebelakang dan turun. Kalau sebagian otot-otot besar dari otot-otot
yang terkait bekrja.
Pada saat permulaan melempar posisi sendi siku ditekuk (fleksi) maka otot
yang bekerja adalah : m. brachialis, m. bicep brachi, m. brachioradialis. Sedang
untuk ekstensi menggunakan m. tricep brachii. Pada posisi melempar pada lempar
lembing siku ditekuk akan memberi keuntungan antara lain : memperkecil gaya
yang dikeluarkan oleh lengan, disebabkan tangan gaya diperpendek sehingga
moment gaya juga diperkecil. Dengan kontraksi pada musculus bicep brachii
maka otot antagonisnya (musculus tricep brachii) akan teregang. Sedang
peregangan tersebut akan menghasilkan tenaga yang berguna untuk melempar
(Depdikbud, 1983 : 35).
3. Pergelangan tangan
4. Telapak tangan
Telapak tangan dan ibu jari terbentuk dari os metacarpale dan phalanx.
Pada telapak tangan terdiri dari lima tulang meta carpal, tulang jari terdiri dari 14
buah yang terbagi menjadi lima tulang proximale palanx, lima tulang distal
palanx, empat tulang midel palanx yang terdapat pada telunjuk, jari tengah, jari
kelingking, sedang pada ibu jari tidak terdapat middle palanx. Telapak tangan
digunakan untuk memegang dan meletakkan lembing.
Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau
bentuk suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu
benda mulai bergerak, berhenti, atau berubah arah tergantung pada sifat fisik
benda dan besarnya kekuatan, titik tumpuan dan arah kekuatan (Dasar-dasar
ilmiah kepelatihan, 1993 : 181).
Dalam lempar lembing kekuatan otot perut juga berguna pada saat
penarikan lembing kebelakang dan saat lecutan badan kedepan. Karena pada saat
penarikan lembing kebelakang otot-otot disekitar perut akan tertarik (memanjang)
dan pada saat melecutkan kedepan maka otot-otot perut akan kembali keposisi
semula (memendek), pada saat proses pemendekan itulah terjadi kontraksi otot
dan timbulnya tenaga. Otot-otot yang ada disekitar perut adalah otot lurus perut
atau musculus rectus abdomonis, otot serong luar perut atau musculus obliquus
externus, otot gergaji depan atau musculus seratus anterior.
B. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu
dibuktikan kebenarannya. Hipotesis mempunyai sifat-sifat sementara yang berarti
bahwa suatu hipotesis bisa diubah atau diganti dengan hipotesis yang lain yang
lebih tepat. Hal ini tergantung dari masalah yang diteliti dan konsep yang
digunakan, bebagai hipotesis dapat dipergunakan dari suatu teori (Sutrisno Haddi,
1987: 257) Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah : ada sumbangan
kekuatan otot punggung, otot lengan bahu, dan otot perut terhadap hasil lempar
lembing pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Madapangga.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi
C. Variabel penelitian
1. Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah
satu dalam factor penelitian yang terdiri atas :
E. Instrumen Penelitian
3. Stop watch.
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot perut dengan sit-up
30 detik.
4. Tes lempar lembing.
Yaitu hasil lemparan terjauh dengan tanpa awalan dilakukan oleh sampel dari tiga
kali lemparan.
Karena data penelitian ini berupa angka-angka maka data yang diperoleh
dari tes dan pengukuran diolah secara statistik dengan menggunakan teknik-
teknik regresi korelasi dengan menggunakan SPSS.