BLOK
DERMATOMUSKULOSKELETAL
MINGGU KE - 4
FORUM STUDI ISLAM IBNU SINA
DAFTAR ISI
I. Ilmu Bedah
1.1 Knee Injuries………………………………………………………..4
1.2 Osteoarthritis………………………………………………………..9
1.3 Fraktur Klavikula…………………………………………………...20
1.4 Osteoporosis……………………………………………………..…24
III.Forensik
1.1 Visum Et Repertum Sebagai Keterangan Saksi dan Barang Bukti…49
IV. Psikologi
1.1 Psikologi Penyakit Kulit…………………………………………….55
V. Patologi Anatomi
1.1 Soft Tissue Patology……………………………………………...…59
VI. Mikrobiologi
1.1 Infeksi Viral Pada Otot (Myocarditis dan Pericarditis)…………..…66
VII. Farmakologi
1.1 Agen Anti HSV dan VZV………………………………………….72
1.2 Analgetik…………………………………………………………...77
2
BAB I
ILMU BEDAH
3
KNEE INJURIES
ANATOMI LUTUT
Terminologi
o Ligament:Struktur yang menghubungkan antartulang di persendian,
berperan dalam kestabilan sendi
o Tendon: Menghubungkan tulang dengan otot
o Bone : Organ dengan struktur yang keras dan kaku sebagai
penopang tubuh
o Articular Cartilage: jaringan ikat yang berfungsi sebagai struktur
membentuk permukaan sendi yang halus.
o Meniscal Cartilage: Kartilago yang berperan sebagai peredam kejut
saat beraktivitas dengan beban
Ligamen
Pada lutut terdapat 4 jenis ligamen, yaitu :
o ACL: Anterior Cruciate Ligament
o PCL: Posterior Cruciate Ligament
o MCL: Medial Collateral Ligament
o LCL: Lateral Collateral Ligament
Bone / Tulang
o Merupakan struktur penopang
o Merupakan tempat perlekatan otot melalui
tendon dan ligamen
o Bursa : Kantung berisi cairan yang
melapisi tulang, untuk mengurangi
pergesekan
o Bursitis : Inflamasi pada bursa akibat
trauma karena gesekan berlebih
Tendon
o Sebagai penghubung otot dengan tulang
o Bergerak pada ruang yang terbatas
o Bisa menyebabkan inflamasi apabila aktivitas berlebih
o Bisa dilatih, dan mudah beradaptasi pada perubahan aktivitas
Kartilago Artikular
o Sebagai pelapis tulang antar sendi
o Berperan dalam peredaman shock
o Resisten terhadap stress pergeseran/pergesekan
o Dilubrikasi oleh cairan sinovial
o Artritis : Apabila terjadi inflamasi yang menyebabkan pengerasan
pada permukaan kartilago sehingga akan terjadi lebih banyak
pergesekan antar tulang
o Injuri pada kartilago artikular bisa disebabkan akibat penggunaan
kronis yang menyebabkan delaminasi kartilago (hilangnya lapisan
kartilago)
4
o Untuk diagnosis dan tatalksana injuri pada kartilago sendi biasanya
menggunakan knee arthroscopy
o Knee arthroscopy : dilakukan dengan
melakukan insisi kecil untuk memasukan
kamera ke persendian lalu menghaluskan
kartilago dengan “trim” dan dilakukan melalui
monitor video
Kartilago Meniskal
o Terletak antara os femur dan os tibia
o Bekerja sebagai peredam kejut pada lutut
o Secara struktural berbeda dengan kartilago
artikular
o Injuri pada kartilago meniskal biasanya terjadi
robekan yang ditandai dengan bunyi “pop” dan
nyeri kuat di persendian, pembengkakan
o Tatalaksana dengan istirahat dan modifikasi
aktivitas, penguatan serta konsumsi glucosamine,
dan operasi bisa gejala terus dirasakan atau
merupakan rekuren. Operasi dilakukan dengan menghilangkan
bagian yang robek
o Pencegahan :
Sulit dihindari karena dipengaruhi oleh usia
Meniscus yang melemah lebih rentan robek
Aktivitas yang memperberat : perputaran sendi dan deep
bending
Hati hati saat melakukan latihan dengan flexi yang dalam
Macan-macam Injury pada Lutut
• Overuse injuries: Tendinitis, Bursitis
• Stress yang berulang pada jaringan
• Semua jaringan terluka akibat penggunaan yang berlebih dan
faktor usia
• Perbaikan jaringan dapat dilakukan dengan sendirinya pada peiode
istirahat
• Rekurens injury pada perbaikan yang belum selesai akan
menyebabkan inflamasi
• Traumatic Injuries: Meniscus tears, Articular cartilage tears,
Ligament tears, (Fractures)
• Cumulative Injuries: Arthritis
Kelainan pada Patella
Plica syndrome
o Seringkali bersumber dari bagian anterior dan median
o Biasanya terjadi pada wanita, pada usia muda
5
o Berhubungan dengan trauma akut dan perubahan drastis pada
intensitas latihan
o Dapat diperparah dengan aktivitas dan duduk dalam waktu yang
lama
o Tatalaksana dengan modifikasi aktivitas, NSAID sebagai
pengurang rasa nyeri, ice dan modalitas. Bila masih belum
tertangani maka merupakan indikasi operasi
Patellar/ Quad tendinitis
o Inflamasi yang terjadi pada tendon, akibat supply darah yang
minim maka perluwaktu lama dalam penyembuhannya
o Disebabkan oleh latihan berlebih dan peningkatan intensitas latihan
yang drastis, serta pemanasan yang kurang sebelum berlatih
o Tatalaksana :
RICE : Rest, Ice, Compression, dan anti inflamasi
Massage jaringan yang dalam
Kurangi dulu inflamasi setelah itu kembali ke latihan
Low impact, tidak lompat, penguatan Quadriceps
o Prevention
Pertahankan kekuatan dan fleksibilitas otot
Peningkatan aktivitas secara bertahap
Mengurangi aktivitas yang menyebabkan stress lutut
Kemungkinan konsumsi glucosamine
Patellar Chondromalacia
o Nyeri pada lutut bagian depan, diperparah dengan flexi dan naik
tangga
o Akibat pengerasan pada kartilago
o Tatalaksana : Kurangi inflamamsi, tingkatkan keseimbangan otot
dengan terapu dan penguatan otot, bracing, nyeri akan berkurang
bila sudah menjadi lebih baik strukturnya, dan operasi
o Pencegahan : dengan tingkatkan kekuatan m. Quadriceps dan
keseimbangan otot, hindari latihan yang melibatkan deep bending,
minimalisir naik tangga.
Patellar Instability
o Ekskursi patela yang berlebih melewati femur
o Akut : Traumatic blow, twisting, dislocation, Lateral, 50%
recurrence (younger), MPF lig key
o Kronis : Multifaktor, tuberkel lateral dan peningkatan sudut
quadriceps
o Tatalaksana : mengurangi ekstensi, penggunaah brace, dan
rehabilitasi
o Komplikasi : Kerusakan kartilago artikular
o Bisa menyebabkan rekurens ketidakstabilan
Injury Ligamen Lutut
6
Paling sering terjadi adalah robeknya ACL atau MCL yang ditandai
dengan nyeri, bengkak, penurunan ROM, instabilitas, dan sulit untuk
beraktivitas seperti melakukan olahraga dan gerakan memutar
Disebabkan akibat pergerakan yang berlebihan
Resiko dapat diturunkan dengan latihan jumping dan landing yang tepat
Injury ACL
Biasanya pada gerakan cutting dan pivoting
Setelah Injury, kapasitas untuk perbaikan terbatas
Tatalaksana :
o RICE : Rest, Ice, Compression, dan Elevation
o Examination
o Bracing
o Surgery dilakuakn bila ketidakstabilan sudah tidak terkontrol
Dilakukan dengagn metode arthroscopy surgery dengan
membentuk ligamen baru dari Tendon Patella atau Tendon
Hamstring
Perlu 6 bulan proses penyembuhan
o Pencegahan : kurangnhya pesiapa sebelum olahraga, meningkatkan
keseimbangan m. Quadriceps dan m hamstring, bila sudah terasa
lelah jangan memaksakan diri, penggunaan brace tidak mencegah
injury
Injury PCL
Lebih jarang dibanding ACL, akibat trauma kontak (tackle)
Lebih mudah mengalami kompensasi dibanding ACL
Tatalaksana : RICE, rehab, brace, dan surgery
Surgery hanya ketidakstabilan yang persisten dann multiligamen injury
Injury MCL
Stress valgus, gerakan twisting dan cutting
Most common knee lig injury
Derajat Injury
o I : Interstisial Injury dan no laxity
o II : Partial teaing dan mild laxity
o III : compleate tear
Tatalaksana : RICE, brace, rehab
Injury Kartilago Artikular
Trauma akibat robeknya permukanan kartilagi sehingga mengurangi
gerakan sendi yang halus
Ditandai dengan bunyi “pop”, nyeri, bengkak, dan sakit ketika menopang
beban
Tatalaksana :
o Implantasi Kondrosit autolog / Autologuos Chondrocyte
Implantation (ACI)
7
o Tumbuhkan kartitlago baru dan pasang pada sendi yang rusak
o Larger 2 staged surgery
o Grows new gliding cartilage
Pencegahan
o Dengan menghindari trauma
o Pemanasan sebelum olahraga dan berlatih “jumping” dan “landing”
o Jangan hiraukan ketidakstabilan sendi
o Bisa dibantu dengan peran glukosamin dan kondroitin
OSTEOARTHRITIS
8
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik dengan
menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan
tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan
tulang baru pada tepi sendi (osteofit).
