KELARUTAN
Tujuan Percobaan : Mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya
Pendahuluan
A. Kelarutan
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu
suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan untuk dibedakan antara
larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Larutan juga yang dalam keadaan padat
misalnya kaca, pembentukan kristal campuran(Voight, 1994).
Kelarutan suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik
dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut
tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi,
larutan dalam air adalah yang paling penting dan banyak digunakan. Kelarutan suatu zat
didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
dalam sejumlah solven, pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur
dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik
(Moechtar, 1989).
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam
struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Kesamaan dari sifat-sifat
kelistrikan tersebut misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka gaya-gaya
tarik yang terjadi antara solute solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila tidak ada kesamaan, maka
gaya-gaya terik solute solvent lemah. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang
lebih tinggi dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih polar,
maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar (Oxtoby, 2001).
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam
analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada
tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang
berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).
Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Anief (2003) menyatakan derajat
dalam kelarutan sebagai berikut:
Derajat kelarutan Jumlah pelarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 –10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Tidak larut Lebih dari 10000
keterangan: jumlah pelarut merupakan jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan
satu bagian zat
Roth (1988) menyatakan hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan
kelarutan suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali konsentrasi ionnya (aktivitas ion)
dalam larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapai, maka senyawa yang terbentuk dari ion-ion ini
akan mengendap. Rumus umum hasil kali kelarutan :
K = Ca + Cb ....................................................................................................... (1.1)
keterangan : K = Hasil kali kelarutan
Ca = Konsentrasi jumlah kation A
Cb = Konsentrasi jumlah anion B
B. Kepolaran Pelarut
Moechtar (1989) dalam bukunya menyatakan bahwa berikut merupakan tingkat kepolaran
beberapa pelarut:
No. Pelarut Rumus Kimia Tingkat Kepolaran Densitas (g/mL)
Prinsip Kerja
A. Kelarutan suatu padatan
Padatan dapat dikatakan larut jika tidak ada atau hanya sedikit padatan yang tersisa dalam
tabung reaksi, begitu juga sebaliknya jika ada padatan yang tersisa maka dikatakan tidak larut. Larut
tidaknya suatu zat dipengaruhi oleh kepolaran dimana suatu senyawa yang bersifat non polar tidak
dapat larut dalam senyawa polar. Senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.
B. Kelarutan alkohol
Kelarutan alkohol dapat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen yang dimiliki oleh alkohol. Alkohol
dapat larut dalam molekul air karena air mengandung ikatan hidrogen.
C. Kelarutan asam-basa organik
Larutan asam dapat larut dalam pelarut basa karena terjadi reaksi netralisasi yang akan terurai
membentuk ionnya menjadi garam dan H2O, begitu juga sebaliknya. Sampel dapat larut dalam air
karena sifat kepolarannya. Senyawa polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar.
D. Bercampur atau tidak bercampur
Larutan sampel yang dicampur dengan air dalam tabung reaksi dikatakan tidak bercampur
jika terbentuk 2 fase yaitu fase air dan fase organik, sedangkan larutan dikatakan bercampur apabila
terbentuk 1 fase (tidak ada fase air ataupun fase organik).
Alat
Tabung reaksi, pengaduk, pipet pasteur, gelas ukur, beaker glass, dan penangas air
Bahan
Air, metanol, heksana, asam benzoat, 2-naftol, kolesterol, etanol, 1-butanol, ter-butanol,
NaOH 1,0 M, HCl 1,0 M, anilin, fenol, sikloheksana, aseton, etil asetat, dan kloroform
Prosedur Kerja
A. Kelarutan suatu padatan
Asam benzoat sekitar 40 mg (0,040 g) dimasukkan masing-masing kedalam 4 tabung reaksi
yang bersih dan kering. Setelah itu, 1 mL air ditambahkan pada tabung reaksi pertama, 1 mL
metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL heksana pada tabung ketiga sementara tabung reaksi
keempat digunakan sebagai kontrol. Campuran pada tabung reaksi 1 -3 diaduk selama 1 menit lau
didiamkan selama 30 detik. Amati derajat kelarutan dan sisa padatan sampel pada tabung reaksi 1-3
dengan membandingkannya dengan tabung reaksi 4. Hasil pengamatan dicatat pada lembar
pengamatan. Ambil larutan pada tabung reaksi 1-3 dengan pipet pasteur ke tabung yang lain lalu
uapkan cairan hingga menguap seluruhnya dengan penangas air. Amati apakah masih ada padatan
yang tersisa, apabila tidak ada atau hanya sedikit padatan dalam tabung reaksi menunjukkan
sampelnya larut.
B. Kelarutan alkohol
Sebanyak 1 mL pelarut (air) dimasukkan masing-masing kedalam 3 tabung reaksi. Tabung
reaksi pertama ditambahkan tetes demi tetes metanol sampai total 10 tetes. Setiap penambahan tetes
metanol diamati apakah terjadi perubahan. Jika terbentuk dua fase atau bola cair mengindikasikan
kedua cairan tidak bercampur atau tidak larut. Percobaan ini diulang dengan mengganti etanol
dengan 1-butanol, kemudian ter-butanol. Percobaan ini diulang kembali dengan mengganti pelarut
air dengan heksana.
