Anda di halaman 1dari 16

Budidaya Singkong

Budidaya Singkong

1. SEJARAH SINGKAT

Budidaya Singkong - Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan
nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya
dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar,
India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya
dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi,
Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan
Andira 4

3. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung.
Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk
keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun
atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan
perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan
baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
4. SENTRA PENANAMAN
Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negaranegara sentra
ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia
di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5. SYARAT PETUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10
derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena
pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk
kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
5.2. Media Tanam
a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak
terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah
mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk
pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik
baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah
kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0
dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-
5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10�700 m dpl, sedangkan
toleransinya antara 10�1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian
tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan
1. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara
25�30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
3.

6.2. Pengolahan Media Tanam


1. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan
cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk
mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanamanlainnya
(tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang
sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela
pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat
dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya
harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume
produksi diatur seminimal mungkin.
2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma
(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan
untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang
bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak,
seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.

Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang
arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
3. Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau
pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan
tanaman.

4. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut,
perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan
(CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran
diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan
dengan pemberian pupuk kandang.
6.3. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering,
waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak
tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X
100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa
dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian
tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila
tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1. Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut
dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus
diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang
mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan
tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari
atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama
dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga
setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman
pertama dan tanaman sulaman.
2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu
(gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2
(dua) kali penyiangan.
3. Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah
itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan,
hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena
hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah
agar akar tidak kelihatan.
4. Perempalan/Pemangkasan
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena
minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon
tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.

5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis
Urea=133�200 kg; TSP=60�100 kg dan KCl=120�200 kg. Pupuk tersebut diberikan
pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat
tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
6. Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4�5 bulan hendaknya selalu
dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan
penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat
musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah.
Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah
perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu
sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida
paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis
pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan
dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan
ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena
serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.
8.

7. HAMA DAN PENYAKIT


7.1. Hama
a. Uret (Xylenthropus)
C iri: berada dalam akar dari tanaman.
Gejala : tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin
pada saat pengolahan lahan.
b. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
C iri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut.
Gejala : daun akan menjadi kering.
Pengendalian :menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.

7.2. Penyakit
a. Bercak daun bakteri
Penyebab : Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .
Gejala : bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering
dan akhirnya mati.
Pengendalian :menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman
yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
b. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri : hidup di daun, akar dan batang.
Gejala : daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi
langsung membusuk.
Pengendalian : melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1,
Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
c. Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab : jcendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun
mati.
Pengendalian : melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan
pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
d. Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab : cendawan yang hidup pada daun.
Gejala : adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian :memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian
tanaman yang sakit .

7.3. Gulma
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti
yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun
demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.

Khusus gulma dari golongan teki ( Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan
penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman
tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan
sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.

Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman
maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang
( Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit
(Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari
golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida
berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai
menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6�8 bulan
untuk varietas Genjah dan 9�12 bulan untuk varietas Dalam.
8.2. Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan
cangkul atau garpu tanah.
9. PASCA PANEN
9.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan
berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut
dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih
terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta
bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
9.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut.
Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun
ketela pohon itu sendiri.
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-
masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup
berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap
segar seperti aslinya.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam
pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-
karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau
maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung
tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai
ukuran, sesuai permintaan produsen.

Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka
diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam
maupun luar negeri.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya singkong seluas 1 hektar pola monokultur dalam satu musim tanam (8
bulan), dengan jarak tanam 100 X 100 cm (populasi + 9.998 tanaman) untuk daerah Jawa Barat pada
tahun 1999 adalah:

1) Biaya produksi
1. Sewa lahan per musim (lahan kering) Rp. 500.000,-
2. Bibit + 11.000 stek @ Rp 30,- Rp. 330.000,-
3. Pupuk
- Urea: 200 kg @ Rp 1.000,- Rp. 200.000,-
- TSP: 100 kg @ Rp 1.800,- Rp. 180.000,-
- KCl: 200 kg @ Rp 1.650,- Rp. 330.000,-
4. Pestisida: 2 kg (liter) @ Rp 50.000,- Rp. 100.000,-
5. Pajak dan peralatan Rp. 300.000,-
6. Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 70 HKP @ Rp 10.000,- Rp. 700.000,-
- Penanaman 5 HKP + 10 HKW Rp. 125.000,-
- Pemupukan 10 HKP +25 HKW Rp. 287.500,-
- Penyiangan dan pembubunan 20 HKP + 20 HKW Rp. 350.000,-
7. Panen dan pasca panen Rp. 250.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 3.652.500,-

2) Pendapatan 30.000 kg @ Rp 125,- Rp. 4.500.000,-


3) Keuntungan Rp. 847.500,-
4) Parameter kelayakan usaha =1,232
1. Rasio Out/Input
Catatan : HKP (Hari Kerja Pria); HKW (Hari Kerja Wanita)

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis


Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24 ton/ha (data tahun 1969-1978).
Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.

Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi karena adanya peningkatan
rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian, rata-rata produktivitas usaha tani ketela pohon
ditingkat petani (3 ton/ha) masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha).
Luas panen komoditas ketela pohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu tersebut
ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu, sekitar 58% dari total luas panen
per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.

Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor ketela pohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada
tahun 1994 jumlah tersebut sudah menjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka
maupun gaplek pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini
merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat
penandaan, cara pengemasan dan rekomendasi untuk tapioka.
11.2. Diskripsi
Standar mutu ketela pohon (tepung tapioka) di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional
Indonesia SNI 01-345-1994.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Syarat mutu terdiri dari dua bagian :
a) Syarat organoleptik
1. Sehat (sound).
2. Tidak berbau apek atau masam.
3. Murni.
4. Tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing.
b) Syarat Teknis
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=15; mutu II=15; mutu III=15.
2. Kadar abu maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
3. Serat dan benda asing maksimum (%): mutu I=0,60; mutu II=0,60; mutu III=0,60.
4. Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%): mutu I=94,5; mutu II=92,0; mutu III=92.
5. Kekentalan (Engler): mutu I=3-4; mutu II=2,5-3; mutu III<2,5.
6. Derajat asam maksimum (Ml IN Na): mutu I=3; mutu II=3; mutu III=3.
7. Cemaran logam: ** OH/100 gram
- Timbal (Pb) (mg/kg): mutu I=1,0; mutu II=1,0; mutu III=1,0.
- Tembaga (Cu) (mg/kg): mutu I=10,0; mutu II=10,0; mutu III=10,0.
- Seng (Zn) (mg/kg): mutu I=40; mutu II=40; mutu III=40.
- Raksa (Hg) (mg/kg): mutu I=0,05; mutu II=0,05; mutu III=0,05.
8. Arsen (AS) ** (mg/kg): mutu I=0,5; mutu II=0,5; mutu III=0,5.
9. Cemara Mikroba:**
- Angka lempeng total maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0 x100; mutu I=1,0x100; mutu
III=1,0x100.
- E. Coli maksimum(koloni/gram): mutu I=10; mutu II=10; mutu III=10.
- Kapang maksimum (koloni/gram): mutu I=1,0x104 ; mutu II=1,0x104; mutu III=1,0x104.

Keterangan:
** Dipersyaratkan bila dipergunakan sebagai bahan makanan.

1. Kadar air ialah jumlah kandungan air yang terdapat dalam ketela pohon dinyatakan dalam persen
dari berat bahan.
2. Kadar abu ialah banyaknya abu yang tersisa apabila tapioka dipijar pada suhu 500 derajat C yang
dinyatakan dalam persen berat bahan.
3. Serat, ialah bagian dari tapioka dalam bentuk cellulosa dan dinyatakan dalam persen berat bahan.
4. Benda asing ialah semua benda lain (pasir, kayu, kerikil, logam-logam kecil) yang tercampur
pada ketela pohon, dinyatakan dalam persen dari berat bahan.
5. Derajat putih, ialah tingkat atau derajat keputihan dari pada ketela pohon yang dibandingkan
dengan derajat putih BaSO4 = 100 % dinyatakan dalam angka.
6. Kekentalan ialah derajat kekentalanm dari pada larutan ketela pohon dinyatakan dengan derajat
Elger.
7. Derajat asam ialah derajat asam pada ketela pohon yang dinyatakan dalam mililiter per gram.

Untuk mendapatkan mutu singkong yang sesuai dengan standar maka harus dilakukan pengujian
mutu singkong yang diantaranya adalah :
a) Kadar air: timbang dengan teliti kira-kira 5 gram contoh, tempatkan dalam cawan
porselen/silika/platina panaskan dalam oven dengan suhu 105 � 1 derajat C selama 5 jam.
Dinginkan dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar, lalu timbang. Panaskan lagi 30 menit
lalu dinginkan dalam eksikator. Ulangi pengerjaan tersebut 3-4 kali sampai diperoleh berat
antara 2 penimbangan berturut-turut lebih kecil dari 0,001 gram.
b) Kadar abu: timbang 5 gram contoh kedalam cawan porselen,/silika/platina yang sudah
ditimbang beratnya. Pijarkan cawan berisi contoh diatas pembakar mecer kira-kira 1 jam, mula-
mula api kecil lalu api dibesarkan sampai terjadi perubahan contoh menjadi arang.
Sempurnakan pemijaran arang didalam tanur pada suhu 580-620 derajat C sampai menjadi abu.
Pindahkan cawan dalam tanur kedalam oven pada pada suhu sekitar 100 derajat C, selama 1
jam. Dinginkan cawan berisi abu dalam eksikator sampai tercapai suhu kamar antara 15-30
derajat C, lalu timbang. Ulangi pengerjaan pemijaran dan pendinginan, sehingga diperoleh
perbedaan berat antara dua pertimbangan berturut-turut lebih kecil daripada 0,001 gram.
c) Kadar serat dan benda asing: timbang kira-kira 2,5 gram contoh yang telah dikeringkalalu
dituangkan kedalam labu dengan ditambah asam sulfat encer 1,25% yang telah dididih
sebanyak 200 ml, pasangkan segera labu dengan pendingin balik yang dialiri air. Panaskan abu
hingga mendidih selama 30 menit, pada saat mendidih sesekali labu digoyangkan agar semua
contoh terasam dan tidak terjadi gosong pada dinding dalam labu. Tanggalkan labu, lalu saring
dengan kain halus 18 serat/cm yang dipasang pada corong penyaring. Cuci residu dengan air
mendidih sampai filtrat bersifat netral dan 200 ml larutan natrium hidroksida lalu pindahkan
residu di atas kain kedalam labu. Didihkan kembali labu selama 30 menit, lalu tanggalkan labu
dan segera saring dengan kain saring kemudian cuci residu dengan air mendidih sampai filtrat
bersifat netral. Pindahkan residu kedalam cawan Gooch yang telah dilapisi serat asbes dibantu
pompa air, cuci residu dengan air panas dan dibilas dengan 15 ml etil alkohol 95 %. Keringkan
cawan dan isinya pada suhu 104-106 derajat C dalam oven, kemudian dinginkan hingga
tercapai suhu kamar, lalu ditimbang. Ulangi pengeringan dan penurunan suhu dalam eksikator
2-3 kali masing-masing 30 menit hingga mencapai bobot tetap. Pijarkan cawan gooch dan
isinya pada suhu 580�620 derajat C sampai menjadi abu lalu tempatkan dalam oven (suhu �
100 derajat C) selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator sampai suhu kamar, lalu timbang.
Ulangi pengeringan dan penurunan suhu dalam eksikator 2-3 kali, masing masing 30 menit
hingga diperoleh bobot tetap (W2).
d) Derajat Putih: tuangkan BaSO4 murni kedalam cuvet dan tentukan reflaktan pada skala 100,
lalu tuangkan contoh kedalam cuvet lainnya.
e) Derajat kekentalan Engler: timbang 10 gram bahan, tuangkan edalam gelas piala (500 ml) lalu
tambahkan 100 ml etanol 70 % yang sudah dinetralkan dengan indikator phenol ptalein, lalu
kocok selama 1 jam pada alat penggosok mekanik natrium hidroksida 0,1 N. Saring dengan
cepat melalui kertas saring kering, pipet 50 ml saring, tuangkan kedalam erlenmeyer 500 ml dan
titar saringan dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N dengan indikator phenol ptalein.
f) Cemaran logam: masukan contoh kedalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml H2SO4, 0,5 gram KMn04
dan direfluks hingga mendidih serta warna violet hilang. Tamabah 0,2 gram KMn04 dan
pemanas diteruskan hingga KMn04 1,5 gram. Didihkan kembali selama 5 menit, dinginkan dan
tambahkan Hydroxylamine Hydrochoride samapi warna hilang, setelah itu tambahkan 1 ml
Hydroxylamine hydrochoride dan 2 ml asam asetan, pindahkan larutan kedalam labu pemisah
tambahkan 10 ml larutan Dhitizone, kocok selama 2 menit. Pindahkan lapisan chloroform ke
dalam corong pemisah yang mengandung 25 ml NH40H kemudian kocok, cuci dengan 10 ml
H2S04 IN dan buat larutan baku (larutkan 0,9155 grm Pb Ac2 3H20 dalam air, tambahkan 5 ml
HNO3 encerkan 500 ml dengan air), dari larutan ini diambil 1 ml diencerkan menjadi 100 ml.

Sedangkan cara uji tembaga dan seng, raksa, arsen, angka lempeng total, bakteri coliform dan
eschericia coli sesuai dengan SNI 01�3451�1994, tapioka.
11.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum
maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali, sampai mencapai berat 500
gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label. Petugas pengambil contoh harus orang yang telah
berpengalaman atau dilatih lebih dahulu.
11.5 Pengemasan
Tapioka dikemas dengan karung goni baru jenis ATWILL/Blacu yang baik, bersih, cukup memenuhi
syarat eksport, mulutnya dijahit dengan kuat. Isi paling banyak untuk karung blacu 50 kg bersih,
atau karung goni maksimum 100 kg/bersih. Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak
mudah luntur, jelas terbaca, antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau ekspiotir.
d) Berat bersih.
e) Berat kotor.
Negara/tempat tujuan.

f)

12. DAFTAR PUSTAKA


1. Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.
2. Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.
3. Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya Singkong dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius
(Anggota IKAPI), Yogyakarta.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara menanam singkong yang benar agar berbuah banyak - Singkong merupakan salah
satu tanaman umbi-umbian yang kerap kita jumpai di daerah pertanian. Tanaman singkong
merupakan bahan dasar pembuat tepung, dan juga banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan
bagi beberpa kalangan masyarakat seperti tiwul, singkong rebus, tape singkong, gatot, getuk,
dan masih banyak lagi. Tanaman singkong mungkin tidak memiliki harga yang tinggi seperti
tanaman pertanian lainnya seperti jagung namun bagi sebagian petani, tanaman singkong masih
menjadi pilihan untuk dibudidayakan karena biaya perwatan yang cukup murah dibanding
tanaman lainnya.

Beberapa keunggulan tanaman singkong dibanding tanaman pertanian lain adalah sebagai
berikut:

1. Daya tahan terhadap penyakit lebih kuat


2. Dapat bertahan hidup pada cuaca panas
3. Masa panen yang relatif lama sehingga bisa dijadikan untuk lumbung
4. Hampir semua bagian dari singkong dapat dimanfaatkan

Singkong memiliki 2 jenis secara umum yaitu Singkong manis dan singkong pahit. Singkong
manis dapat dikonsumsi atau dibuat makanan, singkong pahit harus hati-hati dalam
mengolahnya. Jika tidak mengetahui cara mengolah yang benar, singkong pahit dapat meracuni
karena kandungan sianida pada singkong.

Budidaya singkong dapat dilakukan dengan menggunakan biji dan stek, namun biasanya yang
dilakukan masyarakat adalah menggunakan metode stek batang. Untuk menanam singkong
secara benar dapat dilakukan dengan beberpa cara berikut.

Siapkan Lahan

Untuk menghasilkan buah yang banyak dan berukuran besar, tanaman singkong harus memiliki
ruang untuk akar-akarnya tumbuh. Oleh karena itu dalam menyiapkan lahan tanam harus
dilakukan penggemburan. Penggemburran lahan tanam singkong dapat menggunakan cangkul
(kapasitas tanam sedikit) atau menggunakan bajak/traktor (untuk kapasitas pertanian/industri).
Lahan yang sudah digemburkan dapat ditaburi pupuk kandang untuk menambah unsur hara
tanah dan menjadi nutrisi bagi tanaman untuk tumbuh subur. Tambahkan kapur jika tanah asam,
karena singkong akan tumbuh baik pada derajat keasaman tanah netral (pH: 5-8)

Siapkan Bibit

dalam menyiapkan bibit singkong, dapat dilakukan dengan memotong batang singkong menjadi
beberapa potongan dengan ukuran panjang sekitar 20cm. Batang singkong dapat dipotong lurus
juga dapat dipotong miring.

Batang singkong tang telah dipotong-potong

Menanam Bibit

Bibit yang telah dipotong dapat langsung ditanam ke lahan pertanian, tanamlah bibit singkong
dengan jarak 60 cm x 80cm (60cm jarak bibit dengan bibit yang lain : 80cm jarak antar
lajur/kolom). dalam menanam bibit singkong yang harus diperhatikan adalah arah tunas, jangan
sampai terbalik. Kita dapat melihat arah tunas di dekat buku-buku atau tonjolan bekas daun
singkong yang lepas. Pada posisi tersebit dapat terlihat anak tunas (sering disebut mata).
Pastikan anak tunas menghadap ke atas, agar tidak tumbuh terbalik.

Analisa Usaha Budidaya Singkong Manggu


Berikut ini kami sajikan analisa usaha budidaya singkong manggu dengan
populasi 8400 batang pohon per hektar yang menggunakan jarak tanam 1 x 1,2 m
disusun berdasarkan perhitungan hasil usaha real kebun kami di Desa Ambar Jaya
Kecamatan Ciambar Sukabumi Jawa Barat dalam 3 kali periode penanaman pada
tahun 2012 - 2014 :
1. Sewa lahan per hektar / tahun Rp. 3.000.000,-
2. Bibit Singkong Manggu 1400 batang (8.400 stek) Rp. 2.800.000,-
3. Pupuk kandang (Ayam/sapi/kambing) 150 karung (5 ton) Rp. 1.500.000,-
4. Pupuk Organik Cair / Pupuk Hayati 10 liter Rp. 980.000,-
4. Ongkos angkut bibit & pupuk kandang ke kebun Rp. 1.000.000,-
5. Pupuk urea bulan ke 2 (20 gr/pohon) total 168 kg x 2500 Rp. 420.000,-
6. Pupuk NPK - ponska bulan ke 2 (25 gr/pohon) total 210 kg x 3000 Rp.
630.000,-
7. Pupuk urea bulan ke 5 (20 gr/pohon) total 168 kg x 2500 Rp. 420.000,-
8. Pupuk NPK - ponska bulan ke 5 (25 gr/pohon) total 210 kg x 3000 Rp.
630.000,-
9. Upah tenaga kerja penyiangan lahan awal (20 hok x @ 50.000) Rp. 1.000.000,-
10. Upah tenaga kerja pengolahan lahan + gulud (40 hok x @ 50.000) Rp.
2.000.000,-
11. Upah tenaga kerja penebaran pupuk kandang (pupuk dasar) Rp. 500.000,-
12. Upah tenaga kerja penanaman stek bibit singkong manggu Rp. 500.000,-
13. Upah penyiraman (kocor) Pupuk Organik Cair ke stek bibit di lahan Rp.
1.000.000,-
14. Upah tenaga kerja penyiangan lahan bulan ke 2 Rp. 800.000,-
15. Upah tenaga kerja pemupukan kimia bulan ke 2 (ditugal) Rp. 750.000,-
16. Upah tenaga kerja penyiangan lahan bulan ke 5 Rp. 800.000,-
17. Upah tenaga kerja pemupukan kimia bulan ke 5 (ditugal) Rp. 750.000,-
18. Biaya panen meliputi cabut umbi, angkut, timbang & muat ke mobil Rp
6.000.000,-

Singkong merupakan bahan baku aneka industry antara lain; tepung mocaf, tapioka, gula cair,
bioetanol, makanan camilan, dan lain-lain. Agar kebutuhan industri berbasis singkong terpenuhi
dalam jumlah besar dan kontinu, maka penting sekali melakukan budidaya tanaman singkong atau
bermitra dengan para petani singkong. Budidaya singkong sendiri akan membantu mengatasi
kekurangan pasokan dan menekan kenaikan harga bahan baku singkong. Masa panen petani
singkong yang belum dimanaj dengan baik sehingga menyebabkan pasokan tidak teratur dan
mengakibatkan harga fluktuasi tinggi, hal ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas industry
berbasis singkong. Oleh karena itu para pelaku usaha, sebaiknya juga melakukan budidaya
singkong sendiri, selain bermitra dengan para petani atau suplier singkong.

Untuk melakukan budidaya tanaman singkong kita harus menentukan lokasi budidaya
yang tepat sehingga dicapai produkis optimal. Singkong merupakan tanaman tropis, tetapi dapat
pula beradaptasi dan tumbuh dengan baik di daerah sub-tropis. Tanaman singkong tidak menuntut
iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya. Secara umum, singkong dapat tumbuh dengan baik
pada iklim dengan curah hujan: 1500-2.500 mm/thn. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi
tanaman singkong sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan
umbinya. Tanaman singkong dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m dari permukaan air laut atau
di sub-tropis dengan suhu rata-rata 16 C˚. Pada ketinggian tempat sampai 300 m dpl, tanaman
singkong dapat menghasilkan umbi dengan baik, akan tetapi tidak menghasilkan bunga.
Sedangkan pada ketinggian tempat mencapai 800 m dpl tanaman singkong mampu menghasilkan
bunga dan biji. Bahan baku singkong yang didapat dari daerah dataran tinggi akan menghasilkan
rendemen yang tinggi dibandingkan singkong dari dataran rendah. Singkong yang ditanam pada
daerah yang curah hujannya rendah memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan
singkong yang ditanam pada daerah dengan curah hujan yang tinggi. Secara ekonomis, singkong
dengan kadar air tinggi kurang baik untuk pembuatan tepung mocaf.
Tanaman Singkong memerlukan media tanam sesuai agar menghasilkan produksi yang
maksimal. Media taman yang paling sesuai untuk tanaman singkong adalah tanah yang
berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, selain itu unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah. Tanaman singkong akan tumbuh dengan baik jika tanah subur dan
kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman
singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
Tanaman singkong akan tumbuh dengan baik pada lahan dengan derajad keasaman pH berkisar
antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Sedangkan tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu
berkisar 4,0-5,5, sehingga cukup netral bagi suburnya tanaman singkong. Teknik budidaya
tanaman singkong meliputi; pembibitan, pengolahan lahan, penaman, pemupukan, perawatan,
penanggulangan hama dan penyakit, penanganan pasca panen.

1). Pembibitan Singkong


Sebelum melakukan budidaya tanaman singkong, perlu dilakukan pemilihan bibit yang
berkualitas. Bibit singkong yang akan dikembangbiakan dipilih berasal dari tanaman induk yang
mempunyai karakteristik; produksi tinggi, kadar tepung tinggi, umur panen 7 - 9 bulan, tahan
terhadap hama dan penyakit, warna putih, kadar sianida-nya rendah. Bibit dengan kualitas baik
akan menghasilkan produksi yang tinggi dan kualitas singkong yang tinggi pula.
Pengembangbiakan tanaman singkong dapat dilakukan dengan cara stek. Batang tanaman
singkong yang akan digunakan untuk stek dipilih berdasarkan umur kurang lebih 7-12 bulan,
diameter 2,5-3cm, telah berkayu, lurus dan masih segar, panjang stek 20-25 cm, bagian pangkal
diruncingi agar memudahkan penanaman,kulit stek tidak terkelupas terutama pada bakal tunas.

2). Pengolahan Lahan


Sebelum melakukan penanaman bibit singkong, maka perlu dilakukan pengolahan tanah
terlebih dahulu agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang
dengan baik. Gulma dan sisa-sisa tanaman harus dibakar. Waktu mengerjakan tanah sebaiknya
pada saat tanah tidak dalam keadaan becek atau berair, agar struktur tanah tidak rusak.
Pengolahan tanah dibajak atau di cangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, diratakan
langsung ditanami atau di buat bedengan-bedengan atau guludan dan juga dibuat saluran
drainase, kemudian baru dapat ditanam.

3). Penanaman
Penanaman bibit singkong dapat dilakukan setelah bibit/stek dan tanah disiapkan. Waktu
yang baik untuk penanaman adalah permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan singkong
memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, setelah itu
kebutuhan akan air relatif lebih sedikit. Jarak tanam secara monokultur antara lain: 100 cm x 100
cm ; 100 cm x 60 cm. Cara menanam singkong sebaiknya stek tegak lurus atau minimal
membentuk sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalaman stek 10 - 15 cm.

4). Pemupukan
Untuk mencapai hasil yang tinggi perlu dilakukan pemupukan bisa dengan menggunakan
pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau ) dan pupuk an-organik (Urea, TSP,
KCL). Pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Tujuan utama
pemberian pupuk adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik diberikan
tergantung komposisi tanah. Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman singkong
adalah:
- Urea : 60 - 120 kg hl/ ha
- TSP : 30 kg P205/ ha
- KCL : 50 kg K20/ ha
Cara pemberian pupuk adalah Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCL., dan seluruh
dosis P (TSP) diberikan pada saat tanam, pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCL
diberikan pada saat tanaman berumur 3 - 4 bulan.

5). Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik,
seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan singkong meliputi Penyiangan dan
Pembumbunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu).
Penyiangan kedua dilakukan pada saat singkong berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan
pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga singkong
dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.

6). Penanggulangan Hama Dan Penyakit Tanaman Singkong

Hama pada tanaman singkong antara lain; tungau daun merah dan kumbang, sedangkan
penyakit yang sering menyerang tanaman singkong adalah layu bakteri dan bercak daun. Untuk
mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman singkong adalah; sanitasi lahan
setelah panen (sisa tanaman dibakar ), bibit yang digunakan sehat dari varietas tahan penyakit,
pengolahan tanah secara sempurna, pergantian tanaman dengan palawija/tanaman lainnya. Cara-
cara tersebut dapat secara efektif mengurangi serangan hama penyakit.

Anda mungkin juga menyukai