Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

KELARUTAN
Tujuan Percobaan : Mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya

Pendahuluan
A. Kelarutan
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu
suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan untuk dibedakan antara
larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Larutan juga yang dalam keadaan padat
misalnya kaca, pembentukan kristal campuran(Voight, 1994).
Kelarutan suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik
dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut
tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi,
larutan dalam air adalah yang paling penting dan banyak digunakan. Kelarutan suatu zat
didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
dalam sejumlah solven, pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur
dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik
(Moechtar, 1989).
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam
struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Kesamaan dari sifat-sifat
kelistrikan tersebut misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka gaya-gaya
tarik yang terjadi antara solute solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila tidak ada kesamaan, maka
gaya-gaya terik solute solvent lemah. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang
lebih tinggi dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih polar,
maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar (Oxtoby, 2001).
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam
analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada
tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang
berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu (Svehla, 1979).
Kelarutan yang pada angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Anief (2003) menyatakan derajat
dalam kelarutan sebagai berikut:
Derajat kelarutan Jumlah pelarut
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 –10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Tidak larut Lebih dari 10000
keterangan: jumlah pelarut merupakan jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan
satu bagian zat
Roth (1988) menyatakan hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang menggambarkan
kelarutan suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali konsentrasi ionnya (aktivitas ion)
dalam larutan jenuh. Jika hasil kelarutan dicapai, maka senyawa yang terbentuk dari ion-ion ini
akan mengendap. Rumus umum hasil kali kelarutan :
K = Ca + Cb ....................................................................................................... (1.1)
keterangan : K = Hasil kali kelarutan
Ca = Konsentrasi jumlah kation A
Cb = Konsentrasi jumlah anion B
B. Kepolaran Pelarut
Moechtar (1989) dalam bukunya menyatakan bahwa berikut merupakan tingkat kepolaran
beberapa pelarut:
No. Pelarut Rumus Kimia Tingkat Kepolaran Densitas (g/mL)

1. Sikloheksana C6H12 0,006 0,7739

2. Pentana C5H12 0,009 0,626

3. Heksana C6H14 0,009 0,659

4. Heptana C7H16 0,012 0,684

5. Karbon Tetraklorida CCl4 0,052 1,594

6. Karbon Disulfida CS2 0,065 1,594


7. p-Silena C8H10 0,074 0,861

8. Toluena C7H8 0,099 0,867

9. Benzena C6H6 0,111 0,8765

10. Eter C4H10O2 0,117 0,713

11. Metil t-Butil Eter C5H12O 0,124 0,741

12. Dietil Amina C4H11N 0,145 0,706

13. 1,4-Dioksana C4H8O2 0,164 1,033

14. N,N-Dimetil Anilina C8H11N 0,179 0,956

15. Klorobenzena C6H5Cl 0,188 1,1058

16. Anisole C7H8O 0,198 0,996

17. Tetrahidrofuran C4H8O 0,207 0,8833

18. Etil Asetat C4H8O2 0,228 0,895

19. Etil Benzoat C9H10O2 0,228 1,047

20. 1,2-Dimetoksi Etana C4H10O2 0,231 0,8637

21. Diglyme C6H14O3 0,244 0,943

22. Metil Asetat C4H6O2 0,253 0,933

23. Kloroform CHCl3 0,259 1,4788

24. 3-Pentanone C5H12O 0,265 0,814

25. 1,1-Dikloroetana C2H4Cl2 0,269 1,176

26. di-n-butil-pentalate C16H22O4 0,272 1,049

27. Sikloheksanone C6H10O 0,281 0,982

28. Piridina C5H5N 0,302 0,982

29. Metilena Klorida CH2Cl2 0,309 1,326

30. 2-butanone C4H8O 0,327 0,7999


31. Aseton C3H6O 0,355 0,7845

32. Dimetil-Formamide C3H7NO 0,386 0,9445

33. t-butil alkohol C4H10O 0,389 0,7887

34. Dimetil Sulfoksida C2H6OS 0,444 1,092

35. Asetonitril C2H3N 0,460 0,7857

36. 2-butanol C4H10O 0,506 0,8063

37. 2-Propanol C3H8O 0,546 0,785

38. 1-butanol C4H10O 0,586 0,8095

39. 1-Propanol C3H8O 0,617 0,803

40. Asam Asetat C2H4O2 0,648 1,0446

41. Etanol C2H6O 0,654 0,789

42. Dietilena Glikol C4H10O3 0,713 1,1197

43. Metanol CH4O 0,762 0,791

44. Etilen Glikol C2H6O2 0,790 1,115

45. Gliserin C3H8O3 0,812 1,261

46. Air, Berat D2O 0,991 1,107

47. Air H2O 1,000 0,998

Material Safety Data Sheet (MSDS)


