Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

NAMA KELOMPOK 4 :

HARDYTHA EKA PUTRI

INRAWATI

MUHAMMAD MOEHARSAH SN

SITI APRIANTI NUR ALHAITAMI

SUSI SANTI

SYAMSUDDIN

SYARIFUDDIN INDARA JUMADIL

SITI APRIANYI NUR ALHAITAMI

FEBRIANI

FIRMAN HARYADI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2018-2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah tentang “Komunikasi Terhadap Penderita
Gangguan Jiwa” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan suatu pelajaran mengenai
bagaimana pengertian gangguan jiwa, macam-macam gangguan jiwa, gejala gangguan
jiwa,penyebab gangguan jiwa, komunikasi terhadap gangguan jiwa, tujuan komunikasi terhadap
gangguan jiwa
Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang
telah ikut serta mendukung dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada DosenIlmu
Keperwatan Dasar V yang selalu memberikan dukungan kepada kami . Adapun kritik dan saran
sangat terbuka guna penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 28 Oktober 2018

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Katapengantar ....................................................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 1
D. Manfaat .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ..................................................................................................................... 3
B. Etiologi ..................................................................................................................... 4
C. Gejala Halusinasi ..................................................................................................... 5
D. Jenis-Jenis Halusinasi............................................................................................... 5
E. Tujuan Komunikasi Terapeutik................................................................................ 5
F. Prinsip-Prinsip Komunikasi ..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
B. Saran......................................................................................................................... 15
Daftar pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kejiwaan, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai
satu atau lebih fungsi mental.Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai ooleh
tegangguanya emosi. Proses berfikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indra),
penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita(dan keluarga).
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi
psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan
dari suatu konsep normatif.Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda
dan gejala-gejala yang khas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada malalah ini yaitu :
1. Bagaimana Pengertian Gangguan Jiwa ?
2. Apa Macam Macam Gangguan Jiwa ?
3. Bagaimna Gejala Gangguan Jiwa ?
4. Bagaiman Komunikasi Terhadap Gangguan Jiwa ?
5. Bagaimna Tujuan Komunikasi Terhadap Gangguan Jiwa
C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Gangguan Jiwa !
2. Untuk Mengetahui Macam Macam Gangguan Jiwa !
3. Untuk Mengetahui Gejala Gangguan Jiwa !
4. Untuk Mengetahui Penyebab Gangguan Jiwa !
5. Untuk Mengetahui Komunikasi Terhadap Gangguan Jiwa !
6. Untuk Mengetahui Tujuan Komunikasi Terhadap Gangguan Jiwa !
D. Manfaat
Dari tujuan di atas adapun manfaat yang akan diraih yaitu:
1. Agar Mengetahui Pengertian Gangguan Jiwa !
2. Agar Mengetahui Macam Macam Gangguan Jiwa !

1
3. Agar Mengetahui Gejala Gangguan Jiwa !
4. Agar Mengetahui Penyebab Gangguan Jiwa !
5. Agar Mengetahui Komunikasi Terhadap Gangguan Jiwa !
6. Agar Mengetahui Tujuan Komunikasi Terhadap Gangguan Jiwa !

2
BAB II
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan mental
adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang
terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang
menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-
fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan
atau kehilangan kebebasan yang penting, dan tidak jarang respon tersebut dapat
diterima pada kondisi tertentu.

Perubahan persepsi sensori adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal atau external) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau
kelainan berespon terhadap setiap stimulus ( Azwar Azrul, 2001).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Teknik komunikasi
terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain ( Carpenito. L.J, 1998).

Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang


dirasakan .Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari
pendengaran,penglihatan,penciuman,perabaan dan pengecapan.gangguan ini dapar
bersifat ringan,berat,sementara,atau lama (Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000),

Gangguan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa pengertian


di bawah ini di kemukakan oleh beberapa ahli :

1. Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya rangsang pada panca indera seorang
pasien yang terjadi dalam keadaan bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikotik atau histerik .
2. Halusinasi adalah bila rangsang dari luar terhadap indera itu tidak nyata tetapi
penderita yakin kalau itu tidak nyata

3
3. Halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek,gambaran dan pikiran yang
sering terjadi tanpa adanya ransangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan
4. Halusinasi adalah persepsi yang salah terjadi tanpa adanya stimulus eksternal
5. Halusinasi adalah persepsi individu terhadap sesuatu tanpa adanya stimulus yang
nyata
6. Halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya
ransangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik
7. Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan ditelinganya padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu (Keliat Budi Anna, (1998),).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus yang nyata.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya halusinasi menurut (Keliat Budi Anna, 1998),:
1. Adanya ketidakmampuan menilai dan berespon terhadap kenyataan atau tidak
dapat membedakan antara stimulus eksternal dan internal.
2. Terganggunya fungsi otak.
3. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial.
Menurut Mary Durant Thomas ( 1991 ),halusinasi dapat terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia,depresi atau keadaan.delirium,demensia,dan kondisi
yang berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substsnsi lainnya .Halusinasi dapat
juga terjadi dengan epilepsi, kondisi sistemik demgam gangguan metabolic. Halusinasi
dapat juga dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi amti
depresi,anti kolinergik,antiinflamasi dan antibiotic.

