Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL


KETIDAKBERDAYAAN

OLEH:

IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI (P07120216039)

KELAS 3.A /D4 KEPERAWATAN


SEMESTER VI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019
A. KONSEP DASAR KETIDAKBERDAYAAN
1. PENGERTIAN
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir
atau yang baru saja terjadi.
Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan
keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol
terhadap kejadian atau situasi tertentu.
Persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang kontrol terhadap situasi
tertentu atau kejadian baru yang dirasakan (Townsend, 1998). Kondisi
ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya kontrol personal
terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang mempengaruhi
pandangan, tujuan dan gaya hidup (Carpenito, 2009).
NANDA Internasional (2016) mendefinisikan ketidakberdayaan sebagai
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan
mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau
situasi yang akan segera terjadi. Ketidakberdayaan adalah perasaan yang
dialami semua orang dalam derajat yang berbeda pada situasi yang
berlainan.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis
ketidak-berdayaan, yaitu :
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan
mungkin berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan,
tujuan, gaya hidup, dan hubungan.

Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan mungkin lebih


bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang
mengalami ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan
situasional.

2. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
a. Biologis
a) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
b) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang)
c) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa) Harapan Kesempatan Ketidakpastian
Bahaya Tidak Bedaya Putus Asa Respon adaftif Respon
Maladaftif
d) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
e) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan
limbic.
f) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang
secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya:
sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

c. Sosial budaya
1) Usia 30 meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal)
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.

2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi
stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat
bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor
lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat
menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi
ketidakberdayaan yang dialami oleh klien. Faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan
adalah sebagai berikut :
a. Biologis
a) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi).
b) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
c) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
d) Terdapat gangguan sistem endokrin
e) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
f) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
g) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik
dan gender
h) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan

b. Psikologis
a) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
b) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
c) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri,
kehilangan pekerjaan.
d) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
e) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.

c. Sosial budaya
a) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
b) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
c) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain.
d) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
e) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
f) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat

3. TANDA DAN GEJALA


Batasan karakteristik (Carpenito, 2009)
a. Mayor (harus ada):
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi ketidakpuasan
atas ketidakmampuan mengontrol situasi (mis., pekerjaan, penyakit,
prognosis, perawatan, tingkat penyembuhan) yang mengganggu
pandangan, tujuan, dan gaya hidup.
b. Minor (mungkin ada):
1) Apatis dan pasif.
2) Ansietas dan depresi.
3) Marah dan perilaku kekerasan.
4) Perilaku Buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan orang
lain.
5) Gelisahan dan cenderung menarik diri.

Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 1998):


a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau situasi,
hasil atau perawatan diri.
b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan
saat kesempatan diberikan.
c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan pelaksanaan
peran.
d. Segan mengekspresikan perasaan sebenarnya, takut diasingkan dari
pengasuh.
e. Apatis dan pasif
f. Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas
tersinggung, kebencian, marah, dan rasa bersalah.

Batasan Karakteristik (NANDA) Menurut NANDA (2012) dan


Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang dialami klien dapat terdiri dari
tiga tingkatan antara lain:
a. Rendah Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi
tingkat energi dan bersikap pasif.
b. Sedang Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien
tidak ikut memantau kemajuan pengobatan. Klien menunjukkan
ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan ekspresi keraguan tentang
performa peran.
c. Berat Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan
fisik yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap
program pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali
(terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA
biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan berat
karena tidak memiliki kendali atas situasi yang memepngaruhinya
untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan mempertahankan
situasi bebas NAPZA.

4. RENTANG RESPON
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep
dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
a. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan keBudayaan.
b. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan keBudayaan.