A. Akuades
Keadaan fisik akuades adalah cair, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Akuades
memiliki berat molekul 18,02 g/mol dan titik didih 100oC (212oF). Akuades juga memiliki derajat
keasaman yang netral yaitu 7dan tekanan uap sebesar 2,3 kPa di suhu 20oC. Akuades tidak korosif
dan tidak mengiritasi kulit. Akuades juga tidak mengganggu mata, tidak korosif dan iritasi untuk
paru-paru, dan tidak sensitif dan permeator untuk kulit. Tindakan pertolongan pertama yang harus
dilakukan saat terkena atau terkontaminasi akuades tidak ada karna zat ini tidak berbahaya bagi
manusia, hewan, maupun lingkungan(ScienceLab, 2018).
B. Metanol
Metanol memiliki sifat fisik cair, bau menyengat seperti alkohol akan tetapi tidak berasa dan
tidak berwarna. Berat molekul metanol sebesar 32,04 g/mol. Titik didih dan titk lebur zat ini
berturut-turut ialah 64,5°C (148,1°F) dan -97.8°C (-144°F). Zat ini sangat berbahaya jika terjadi
kontak kulit, kontak mata, tertelan, dan inhalasi. Korban apabila mengalami inhalasi serius maka
tindakan yang harus dilakukan adalah mengevakuasi korban ke area yang aman dan udara segar
sesegera mungkin kemudian melonggarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang.
Oksigen dapat diberikan jika korban kesulitan bernapas sedangkan jika korban tidak bernapas maka
lakukan resusitasi mulut ke mulut(ScienceLab, 2003).
C. Heksana
Heksana berwujud cair, tidak berasa, dan memiliki warna yang tidak jelas. Heksana
mempunyai bau yang khas yaitu seperti bau bensin. Berat molekul heksana sebesar 86.18 g/mol.
Titik didih dan titik lebur heksana berturut-turut ialah 68°C (154,4°F) dan -95°C (-139°F). Zat ini
berbahaya jika terjadi kontak kulit, menelan, inhalasi dan sedikit berbahaya jika terjadi kontak mata
(iritasi). Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kontak kulit ialah dengan mencuci kulit dengan
sabun dan air lalu menutupi kulit yang teriritasi dengan emolien(ScienceLab, 2018).
D. Asam benzoat
Keadaan fisik asam benzoat adalah solid atau padat. Asam benzoat tidak memilki bau, rasa,
dan warna. Asam benzoat memiliki berat molekul sebesar 122,12 g/mol dan derajat keasaman 3
yang menandakan bahwa dirinya asam. Titik didih dan titik lebur asam benzoat berturut-turut ialah
249,2°C (480,6°F) dan 122,4°C (252,3°F). Zat ini berbahaya jika terjadi kontak kulit, menelan,
inhalasi dan sedikit berbahaya jika terjadi kontak mata (iritasi). Tindakan yang harus dilakukan jika
terjadi kontak kulit ialah dengan mencuci kulit dengan sabun dan air lalu menutupi kulit yang
teriritasi dengan emolien(ScienceLab, 2018).
E. 2-naftol (C10H7OH)
Sifat fisik yang dimiliki zat ini ialah padat, tidak memiliki bau, rasa, serta warna. Titik didih dan
titik lebur 2-naftol berturut-turut 285,5°C (545,9°F) dan 122°C (251,6°F). Zat ini memilki berat
molekul sebesar 144,17 g/mol. Zat ini berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, dan
terhirup. Peradangan pada mata ditandai oleh kemerahan, berair, dan gatal. Peradangan kulit
ditandai dengan gatal, scaling, dan memerah. Tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan
jika terjadi kontak mata ialah dengan memeriksa dan mengeluarkan apa pun yang kontak dengan
mata dan segera membasuhnya dengan air yang mengalir setidaknya selama 15 menit. Kelopak
mata diusahakan tetap terbuka ketika dibasuh. Mata dapat dibasuh dengan air dingin jika ada dan
jangan menggunakan salep mata sebagai pertolongan pertama(ScienceLab, 2018).
F. Kolesterol (C27H46O)
Kolesterol berbentuk padat atau kristal bubuk, tidak memiliki rasa, dan berwarna putih.
Kolesterol memiliki bau akan tetapi baunya hampir tidak bisa tercium oleh indera. Berat
molekulnya sebesar 386,67 g / mol. Titik didih dan titik lebur kolesterol ialah 360°C (680°F) dan
148°C (298,4°F). Zat ini larut dalam dietil eter dan aseton dan sangat sedikit larut dalam air dingin.
Zat ini berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, dan terhirup. Tindakan yang dapat
dilakukan jika terjadi kontak mata ialah dengan memeriksa dan mengeluarkan apa pun yang kontak
dengan mata dan segera membasuhnya dengan air hangat setidaknya selama 15 menit. Kelopak
mata diusahakan tetap terbuka ketika dibasuh. Iritasi yang berlanjut diharuskan menghubungi tim
medis segera(ScienceLab, 2018).
G. Etanol (C2H7)
Etanol merupakan senyawa berbentuk cair yang memiliki nama umum alkohol dengan
formula kimia (rumus kimia) CH3CH2OH. Etanol mudah larut dalam air dingin, air panas, metanol,
dietil eter, dan aseton. Etanol berbau ringan hingga kuat seperti anggur atau wiski dan memiliki rasa
yang pedas. Etanol dengan cepat menyerap uap air dari udara. Dapat bereaksi dengan penuh
semangat dengan oksidator. Oksidan yang menjalani reaksi kuat (eksplosif) dengan etanol antara
lain barium perklorat, bromin pentafluorida, kalsium hipoklorit, kloril perklorat, kromium trioksida,
krom klorida, difluorida dioksigen, disulfuril difluorida, nitrat fluorin, hidrogen peroksida, iodine
heptafluoride, nitric acid nitrosil perklorat, asam perkutan perchloric acid, peroxdisulfurik asam,