Timbul akibat Penuaan, trauma, atau akibat kelainan lain. Keadaan ini
tidak berkaitan dengan faktor sistemik ataupun infeksi.
Cedera Sendi,
Penyakit
Umur Pekerjaan,
Metabolik
Olahraga
Kelainan
Jenis Kelamin Kegemukan
Pertumbuhan
Klasifikasi
9
Primer (idiopatik) biasanya pada wanita 30-40an tahun tanpa sebab yang
jelas. Dan proses wear and tear, berhubungan dengan bertambahnya usia
dan weight bearing.
Sekunder : lebih banyak pada laki-laki, pada usia anak-anak sampai tua,
berkaitan dengan cedera, fraktur, obat-obatan kortikosteroid.
Patogenesis
Tulang rawan sendi
10
Patologis
• Kelainan Yang Dapat Ditemukan
• Tulang Rawan Sendi
• Tulang
• Membran Sinovial
• Kapsul Sendi
• Badan Lepas
• Efusi
• Nodus heberden dan Bouchard
Tempat terjadinya OA
Manifestasi Klinis
11
Nyeri sendi, G3 ROM, Kekakuan sendi, Krepitasi, Deformitas, Perubahan
gaya berjalan, Pembengkakan sendi asimetris.
Diagnosis
1. Klinis - Nyeri sendi yang kronik
2. Pemeriksaan fisik - Krepitasi gerakan
3. Pemeriksaan fisik - Efusi sendi
4. Pemeriksaan fisik – Nyeri sendi (+)
5. Ro gambaran osteofit
6. Ro Penyempitan space kartilago
7. Ro Peningkatan densitas tulang subchondral
FOTO RONTGEN
Kista tulang
12
Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut
13
OA pada jari tangan OA pada jari kaki
Gambaran radiologis posteroanterior menunjukkan penyempitan ruang
sendi interphalangeal, sklerosis subchondral, dan pembentukan osteofit
(panah).
Diagnosis Banding
Tata Laksana
Medikamentosa : asetaminofen, gel natrium diklofenak 1%, tetrasiklin
Bedah : arthrosopic debridement, joint lavage, osteotomy, artroplasti sendi
total
14
Non-medikametosa : edukasi penyakit, fisioterapi & rehabilitasi,
menghindari obesitas, mengurangi aktivitas yang merangsang sendi
berlebihan, terapi akupuntur secara teratur untuk mengurangi nyeri.
Knee Hip
• Keseharian : program latihan dengan mengkombinasikan strengthening,
flexibility dan aerobic merupakan cara yang paling baik untuk
mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi keseharian → OARSI
(Osteoarthritis Research and Society International) merekomendasikan pd
pasien OA untuk melakukan aerobic yg sering, muscle strengthening dan
latihan ROM.
Prognosis
Kasus
Umumnya
Atasi nyeri Berat =
Baik
Operasi
15
OSTEOARTHRITIS OF HIP JOINT
Coxarthritis atau Osteoarthritis of hip joint adalah peradangan sendi yang terjadi
pada sendi panggul.
A. Gejala :
Sering pada laki-laki usia 40 tahun
Kaku sendi
Nyeri sendi panggul, gluteal dan area pangkal paha, menjalar ke tungkai
(N. Obturatorius)
Nyeri saat bergerak
Fungsi berjalan terbatas
B. Pemeriksaan Fisik :
Antalgic limping (kelainan saat berjalan menapak)
Keterbatasan melakukan ROM (rotasi internal pertama)
Terasa sakit saat melakukan pemeriksaan ROM
Tes trendelenburg positif
Diskrepansi tulang kaki panjang
Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
C. Etiopathogenesis
Usia, jenis kelamin, genetik, faktor lain.
Fungsi kondrosit :
16
1. Enzim degradatif (metalloprotease)
2. inhibitors
Peningkatan IL-1, peningkatan enzim degradatif, inflamasi pada
cairran synovialdisfungsi kartilago sendi
D. Pathogenesis
Cytokins (IL-1, IL-6, TNF-α) penghancuran sel membran
fosfolipid asam arakidonatCox-1, Cox-2
IL-1 dan metalloprotease berperan dalam penghancuran kartilago
Local growth factors, terutama transforming growth factor (TGF) berperan
dalam pembentukan osteophytes
E. Tatalaksana
- Tatalaksana gejala simptomatik
- Tatalaksana modifikasi struktur
a. Injeksi asam hyaluronic
b. Glycoseamino glycans
- Operasi
F. Pencegahan
- Latihan (melakukan aktivitas fisik) secara teratur
- Mengatur berat badan
- Mencegah terjadinya trauma
G. Tujuan tatalaksana
a. Mengurangi rasa sakit
b. Pemeliharaan fungsi sendi
c. Edukasi
H. Tatalaksana Non-Farmakologi
Edukasi pasien
Penurunan berat badan ( jika overweight)
Program latihan aerobik
Terapi fisik
Latihan ROM, latihan kekuatan otot
Alat bantu untuk berjalan
Patellar taping
17
Alas kaki yang nyaman dan sesuai
Lateral-wedged insoles (untuk genu varum)
Bracing
Terapi pekerjaan
Pelindung sendi dan energy conservation
I. Tatalaksana Farmakologi
1. Oral sistemik :
- Analgesik (acetaminophen)
- NSAIDs
- Opioid analgesik
2. Agen intraartikular
- Hyaluronan
- Glukokortikoid (effusion)
3. Agen topikal
J. Tatalaksana simtomatik :
a. Mengurangi beban sendi :
- Kontrol berat badan
- Splinting
- Walking sticks
b. Latihan
- Berenang
18
- Berjalan
- Peregangan
c. Edukasi pasien
K. Indikasi untuk dilakukan operasi
a. Nyeri sendi kronik
Resisten terhadan pengobatan konservatif
b. Aktivitas sehari-hari terganggu
c. Deformitas : angular deviation, instability
L. Metode invasif
a. Joint lavage
b. Arthroscopy
c. Cartilage grefting-genetic engineering
d. Operasi
Osteotomy Knee replacement
19
Fraktur clavicula
Definisi
hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan epifise
yang bersifat total maupun parsial.
Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :
o 1/3 medial
o 1/3 middle
o 1/3 lateral
Mekanisme trauma
o Trauma tidak langsung
jatuh dengan tangan terulur atau jatuh dengan bahu sebagai
tumpuan
o Trauma langsung
Indikasi Operasi
1. Fraktur terbuka.
2. Fraktur dengan gangguan vaskularisasi
3. Fraktur dengan “scapulothorcic dissociation” (floating shoulder)
4. Fraktur dengan displaced glenoid neck fraktur.
5. Fraktur dengan fragment tulang tidak baik
Fraktur
o Jumlah garis patah :
o Simple : garis fraktur 1
o Kominutif : garis fraktur lebih dari satu tapi garis fraktur masih
saling berhubungan
o Segmental : garis fraktur lebih dari satu tapi tidak saling
berhubungan
Simple fraktur :
o Garis fraktur berbentuk transversal
20
o Garis fraktur berbentuk obliq
o Garis fraktur berbentuk spiral
Fraktur dapat dibagi menjadi 3 tempat :
o 1/3 proximal
o 1/3 middle
o 1/3 distal
Fraktur terbuka
Definisi : Terputusnya kontinuitas tulang disertai luka, yang
berhubungan antara lingkungan luar dengan frakmen fraktur.
o Pemeriksaan penunjang
Radiologis
Laboratoris
Penatalaksanaan :
Perbaiki KU
Antibiotika / ATS
21
Fraktur tertutup
Hilangnya kontinuitas tulang tanpa disertai luka yang berhubungan
langsung dengan lingkungan luar.
o Reposisi
o Retain (Stabilisasi )
o Rehabilitasi
o Indikasi konservatif :
o Fraktur stabil/simple
o Tanpa komplikasi neurovaskuler
o Tidak fraktur multiple
o Fraktur pada anak-anak
o Bukan fraktur daerah sendi
o Konservatif :
o Reposisi,
Tujuan :
Mereposisi
Mengurangi nyeri
Mempermudah mobilisasi
Syarat :
Mencakup 2 sendi
22
Fraktur patologis
fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh proses patologik, seperti neoplasia,
osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit lainnya. Disebut juga secondary fracture
dan spontaneous fracture.
Etiologi :
Suatu fraktur yang terjadi pada tulang yang abnormal. Ini bisa :
23
Osteoporosis
o Factor resiko :
Usia
Usia meningkat :
Fungsi Osteoblast menurun
Ketebalan dinding trabekula berkurang
Genetik
Diet rendah kalsium
Aktivitas tubuh terbatas
Obat
Post menopause
Konsumsi alkohol dan tembakau
Factor nutrisi :
Anak : 900 mg /day
Dewasa : 1500 mg /day
Hamil : 1500 mg /day
Post menopause : 1500 mg /day
Wanita Menyusui : 2000 mg /day
Rata – rata 400 mg /day pengeluaran Calsium dari tulang
Gambaran klinik :
Back Pain
Bongkok
Pemeriksaan :
X- ray
24
Pencegahan dan terapi :
Mengurangi faktor resiko dan Nutrisi yang baik
Latihan
25
BAB II
ILMU KEDOKTERAN KERJA
26
ILMU KEDOKTERAN OKUPASI
"Penilaian Postur Kerja"
dr. Diana Mayasari, MKK
DEFINISI
Suatu bidang ilmu yang mempelajari antara interaksi manusia dengan elemen-
elemen dalam sistem sehingga akan dihasilkan berbagai metode untuk
mengoptimalkan kinerja dan performa secara keseluruhan.
PRINSIP ERGONOMI
Kemampuan dari seseorang (capabilities of people) termasuk kemampuan dan
keterbatasan fisik mental harus sesuai dengan permintaan (hal yang dilakukan) di
lapangan kerja.
27
- Vigilance
- Mental fatigue
3. Organizational Aspects
- Work Organization ( Contoh : Jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal
pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan. )
- Kurangnya Tidur
4. Work System Design
- Workstation
- Tools
- Control Indicators and Panels
- Information Processing and Design
28
Postur tubuh yang baik saat mengetik dengan komputer :
- Jari harus menekuk dan berada di atas setiap tombol keyboard
- Telapak tangan berada di atas keyboard dengan pergelangan tangan
dalam posisi tidak menekuk. Hanya jari-jari yang harus bersentuhan
dengan papan keyboard.
- Telapak tangan dan pergelangan tangan jangan menyentuh keyboard atau
meja
29
Interpretasi Hasil :
a) ≤5 = tidak berisiko
b) > 5 = berisiko tinggi
Pada metode ini juga dipertimbangkan lamanya durasi seorang pekerja berada
pada posisi tersebut :
a. Jika durasi kurang dari 30 menit secara continue atay kurang dari 1 jam
setiap hari. Maka bernilai (-1)
b. Jika durasi antara 30 menit sampai 1 jam secara continue atau antara 1
jam sampai 4 jam setiap hari. Maka bernilai 0
c. Jika durasi lebih dari 1 jam secara continue atau lebih dari 4 jam setiap
hari. Maka bernilai (+1)
30
a. Punggung
b. Leher
c. Bahu/Lengan
d. Tangan/Pergelangan Tangan
- Hasil akhir dari analisis ini adalah perancangan operator kerja yang
aman dan nyaman bagi pekerja untuk mengurangi atau mencegah
Musculoskeletal Disorder (MSD).
Interpretasi Hasil :
31
- Penilaian postur kerja dengan metode REBA dipengaruhi oleh faktor
coupling, beban eksternal yang ditopang oleh pekerja, dan aktivitas
pekerja.
Interpretasi Hasil :
- Untuk menganalisis dan menilai postur kerja pada bagian tubuh atas.
- Sampel penelitian berasal dari dokumentasi postur kerja pada siklus
kerja yang dianggap memiliki risiko bagi kesehatan pekerja.
32
PERBANDINGAN METODE
- Nordic Body Maps adalah sebuah alat berupa kuesioner yang digunakan untuk
menganalisa dan mengukur rasa sakit otot para pekerja serta mengetahui
letak rasa sakit ketidaknyamanan pada tubuh pekerja.
- Kuesioner ini
menggunakan tubuh
manusia yang sudah dibagi
dalam 27 Bagian seperti
gambar dibawah ini :
33
Keterangan :
A = Tidak Sakit
B = Cukup Sakit
C = Sakit
D = Sakit Sekali
Penilaian Skor :
a) ≤28 = Tidak terdapat keluhan
b) 29-56 = Keluhan ringan
c) 57-84 = Keluhan sedang
d) 85-112 = Keluhan tinggi
34
ERGONOMI
35
3. Performance ditentukan oleh kapasitas kerja/kemampuan kerja dan
tuntutan tugas
Jika tuntutan tugas > kemampuan kerja => over stress, discomfort,
lelah, cidera,celaka, sakit, produktivitas
Jika tuntutan tugas < kemampuan kerja => under stress, bosan, lesu,
tidak produktif
Harapannya adalah antara tuntutan tugas = kemampuan tugas =>
performa optimal
Model Fitting Person to the Job (FPJ) Model Fitting The Job to the Person
(FJP)
Seleksi dan skrining Ergonomi-Work design
Latihan keterampilan Safety engineering
Safety training Environmental control
Latihan kebugaran Organizational change
Pendidikan kesehatan
Stress management
Pendekatan Ergonomi :
36
Aplikasi dari informasi mengenai :
Kemampuan, Keterbatasan, Karakteristik, Tingkah laku,
Motivasi Untuk mendesain peralatan dan prosedur kerja dengan
memperhatikan lingkungan kerjanya.
Sasaran Ergonomi :
Lingkungan fisik
Aspek fisik dan fisiologis pekerjaan: antropometri, kerja otot, beban
kerja, shift kerja
Aspek psikologis: beban mental
ANTROPOMETRI
Jenis Pengukuran :
STATIS DINAMIS
37
Tidak memutar tubuh
Tidak meraih objek yang letaknya lbih tinggi dari bahu
Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi sikut
Letak objek pada lapang pandang
Kerja Otot :
1. Kerja dinamis : Pergantian antara kontraksi dan relaksasi ritmis,
menyebabkan peningkatan HR dan RR
2. Kerja statis : Kontraksi otot untuk waktu yang lama, mengakibatkan
Konsumsi oksigen lebih tinggi, HR meningkat 2x, perlu istirahat lebih
panjang
Beban Kerja
Massa otot beratnya hampir ½ berat badan
Setiap beban kerja yg diterima oleh pekerja harus sesuai baik terhadap
kemampuan fisik, kognitif maupun keterbatasan manusia
38
Beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori (Kepmenaker No.51 th1999)
Beban kerja ringan : 100-200 Kkal/jam
Beban kerja sedang :>200-350 Kkal/jam
Beban kerja berat :>350-500 Kkal/jam
39
Faktor Risiko Pekerjaan : Kerja fisik berat, Sikap statis, Membungkuk dan
berputar, Mengangkat, mendorong, menarik, Kerja berulang, Getaran, Psikologis
dan psikososial
Mengangkat dan mendorong : Risiko yang terjadi sebanding dengan berat beban
dan jarak beban dari tubuh seseorang (baik ke depan atau ke samping)
40
Mengangkat dengan punggung dan kaki tertekuk : Tenaga lebih besar 2 kali dari
punggung tertekuk, Lebih aman Vertebral lumbal di posisi tengah
Sikap Duduk
41
Sikap Berdiri
Jangkauan :
42
Prinsip duduk dan berdiri
43
Kerja Shift ; Menyebabkan gangguan irama sirkandian, menyebabkan
gangguan kesehatan dan gangguan psikologis
Beban Mental ; Tuntutan kerja yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
Faktor Penyebab Kelelahan : Intensitas dan durasi kerja fisik dan mental,
Lingkungan kerja, Irama metabolisme tubuh, Masalah Psikologis,
Penyakit, Gizi
Posisi yang mengakibatkan kelelahan :
Mengangkat berulang-ulang pada posisi yang mengharuskan
pekerja mendongkak
Pekerjaan dengan objek yang letaknya diatas kepala pekerja dan
dalam waktu yang lama
Posisi tubuh membungkuk untuk waktu cukup lama
44
Cummulative Trauma Disorder (CTD)
CTD :Trauma dari keadaan yang tidak teratur yang muncul karena
Terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk
kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit
Trauma jaringan timbul karena :
1. Overexerting : Proses penggunaan berlebihan
2. Overstretching: Proses peregangan berlebih
3. Overcompression : Proses penekanan berlebih
Contoh CTD :
1. Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri)
2. Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang)
3. Tenosynovitis (pembengkakan pd tendon & sarung tendon)
4. Carpal Tunnel Syndrome
5. Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku)
6. White finger (pembuluh darah di jari rusak)
45
Kantor kerja harus mudah disesuaikan untuk mengakomodasi pekerja
dalam melakukan tugas
4. Pelatihan
- Pelatihan harus memungkinkan setiap orang untuk mengenali faktor
risiko dan memahami prosedur yang digunakan untuk meminimalkan
risiko
- Pelatihan penyegaran harus disediakan setiap tahun dan pelatihan ulang
harus dilakukan ketika personil ditugaskan ke pekerjaan baru dengan
risiko yang berbeda, atau risiko baru ditemukan
46
6. Menetapkan manajemen perawatan kesehatan untuk menekankan
pentingnya deteksi dini dan pengobatan gangguan muskuloskeletal
untuk mencegah gangguan dan kecacatan.
7. Meminimalkan faktor risiko gangguan muskuloskeletal ketika
merencanakan proses dan operasi kerja baru, membangun desain yang
baik di tempat kerja lebih murah daripada mendesain ulang atau
memperbaiki nanti.
47
BAB III
FORENSIK
48
VISUM ET REPERTUM SEBAGAI KETERANGAN SAKSI DAN
BARANG BUKTI
KUHP Pasal 90
Luka berat : tidak bisa sembuh sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya
maut. Berupa :
Tidak bisa melakukan pekerjaan
Tidak bisa memakai salah satu panca indera
Kudung
Lumpuh
Berubah akal > 4 minggu
Menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan ibu
49
Kemerahan
Bengkak
Memar
Lecet
Laserasi
Fraktur
a. Memar
*Memar adalah perubahan warna pada permukaan kulit karena merembasnya
darah menuju jaringan di sekitarnya akibat kerusakan pada pembuluh darah.
*Makin banyak pembuluh darah yang rusak makin parah perembasan darah
makin besar memarnya.
*Memar dapat timbul setelah kematian
b. Lecet
*Lecet merupakan luka superfisial yang melibatkan lapisan luar kulit tanpa
penetrasi keseluruhan epidermis.
*Disebabkan ketika terdapat kontak antara permukaan kasar dengan kulit
*Tipe : scratches (bentuk linear), scuff abrasions (lecet yang sangat superfisial),
point or gouge abrasions (lecet linear yang lebih dalam)
*Kontak dengan permukaan kasar seperti jalan (seperti pada kecelakaan)
membentuk gravel rash atau brush abrasions
*Crush abrasions sering diasosiasikan dengan memar intradermal. Penting
karena bisa mempertahankan pola objek penyebabnya
c. Laserasi
*Laserasi timbul sebagai “cuts, splits, tears” pada kulit dan hasil dari kompresi
atau peregangan akibat benda tumpul pada kulit dan bisa berdarah
*bentuknya : linear, melengkung, stellate
50
Luka ini memiliki karakteristik berupa terbagi secara sempurna, tepi luka jelas
a. Luka Iris
*disebabkan oleh benda dengan tepi yang tajam (cutting edge) seperti pisau,
pecahan kaca.
*dibedakan dari luka tusuk dari panjangnya. Luka iris lebih panjang pada
perukaan kulit daripada kedalamannya.
*Luka iris yang dikarenakan benda tajam yang bergerak pada permukaan kulit
ketika terjadi serangan slash wound
*mengancam jiwa jika cukup dalam untuk mengenai pembuluh darah seperti
pada pergelangan tangan atau leher dimana arteri penting letaknya pada
jaringan yang lebih superfisial.
b. Luka Tusuk
*disebabkan oleh benda tajam yang lebih dalam daripada panjang pada
permukaan kulit
*Benda dengan ujung dapat menimbulkan luka tusuk. Tidak harus benda
dengan tepi tajam. Kadang benda tumpul seperti obeng dapat menghasilkan
luka tusuk
c. Luka Bacok
*disebabkan oleh benda yang secara umum berat dan tumpul secara relative
namun tajam. Contoh : parang, pedang samurai, dan kapak
*Luka yang ditimbulkan memiliki karakteristik campuran dari luka benda
tumpul dan luka benda tajam.
51
f. Luka Akibat Penyiksaan
Luka Regional
Cedera Kepala
a. Kulit Kepala (SCALP)
*memar pada kulit kepala : diasosiasikan dengan edema
*cara mendeketksi cedera kulit kepala : palpasi dengan jari, pencukuran pada
rambut sekitar dilakukan untuk evaluasi optimal dan memudahkan
dokumentasi.
*mekanismenya bisa diakibatkan oleh gaya langsung atau gaya tidak langsung
b. Fraktur Tengkorak
*fraktur tengkorak mengindikasikan adanya trauma benda tumpul pada kepala
transmisi gaya ke konten intracranial cedera yang mengancam nyawa
c. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan kompresi otak berlanjut meningkatkan tekanan
intracranial aliran darah ke otak berkurang ketiak tekanan menyamai
tekanan pembuluh arteri aliran darah ke otak berhenti
d. Perdarahan Subarachnoid
Biasa terjadi ketika ada trauma langsung ke otak (depresi fraktur atau
pergerakan otak melawan permukaan dalam tengkorak sebagai hasil dari
trauma akselerasi atau deakselerasi.
e. Cedera Otak
Terdiri atas traumatic axonal injury dan coup & contrecoup injuries
Cedera Leher
52
Cedera pada leher dapat berupa luka iris (pada luka akibat diri sendiri) atau cedera
lainnya.
Cedera Dada
Trauma benda tupul dapat menyebabkan fraktur pada tulang rusuk.Fraktur pada
beberapa rusuk rasa nyeri. Ujung tajam pada tulang yang patah melukai
organ di sekitarnya.
Cedera Abdomen
Luka penetrasi ke abdomen (pada luka tembakan atau tusukan benda tajam) :
Bila kena aorta / vena cava inferior perdarahan berat
Peritonitis pada lambung yang rupture bisa menyebabkan septicaemia
53
BAB IV
PSIKOLOGI
54
Psychodermatology adalah terapi sekaligus sudut pandang mengenai kulit
dalam perspektif psikologis dan biologis
Merupakan treatmentkeperilakuan dengan melihat bagaimanaperan stres
lingkungan dan emosional terhadap penyakit kulit dan bagaimana
membantu untuk memoderasi respon tersebut
Terapi psikologi tidak dapat mengobati penyebab suatu penyakit kulit, tapi
dapat menawarkan pengurangan. Misal gatal gatal pada penderita
penyakit hati tidak ada penyebabnya namun dengan hipnosis dll dapat
membantu agar penyakit lever tidak terlalu merasa terganggu karena gatal
gatal
Penyakit kulit terbakar dapat dihipnosis agar sakit berkurang dan cepat
menyembuh
Psychodermatology biasanya cocok pada pasien yang tidak memiliki
diagnosis dermatologis, melibatkan sejarah personal, impian, kekecewaan,
hubungan keluarga, drama masa kecil yang muncul dalam gangguan kulit.
HIPOCRATES: "Who has the disease is as important as the disease they
have."
Pada kasus penyakit kulit kronis (seperti DA dan psoriasis), perlu
peningkatan perhatian terhadap kondisi pasien mengenai kualitas hidupnya,
karena seringkalli dilaporkan level psikologis dan social wellbeingnya
lebih rendah.
Pengetahuan pasien dalam menerima keadaannya serta dukungan sosial
yang minim merupakan prediktor utama yang menyebabkan penururnan
fungsi psikologis dan fisiknya
Fungsi Fisik
Status kulit pasien. Merupakan skala yang digunakan untuk
mengukur penyebaran dan keparahan kondisi kulit pada 9 are
atubuh berbeda. Hasilnya dapat merefleksikan seluruh kondisi kulit
Gejala fisik seperti nyeri, gatal, dan lelah. Intensitas dan durasi
gejala fisik selama 4 minggu kebelakang dinilai.
Three-items Conscious Scratching. Skala untuk mengevaluasi
frekuensi serta durasi dari kebiasaan menggaruk.illness cognitions
of helplessness and low acceptance as well as a lack of social
support are important predictors of poor physical and
psychological functioning.
Fungsi Psikologis
55
Funsgi psikologis dinilai dengan skala ansietas dan negatif-positif
mood
Question 1: How common is psychological distress in your
community/patients?
Stress psikologis sering sekali ditemukan pada kondisi kronis
Stage, tipe dan keparahan peyakit, usia, serta respon teman sebaya
memiliki efek papda stress psikologis, ditambah lagi dengan
persepsi individual dan pengalaman masa kecil yang berulang
hingga memiliki arti tertentu pada suatu faktor tubuh tertentu
Question 2: What are the effects of psychological distress for your
patients/clientGroups/community?
Ada beberapa orang yang bisa menerima kondisinya dengan
penyakit kronis dan adapula yang tidak. Perbedaan ini bisa saja
dipengaruhi oleh perasaan menjadi beban, dan menganggap dirinya
sebagai kegagalan akibat kondisi kehidupannya
Perbedaan ini dipengaruhi oleh sosial, budaya serta keadaan
ekonomi
Bisa memengaruhi kapasitas kepedulian keluarga terhadap
individu yang sakit tersebut.
Question 3: How can psychological distress be diagnosed? Can
psychological distress be easily recognised? How do you recognise
psychological distress? How can psychological distress be diagnosed?
Penyakit kronis dan stress psikologis tidak sepenuhnya terhubung.
Hubungan antara keduanya perllu dipahami oleh masyarakat
sebagai sesuatu yang penting dan pencegahan yang diperlukan
Perbincangan antara tenaga kesehatan profesional dengan pasien
pengidap penyakit kronis diperlukan, selain itiu perlu juga
kesadaran dan keinginan dari keduanya untuk melakukan sesuatu
yan bisa meringankan keadaan psikologisnya
Question 4: How can psychological distress be prevented?
Dapat dicegah dengan kampanye, bisa dengan memberikan edukasi
tentang pentingnya hal ini untuk meningkatkan kesadaran publik
tentang stress psikologis dan cara menanganinya.
Lebih berhubungan dengan orang lain, lebih aktif, memperhatikan
sekitar, stimulasi otak dengan menambah pengetahuan dan
orientasi altruisme(memperhatikan kesejahteraan orang lain tnpa
memperhatikan kesejahteraan diri sendiri) bisa membantu sebagai
langkah preventif
56
Question 5: How can psychological distress be treated?
Memberikan pesan positif, seperti “berubah menuju kebaikan” dan
intervensi adalah hal yang penting untuk mengembangka rasa
memiliki dan menjadi individu yang lebih aktif
Kesejahteraan psikologis harus lebih diutamakan untuk
dipromosikan dibanding kesulitan psikologis
Harus lebih berfokus pada intervvensi daripada penatalaksanaan
57
BAB V
PATOLOGI ANATOMI
58
MESENKIM
ADIPOSIT TUMOR
Diagnosis perhatikan : Gender, lokasi, Ukuran, Usia
59
Jinak : Lipoma
Ganas : Liposarkoma
PERKEMBANGAN SEL ADIPOSIT
Lipoma
Adiposit dewasa
Neoplasma jaringan lunak yang paling sering terjadi pada orang dewasa
Lipoma superficial terdapat di subkutan , Lipoma profundal pada jaringan
dalam
Superficial tumor ukurannya maksimumnya <5cm, dan tumor
profundal >5 cm
dibatasi dengan baik dan memiliki permukaan potongan kuning muda
yang berminyak, kecuali pada anak-anak yang tumornya pucat putih
Liposarcoma
Type liposarcoma
60
FIBROBLASTIC TUMOR
Nodular Fascitis
Terjadi pada semua umur predilekdi untuk remaja dewasa
o Jaringan subkutan di kepala, leher,tubuh, dan ekstremitas
bagian atas
terbatas, proliferasi sel spindle infiltratif minimal memiliki permukaan
potongan berserat untuk myxoid, dan sebagian besar ø<2 cm
Eksisi lokal umumnya bersifat kuratif. Kurang dari 5% kasus mungkin
memiliki kekambuhan lokal.
Fibromatoses
61
Lesi superfisial secara genetik berbeda dari sepupu mereka yang duduk
dalam dan umumnya lebih tidak berbahaya (mereka dapat dikaitkan
dengan trisomi 3 dan 8)
menyebabkan cacat struktur yang terlibat
Fibromatosis yang dalam meliputi apa yang disebut tumor desmoid yang
muncul di dinding perut dan otot-otot tubuh serta ekstremitas, serta
dinding mesenterium dan panggul.
Lesi yang terisolasi, atau multipel, sebagai komponen sindrom Gardner.
Mutasi pada gen APC atau β-catenin terjadi pada sebagian besar tumor ini
Fibromatosis profunda cenderung tumbuh secara agresif lokal dan sering
kambuh setelah eksisi.
Fibrosarcoma
FIBROHISTIOCYTIC TUMOR
62
Gambaran klinis : bisa menonjol atau datar, tidak nyeri, mengeras, lesi
merah hingga coklat
Eksisi komplit bersifat kuratif
Dermatofibrosarcoma Protuberans
Tumor kulit yang berulang jarang terjadi metastasis, terjadi pada orang
dewasa muda, dan bisa terjadi pada anak-anak
Insiden : jarang, terjadi pada tubuh, paha, dan ektremitas bagian proximal
Tumor maligna
Sering terjadi pada laki-laki dan orang dewasa muda
Gambaran klinis : nodular atau plak tidak terasa nyeri, pertumbuhan
lambat
Prognosis dan treatment : eksisi luas adalah kuratif,
Undifferentiated Pleomorphic Sarcoma
Neoplasma maligna
Insidensi : sulit untuk ditentukan lokasi : limbik bagian bawah, dan tubuh
Sering terjadi pada dewasa usia menengah hingga tua dominan pada laki-
laki
Gambaran Klinis :luas, massa nya dalam,
63
3/1 juta anak dibawah umur 15 tahun
Paling sering terjadi di kepala, leher dan bagian genitourinary
Sering terjadi pada anak dibawah umur 10 tahun dengan dominasi laki-
laki
Alveolar Rhabdomyosarcoma
Sarcoma tingkat tinggi dengan alveolar dan tumbuh padar dan
differensiasi rhabdomyoblastic
Sering terjadi anak-anak dan dewasa muda antara umut 2-25 tahun
Pleomorphic Rhabdomyosarcoma
Sarcoma Pleomorphic high grade, dengan gambaran perubahan otot
skeletal yang dapat dilihat dengan microskop electron atau
immunohistochemistry
Insidensi jarang terjadi predileksi pada jaringan lunak kulit bagian dalam
dari ekstremitas bawah
Biasa terjadi pada laki-laki dewasa
Pertumbuhan cepat
Prognosis buruk
SMOOTH MUSCLE TUMOR
Leiomyoma
Tumor mesenkim benign dan terjadi differensiasi pada otot polos yang
dapat di klasifikasikan berdasarkan lokasi,
Leiomyosarcoma
Tumor mesenkim maligna dan terjadi differensiasi pada otot polos yang
dapat dikategorikan menjadi kutaneus, pembuluh darah atau muncul di
jaringan lunak profundal atau di retroperitoneum
64
BAB VI
MIKROBIOLOGI
65
2. Epidemic Myalgia
Etiology Clostridium perfringens
1. Gas Gangrene (dgn myonecrosis)
2. Clostridial cellulitis (tanpa myonecrosis)
Etiology Staphylococcus aureus
1. Osteomyelitis
2. Septic arthritis
Infeksi Virus Pada Otot : Myocarditis dan Pericarditis
Etiologi
Coxsackieviruses tipe A & B, Enterovirus
Mumps dan influenza myoarditis dan pericarditis
Rubella : bisa nyebabin di anak-anak
Penyebaran : fecal-oral atau sekresi faring
66
Ankylosing Sponylitis (radang kronis pada spine dan sendi sacroiliac)
dikaitkan dengan infeksi Klebsiella (bakteri gram negative)
Reactive Arthritis dan Arthralgia akiat bakteri enteric, >> 1 sendi.
Sirkulasi bakteri di sendi pada trauma supuratif (septic) arthritis 1
sendi
Sendi sangat rentan, terutama jika sudah rusak misalnya oleh rheumatoid
arthritis, atau jika prosthesis (alat buatan menyerupai bentuk bagian tubuh)
telah dimasukkan.
Most : lutut, hips(pinggul), ankle (pergelangan kaki) and elbows (siku)
Gejala : demam, sakit sendi, bengkak, efusi sendi, keterbatasan gerak.
Isolasi bakteri cairan sendi Stapylococcus aureus
67
Dapat terjadi tuberkulosis osteomyelitis. Tekanan abses tb di
vertebraparaplegi (lumpuh)
Infeksi Endocarditis
Etiologi
Didapatkan sebagai pyrexia of unknown origin (PUO/ demam tinggi yang
tidak tahu dari mana). Fatal jika tidak segera ditangani.
Melibatkan lapisan endotel dan katup jantung.
1/3 pasien didahului gangguan jantung atau katup jantung buatan.
Infeksi pada katup asli disebabkan : streptococcus viridan dari oral
1/4 -1/3 kasus akibat staphylococcus pada iv drug abuser ↑insiden
gr (-) dan fungal endocarditis.
Coagulasi negative staphylococcus : sebabin endocarditis pada tahap awal
katup prostetik endocarditis dan saat operasi.
Patogenesis :
Infeksi endogen
M.o pembuluh darah berkembang biak pada katup jantung
Bacteremia juga bisa endocarditis.
Strepto di mulut lewat luka (cabut gigi/gosok gigi) Pembuluh
darah ke katup yang sudah rusak.
Akut endocarditis : bacteremia of strep. Viridians, pneumococci,
entercocci netap di katup normal/abnormal.
Subakut endocarditis : ppada katup abnormal (deformitas congenital, lesi
rheumatic/ arterosclerotic).
-Etiologi : flora normal upper respiratory atau intestinal track yang tidak
sengaja masuk ke sirkulasi Strep. viridian dan Strep. Group D
(enterococus dan S. bovis).
-Lesi : Progresif lambat
- Penyembuhan : Inflamasi aktif : vegetasi (kumpulan fibrin, platelet, sel
darah, bakteri) nempel di lembaran katup multiplikasi narik
deposit fibrin dan platelet dilindungi system pertahanan tubuh dan
vegetasi bisa tumbuh hingga beberapa cm.
68
Gejala Klinik
Muncul gejala setelah 5 minggu.
Gejala : demam, anemia, lemah, murmur jantung, emboli, pembesaran lien,
lesi ginjal
Gejala nonspesifik : menggigil, anorexia, mual, malaise, keringat malam
Manfes peripheral : splinter harmorrhages dan Osler’s nodes (lesi di
tangan atau kaki).
Diagnosa
Kultur darah : 3 sampel terpisah dalam 24 jam dan sebelum terapi
antimicrobial
Terapi
Penicillin : untuk streptococcus.
Eritromycin kalau alergi Penicillin
Combinasi penicillin/ampicillin + aminoglycoside : enterococus
B-Lactamase, rifampicin or fucidic, vancomycin or teicoplanin :
Staphylococus
Pencegahan :antibiotic profilaxis untuk orang dengangangguan jantung,
operasi gigi
Rheumatic Fever
Komplikasi tdk langsung Strep. Pyogenes rusak otot dan katup
jantung
Inf. Faring oleh B- hemolytic Strep group A diikuti pertumbuhan
antistreptococcus antibodyRespon Hiperimun –>Rheumatic fever
(didahului Strep pyogen 1-4 weeks sebelumny).
Gejala : demam, malaise, polyarthritis nonsupuratif &berpindah” !,
inflamasi seluruh bagian jantung (endo, myo, peri-cardium)
Ada penebalan dan deformitas katup, dan granuloma perivascular kecil di
myocardium (Ashoff’s bodies) terjadi setelah 2-4 minggu sakit
tenggorokan (anak) baru myocarditis / pericarditis.
PP : LED, serum transminase, ECG.
69
Bisa direaktivasi inf streptococcus.
Serangan 1 : kerusakan jantung ringan makin sering inf makin berat.
70
BAB VII
FARMAKOLOGI
Agen Untuk Terapi Infeksi Virus Herpes Simpleks dan Virus Varicella-
Zoster
71
Agen anti viral lainnya
72
Acyclovir
73
Administrasi : PE dan PO
Distribusi : ke seluruh tubuh termasuk CSF
Metabolisme : produk inaktif
Ekskresi : ginjal (tergantung laju filtrasi ginjal)
Efek Samping : iritasi mukosa (topikal), nausea, diare, kemerahan, sakit
kepala, insufisiensi ginjal, neurotoksisitas (PO), insufisiensi ginjal, sistem
saraf pusat (IV)
Penggunaan Terapi : manfaat klinis lebih baik pada infeksi pertama
daripada rekuren pada infeksi HSV dan VZV
*Valacyclovir bioavaibilitas lebih baik daripada acyclovir
Cidofovir
Administrasi :PE, Topikal
Efek Samping : nefrotoksisitas, neutropenia, asidosis metabolic,
hipotonus ocular
Koadministrasi : dengan Probenecid untuk mengurangi risiko
nefrotoksisitas.
Indikasi : terapi untuk infeksi CMV, analog nukleotida sitosin hambat
sintesis DNA virus
Foscarnet
Administrasi : IV, absorbsi buruk secara PO
Distribusi : seluruh tubuh, > 10% ke matriks tulang
Ekskresi : sekresi tubular menuju urin
Efek Samping : nefrotoksisitas, anemia, nausea, demam, hypokalemia
dan hipomagnesemia
*Aktivitas antiviral luas
*untuk CMV retinitis pada penderita imunokompromis dan infeksi HSV dan HZV
yang resisten terhadap acyclovir
*Secara reversible menginhibisi polimerasi DNA dan RNA polimerasi virus
terminasi elongasi mutasi struktur polymerase
74
75
76
ANALGETIK
Penatalaksanaan Nyeri :
1. Tentukan diagnosa nyeri dg tepat
2. Bila belum perlu, jangan memberi obat analgetik.
3. Libatkan faktor psikologis (kesabaran & kekuatan individu) untuk
mengatasi nyeri.
4. Tentukan jenis obat & dosis secara individual.
Tingkatan Analgetik :
1. Non opiat (p.o./rektal) + co-analgetika
↓ nyeri tetap/meningkat
77
2. Non opiat (p.o./rektal) + opiat lemah + co-analgetik
↓ nyeri tetap/meningkat
3. Non opiat (p.o./rektal) + opiat kuat (p.o., s.c. kontinu, i.v., epidural / spinal)
+ co-analgetika : Bebas Nyeri
Co-Analgetika
Indikasi utama bukan untuk menghilangkan nyeri
Fungsi :
- memperkuat efek analgetik
- memperbaiki alam perasaan yg sedang kacau
- bersifat antiinflamasi
- meningkatkan nafsu makan
- membantu mengatasi anorexia
- mengurangi tekanan intrakranial, kompresi epidural & susunan
saraf spinal
Contoh :
- Psikofarmaka (antidepresiva trisiklik = amitriptilin; antiepileptika/
levopromazin, karbamazepin, valproat, fenitoin, pregabalin)
- Kortikosteroid (Prednison dan dexamethasone)
78
1. Analgetika perifer (non-narkotika)
o Tidak bekerja sentral (bekerja terutama pd perifer) & tidak bersifat
narkotika. berkhasiat lemah (sampai sedang)
o bersifat antipiretika & kebanyakan bersifat antiinflamasi &
antireumatik.
2. Analgetika narkotika
o bekerja sentral (hipnoanalgetika)
o berkhasiat kuat
o Menghalau rasa nyeri hebat (kanker).
Analgetik Perifer :
1. PARASETAMOL
Sinonim : P – asetamidofenol; P – asetamino – fenol; P –
asetilaminofenol; P-hidroksi asetanilida; Asetaminofen.
Asetaminofen adalah derivat P-aminofenol / asetanilida / anilin.
Asetaminofen → metabolit fenasetin dg efek analgetik & antipiretik
yg sama dg senyawa induknya.
Sebagai analgetik-antipiretik paling aman untuk swamedikasi /
pengobatan sendiri.
Indikasi : nyeri ringan – sedang (sakit kepala, gigi, perut,
dysmenorroe / nyeri haid), dan demam (influenza & setelah vaksinasi).
Farmakodinamik ;
- Mekanisme efek analgetik : menghambat biosintesis
prostaglandin (PG) perifer secara lemah yg berperan sbg mediator
nyeri.
- Mekanisme efek antipiretik : menghambat biosintesis PG ( yg
dibentuk sbg reaksi terhadap zat pirogen dari infeksi bakteri) di
dalam hipotalamus (sbg pusat pengatur suhu & termoregulasi),
menyebabkan vasodilatasi perifer di kulit dg bertambahnya
pengeluaran kalor & keluar keringat yg banyak.
- Parasetamol tidak memiliki efek anti-inflamasi yg signifikan. Hal
ini terjadi karena di hipotalamus rendah kadar peroksida (yg
79
memicu terbentuknya PGE2 / PGF2 sbg mediator peradangan).
Sedangkan lokasi inflamasi banyak peroksida yg dihasilkan
leukosit, sehingga efek anti-inflamasi parasetamol tidak ada dan
tidak digunakan untuk anti-rematik.
Farmakokinetik :
- Absorpsi : cepat & sempurna melalui saluran cerna(p.o).
- Distribusi : secara luas, menembus plasenta, masuk ASI.
- Metabolisme : di hati oleh enzim mikrosomal hati.
- Parasetamol (80%) berkonjugasi dg asam glukuronat, sebagian
kecil dg asam sulfat. Metabolit parasetamol dapat bersifat toksik pd
keadaan overdosis.
- Fenasetin → hidroksilasi → metabolitnya menyebabkan
“methemoglobinemia & hemolisis eritrosit”. Antidot
methemoglobin, injeksi i.v. reduktor biru toluidin (metilen blue)
atau asam askorbat.
- Ekskresi : metabolit melalui ginjal.
- Plasma t ½ = 1 – 4 jam.
Efek Samping :
- Reaksi hipersensitifitas & kelainan darah
- Pd penggunaan kronis 3 – 4 g sehari → kerusakan hati
- Dosis > 6 g → necrosis hati reversibel.
- Hepatotoksis ini disebabkan oleh metabolitnya yg pd dosis normal
dapat ditangkal oleh glutathion (tripeptida dg – SH).
- Dosis > 10 g : persediaan glutathion habis → metabolitnya
mengikatkan diri pada protein dg –SH di sel-sel hati → nekrosis
hepatik irreversibel.
- Dosis 20 g → fatal.
- Gejala over dosis : mual, muntah, anoreksia
- Penanggulangan : bilas lambung, beri zat penawar (asam amino
N-asetilsistein, sisteamin, atau metionin) CITO !
- (8 – 10 jam setelah intoksikasi)
- ♀ hamil &laktasi :aman menggunakan parasetamol
80
Interaksi
- Pd dosis tinggi : memperkuat efek antikoagulansia,
- pd dosis biasa tidak interaktif.
- Memperpanjang t ½ kloramfenikol
- Kombinasi dg obat AIDS (zidovudin) meningkatkan resiko
neutropenia
- Parasetamol vs fenotiazin (antipsikotik) → hipothermia berat.
- Parasetamol vs alkohol (zat hepatotoksik lain) → efek
hepatotoksik bertambah.
Kontraindikasi
- Hipersensitif terhadap parasetamol & defisiensi Glukose-6-fosfat
dehidrogenase.
- Tidak boleh digunakan pada penderita dg gangguan fungsi hati
Peringatan &perhatian :
- Pemberian harus hati-hati pada penderita dg gangguan ginjal,
gangguan fungsi hati, penggunaan jangka lama pada pasien anemia,
penyalahgunaan alkohol kronis.
- Jangan melampaui dosis yg disarankan
Dosis dan Cara pemberian :
- Dewasa & anak > 12 th (PO) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam
sesuai kebutuhan (tidak boleh lebih dari 4 gram / hari, atau 2,6
gram/hari kronis).
- Anak 11 – 12 tahun (PO / Rektal) :480 mg tiap 4 – 6 jam
sesuai kebutuhan.
- Anak 9 – 11 tahun (PO / Rektal) :400 mg tiap 4 – 6 jam
sesuai kebutuhan.
- Anak 6 – 9 tahun (PO / Rektal) :320 mg tiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan.
- Anak 4 – 6 tahun (PO / Rektal) :240 mg tiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan.
- Anak 2 – 4 tahun (PO / Rektal) :160 mg tiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan.
81
2. SALISILAT : ASETOSAL, SALISILAMID, BENORILATE
Sinonim : Asetosal, Aspirin, Aspilets, Ascardia, Naspro, Saridon,
Inzana, dll
Analgetik-antipiretik-antiinflamasi tertua di dunia (1899), digunakan
ad kini di dunia. Penggunaan sangat luas & golongan obat bebas.
Sebagai prototipe, juga standar dalam menilai efek obat sejenis.
Asam salisilat → iritatif → hanya untuk obat luar.
Untuk sistemik → substitusi pd gugus hidroksil (-OH) → ester salisilat
(ex. Asetosal).
Indikasi :
- Sebagai analgetik & anti-inflamasi & obat rema (artritis reumatoid,
osteoartritis).
- Pengobatan nyeri ringan sampai sedang.
- Penurun demam.
- Profilaksis serangan iskemik transien (transient ischemic attack /
TIA).
- Profilaksis infark miokard.
Farmakodinamik
- Mekanisme kerja sbg analgetik-antipiretik-
antiinflamasi(umum) : aspirin menghambat biosintesis enzim
siklooksigenase menjadi endoperoksida, shg menurunkan atau
bahkan menghambat sintesis prostaglandin (PG), tromboxan A2
(TX-A2), tetapi tidak menurunkan leukotrien.
- Mekanisme Efek Analgetik :
aspirin menghambat PG secara perifer dan juga menekan rangsang
nyeri di level sub-korteks; efektif untuk meredakan nyeri ringan –
sedang ( nyeri otot, pembuluh darah, gigi, post persalinan, artritis).
- Mekanisme Efek Antipiretik :
Demam yg menyertai infeksi peradangan akibat 2 hal yaitu:
1). Pembentukan PG di dalam SSP sbg respon terhadap bakteri
pirogen.