Respon Adaptif adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep Harga Kerancuan identitasDepersonalisasi


diri positif diri rendah

Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:


a. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
d. Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhuBungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

5. DATA YANG PERLU DIKAJI


Data Masalah keperawatan
Subjektif:
a. Mengatakan secara verbal ketidakmampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b. Mengatakan tidak dapat menghasilkan
sesuatu.
c. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Objektif:
a. Tidak berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan.
b. Segan mengekspresikan
perasaan yang sebenarnya.
c. Apastis,pasif.
d. Ekspresi muka murung.
e. Bicara dan gerakan
lambat.
f. Nafsu makan tidak ada
atau berlebihan.
g. Tidur berlebihan. h.
Menghindari orang lain.

6. PATOFISIOLOGI
1) Patofisiologi
Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat
menyebabkan ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan
ketidakberdayaan. Beberapa sumber umum antara lain:
a. Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi, sekunder akibat
CVA, trauma servikal, infark miokard, nyeri.
b. Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung jawab
peran, sekunder akibat pembedahan, trauma, artritis.
c. Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan, sekunder
akibat sklerosis multipel, kanker terminal.
d. Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.
e. Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat depresi.

2) Situasional (Personal, Lingkungan)


a. Berhubungan dengan perubahan status kuratif menjadi paliatif.
b. Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan pembatasan gaya
hidup, sekunder akibat (sebutkan)
c. Berhubungan dengan pola makan yang berlebihan.
d. Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat mengontrol
nilai (mis., lokus kontrol internal).
e. Berhubungan dengan pengaruh pembatasan rumah sakit atau lembaga.
f. Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan
(helplessness).
g. Berhubungan dengan rasa takut akiat penolakan (ketidaksetujuan).
h. Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak terpenuhi.
i. Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-menerus.
j. Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.
k. Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
l. Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat.
3) Maturasional
a. Anak remaja : berhubungan dengan masalah pengasuhan anak.
b. Dewasa : berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari satu kali,
sekunder akibat penuaan (mis., pensiun, defisit sensori, defisit motorik,
uang, orang terdekat

7. STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN


1) STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN (KLIEN)

a. SP1 Pasien: Assesmen Ketidakberdayaan dan Latihan Berpikir


Positif
Tujuan Tindakan
a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya
c) Pasien mampu memodifikasi pola kognitiif yang negative
d) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan perawatan pasien.
e) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan
realistis.
Tindakan Keperawatan
a) Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat menimbulkan ketidakberdayaan.
b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien,serta memperluas kesadaran diri.
c) Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat
dilakukan saatini.
d) Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan
dilatih sesuaidengan kemampuan klien.
e) Melatih kegiatan yang dipilih.
f) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
b. SP2 Pasien: Evaluasi Ketidakberdayaan, Manfaat
Mengembangkan Harapan Positif dan Latihan Mengontrol
Perasaan Ketidakberdayaan

Tujuan Tindakan
a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b) Pasien mampu mengembangkan harapan positif
c) Pasien mampu mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
Tindakan Keperawatan
a) Membantu klien mengevaluasi ketidakberdayaan.
b) Membantu klien mengembangkan manfaat harapan positif
c) Membantu klien mengontrol perasaan keridakberdayaan
d) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian

2) STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN


(KELUARGA)
a. SP1 Keluarga: Penjelasan Kondisi Pasien dan Cara
Merawat.
Tujuan Tindakan
a) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan
pada anggota keluarganya.
b) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalamiketidakberdayaan.
c) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga
yang mengalami ketidakberdayaan.
Tindakan Keperawatan
a) Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan,
penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat.
b) Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien.
c) Melatih keluarga melakukan follow up.

b. SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien,


cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan
follow up
Tujuan Tindakan
a) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan
pada anggotakeluarganya.
b) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalamiketidakberdayaan.
c) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang
mengalami ketidakberdayaan.
Tindakan Keperawatan
a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan
mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga
merawat pasien & kondisi pasien.
b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat
dan follow up.
c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan
mengontrol perasaan tidak berdaya.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi
factor biologis, factor psikologis, social Budaya, dan factor genetic
c. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhuBungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, huBungan social
dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping : koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medis yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
h. Analisa data
DS:
1) Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan
atau mempengaruhi
situasi.
2) Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
3) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.