kalium dioksida, kalium perklorat, kalium permanganat, rutenium (VIII) oksida, perak perklorat,
perak peroksida, uranium hexafluoride, dan uranil perklorat(ScienceLab, 2018).
H. 1-butanol (C4H10O)
Keadaan fisik dan penampilan butanol adalah cair. Butanol memilki bau yang sedikit
memabukkan, tidak berasa, dan tidak berwarna. Berat molekulnya sebesar 74.12 g/mol. Titik didih
dan titik lebur butanol berturut-turut ialah sebesar 117,7 ° C (243,9 ° F) dan -89,5 ° C (-129,1 ° F).
Butanol mudah larut dalam metanol, dietil eter dan sebagian larut dalam air dingin, air panas, n-
oktanol. Zat ini sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, tertelan, dan inhalasi.
Korban apabila mengalami inhalasi serius maka tindakan yang harus dilakukan adalah
mengevakuasi korban ke area yang aman dan udara segar sesegera mungkin kemudian
melonggarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang. Oksigen dapat diberikan jika
korban kesulitan bernapas sedangkan jika korban tidak bernapas maka lakukan resusitasi mulut ke
mulut(ScienceLab, 2003).
I. Ter-butanol
Ter-butanol umumnya berbentuk cair akan tetapi pada keadaan suhu diatas 78 F berbentuk
kristal putih. Zat ini memiliki bau kamper, tidak berwarna, dan tidak berasa. Berat molekulnya
sebesar 74.12 g/mol. Titik didih dan titk lebur ter-butanol berturut-turut sebesar 82,41 ° C (180,3 °
F) dan 25,7 ° C (78,3 ° F). Ter-butanol larut dalam air dingin dan air panas serta dapat bercampur
dalam ester, hidrokarbon alifatik dan aromatik, alkohol, dan eter. Zat ini berbahaya jika terjadi
kontak kulit, kontak mata, dan terhirup. Peradangan pada mata ditandai oleh kemerahan, berair, dan
gatal. Peradangan kulit ditandai dengan gatal, scaling, dan memerah. Tindakan pertolongan pertama
yang dapat dilakukan jika terjadi kontak mata ialah dengan memeriksa dan mengeluarkan apa pun
yang kontak dengan mata dan segera membasuhnya dengan air yang mengalir setidaknya selama 15
menit. Kelopak mata diusahakan tetap terbuka ketika dibasuh. Mata dapat dibasuh dengan air
dingin jika ada dan jangan menggunakan salep mata sebagai pertolongan pertama(ScienceLab,
2018).
J. Natrium hidroksida (NaOH)
Keadaan fisik natrium hidroksida ialah Padat. Natrium hidroksida tidak berbau dan tidak
mempunyai rasa. Berat Molekulnya sebesar 40 g/mol dengan warna putih yang khas. Titik didih
dan titik lebur Natrium hidroksida masing-masing ialah 1388°C (2530,4°F) dan 323°C (613,4°F).
Zat ini sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, tertelan, dan inhalasi. Kontak mata
dapat menyebabkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menyebabkan peradangan
dan panas. Inhalasi akan menyebabkan iritasi pada gastro-intestinal atau saluran pernapasan
ditandai dengan rasa terbakar, bersin, dan batuk. Korban apabila mengalami inhalasi serius maka
tindakan yang harus dilakukan adalah mengevakuasi korban ke area yang aman dan udara segar
sesegera mungkin kemudian melonggarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang.
Oksigen dapat diberikan jika korban kesulitan bernapas sedangkan jika korban tidak bernapas maka
lakukan resusitasi mulut ke mulut(ScienceLab, 2018).
K. Asam klorida (HCl)
Asam klorida umumnya mempunyai keadaan fisik cair, bau yang kuat akan tetapi tidak
memiliki rasa. Titik didih asam klorida 83 untuk 760 mmHg 31% dalam air seedangkan untuk titik
leburnya -46,2 untuk 31,24% dalam air. Zat ini sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak
mata, tertelan, dan inhalasi. Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan kornea atau kebutaan.
Kontak kulit dapat menyebabkan peradangan dan panas. Inhalasi akan menyebabkan iritasi pada
gastro-intestinal atau saluran pernapasan ditandai dengan rasa terbakar, bersin, dan batuk. Korban
apabila mengalami inhalasi serius maka tindakan yang harus dilakukan adalah mengevakuasi
korban ke area yang aman dan udara segar sesegera mungkin kemudian melonggarkan pakaian
ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang. Oksigen dapat diberikan jika korban kesulitan bernapas
sedangkan jika korban tidak bernapas maka lakukan resusitasi mulut ke mulut(ScienceLab, 2018).
L. Anilin (C6H5NH2)
Anilin berbentuk cair, rasa terbakar, bau aromatik seperti amina, dan tidak berwarna. Titk
didihnya sebesar 184,1°C (363,4°F) sementara titk leburnya -6°C (21,2°F). Berat molekul anilin
sebesar 93,13 g/mol. Anilin larut dalam air dingin, air panas, metanol, dietil eter. Zat ini berbahaya
jika terjadi kontak kulit, kontak mata, dan terhirup. Tindakan yang dapat dilakukan jika terjadi
kontak mata ialah dengan memeriksa dan mengeluarkan apa pun yang kontak dengan mata dan
segera membasuhnya dengan air mengalir setidaknya selama 15 menit. Kelopak mata diusahakan
tetap terbuka ketika dibasuh. Iritasi yang berlanjut diharuskan menghubungi tim medis
segera(ScienceLab, 2018).
M. Fenol (C6H5OH)
Keadaan fisik dan penampilan yang padat, berbau aromatik manis pedas, memliki rasa
terbakar dan berwarna biasa hingga merah muda. Fenol mudah larut dalam metanol dan dietil eter,
larut dalam air dingin, aseton dan benzena, dan sangat larut dalam alkohol, kloroform, gliserol,
minyak bumi, karbon disulfida, minyak atsiri dan tetap, alkali berair, hidroksida, karbon
tetraklorida, asam asetat, sulfur cair dioksida, dan minyak mineral. Kelarutan fenol dalam air
sebesar 1g / 15 ml air. Fenol hampir tidak larut dalam petroleum ether tetapi dapat dicampur dalam
aseton(ScienceLab, 2018).
Zat ini sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, tertelan, dan inhalasi. Kontak
mata dapat menyebabkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menyebabkan
peradangan dan panas. Inhalasi akan menyebabkan iritasi pada gastro-intestinal atau saluran
pernapasan ditandai dengan rasa terbakar, bersin, dan batuk. Korban apabila mengalami inhalasi
serius maka tindakan yang harus dilakukan adalah mengevakuasi korban ke area yang aman dan
udara segar sesegera mungkin kemudian melonggarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi atau ikat
pinggang. Oksigen dapat diberikan jika korban kesulitan bernapas sedangkan jika korban tidak
bernapas maka lakukan resusitasi mulut ke mulut(ScienceLab, 2018).
N. Sikloheksana
Sikloheksana berbentuk cair, berbau alkohol, tidak berasa, dan tidak berwarna. Titik didih dan titik
lebur zat ini 80,7°C (177,3°F) dan 6.47°C (43.6°F). Berat molekulnya sebesar 84,16 g / mol.
Sikloheksana larut dalam metanol dan tidak larut dalam air dingin. Zat ini berbahaya jika terjadi
kontak kulit, menelan, inhalasi dan sedikit berbahaya jika terjadi kontak mata (iritasi). Tindakan
yang harus dilakukan jika terjadi kontak kulit ialah dengan mencuci kulit dengan sabun dan air lalu
menutupi kulit yang teriritasi dengan emolien(ScienceLab, 2018).
O. Aseton
Aseton berbentuk cair, berbau harum seperti permen, mempunyai rasa pedas manis, dan tidak
berwarna. Aseton mudah larut dalam air dingin dan air panas. Titik didih dan titik lebur aseton
berturut-turut 56,2°C (133,2°F) dan -95.35°C (-139.6°F). berat molekulnya sebesar 58,08 g / mol.
Zat ini berbahaya jika terjadi kontak kulit, menelan, inhalasi dan sedikit berbahaya jika terjadi
kontak mata (iritasi). Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kontak kulit ialah dengan mencuci
kulit dengan sabun dan air lalu menutupi kulit yang teriritasi dengan emolien(ScienceLab, 2018).
P. Etil asetat
Keadaan fisik dan penampilan etil asetat cair, sedikit berbau buah, memiliki rasa manis pahit
seperti anggur, dan tidak berwarna. Etil asetat larut dalam air dingin, air panas, dietil eter, aseton,
alkohol, dan benzena. Etil asetat memiliki berat molekul sebesar 88,11 g / mol. Titik didih dan titik
lebur etil asetat berturut-turut ialah 77 ° C (170,6 ° F) dan -83 ° C (-117,4 ° F). Zat ini sangat
berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, tertelan, dan inhalasi. Kontak mata dapat
menyebabkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menyebabkan peradangan dan
panas. Inhalasi akan menyebabkan iritasi pada gastro-intestinal atau saluran pernapasan ditandai
dengan rasa terbakar, bersin, dan batuk. Korban apabila mengalami inhalasi serius maka tindakan
yang harus dilakukan adalah mengevakuasi korban ke area yang aman dan udara segar sesegera
mungkin kemudian melonggarkan pakaian ketat seperti kerah, dasi atau ikat pinggang. Oksigen
dapat diberikan jika korban kesulitan bernapas sedangkan jika korban tidak bernapas maka lakukan
resusitasi mulut ke mulut(ScienceLab, 2018).
Q. Kloroform (CHCl3)
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform lebih dikenal sebagai
bahan pembius meskipun telah banyak digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboraturium atau
industri. Wujudnya berupa cairan dan mudah menguap. Kloroform mempunyai titik didih 61,2 oC
dan titik lebur -63,5oC(ScienceLab, 2018).
Kloroform juga disebut sebagai holoform karena brom dan klor juga bereaksi dengan metal
keton yang menghasilkan masing – masing bromoform dan kloroform. Hal inilah yang disebut
haloform. Kloroform termasuk senyawa polihalogen yaitu senyawa turunan karboksilat yang
mengikat lebih dari satu atom halogen dan merupakan senyawa dari asam formiat(ScienceLab,
2018).
Kloroform dalam bidang industri dapat diperoleh dengan pemanasan campuran dari klorin dan
klorometana atau metana. Beberapa senyawa yang dapat membentuk kloroform dan senyawa
halofom adalah etanol, 2–proponol, 2-butanol propanon, dan 2-butanon. Reaksi kloroform
berlangsung dalam tiga tingkat yaitu oksidasi, subsitusi, dan penguraian oleh basa(ScienceLab,
2018).
Sifat fisika dari kloroform antara lain beracun, berbau khas (sedikit manis), berbentuk cair, dan
tidak berwarna. Sementara sifat kimia kloroform antara lain tidak dapat bercampur dengan air,
termasuk asam lemah, dan tidak mudah terbakar. Kloroform dimanfaatkan sebagai pemadam
kebakaran, pembersih noda, dan untuk pengasapan. Kloroform selain mempunyai manfaat, juga
mempunyai bahaya pada kesehatan tubuh manusia yaitu dapat menyebabkan pembesaran hati,
gangguan pernapasan dan ginjal, dan tekanan darah rendah(ScienceLab, 2018).

Prinsip Kerja
A. Kelarutan suatu padatan
Padatan dapat dikatakan larut jika tidak ada atau hanya sedikit padatan yang tersisa dalam
tabung reaksi, begitu juga sebaliknya jika ada padatan yang tersisa maka dikatakan tidak larut. Larut
tidaknya suatu zat dipengaruhi oleh kepolaran dimana suatu senyawa yang bersifat non polar tidak
dapat larut dalam senyawa polar. Senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.
B. Kelarutan alkohol
Kelarutan alkohol dapat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen yang dimiliki oleh alkohol. Alkohol
dapat larut dalam molekul air karena air mengandung ikatan hidrogen.
C. Kelarutan asam-basa organik
Larutan asam dapat larut dalam pelarut basa karena terjadi reaksi netralisasi yang akan terurai
membentuk ionnya menjadi garam dan H2O, begitu juga sebaliknya. Sampel dapat larut dalam air
karena sifat kepolarannya. Senyawa polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar.
D. Bercampur atau tidak bercampur
Larutan sampel yang dicampur dengan air dalam tabung reaksi dikatakan tidak bercampur
jika terbentuk 2 fase yaitu fase air dan fase organik, sedangkan larutan dikatakan bercampur apabila
terbentuk 1 fase (tidak ada fase air ataupun fase organik).

Alat
Tabung reaksi, pengaduk, pipet pasteur, gelas ukur, beaker glass, dan penangas air

Bahan
Air, metanol, heksana, asam benzoat, 2-naftol, kolesterol, etanol, 1-butanol, ter-butanol,
NaOH 1,0 M, HCl 1,0 M, anilin, fenol, sikloheksana, aseton, etil asetat, dan kloroform
Prosedur Kerja
A. Kelarutan suatu padatan
Asam benzoat sekitar 40 mg (0,040 g) dimasukkan masing-masing kedalam 4 tabung reaksi
yang bersih dan kering. Setelah itu, 1 mL air ditambahkan pada tabung reaksi pertama, 1 mL
metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL heksana pada tabung ketiga sementara tabung reaksi
keempat digunakan sebagai kontrol. Campuran pada tabung reaksi 1 -3 diaduk selama 1 menit lau
didiamkan selama 30 detik. Amati derajat kelarutan dan sisa padatan sampel pada tabung reaksi 1-3
dengan membandingkannya dengan tabung reaksi 4. Hasil pengamatan dicatat pada lembar
pengamatan. Ambil larutan pada tabung reaksi 1-3 dengan pipet pasteur ke tabung yang lain lalu
uapkan cairan hingga menguap seluruhnya dengan penangas air. Amati apakah masih ada padatan
yang tersisa, apabila tidak ada atau hanya sedikit padatan dalam tabung reaksi menunjukkan
sampelnya larut.
B. Kelarutan alkohol
Sebanyak 1 mL pelarut (air) dimasukkan masing-masing kedalam 3 tabung reaksi. Tabung
reaksi pertama ditambahkan tetes demi tetes metanol sampai total 10 tetes. Setiap penambahan tetes
metanol diamati apakah terjadi perubahan. Jika terbentuk dua fase atau bola cair mengindikasikan
kedua cairan tidak bercampur atau tidak larut. Percobaan ini diulang dengan mengganti etanol
dengan 1-butanol, kemudian ter-butanol. Percobaan ini diulang kembali dengan mengganti pelarut
air dengan heksana.
C. Kelarutan asam-basa organik
Asam benzoat dimasukkan masing-masing sekitar 30 mg (0,030 g) kedalam tiga tabung reaksi
yang kering. Tabung reaksi pertama ditambahkan 1 mL air, tabung kedua 1 mL NaOH 1,0 M, dan
tabung ketiga 1 mL HCl 1,0 M. Setiap tabung reaksi diaduk dengan pengaduk selama 10-20 detik
lalu diamkan dan amati. Percobaan ini diulangi dengan mengganti asam benzoat dengan 1 mL
anilin dan 1 mL fenol.
D. Bercampur atau tidak bercampur
Siapkan beberapa pasangan sampel air dengan etanol, sikloheksana, aseton, etil asetat, dan
kloroform. Setiap pasangan ditambahkan masing-masing 1 mL cairan dalam satu tabung reaksi
yang sama. Gunakan tabung reaksi yang berbeda untuk setiap pasangan. Tabung reaksi dikocok
selama 10-20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur atau tidak bercampur. Hasil
dicatat pada lembar pengamatan.
Waktu yang dibutuhkan
No. Perlakuan Waktu (menit)
1. Kelarutan padatan
Menyiapkan bahan 3
Mengaduk campuran 1
Mendiamkan campuran 0,5
Mengamati derajat kelarutan 0,5
Mengambil cairan dengan pipet pasteur 5
Memanaskan cairan hingga habis menguap 30
2. Kelarutan alkohol
Menyiapkan bahan 3
Mengamati perubahan tetas demi tetes metanol yang 5
ditambahkan
Mengulangi percobaan 15
3 Kelarutan asam-basa organik
Menyiapkan bahan 5
Mengaduk campuran 3
Mengulangi percobaan 16
4 Bercampur atau tidak bercampur
Menyiapkan bahan 10
Mengocok bahan 3
Total 100

Data dan Perhitungan


Data yang diperoleh pada percobaan ini antara lain :
A. Kelarutan suatu padatan
Pelarut
Sampel
Air Metanol Heksana
Asam benzoat Larut Larut Tidak larut
dipanaskan - - Tidak larut
2-naftol Tidak larut Larut Tidak larut
Kolesterol Tidak larut Sedikit larut Tidak larut
dipanaskan Sedikit larut Sedikit larut Tidak larut
B. Kelarutan alkohol
Pelarut
Sampel alkohol
Air Heksana
Etanol Larut Tidak larut
1-butanol Tidak larut Larut
Ter-butanol Larut Larut

C. Kelarutan asam-basa
Pelarut
Sampel
Air NaOH 1,0 M HCl 0,1 M
Asam benzoat Larut Larut Tidak larut
Anilin Tidak larut Tidak larut Tidak larut
Fenol Larut Larut Larut

D. Bercampur-tidak bercampur
Pasangan Bercampur atau tidak bercampur
Air + Etanol Bercampur
Air + Sikloheksana Tidak bercampur
Air + Aseton Bercampur
Air + Etil asetat Tidak bercampur
Air + Kloroform Tidak bercampur

Hasil
A. Kelarutan suatu padatan
Pelarut
Sampel
Air Metanol Heksana
Asam benzoat Larut Larut Tidak larut
dipanaskan - - Tidak larut
2-naftol Tidak larut Larut Tidak larut
Kolesterol Tidak larut Sedikit larut Tidak larut
dipanaskan Sedikit larut Sedikit larut Tidak larut
B. Kelarutan alkohol
Pelarut Gambar
Sampel alkohol
Air Heksana Air Heksana

Etanol Larut Tidak larut

1-butanol Tidak larut Larut

Ter-butanol Larut Larut

C. Kelarutan asam-basa
Pelarut Gambar
Sampel NaOH 1,0
Air HCl 0,1 M Air NaOH 1,0 M HCl 0,1 M
M
Asam Larut Larut Tidak larut
benzoat
Anilin Tidak Tidak larut Tidak larut
larut

Fenol Larut Larut Larut

D. Bercampur-tidak bercampur
Pasangan Bercampur atau tidak bercampur Gambar

Air + Etanol Bercampur

Air + Sikloheksana Tidak bercampur

Air + Aseton Bercampur

Air + Etil asetat Tidak bercampur


Air + Kloroform Tidak bercampur

Pembahasan Hasil
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya.
Kelarutan yang ingin diketahui antara lain kelarutan suatu padatan, alkohol, dan asam basa. Selain
kelarutan, percobaan ini juga menguji bercampur tidaknya suatu pasangan sampel. Pelarut air dan
metanol merupakan senyawa poar berdasarkan literatur yang telah tercantum sementara heksana
merupakan pelarut nonpolar. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar begitupun sebaliknya
sesuai dengan teori Like Dissolve Like. Struktur kimia dari pelarut tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah ini

Gambar 1.2. Struktur kimia air

Gambar 1.1. Struktur kimia metanol

Gambar 1.1. Struktur kimia heksana


Percobaan pertama yaitu menguji kelarutan padatan asam benzoat, 2-naftol, dan kolesterol
pada beberapa pelarut yaitu air, metanol, dan heksana. Asam benzoat ketika dilarutkan dalam
pelarut air dan metanol tersebut menghasilkan larutan yang larut sementara saat dicampurkan
dengan heksana ia tidak larut. Pemanasan juga tidak mengubah kelarutan asam benzoat yang
maksudnya asma benzoat tetap tidak larut alam heksana. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat
lau kelarutan. Hal ini menunjukkan bahwa asam benzoat merupakan senyawa polar karna terbukti ia
larut pada pelarut polar. Struktur kimia asam benzoat dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1. Struktur kimia asam benzoat


Sampel kedua yang digunakan adalah 2-naftol. 2-naftol hanya larut pada metanol. 2-naftol
seharusnya jika memang merupakan senyawa poar maka ia akan larut dalam air juga sedangkan
pada heksana tidak. Kesalahan ini terjadi adanya kontaminasi dengan bahan lain melalui alat yang
digunakan. Hal ini tentu sudah tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa 2-naftol
merupakan senyawa non-polar. Struktur kimia 2-naftol sebagi berikut.

Gambar 1.1. Struktur kimia 2-naftol


Padatan ketiga yang diuji kelarutan dan kepolarannya adalah kolesterol. Percobaan
menghasilkan bahwa kolesterol tidak larut dalam heksana dan seikit larut pada air dan metanol.
Setelh pemanasanpun hasil yang diperoleh tetap. Kenyataannya bahwa kolesterol sama dengan 2-
naftol yaitu nonpolar. Hal ini mungkin terjadi karna kesalahan praktikan entah dalam proses
penambahan atau pengambilan bahan. Berikut merupakan struktur kimia kolesterol.

Gambar 1.1. Struktur kimia kolesterol


Percoabaan kedua menguji kelarutan alkohol. Alkohol yang diuji adalah etanol,1-butanol, dan
tertbuatnol. Etanol dan ter-butanol larut dalam air sementara dalam heksana, 1-butanol dan ter-
butanol juga larut. Hal in menunjukkan bahwa etanol merupakan senyawa polar, 1-butanol nonplar,
an terbutanol merupakan suatu kesalahan. 1-butanol sebenarnya senyawa polar akan tetapi karna
tingkat kepolarannya lebih rendah dari etanol bisa jadi merupakan faktor kesalahan. Berikut
merupakan struktur kimia dari sampel.

Gambar 1.1. Struktur kimia etanol


Prosedur yang dilakukan selanjutnya adalah menguji kelarutan asam basa organik. Sampel
yang digunakan adalah asam benzoat, anilin, dan fenol denga pelarut air, NaOH 1 M, dan HCl 1 M.
Semua pelarut mempunyai sifat polar. Asam benzoat hanya tidak larut pada HCl tentu hal tersebut
merupakan suatu kesalahan dan tidak sesuai dengan literatur karna sampel yang larut dalam air pasti
secara otomatis juga akan larut dalam HCl. Asam benzoat seharusnya larut dalam semua pelarut
karnaia merupakan senyawa polar. Hal yang sama juga terjadi pada fenol yaitu ia larut pada semua
pelarut yang menunjukkan bahwa fenol mempunyai sifat polar. Sementara anilin tidak larut pada
semua pelarut yang menunjukkan bahwa ia buka merupan senyawa polar (senyawa nonpolar).
Berikut merupakan struktur kimia dari sampel

Gambar 1.1. Struktur kimia anilin

Gambar 1.1. Struktur kimia fenol


Percobaan terakhir menguji bercampur tidaknya suatu pasangan bahan. Bahan yang
digunakan yaitu etanol, sikloheksana, aseton, etil asetat, dan kloroform yang masing-masing
dicampurkan dengan air. Hasil yang diperoleh adalah hanya etanol dan aseton yang dapat
bercampur dengan air sedangkan yang lain tidak. Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa sikloheksana, etil asetat, dan kloroform mempunyai tingkat kepolaran yang
rendah sehingga menyebabkan mereka tidak dapat bercampur dengan air yang sifatnya polar
Gambar 1.1. Struktur kimia sikloheksana

Gambar 1.1. Struktur kimia aseton

Gambar 1.1. Struktur kimia etil asetat

Gambar 1.1. Struktur kimia kloroform

Kesimpulan
Kelarutan dan bercampur tidaklah sama. Kelarutan mempunyai derajat kelarutan yaitu mulai
dari tidak larut hingga sangat larut sementara bercampur hanyalah bercampur dan tidak bercampur.
Dua bahan atau larutan akan larut jika sifat kepolarannya sama misalnya bahan polar akan larut
dengan pelarut yang juga polar. Bahan juga akan bercampur dengan pelarut jika keporannya sama.
Referensi
Anief, M., (2003). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: UGM-Press
Moechtar. 1989. Farmasi Fisik Bagian Larutan dan Dispersi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
Oxtoby dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Surabaya: Erlangga.
Roth, Hermann, J,.1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM-Press
ScienceLab. 2018. MSDS akuades. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS metanol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS heksana . [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS asam benzoat. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS 2-naftol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS kolesterol. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS etanol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS 1-butanol. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS ter-butanol. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS NaOH. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS HCl. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS anilin. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS fenol. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS sikloheksana. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses
pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS aseton. [Serial Online] http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId=
(diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS etil asetat. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
ScienceLab. 2018. MSDS kloroform. [Serial Online]
http://www.ScienceLab.com/msds.php?msdsId= (diakses pada tanggal 15 Oktober 2018)
Shevla. 1979. Buku Ajar Vogel Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pusaka.
Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Saran
Praktikan sebaiknya memahami prosedur dengan baik sehingga ketika melakukan percobaan
tidak akan banyak bertanya dan merasa bingung. Hal tersebut akan mengakibatkan durasi waktu
yang lebih panjang.

Nama praktikan
Cindy Eka Fitra Yuliana (171810301074)

Anda mungkin juga menyukai