C. GEJALAHALUSINASI
Seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala
yang khas. Menurut HG. Morgan (1998) bahwa gejala halusinasi adalah :
1. Mendengar pikirannya sendiri
2. Mendengar suara-suara yang berargumentasi, mengomentari perbuatannya.

4
3. Somatic passivity : pengalaman bahwa ada kekuatan dari luar yang mempengaruhi
tubuhnya.
4. Pikiran ditarik keluar, disisipi atau diinterupsi oleh pengaruh lua.
5. Pikiran yang dipancarkan (disiarkan) atau percaya bahwa orang lain juga demikian.
6. Perasaan, impuls dorongan dirasakan diatur dari luar
D. JENIS-JENISHALUSINASI
Halusinasi dapat diklasifikasikan menjadi 7 macam (Stuart dan Laraia, 2001 hal 409) :
1. Halusinasi pendengaran : mendengar suara-suara atau bisikan paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan
bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang dapat
membahayakan.
2. Halusinasi penglihatan : stimulus visual dalam bentuk kelihatan cahaya, bayangan
yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
3. Halusinasi penciuman : membaui bau-bauan tertentu umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan.
4. Halusinasi pengecapan : Merasakan sesuatu yang tidak nyata seperti rasa darah,
urine, feses.
5. Halusinasi perabaan : mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas.
6. Halusinasi Cenesthetic : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan.
7. Halusinasi Kinesthetic : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien
percaya pada hal yang diperlukan;
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat

5
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
F. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara
rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik
klien.
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik
khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan
jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
1. penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita
gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien
dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien
pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan
penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa
saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Sebenarnya ada banyak perbedaan, tetapi intinya bukan pada mengungkap
perbedaan antara penyakit jiwa dan penyakit fisik tetapi pada metode komunikasinya.
Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar
pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang

6
melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan
mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi
terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas
fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang
bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien
lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia
tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan
terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien
lain bisa menjadi korban.
Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa komponen
tersebut adalah:
1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang –
orang terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam
menghadapi stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor menjadi
satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka hasilnya tentu
perlaku positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi
sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan mengalami
Harga Diri Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia seharusnya :
” saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak pengusaha” comment
tersebut adalah ideal diri tinggi, ” saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya
sudah maksimal” comment ini adalah ideal diri rendah.

7
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan
kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan
keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa
dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis
anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara
kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat,
perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi
neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia
maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini
berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis,
dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan
memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor
bisa direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat
ditekan sekecil mungkin.

8
ROLEPLAY KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI
Strategi Pelaksanaan Halusinasi

Strategi Pelaksanaan Halusinasi :Melatih pasien mengontrol halusinasinya dengan cara


menghardik
Strategi pelaksanaan 1 Halusinasi meliputi 5 tahap yaitu:
1. Tahap 1 Pra Interaksi
Hal yang dilakuakn pada tahap ini adalah dengan menyiapkan alat yang akan digunakan
untuk melakukan tahap kerja. Alat yang dapat disiapkan antara lain, kertas atau buku
cacatan dan pena.
2. Tahap 2 Orientasi
Pada tahap orientasi, hal yang perlu dilakukan perawat yaitu memperkenalkan diri,
menyapa pasien serta mengucapkan salam, menanyakan kabar serta keluhan yang
dirasakan pasien, serta melakukan kontrak waktu untuk melakukan tahap kerja strategi
pelaksanaan.
3. Tahap 3 Kerja
Pada tahap kerja, perawat terlebih dahulu untuk mengidentifikasi keluhan pasien dan
membantu pasien mengidentifikasi yang dirasakannya. Setelah itu, ajarkan pasien cara
untuk mengontrol hal tersebut dengan cara menghardik.
4. Tahap 4 Terminasi
Pada tahap ini, perawat mengevaluasi hasil kerjanya terhadap pasien.Setelah itu melakukan
kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
5. Tahap 5 Dokumentasi
Setelah kegiatan telah selesai, maka perawat harus mencatat seluruh hasil tindakan dalam
catatan keperawatan. Catatan tersebut meliputi: nama dan tanda tangan perawat, tanggal
dan jam pemeriksaan/kegiatan, serta hasil dari pemeriksaan/kegiatan.

9
Roleplay Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 Halusinasi

Tahap Pra-Interaksi
Perawat : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)
Tahap Orientasi
Perawat : “Selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya Susi susanti, biasa dipanggil Susi.
Saya perawat yang akan merawat ibu. Nama ibu siapa ? ibu senangnya
dipanggil apa?”
Pasien : “Nama saya Mawar Merah. Panggil saja ibu M”
Perawat : “Baiklah ibu M, bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada keluhan yang
ibu rasakan hari ini?”
Pasien : “Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus, saya ingin dibunuh. Saya takut
Sus, saya juga sering mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya”
(wajah tegang dan tampak ketakutan)
Perawat : “Baiklah ibu M, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara yang
mengganggu ibu M dan perihal perasaan jika ada yang mengejar dan ingin
membunuh ibu. Nanti kita juga akan mempelajari cara mengontrol hal tersebut.
Apakah ibu bersedia?”
Pasien : “Ya Sus”
Perawat : “Berapa lama ibu ingin berbincang ?dan dimana ibu ingin berbincang?”
Pasien : “Terserah Sus. Disini saja Sus”
Perawat : “Bagaimana jika 20 menit ibu ?”
Pasien : “Ya, boleh Sus”
Tiba-tiba suami pasien datang untuk menjenguk pasien.
Suami : Pagi pak, bagaimana keadaan istri saya sekarang?
Perawat 2 : Sudah lebih membaik saat ini pak.
Suami : Pak, tolong berikan pengarahan pada istri saya, agar dia dapat sehat kembali.
Perawat 2 : Iya kami akan berusaha tapi kami juga butuh bantuan dari anda dan
keluarganya untuk memberi support untuk pasien.
Suami : Baik Pak, terima kasih.
Pak,bisa saya bicara sebentar?
Perawat 2 : Ya bisa pak,mari bicara diluar pak.

10
Perawat 2 segera keluar dan berbicara dengan suami pasien di luar ruangan
Suami : Sebenarnya apa yang terjadi pada istri saya Pak? Akhir-akhir ini dia sangat
sensitif dan seperti berhalusinasi seakan -akan ada seseorang yang mengejar –
ngejarnya dan ingin membunuhnya?
Perawat 2 : Maaf pak, bukan kewenangan saya untuk memberi tahu keadaan pasien. Nanti
akan saya diskusikan dulu dengan dokter ya pak.
Suami : Ya sudah Pak,terima kasih.
suami pasien kembali masuk ke ruangan.
Sementara itu perawat segera ke ruang dokter untuk mendiskusikan keadaan pasien
Perawat 2 : Selamat siang dok,
Dokter : Selamat siang,
Perawat 2 : Saya akan melaporkan kondisi ibu M dok,sejauh ini kondisinya baik,namun
kejiwaannya masih belum stabil. Dia masih sering terlihat tegang dan masih
berfikriran ada seseorang yang ingin membunuhnya.
Dokter : Baik Pak,tentunya keadaan kejiwaan seperti itu merupakan hal yang wajar.
Nanti saya akan memberikan penjelasan lebih kepada keluarga pasien. Untuk itu, tolong
hubungi salah satu keluarga pasien untuk ke ruangan saya pak,
Perawat 2 : Baik dok,
Dokter : Terima kasih pak,
Perawat 2 : Ya dok..
Akhirnya perawat kembali ke ruangan ibu M untuk menghubungi suaminya agar datang
ke ruangan dokter.
Perawat 2 : Bu,maaf sekarang ibu diminta untuk ke ruang dokter..
Suami : Ya pak..
Perawat mengantar Suami ibu M ke ruangan dokter.
Istri : Selamat siang dok
Dokter : Selamat siang bu,silakan duduk..
Suami : Ya dok,terima kasih. Sebenarnya apa yang terjadi pada istri saya Dok? Akhir-
akhir ini dia sangat terlihat tegang dan merasa ketakutan ?
Dokter : Bapak tidak perlu khawatir,tentunya itu hal yang wajar ketika seseorang
merasa tertekan dengan kehidupannya. apa lagi istri bapak baru saja terkena
PHK ditempat kerjanya dan memikirkan bagaimana cara membayar hutang –
hutang keluarganya kalau dia juga tidak ikut bekerja. Hal itu membuat istri

11
bapak mengalami Halusinasi seperi itu. Beliau tegang karena beliau merasa
sudah tidak berguna, disaat keluarganya terjerat hutang.
Suami : Iya Dok, Saya mengerti dengan hal itu, sayapun tidak ingin membuat istri
saya merasa terbebani atas hutang yang ada pada keluarga kami.lalu apa yang
harus kami lakukan dok ??
Dokter : Bapak dan keluarga cukup membuat ibu nyaman dan selalu memberikan
dukungan agar istri bapak menjadi lebih semangat dan bangkit untuk tidak
merasa bersalah akibat ketidak berdayaannya.
Suami : Baiklah dok,terima kasih.
Dokter : Ya pak,semoga istri bapak lekas membaik ya pak..
Istri : Ya dok..
Tahap Kerja
Perawat : “Apakah ibu merasakan ada yang mengejar-ngejar serta ingin membunuh ibu
dan mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
Pasien : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya semakin mendekat
sehingga saya merasa ada yang mengejar dan ingin membunuh saya”
Perawat : “Apa yang dikatakan suara tersebut ibu ?”
Pasien : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya akan dibunuh.
Saya takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan khawatir)
Perawat : “Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi belum tentu orang lain
termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang ibu dengarkan. Apakah
ibu menedengar suara itu terus menerus atau hanya sewaktu-waktu saja?”
Pasien : “Sewaktu-waktu Sus”
Perawat : “Kapan waktu yang paling sering ibu mendengar suara itu dan berapa kali
dalam sehari ibu mendengarnya?”
Pasien : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba. Kadang
sekali, tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus”
Perawat : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu ibu sedang
sendiri?”
Pasien : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan ekonomi saya
yang susah dan ditambah sekarang saya pengangguran karena di PHK. Saya
suka stress kalau mikirin itu sus, terus tiba-tiba suara itu muncul”
Perawat : “Apa yang ibu rasakan atau bagaimana perasaan ibu ketika mendengar suara
itu?”

12
Pasien : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam” (wajah tegang
dan keringat dingin)
Perawat : “Kemudian apa yang ibu lakukan?”
Pasien : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari sus. Saya
takut akan dibunuh” (ketakutan)
Perawat : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
Pasien : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu mengikuti saya
sus. Saya benar-benar takut”
Perawat : “Apa yang ibu alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana kalau sekarang kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa Mbak bersedia?”
Pasien : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”
Perawat :“Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan aktifitas. Bagaimana kalau
kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu
bersedia?”
Pasien : “Iya Sus”
Perawat : “Baik, kita mulai sekarang ya ibu. Saya akan mempraktekan terlebih dahulu,
kemudian baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan.
Begini... jika suara itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi saya tidak
mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga ibu . Lakukan
terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu, coba sekarang ibu ulangi
lagi seperti yang saya lakukan tadi?”
Pasien : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”(sambil
menutup telinga)
Perawat : “Bagus sekali , ibu coba lakukan sekali lagi”
Pasien : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”
(sambil menutup telinga)
Perawat : “Wah... bagus sekali ibu. ibu sudah bisa melakukannya”
Pasien : (tersenyum)
Perawat : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita kita bercakap-cakap?”
Pasien : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)
Perawat : “Syukurlah ibu. Apakah ibu masih ingat pembicaraan kita mengenai
permasalahan ibu dan cara mengatasinya?”

13
Pasien : “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya lagi sendirian.
Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya dengan menghardik seperti
yang mbak ajarkan”
Perawat : “Mbak masih ingat caranya?”
Pasien : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan mengatakan
“pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sampai suaranya
hilang”
Perawat : “Bagus sekali karena ibu sudah mengerti. Jika hal tersebut itu muncul lagi,
tolong ibu praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam
jadwal harian bu. ibu bisa melakukannya 2 hingga 3 kali sehari pada pukul
09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?”
Pasien : “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)
Perawat : “Baiklah ibu. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul,
apakah ibu bersedia?”
Pasien : “Ya. Saya bersedia Sus”
Perawat : “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja dan waktunya
pukul 09.00?”
Pasien : “Iya nggap apa-apa Sus”
Perawat : “Kalau begitu saya pamit dulu ibu, sampai bertemu besok. Selamat pagi”
(berdiri dan meninggalkan ruangan)
Pasien : “Pagi” (Tersenyum)
Tahap Dokumentasi
Perawat : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi
psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan
tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat,
fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata
bisa saja kacau balau.
B. Saran
Kita sebagai perawat hendaknya menggunakan bahasa yang santung terhadap pasien
gangguan jiwa karena Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah
dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azwar Azrul, (2001), Indonesia Sehat 2010, Media Republik, Jakarta.

Carpenito. L.J, (1998), Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi
6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Direktorat Pelayanan Keperawatan, (2000), Buku Pedoman Asuhan Keperawatan


Jiwa, Edisi 1, Depkes RI, Jakarta.

Direktorat Pelayanan Medik, (1993), PPDGJ III, Depkes RI, Jakarta.

Keliat Budi Anna, (1998), Proses Keperawatan Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.

Harber,Judith,1987 hal 725,Dikutip Dari Askep Pada Pasien Dengan Perubahan


Sensoris ,Halusinasi,Siti Saidah Nasution Skp.

16

Anda mungkin juga menyukai