C. Kelarutan asam-basa organik
Asam benzoat dimasukkan masing-masing sekitar 30 mg (0,030 g) kedalam tiga tabung reaksi
yang kering. Tabung reaksi pertama ditambahkan 1 mL air, tabung kedua 1 mL NaOH 1,0 M, dan
tabung ketiga 1 mL HCl 1,0 M. Setiap tabung reaksi diaduk dengan pengaduk selama 10-20 detik
lalu diamkan dan amati. Percobaan ini diulangi dengan mengganti asam benzoat dengan 1 mL
anilin dan 1 mL fenol.
D. Bercampur atau tidak bercampur
Siapkan beberapa pasangan sampel air dengan etanol, sikloheksana, aseton, etil asetat, dan
kloroform. Setiap pasangan ditambahkan masing-masing 1 mL cairan dalam satu tabung reaksi
yang sama. Gunakan tabung reaksi yang berbeda untuk setiap pasangan. Tabung reaksi dikocok
selama 10-20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur atau tidak bercampur. Hasil
dicatat pada lembar pengamatan.
Waktu yang dibutuhkan
No. Perlakuan Waktu (menit)
1. Kelarutan padatan
Menyiapkan bahan 3
Mengaduk campuran 1
Mendiamkan campuran 0,5
Mengamati derajat kelarutan 0,5
Mengambil cairan dengan pipet pasteur 5
Memanaskan cairan hingga habis menguap 30
2. Kelarutan alkohol
Menyiapkan bahan 3
Mengamati perubahan tetas demi tetes metanol yang 5
ditambahkan
Mengulangi percobaan 15
3 Kelarutan asam-basa organik
Menyiapkan bahan 5
Mengaduk campuran 3
Mengulangi percobaan 16
4 Bercampur atau tidak bercampur
Menyiapkan bahan 10
Mengocok bahan 3
Total 100
C. Kelarutan asam-basa
Pelarut
Sampel
Air NaOH 1,0 M HCl 0,1 M
Asam benzoat Larut Larut Tidak larut
Anilin Tidak larut Tidak larut Tidak larut
Fenol Larut Larut Larut
D. Bercampur-tidak bercampur
Pasangan Bercampur atau tidak bercampur
Air + Etanol Bercampur
Air + Sikloheksana Tidak bercampur
Air + Aseton Bercampur
Air + Etil asetat Tidak bercampur
Air + Kloroform Tidak bercampur
Hasil
A. Kelarutan suatu padatan
Pelarut
Sampel
Air Metanol Heksana
Asam benzoat Larut Larut Tidak larut
dipanaskan - - Tidak larut
2-naftol Tidak larut Larut Tidak larut
Kolesterol Tidak larut Sedikit larut Tidak larut
dipanaskan Sedikit larut Sedikit larut Tidak larut
B. Kelarutan alkohol
Pelarut Gambar
Sampel alkohol
Air Heksana Air Heksana
C. Kelarutan asam-basa
Pelarut Gambar
Sampel NaOH 1,0
Air HCl 0,1 M Air NaOH 1,0 M HCl 0,1 M
M
Asam Larut Larut Tidak larut
benzoat
Anilin Tidak Tidak larut Tidak larut
larut
D. Bercampur-tidak bercampur
Pasangan Bercampur atau tidak bercampur Gambar
Pembahasan Hasil
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya.
Kelarutan yang ingin diketahui antara lain kelarutan suatu padatan, alkohol, dan asam basa. Selain
kelarutan, percobaan ini juga menguji bercampur tidaknya suatu pasangan sampel. Pelarut air dan
metanol merupakan senyawa poar berdasarkan literatur yang telah tercantum sementara heksana
merupakan pelarut nonpolar. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar begitupun sebaliknya
sesuai dengan teori Like Dissolve Like. Struktur kimia dari pelarut tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
Kesimpulan
Kelarutan dan bercampur tidaklah sama. Kelarutan mempunyai derajat kelarutan yaitu mulai
dari tidak larut hingga sangat larut sementara bercampur hanyalah bercampur dan tidak bercampur.
Dua bahan atau larutan akan larut jika sifat kepolarannya sama misalnya bahan polar akan larut
dengan pelarut yang juga polar. Bahan juga akan bercampur dengan pelarut jika keporannya sama.
Referensi
Anief, M., (2003). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: UGM-Press
Moechtar. 1989. Farmasi Fisik Bagian Larutan dan Dispersi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
Oxtoby dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Surabaya: Erlangga.
Roth, Hermann, J,.1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM-Press
ScienceLab. 2018. MSDS akuades. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS metanol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS heksana . [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS asam benzoat. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS 2-naftol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS kolesterol. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS etanol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS 1-butanol. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS ter-butanol. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS NaOH. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS HCl. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS anilin. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS fenol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS sikloheksana. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses
pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS aseton. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS etil asetat. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS kloroform. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
Shevla. 1979. Buku Ajar Vogel Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Saran
Praktikan sebaiknya memahami prosedur dengan baik sehingga ketika melakukan percobaan
tidak akan banyak bertanya dan merasa bingung. Hal tersebut akan mengakibatkan durasi waktu
yang lebih panjang.
Nama praktikan
Cindy Eka Fitra Yuliana (171810301074)