82
2). Efek interleukin-1 (IL-1) di hipotalamus; IL-1 dihasilkan
makrofag untuk aktivasi limfosit & dilepaskan selama peradangan.
o Aspirin menghambat keduanya shg dapat mengatur kembali
termoregulator di hipotalamus, shg terjadi pelepasan panas
secara vasodilatasi & disertai pembentukan banyak keringat.
- Mekanisme Efek Antiinflamasi :
akibat gagalnya produksi PGE2 / PGF2 sebagai mediator radang.
- Mekanisme Efek Antitrombotis :
aspirin memblokir iso-enzim syclooxygenase (COX-1) secara
sementara (seumur hidupnya trombosit) shg sintesa tromboxan A-2
(TX A-2) tidak terjadi. TX A-2 bersifat trombotis dan
vasokonstriktif. Dengan demikian aspirin menghambat agregasi
trombosit shg banyak digunakan sebagai alternatif pd
antikoagulansia untuk obat pencegah serangan infark miokard dan
TIA.
Farmakokinetik
- Absorpsi : sempurna dari usus halus bagian atas; karena bersifat
asam, absorpsi juga terjadi di lambung; mengalami FPE &
hidrolisa selama absorpsi shg BA menurun.
- Distribusi : cepat & luas, menembus plasenta & masuk ASI.
- Metabolisme : oleh hati.
- Ekskresi : metabolit inaktif melalui ginjal.
- Waktu paruh : 2 – 3 jam (dosis 1 – 3 gram/hari).
Efek Samping
- Iritasi mukosa lambung bahkan perdarahan GI, karena asetosal
bersifat asam → dikurangi melalui kombinasi dg antasidum (MgO,
AlOH3, CaCO3)/garam kalsiumnya (carbasalat, ascal).
- Pd dosis besar menghilangkan efek pelindung dari prostasiklin
(PGI2) terhadap mukosa lambung (sintesa PGI2 dihambat oleh
blokade siklo-oxigenase), shg terjadi dispepsia, heart burn, mual,
muntah, anoreksia, nyeri perut.
- Anemia hemolitis.
83
- Tinitus, kehilangan pendengaran.
- Pd pasien asma (meskipun dosis kecil) dapat terjadi efek serius,
yaitu kejang bronchi hebat yg memicu serangan asma.
- Reaksi alergi kulit bahkan anafilaksis.
- Sindrom Rye pd anak-anak kecil penderita cacar air / flu / selesma
→ hindari pemberian aspirin, parasetamol > aman!
- Ciri sindrom Rye : muntah hebat, termangu-mangu, gangguan
pernafasan, konvulsi, koma.
- ♀ hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal (dosis tinggi),
terutama pd triwulan terakhir & sebelum persalinan → lama
persalinan & kehamilan diperpanjang, peningkatan perdarahan.
- Laktasi → asetosal masuk ASI, dapat digunakan tapi insidentil.
Interaksi :
- Aspirin meningkatkan kerja antikoagulan oral, heparin, atau zat
trombolitis.
- Aspirin menaikkan efek penisilin, fenitoin, metotreksat, asam
valproat, antidiabetik oral, & sulfonamid.
- Aspirin menurunkan efek probenesid ,sulfinpirazon, diuretik, dan
antihipertensi.
- Kadar salisilat serum diturunkan oleh glukokortikoid.
- Antasida (alkalinisasi urin) dosis besar, menaikkan ekskresi serta
menurunkan konsentrasi salisilat serum.
- Asidifikasi urin (mis. Mengkonsumsi makanan yg mengasamkan
urin : keju, telur, ikan, biji-bijian, daging, unggas) dapat
memperbesar absorpsi & konsentrasi salisilat dalam serum.
- Aspirin vs NSAIDs / alkohol, meningkatkan risiko iritasi GI.
- Aspirin vs vankomisin, menaikkan risiko ototoksisitas.
KontraIndikasi
- Hipersensitivitas terhadap aspirin dan derivatnya.
- Dapat terjadi alergi silang dg gol.NSAIDs lainnya.
- Penderita tukak lambung, hemofilia, trombositopenia, dan
Penderita yg pernah/sering mengalami perdarahan di bawah kulit.
84
- Penderita asma & alergi.
- Penderita yg mendapat terapi antikoagulan.
- Gunakan hati-hati pada pasien riwayat perdarahan GI atau penyakit
ulkus, penyakit hati & ginjal berat.
- Satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham bungsu) →
penggunaan asetosal dihentikan karena efek antitrombotis →
meningkatkan resiko perdarahan.
Dosis
Analgetik & antipiretik
1. Dewasa (PO, Rektal) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan (tidak lebih dari 4 gram/hari).
2. Anak 2 – 11 tahun (PO, rektal) : 60 – 80 mg/kg/hari dalam 4 –
6 dosis terbagi.
Antiinflamasi
1. Dewasa (PO) : 2,6 – 6,2 gram/hari dalam dosis terbagi.
2. Anak-anak (PO) : 60 – 110 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Pencegahan TIA
Dewasa (PO) : 1,3 gram/hari dalam 2 – 4 dosis terbagi.
Pencegahan infark miokard
Dewasa (PO) : 300 – 325 mg/hari.
3. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug’s)
Obat analgetik-antipiretik & NSAID → kelompok obat heterogen
(kimiawi).
Memiliki banyak persamaan efek terapi & ES → mekanisme kerja
sama → penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Aspirin : prototipe → NSAID “obat mirip aspirin” (aspirin like drugs).
Indikasi
- Sebagai analgetik, antipiretik, &antiinflamasi , untuk mengobati
gejala penyakit rematik (arthritis rheumatica, artrosis, &
spondylosis).
- Meredakan peradangan akibat trauma (kecelakaan, benturan,
pukulan), pasca pembedahan, memar setelah olahraga.
85
- Efektif untuk mengatasi nyeri/kolik saluran empedu & kemih,
keluhan tulang pinggang, dan nyeri haid (dysmenorroe).
- Menghalau nyeri kanker (ibuprofen, naproksen, diklofenak adalah
obat yg sering dipakai karena ES paling ringan).
Mekanisme Kerja
86
o Macam-macam rangsang :
1. Rangsang fisika (panas, sinar matahari)
2. Rangsang kimia (zat kimia)
3. Rangsang mekanik (pukulan/benturan)
4. Rangsang biologik (zat yg dikeluarkan MH, ex. Bisa)
o Mekanisme antiinflamasi
- Selama inflamasi berlangsung dilepas mediator kimiawi secara
lokal : histamin, 5-hidroksitriptamin (5 HT), faktor kemotaktik,
bradikinin, LT & PG, penelitian terakhir : PAF = Platelet
Activating Factor).
- Terjadi migrasi sel fagosit ke daerah inflamasi, terjadi lisis
membran lisozim & lepasnya enzim pemecah.
- NSAID hanya bekerja terhadap penghambatan sintesa PG
o Mekanisme anlgetik
- PG hanya berperan pd nyeri yg berkaitan dg kerusakan jaringan
/ inflamasi.
- Hasil penelitian : PG mensensitisasi reseptor nyeri terhadap
stimulasi mekanik & kimiawi.
- PG menimbulkan keadaan hiperalgesia → mediator kimiawi
(bradikinin & histamin) merangsangnya → nyeri nyata!
- NSAID tidak mempengaruhi hiperalgesia/nyeri yg ditimbulkan
oleh efek langsung PG tetapi sintesis PG yg dihambat oleh
NSAID, bukannya blokade langsung terhadap PG.
o Mekanisme antipiretik
- Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi &
hilangnya panas.
- Alat pengatur suhu badan di hipotalamus.
- Keadaan demam, keseimbangan terganggu, tapi dapat
dikembalikan oleh obat mirip aspirin / NSAID.
- Secara patologik peningkatan suhu tubuh diawali pelepasan zat
pirogen endogen (sitokinin), ex. Interleukin-1 (IL-1) →
memacu pelepasan PG >>> di daerah preoptik hipotalamus.
87
- Obat mirip aspirin / NSAID menekan efek zat pirogen endogen
dg menghambat sintesa PG dan vasodilatasi serta pengeluaran
banyak keringat sehingga demam turun.
Efek Samping
1. Efek Ulcerogen
Mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, ulcer pepticus, perdarahan
lambung → disebabkan blokade sintesa PGI2 & kehilangan fungsi
perlindungan terhadap lambung. Terjadi pd penggunaan sistemik
& rektal.
NSAID + kortikosteroid → efek ulcerogen >>>.
Pencegahan, dg pemberian obat sbb :
o misoprostol(sbg pengganti PGI2 dg efek protektif thd
mukosa lambung).
o Antagonis – H2 (H2 – blockers) : ranitidin, simetidin.
o Pompa proton inhibitor : omeprazol, lansoprazol,
pantoprazol.
Obat t½ panjang → resiko ulcerogen >>t½ pendek.
Con. NSAID : - indometasin, azapropazon,piroxicam
(keluhan >>>).
- ketoprofen, naproksen, flurbiprofen, sulindak, diklofenak →
keluhan sedang.
- Ibuprofen → keluhan <<
2. Gangguan fungsi ginjal
Fungsi PG di ginjal : memelihara aliran darah / perfusi & laju
filtrasi glomeruler ginjal.
Jika sintesa PG dihambat oleh NSAID → perfusi & laju filtrasi
glomeruli << → efek-efek : Insufisiensi, nefritis interstisial,
kelainan regulasi air & elektrolit (udem, hiperkalemia).
Lansia sangat peka → nefritis irreversibel → terutama pemakaian
indometasin.
Efek diuretik dikurangi oleh NSAID.
3. Agregasi trombosit
88
Efeknya dikurangi, karena penghambatan biosintesis tromboksan
A2 (TXA2) → masa perdarahan diperpanjang.
Bersifat reversibel (kecuali asetosal)
Efek ini untuk terapi profilaksis trombo-emboli.
4. Reaksi kulit
Ruam & urtikaria (diklofenak & sulindak).
5. Bronchokonstriksi
Pd pasien asma yg hipersensitif NSAID
6. Efek Sentral
Nyeri kepala, pusing, tinitus, termangu-mangu, sukar tidur, depresi,
gangguan penglihatan.
7. Lain – lain
Gangguan fungsi hati (diklofenak), gangguan haid (diklofenak,
indometasin), anemia aplastis (jarang).
- Wanita hamil → tidak boleh diberikan NSAID (triwulan
terakhir) → menghambat kontraksi & memperlambat
persalinan.
- Laktasi → NSAID menembus ASI → jangan diberikan,
kecuali : ibuprofen, flurbiprofen, naproksen, diklofenak (pd
dosis biasa sedikit dalam ASI).
Interaksi
- Penggunaan NSAID bersama aspirin, menurunkan efektivitasnya.
- Meningkatkan efek perdarahan jika NSAID digunakan bersama
antikoagulan, heparin, obat trombolitik dan asam valproat. (karena
NSAID bersifat asam organik yg terikat kuat pd protein darah shg
dapat menggeser ikatan obat lain dg PP tinggi maka daya kerja obat
yg tergeser tsb menjadi lebih kuat).
- NSAID vs aspirin, kortikosteroid dapat meningkatkan efek
ulcerogen (efek merugikan pd GI).
- NSAID menurunkan efek diuretik & antihipertensi.
- NSAID meningkatkan resiko hipoglikemia akibat insulin / obat
hipoglikemik oral.
89
Kontraindikasi
- Tukak lambung & perdarahan G.I.
- Hipersensitif NSAID
- Penderita asma
- Gunakan hati-hati pd penderita kardiovaskuler, ginjal, atau penyakit
hati yg parah
4. Derivat antranilat : mefenaminat, asam niflumat glafenin, floktafenin.
5. Derivat pirazolinon : aminofenazon, isopropilfenazon,
isopropilaminofenazone, metamizol.
6. Lain-lain : benzidamin.
90
2. Antagonis Opiat
- Tidak memiliki aktivitas agonis pd semua reseptor.
- Ex : nalokson, naltrekson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin, nalbufin.
3. Kombinasi
- Zat ini mengikat pd reseptor opiat tapi tidak mengaktivasi kerjanya dg
sempurna.
Agonis-antagonis opiat
Bekerja sebagai agonis pd beberapa reseptor & sebagai antagonis
(agonis lemah) pd reseptor lain. Ex : nalorfin, pentazosin, nalbufin,
dezosin, butorfanol, buprenorfin.
Agonis parsial (buprenorfin, pentazosin).
Indikasi analgetik opioid (umum)
- Analgetik opioid bisa digunakan sendiri / kombinasi dg analgetik non-
opioid dalam penatalaksanaan nyeri sedang – hebat.
- Analgetik opioid juga telah digunakan sbg :
analgetik selama persalinan.
pra bedah (sedasi praoperatif).
intrabedah
pascabedah
adjuvan anestesia
dalam perawatan intensif untuk analgesia, sedasi & antinsietas.
antitusif (penekan rangsang batuk kering, mis : codein)
Farmakokinetik
1. Absorpsi : 50% obat diabsorpsi dari sal. GI & diabsorpsi sempurna dari
tempat injeksi i.m.
2. Distribusi : umumnya didistribusikan secara luas, menembus plasenta &
masuk ASI.
3. Metabolisme : umumnya di hati, reaksi metabolisme berbeda tergantung
@ obat.
4. Ekskresi : melalui ginjal.
5. Waktu paruh eliminasi : berbeda tergantung obat.
Efek Samping
91
1. Depresi SSP, mis : sedatif, depresi pernafasan & batuk, miosis,
hipothermia, mual & muntah (karena rangsangan pd CTZ / chemo triggrer
zone), penurunan aktivitas mental & motorik, euforia, perasaan termangu,
halusinasi .
2. Bronchokonstriksi saluran nafas, shg pernafasan menjadi dangkal &
frekuensinya menurun.
3. Sistem sirkulasi darah : vasodilatasi perifer (jika pd kulit, keluar keringat
berlebihan), hipotensi & bradikardi (dosis tinggi).
4. Saluran GI : obstipasi karena peristaltik berkurang, kolik batu empedu
karena kontraksi sfingter kandung empedu.
5. Saluran urogenital : retensi urin (karena tonus sfingter kandung kemih
naik), kontraksi uterus berkurang (memperpanjang waktu persalinan).
6. Pelepasan histamin : pruritus, urticaria.
7. Kebiasaan & ketagihan
Mekanisme kerja Kebiasaan &ketagihan :
bila analgetik opioid dipakai terus-menerus, pembentukan reseptor
opioid yg baru terus distimulasi & produksi endorfin di ujung saraf
otak dirintangi.
Penyebab :
- Penggunaan jangka lama
- Toleransi, yaitu efektifitas opioid berkurang karena dipercepatnya
absorpsi / eliminasinya / menurunnya sensitifitas jaringan sehingga
diperlukan dosis yg lebih besar untuk mencapai efek yg sama
seperti semula.
- penggunaan dosis besar lebih baik bagi si pengguna & tidak
menimbulkan gejala intoksikasi.
- Ada 2 jenis ketergantungan / ketagihan, yaitu fisik & psikis (efek
psikotrop / euforia).
Abstinensi (withdrawal syndrome) : penghentian penggunaan obat
opioid secara mendadak.
o Gejala abstinensi : ketakutan, berkeringat, mata berair, mual-
muantah, diare, insomnia, tachycardia, mydriasis (pembesaran
92
pupil), tremor, kejang otot, TD naik, diikuti reaksi psikis (gelisah,
mudah tersinggung, marah, takut mati).
o Pengobatan adiksi (perhatikan tingkat ketergantungan fisik
pecandu) :
Terapi substitusi( pemberianmetadon sbg obat pengganti
heroin / morfin atau klonidin untuk menurunkan TD, pusing,
mengurangi gejala insomnia, mudah marah, & jantung berdebar-
debar).
Antagonis opioid (obat yg melawan ES opioid tanpa
mengurangi efek analgetiknya, berdasarkan penggeseran opioid
dari reseptor opioid di SSP).
Contoh :nalokson, naltrekson, nalorfin.
Penggunaan OPIOID pada kehamilan dan laktasi
- Opioid dapat melintasi plasenta.
- Boleh digunakan beberapa waktu sebelum persalinan.
- Bila diminum terus, merusak janin akibat depresi pernafasan &
memperlambat persalinan.
- Bayi dari ibu yg ketagihan juga menderita gejala abstinensi.
- Selama laktasi, ibu dapat menggunakan opioid karena hanya sedikit
terdapat dalam ASI.
KontraIndikasi dan perhatian
Gunakan opioid hati-hati pd :
1. Penyakit ginjal, hati, pulmoner parah (asma).
2. Hipotiroidisme
3. Pasien lansia / pasien lemah (penyakit saraf / otot)
4. Nyeri abdomen / hipertrofi prostat yg tidak terdiagnosa.
5. Insufisiensi adrenal
6. Alkoholisme
7. Anak-anak (meningkatkan resiko kejang akibat akumulasi normeperidin)
8. Pasien dg riwayat hipotensi sebelumnya (mis : pasca perdarahan).
9. Kurangi dosis opioid pd pasien lansia, malnutrisi, gangguan fungsi ginjal /
hati (mis : pre-eklamsia).
93
Kontraindikasi :
1. Hipersensitifitas
2. Kehamilan / laktasi (penggunaan kronis)
3. Penggunaan dg MAOI (Monoamin oksidase inhibitor) yg baru berjalan
(14 – 21 hari).
4. Peningkatan tekanan intrakranial / konsentrasi CO2 (penyakit pernafasan
yg berat).
Interaksi
Analgetik opioid vs obat gol. Depresan SSP lain (alkohol; antihistamin;
sedatif-hipnotik = barbiturat & benzodiazepin; obat anestesi = nitrogen
oksida; metoklopramida; fenotiazin / proklorperazin; antidepresan trisiklik)
→ depresi SSP >>>.
Analgetik opioid (meperidin, pentazosin,tramadol) vs MAO Inhibitor atau
SSRI (selective serotonin re-uptake inhibitor) atau probakarbazin →
menimbulkan hiperpireksia disertai hipotensi / hipertensi yg fatal,
dihindari selama 14 – 21 hari sesudah terapi MAOI dihentikan.
Analgetik opioid vs metoklopramid, cisapride & domperidon → stasis
lambung.
Analgetik opioid (meperidin, metadon, fentanil, morfin) vs simetidin /
ranitidin (antagonis H2) → menghambat enzim mikrosomal shg
metabolisme opioid dicegah, akibatnya konsentrasi opioid meningkat
(apnea & gejala kebingungan).
Opioid (meperidin, pentazosin) vs antikonvulsan (fenitoin, karbamazepin,
fenobarbiton); rifampisin; estrogen & tembakau → menginduksi enzim
hati shg eliminasi opioid dipercepat, akibatnya efek opioid menurun →
pemberian opioid harus lebih sering / dosisnya dinaikkan.
Opioid vs siklizin → edema paru (jarang terjadi).
94