DO:
1) Apatis dan pasif.
2) Ansietas dan depresi.
3) Marah dan perilaku kekerasan.
4) Perilaku Buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan
orang lain.
5) Gelisahan dan cenderung menarik diri.

2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

HARI/
TANGGAL
DX. KEP. TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
/
JAM
Senin, Ketidakber TUM : Setelah diberikan
tindakan 1. Ucapkan salam terapeutik 1. Memberikan kesan yang positif
2. Berjabat tangan
04 Februari dayaan Pasien mampu keperawatan selama 1x15 pada awal pertemuan
3. Perkenalkan identitas diri
2. Menumbuhkan sikap terbuka
2019 melakukan menit dalam 1x pertemuan
(nama lengkap, nama
kepada pasien
Pukul 09.00- aktifitas sehari- diharapkan pasien dapat
panggilan) 3. Untuk menambah rasa percaya
09.15 WITA hari yang menjalin dan membina 4. Tanyakan nama lengkap
pasien terhadap perawat
berhubungan hubungan saling percaya pasien dan nama panggilan 4. Untuk saling mengenal dan
dengan dengan perawat dengan yang disukai menambah rasa saling percaya
5. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Agar pasein lebih kooperatif
psikisnya. criteria hasil :
6. Dengarkan pernyataan pasien 6. Untuk menumbukan sikap
a. Menjawabsalam
dengan sikap sabar empati peduli dan antusias dalam
TUK 1 : b. Mau Berjabat tangan
dan lebih banyak memakai berinteraksi dengan pasien.
Pasien dapat c. Mau menyebutkan nama
bahasa non verbal. Misalnya:
menjalin dan (identitas diri)
sentuhan, anggukan
membina d. Ekspresi wajah tenang
hubungan dan tersenyum kepada
saling percaya perawat.
dengan e. Ada kontak mata
perawat f. Mau mengutarakan
masalah yang sedang
dihadapi.

Senin, Ketidakber TUK 2 : Setelah diberikan tindakan 1. Kaji ketidakberdayaan 1. Untuk menentukan
04 Februari dayaan Pasien keperawatan selama 1x 15 pasien intervensi
2019 mampu menit dalam 1x pertemuan 2. Bantu Pasien menguraikan selanjutnya
Pukul 10.00- berpikir diharapkan pasien mampu perasannya 2. Agar Pasien dapat
10.15 WITA positif. mengontrol 3. Latih Pasien untuk berpikir mengungkapkan penyebab
ketidakberdayaannya dengan positif ketidakberdayaannya
criteria hasil: 4. Latih Pasien untuk 3. Berpikir positif membawa

a. Pasien mampu mengembangkan harapan perubahan baik dalam fisik


berpartisipasi dalam positif (afirmasi positif) dan mental individu
pengambilan 4. Untuk menegaskan

keputusan. bahwa Pasien mampu


b. Pasien mampu lebih baik
termotivasi untuk aktif
mencapai tujuan yang
realistis
Senin, Ketidakber TUK 3 : Setelah diberikan tindakan 1. Bantu keluarga pasien untuk 1. Dapat mengetahui perasaan
04 Februari dayaan Pasien mampu keperawatan selama 1x15 mengidentifikasi dan yang dialami keluarga pasien.
2019 mengembangk menit dalam 1x pertemuan mengutarakan perasaannya 2. Ketika keluarga pasien telah
2. Bantu keluarga pasien untuk
Pukul an harapan diharapkan pasien mengenali ketidakberdayaan
menjelaskan kondisi dan
14.00.00- positif dan menunjukkan strategi koping anggota keluarganya dan
situasi yang menimbulkan
14.15 WITA mengontrol efektif dalam menghadapi diharapkan keluarga untuk
ketidakberdayaan bagi pasien
perasaan tidak ketidakberdayaannya dengan membantu memotivasi pasien.
3. Bantu keluarga pasien
3. Untuk menghindari atau
berdaya. mengajak anggota keluarga
mengenal penyebab ketidak
menekan hal-hal yang
dalam memotivasi pasien
berdayaan dan jelaskan pada
membuat atau memicu
dengan criteria hasil:
keluarga pasien mengenai
keputuasaan.
1. Keluarga pasien
penyakitnya 4. Untuk menjadikan
mengetahui penyakit dan 4. Bantu keluarga pasien untuk
perbandingan dan pelajaran
ketidakberdayaan yang menyadari perilaku akibat
cara menyikapi
dialami pasien ketidakberdayaan.
ketidakberdayaan.
2. Keluarga mampu
mendukung serta
memotivasi pasien untuk
melakukan kemampuan
yang dmiliki pasien
Selasa, Ketidakber TUK 4 : Setelah diberikan tindakan 1. Berikan pendidikan 1. Untuk mengetahui obat dan
05 Februari dayaan Pasien dapat keperawatan selama 1x15 (kesehatan) mengenai efek apa saja yang di timbulkan
2019 memanfaatkan menit dalam 1x pertemuan pengobatan pada klien dan setelah pemakaian obat
2. Agar dapat mengetahui
Pukul 09.00- obat dengan diharapkan pasien dapat keluarga
2. Monitor efek samping obat perasaan klien setelah minum
09.15 WITA prinsip 12 memanfaatkan obat dengan
dan efek terapeutik yang obat
benar. benar sesuai prinsip 12 benar diinginkan
dengan criteria hasil :
1. Pasien dapat menyebutkan
manfaat, dosis dan efek
samping obat.
2. Pasien mendapat
informasi tentang efek
samping obat.
3. Pasien dapat memahami
akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi.
4. Pasien dapat menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan obat (benar
obat, benar pasien, benar
dosis, benar rute, benar
waktu)

Senin, Ketidakber TUK 5 : Setelah diberikan tindakan 1. Beri pendidikan kesehatan a. Pendidikan kesehatan tentang
04 Februari dayaan Pasien dapat keperawatan selama 1x15 tentang cara merawat harga diri rendah meliputi,
2019 memanfaatkan menit dalam 1x pertemuan pasien dengan tanda dan gejala, penyebab,
Pukul 10.00- sistem diharapkan keluaraga pasien ketidakberdayaan dan trapi pengobatan.
2. Bantu keluarga b. Dukungan keluarga sangat
10.15 WITA pendukung dapat memanfaatkan sistem
memberikan dukungan dibutuhkan karena keluarga
yang ada pendukung yang ada dengan selama pasien dirawat adalah orang terdekat pasien.
3. Bantu keluarga c. Lingkungan rumah yang
criteria hasil :
a. Keluarga mampu menyiapkan lingkungan nyaman dan tenang mampu
menyebutkan kegiatan rumah. mempercepat proses
yang dapat dilakukan penyembuhan pasien.
untuk meningkatkan
harga diri.
b. Keluarga mampu
mengenal contoh
perilaku yang
menunjukkan harga diri
rendah.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah
ditentukan dengan maksud agar keButuhan pasien terpenuhi secara optimal
dalam pelaksanaan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi
pasien.

5. EVALUASI
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan
yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah
hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumBuhan
perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : respon objektif pasien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respom pasien.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu :


1. Pasien mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala perasaan
ketidakberdayaan
2. Pasien mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya
3. Pasien mengatakan tidak adanya penghalang untuk bertindak

DAFTAR PUSTAKA
AMIN, dkk. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC 2015. Jogjakarta : MediAction

Carpenito, LJ. (2009). Diagnosis Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinis ed. 9.

Jakarta: EGC

NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2012-2014 terj. Made Sumarwati. Jakarta : EGC

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri. Ed.3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai