Anda di halaman 1dari 6

DEFINISI STRES

Stress adalah sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh


mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatua saat dapat dipengaruhi oleh
keshatan fisik manusia tersebut. Stress adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di
dalam lingkungan kita sendiri. Dengan kata lain, sesuatu yang terlihat sebagai ancaman bagi
anda mungkin tidak layak dipikirkan sedikitpun oleh salah satu rekan anda. Baik nyata
maupun imajinasi, persepsi terhadap stress sebenarnya berasal dari perasaan takut atau
marah. Perasaan ini dapat diekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah,
depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir atau apatis. Di tempat kerja perasaan ini
dapat muncul dengan sikap pesimis, tidak puas, produktivitas rendah, dan sering absen.
Emosi , sikap, dan perilaku kita yang terpengaruho stres dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius.

KATEGORI STRESS DI BEDAKAN MENJADI DUA YAITU

1. Stress Positif (Eustress)


Stres yang memiliki sisi positif (eustress) yang artinya pengalaman stres yang
berlebihan, cukup untuk menggerakkan dan motivasi orang agar dapat mencapai
tujuan, mengubah lingkungan mereka dan berhasil dalam menghadapi tantangan
hidup. Tipe stres yang memiliki tipe positif dapat memotifasi dan meningkatkan
kinerja.
2. Stress Negatif (Distress)
stres negatif dapat menyebabkan kecemasan dan menurunkan kinerja. Distress dapat
dibedakan menjadi dua bentuk : stress akut dan stres kronik. Stres akut mucul cukup
kuat tetapi menghilang dengan cepat. Misalnya : terlambat datang kerja. Disi lain stres
kronik tidak terlalu kuat tetapi dapat bertahan sampai berhari-hari, berminggu-
minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Misalnya : masalah keuangan, hubungan yang
buruk dengan teman kerja, dan kejenugan kerja.

KARAKTERISTIK STRESS

1. Respon stress
Istilah respon melawan atau menghindar dipakai mendeskripsikan mekanisme
terlibatnya dalam proses tubuh untuk bertahan terhadap sesuatu ancaman fisik. Dalam
kondisi stres, tubuh mempersiapkan diri untuk melakukan satu atau dua tindakan
berikut : melawan dan mempertahankan diri sendiri sari ancaman yang menghadang
atau lari dan menghindari bahaya yang menghalang. Respon melawan dipicu oleh rasa
marah, sebaliknya respon menghindar diawali oleh rasa takut. Secara khusus, kedua
respon tubuh tersebut menyebabkan jantung berdebar debar, pernapasan menjadi
cepat, keluar keringat berlebihan, ketgangan otot, dan laju metabolik tubuh meingkat.
Respon tubuh ini tidak akan berhenti sampai ancaman itu hilang dan tubuh kembali
tenang.
2. Melawan atau menghindar : Mekanisme pertahanan
Respon melawan atau menghindar akan muncul terutama jika tubuh secara fisik
berhadapan dengan ancaman.
STRESS KERJA

Stress kerja adalah respon adaptif, tanggapan, penyesuaian diri pada suatu kondisi anatar
individu dan lingkungan. Stress di tempat kerja bukanlah fenomena baru. Akan tetapi stres
kerja telah menjadi masalah manajemen yang sangat penting di dunia bisnis. Tiga dari lima
orang menyatakan bahwa stres kerja berhubungan langsung dengan masalah kesehatan akut
dan kronik sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat di tahun 1992 stres kerja
dijuluki sebagai penyakit abad ke-20.

Tahapan stres kerja

Menurut Hans Selye (1963) dalam Nurmiati Amir (Jiwa, Indonesia Phychiatric, Quarterly :
XXXII :4) bahwa ada tiga fase tahapan stres yaitu :

1. Tahap reaksi waspada, pada tahap ini dapat dilihat reaksi psikologis :fight or Flight
Syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu mengadakan reaksi
pertahanan terekspos pada stressor. Tanda fisik akan muncul seperti denyut nadi
meningkat dan akan terjadi ketegangan otot. Pada saat yang sama daya tahan tubuh
akan berkurang dan bahkan bila stressor sangat besar dan kuat.
2. Tahap melawan, pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme
penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk
mengatasi stressor. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang telah
dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali dalam keadaan
normal dan pada waktu yang sama pula tubuh menoba untuk mengatasi faktor-faktor
penyebab stres. Apabila proses fisiologis teratasi makan gelaja –gejala stres akan
menurun, tubuh akan secepat mungkin berusahan normal kembali. Tetapi jika streso
tidak dapat diatasi maka ketahanan tubuh beradaptasi akan habis dan individu tidak
akan sembuh.
3. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi apabila terdapat perpanjangan pada tahap awal stres
yang tubuh individu terbiasa. Energi penyesuaian akan terkuras dan individu tidak
dapat langi mengambil dari berbagai sumber penyesuaian yang digambarkan pada
tahap kedua. Bila tubuh tereskpos pada stressor yang sama pada waktu yang lama
secara terus menerus, maka tubuh yang semula telah terbiasa menyesuaiakan diri akan
kehabisan energi untuk beradaptasi.

Faktor - faktor penyebab stress kerja

Menurut Cooper (1995) Faktor penyebab stres yaitu :

1. Lingkuangan kerja : kondisi lingkuangan kerja yang buruk berpotensi menyebabkan


pekerja mudah sakit, mengalami stres, dan menurunkan produktivitas kerja.
2. Overload (beban kerja berlebihan) : beban kerja berlebihan secara kuantitatif bila
tarjer kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan akibatnya mudah lelah
dan berada dalam ketegangan tinggi. Beban kerja berlebihan secara kualitatif bila
pekerja memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
3. Deprivatonal stress : yaitu pekerjaan yang tidak menantang atau tidak menarik lagi
bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidak puasan
dan lain sebagainya.
4. Pekerjaan beisiko tinggi yaitu pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan.

Gelaja-Gelaja Stres

Menurut Anogara (2001) gejala stres yaitu :

a. Menjadi mudah marah dan tersinggung


b. Bertindak secara agresif dan desensif
c. Merasa selalu lelah
d. Sukar konsentrasu, pelupa
e. Jantung berdebar-debar
f. Otot tegang
g. Nyeri sendi
h. Sakit kepala, perut dan diare

Cara mencegah terjadinya stress kerja

Cara mencegah stress menurut Sauter (1990) yaitu :

1. Beban kerja fisik, maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya
beban berlebihan maupun yang ringan
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
jawan diluar pekerjaan
3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan kemampuan keahlia.
4. Membentuk lingkuna sosial yang sehat yaitu anatara pekerja satu dengan
pekerja yang lain, suprvisior, yang baik dan sehat dalam organisasi
5. Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
semepatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.

Manajemen Stres Kerja

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Memanajemi stres berarti berusaha mencegah timbulnya stres,
meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stres.

Menurut Robbins & Judge (2011 : 377 – 378), manajamen stres kerja sebagai suatu
program penggunaan sumber daya manusia untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan
stres dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stres dan mengetahui teknik – teknik
mengelola stres melalui pendekatan individual dan organisasional. Manajemen stres kerja
didalam penanganannya terdapat dua pendekatan yaitu dengan pendekatan individual dan
pendekatan organisasional. Teknik dari dua pendekatan tersebut yang bisa dilakukan oleh
karyawan maupun perusahaan yang terlebih dahulu mengetahui penyebab stres kerja pada
karyawan.

Pengelolaan stres di perusahaan terdapat 2 pendekatan menurut Robbins dan Judge (2011 :
377 – 381) yaitu :

1. Pendekaran Individual Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengurangi stres.
strategi individual yang telah terbukti efektif meliputi penerapan manajemen waktu,
penambahan waktu olah raga, pelatihan relaksasi, dan perluasan jaringan dukungan
sosial. Pemahaman dan pemanfaatan prinsip – prinsip dasar manajemen waktu dapat
membantu individu mengatasi ketegangan akibat tuntutan kerja secara lebih baik.
2. Pendekatan Organisasional Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan
tugas dan tuntuan peran dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang bisa manajemen
pertimbangkan meliputi :
a. Seleksi personel dan penempatan kerja yang lebih baik. Individu – individu yang
pengalamannya sedikit atau orang yang pusat kendalinya eksternal lebih mudah
stres. Keputusan seleksi dan penempatan harus mempertimbangkan kenyataan ini.
b. Pelatihan dapat meningkatkan keyakinan diri seorang individu dan dengan
demikian memperkecil kendala pekerjaan.
c. Penetapan tujuan yang realistis. Orang akan berkinerja lebih baik ketika memeliki
tujuan yang spesifik serta menantang dan menerima umpan balik mengenai
seberapa baik kemajuan mereka dalam mencapainya.
d. Pendesainan ulang pekerjaan. Tujuannya untuk memberi karyawan tanggung jawab
yang lebih besar, pekerjaan yang lebih bermakna, otonomi yang lebih banyak, dan
umpan balik yang meningkat dapat mengurangi stres karena faktor – faktor ini
memberi karyawan kendali lebih besar atas kegiatam kerja dan memperkecil
ketergantungan mereka kepada orang lain.
e. Peningkatan keterlibatan karyawan. Memberi pada karyawan hak suara dalam
pengambilan keputusan yang berpengaruh langsung terhadap kinerja mereka,
manajemen meningkatkan kendali yang dipegang karyawan dan mengurangi stres
peran ini. Sehingga, manajer sebaiknya mempertimbangkan untuk meningkatkan
keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan.
f. Perbaikan komunikasi organisasi. Meningkatkan komunikasi organisasi formal
dengan karyawan dapat menurunkan ketidakpastian kerena memangkas ambiguitas
dan konflik peran.
g. Penawaran cuti panjang atau masa sabatikal (biasanya untuk penelitan, kuliah, atau
bepergian) kepada karyawan. Cuti ini lamanya berkisar dari beberapa minggu
hingga beberapa bulan memungkinkan karyawan untuk bepergian, santai, atau
mengejar proyek pribadi yang butuh waktu lebih panjang daripada waktu libur
normal selama beberapa minggu.
h. Penyelenggaraan program – program kesejahteraan perusahaan. Program ini
berfokus pada kondisi fisik dan mental karyawan secara keseluruhan. Contoh,
diselenggarakan program untuk membantu karyawan berhenti merokok,
mengendalikan pemakaian alkohol, menurunkan berat badan, makanan yang lebih
sehat.
REFERENSI

Council, N. S. (2003). Manajemen Stres. (D. Yulianti, Ed.) Jakarta: EGC.

Prihatini, L. D. (2007). Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat Di
Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.

Sukoco, I., & Bintang, M. R. (2017). The Analysys Of Stress Management In Press
Companie : Study Of PJTV. AdBispreneur , 2, 263-278.

Robbins, Stephen P dan Timothy A Judge. (2011). Perilaku Organisasi. Edisi Keduabelas.
Jakarta: Salemba empat

Nurmiati, A. Stres dan Hubungan dengan Gangguan Kardiovacular. Jiwa, Majalah


Pasikiatri, Tahun XXXII, No. 4. Yayasan kesehatan Jiwa

Anogara, P. (2001). Psikologi kerja. Rineka Cipta : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai