OLEH:
2. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
a. Biologis
a) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
b) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang)
c) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa) Harapan Kesempatan Ketidakpastian
Bahaya Tidak Bedaya Putus Asa Respon adaftif Respon
Maladaftif
d) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
e) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan
limbic.
f) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang
secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya:
sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30 meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal)
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi
stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat
bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor
lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat
menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi
ketidakberdayaan yang dialami oleh klien. Faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan
adalah sebagai berikut :
a. Biologis
a) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi).
b) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
d) Terdapat gangguan sistem endokrin
e) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
f) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
g) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik
dan gender
h) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
a) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
c) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri,
kehilangan pekerjaan.
d) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
e) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.
c. Sosial budaya
a) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
b) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
c) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain.
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
e) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
f) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat
4. RENTANG RESPON
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
a. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan keBudayaan.
b. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan keBudayaan.
6. PATOFISIOLOGI
1) Patofisiologi
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat
menyebabkan ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan
ketidakberdayaan. Beberapa sumber umum antara lain:
a. Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder akibat
CVA, trauma servikal, infark miokard, nyeri.
b. Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab
peran, sekunder akibat pembedahan, trauma, artritis.
c. Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder
akibat sklerosis multipel, kanker terminal.
d. Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
e. Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat depresi.
Tujuan Tindakan
a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b) Pasien mampu mengembangkan harapan positif
c) Pasien mampu mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
Tindakan Keperawatan
a) Membantu klien mengevaluasi ketidakberdayaan.
b) Membantu klien mengembangkan manfaat harapan positif
c) Membantu klien mengontrol perasaan keridakberdayaan
d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
DO:
1) Apatis dan pasif.
2) Ansietas dan depresi.
3) Marah dan perilaku kekerasan.
4) Perilaku Buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan
orang lain.
5) Gelisahan dan cenderung menarik diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
DX. KEP. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
/
JAM
Senin, Ketidakber TUM : Setelah diberikan
tindakan 1. Ucapkan salam terapeutik 1. Memberikan kesan yang positif
2. Berjabat tangan
04 Februari dayaan Pasien mampu keperawatan selama 1x15 pada awal pertemuan
3. Perkenalkan identitas diri
2. Menumbuhkan sikap terbuka
2019 melakukan menit dalam 1x pertemuan
(nama lengkap, nama
kepada pasien
Pukul 09.00- aktifitas sehari- diharapkan pasien dapat
panggilan) 3. Untuk menambah rasa percaya
09.15 WITA hari yang menjalin dan membina 4. Tanyakan nama lengkap
pasien terhadap perawat
berhubungan hubungan saling percaya pasien dan nama panggilan 4. Untuk saling mengenal dan
dengan dengan perawat dengan yang disukai menambah rasa saling percaya
5. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Agar pasein lebih kooperatif
psikisnya. criteria hasil :
6. Dengarkan pernyataan pasien 6. Untuk menumbukan sikap
a. Menjawabsalam
dengan sikap sabar empati peduli dan antusias dalam
TUK 1 : b. Mau Berjabat tangan
dan lebih banyak memakai berinteraksi dengan pasien.
Pasien dapat c. Mau menyebutkan nama
bahasa non verbal. Misalnya:
menjalin dan (identitas diri)
sentuhan, anggukan
membina d. Ekspresi wajah tenang
hubungan dan tersenyum kepada
saling percaya perawat.
dengan e. Ada kontak mata
perawat f. Mau mengutarakan
masalah yang sedang
dihadapi.
Senin, Ketidakber TUK 2 : Setelah diberikan tindakan 1. Kaji ketidakberdayaan 1. Untuk menentukan
04 Februari dayaan Pasien keperawatan selama 1x 15 pasien intervensi
2019 mampu menit dalam 1x pertemuan 2. Bantu Pasien menguraikan selanjutnya
Pukul 10.00- berpikir diharapkan pasien mampu perasannya 2. Agar Pasien dapat
10.15 WITA positif. mengontrol 3. Latih Pasien untuk berpikir mengungkapkan penyebab
ketidakberdayaannya dengan positif ketidakberdayaannya
criteria hasil: 4. Latih Pasien untuk 3. Berpikir positif membawa
Senin, Ketidakber TUK 5 : Setelah diberikan tindakan 1. Beri pendidikan kesehatan a. Pendidikan kesehatan tentang
04 Februari dayaan Pasien dapat keperawatan selama 1x15 tentang cara merawat harga diri rendah meliputi,
2019 memanfaatkan menit dalam 1x pertemuan pasien dengan tanda dan gejala, penyebab,
Pukul 10.00- sistem diharapkan keluaraga pasien ketidakberdayaan dan trapi pengobatan.
2. Bantu keluarga b. Dukungan keluarga sangat
10.15 WITA pendukung dapat memanfaatkan sistem
memberikan dukungan dibutuhkan karena keluarga
yang ada pendukung yang ada dengan selama pasien dirawat adalah orang terdekat pasien.
3. Bantu keluarga c. Lingkungan rumah yang
criteria hasil :
a. Keluarga mampu menyiapkan lingkungan nyaman dan tenang mampu
menyebutkan kegiatan rumah. mempercepat proses
yang dapat dilakukan penyembuhan pasien.
untuk meningkatkan
harga diri.
b. Keluarga mampu
mengenal contoh
perilaku yang
menunjukkan harga diri
rendah.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah
ditentukan dengan maksud agar keButuhan pasien terpenuhi secara optimal
dalam pelaksanaan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi
pasien.
5. EVALUASI
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan
yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah
hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumBuhan
perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : respon objektif pasien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respom pasien.
DAFTAR PUSTAKA
AMIN, dkk. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Carpenito, LJ. (2009). Diagnosis Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinis ed. 9.
Jakarta: EGC