PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi
karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan
Pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi
Pendarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah
anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri
menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
kelahiran bayi (Ripley, 1999).
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Apri, 2007).
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang
sebenarnya belum terlepas dari uterus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari atonia uteri ?
2. Apa penyebab terjadinya atonia uteri ?
3. Apa faktor predisposisi dari atonia uteri ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari atonia uteri
2. Mengetahui penyebab dari atonia uteri
3. Mengetahui faktor predisposisi atonia uteri
BAB II
PEMBAHASAN
3. Fundus uteri naik disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
menggumpal
4. Terdapat tanda-tanda syok tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, mual dan lain-lain.
D. FAKTOR PREDISPOSIS
1. Distensi rahim yang berlebihan
Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain:
kehamilan ganda
poli hidramnion
makrosomia janin (janin besar)
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan
uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.
2. Pemanjangan masa persalinan (partus lama) dan sulit
Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot rahim
tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.
3. Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)
Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali
teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah
plasenta lahir.
Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma
intra mular, dimana mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus
berkontraksi.
Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya kehamilan, ataupun juga
terlalu lama menahan beban janin di dalamnya menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk
berkontraksi.
7. Infeksi intrapartum
Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang potensial akan
menjalar pada otot uterus sehingga menjadi infeksi dan menyebabkan gangguan untuk
melakukan kontraksi.
Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi dalam kondisi
relaksasi yang berlebih, sehingga saat dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau
terganggu. Demikian juga dengan magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan
kejang pada preeklamsi/eklamsi yang berfungsi sebagai sedativa atau penenang.
E. PATOFISIOLIGI
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah
sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat
gangguan fungsi myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama
perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali
tidak disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak
hal harus menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.
F. PENCEGAHAN ATONIA UTERI
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum
lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen
aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat,
dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.
Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III
harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit
IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika
untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-
acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10
menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan
oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif
dibanding oksitosin.
G. MENEJEMEN ATONIA UTERI
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring
jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch
perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15
detik).
o Jika uterus berkontraksi
Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah
perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
o Jika uterus tidak berkontraksi maka : Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban
dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
o Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan
dan pantau kala empat dengan ketat.
o Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan
kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2
mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16
atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat
mungkin; Ulangi KBI
o Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
o Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.
Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan
meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin
menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyababkan
tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat
infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU
intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu
nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya
adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-
90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi
batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan
segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan
benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-
3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum
latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi
harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3
cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika
terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi
kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina
atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah
rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan
perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan
kondisi pasien.
Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher
B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan
pospartum akibat atonia uteri.
Histerektomi
H. PENATALAKSANAAN
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penanganan kasus atonia uteri:
Berikan 10 unit oksitosin IM
Lakukan massage uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi dengan
teknik aseptik apakah plasenta utuh. Pemeriksaan menggunakan sarung tangan DTT atau
steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput
ketuban yang tertinggal.
Periksa kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi atau gunakan teknik
aseptik untuk memasang kateter ke dalam kandung kemih (menggunakan kateter karet
steril/DTT)
Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan KBI selama maksimal 5 menit atau hingga
perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
Anjurkan keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan
Jika perdarahan bisa dihentikan dan uterus berkontraksi baik, teruskan KBI selama 1-2
menit
Keluarkan tangan dengan hati-hati dari vagina
Pantau kala IV dengan seksama, termasuk sering melakukan masase, mengamati
perdarahan, tekanan darah dan nadi
Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit
setelah dimulainya KBI, ajari salah satu keluarga melakukan KBE
Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
Jika tidak ada tanda-tanda hipertensi pada ibu, berikan methergin 0,2 mg IM
Mulai infus RL 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16/18 G)
dengan teknik aaseptik. Berikan 500cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV
RL + 20 unit oksitosin kedua
Jika uterus tetap tidak kontraksi maka ulangi KBI
Jika berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan
seksama
Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera
Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan infus dengan kecepatan 500cc/jam hingga ibu
mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian turunkan hingga 125cc/jam.
BAB III
A. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia
3. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
berlebihan,
Rencana intervensi Rasional
Nyeri berhubungan dengan trauma atau Membantu dalam membuat
distensi jaringan rencana perawatan yang tepat dan
Tinjau ulang catatan kehamilan dan memberikan kesempatan untuk
persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor mencegah dan membatasi
penyebab atau pemberat pada situasi terjadinya komplikasi.
hemoragi (misalnya laserasi, fragmen Perkiraan kehilangan darah, arteial
plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, versus vena, dan adanya bekuan-
emboli cairan amnion atau retensi janin mati bekuan membantu membuat
selama lebih dari 5 minggu) diagnosa banding dan menentukan
Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi kebutuhan penggantian.
perdarahan; timbang dan hitung pembalut, Derajat kontraktilitas uterus
simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi membantu dalam diagnosa
oleh perawat. banding. Peningkatan kontraktilitas
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas miometrium dapat menurunkan
uterus. Dengan perlahan masase penonjolan kehilangan darah. Penempatan satu
uterus dengan satu tangan sambil tangan diatas simphisis pubis
menempatkan tangan kedua diatas simpisis mencegah kemungkinan inversi
pubis. uterus selama masase.
Perhatikan hipotensi atau takikardi, Tanda-tanda ini menunjukan
perlambatan pengisian kapiler atau sianosis hipovolemi dan terjadinya syok.
dasar kuku, membran mukosa dan bibir. Perubahan pada tekanan darah
Pantau parameter hemodinamik seperti tidak dapat dideteksi sampai
tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri volume cairan telah menurun
pulmonal bila ada. sampai 30 - 50%. Sianosis adalah
Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan tanda akhir dari hipoksia.
20-30 derajat dan tubuh horizontal. Memberikan pengukuran lebih
Pertahankan aturan puasa saat menentuka langsung dari volume sirkulasi dan
status/kebutuhan klien. kebutuhan penggantian.
Pantau masukan dan keluaran, perhatikan Perdarahan dapat menurunkan atau
berat jenis urin. menghentikan reduksi aktivitas.
Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan Pengubahan posisi yang tepat
bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau meningkatkan aliran balik vena,
rektal menjamin persediaan darah keotak
Berikan lingkungan yang tenang dan dan organ vital lainnya lebih besar.
dukungan psikologis Mencegah aspirasi isi lambung
Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan dalam kejadian dimana sensorium
penuh pada vagina. Berikan tekanan balik berubah dan/atau intervensi
pada laserasi labial atau perineal. pembedahan diperlukan.
Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi Bermanfaat dalam memperkirakan
sedikit dari myometrium dengan jaringan luas/signifikansi kehilangan cairan.
plasenta), HKK atau abrupsio placenta Volume perfusi/sirkulasi adekuat
terhadap tanda-tanda KID. ditunjukan dengan keluaran 30 –
Mulai Infus I atau 2 i.v dari cairan isotonik 50 ml/jam atau lebih besar.
atau elektrolit dengan kateter !8 G atau Dapat meningkatkan hemoragi bila
melalui jalur vena sentral. Berikan darah laserasi servikal, vaginal atau
lengkap atau produk darah (plasma, perineal atau hematoma terjadi.
kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Meningkatkan relaksasi,
Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai menurunkan ancietas dan
indikasi : Hb dan Ht. kebutuhan metabolik.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Haematoma sering merupakan
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, akibat dari perdarahan lanjut pada
Prostaglandin F2 alfa laserasi jalan lahir.
Tromboplastin dilepaskan selama
upaya pengangkatan placenta
secara manual yang dapat
mengakibatkan koagulopati.
Perlu untuk infus cepat atau
multipel dari cairan atau produk
darah untuk meningkatkan volume
sirkulasi dan mencegah
pembekuan.
Membantu dalam menentukan
kehilangan darah. Setiap ml darah
membawa 0,5 mg Hb.
Beberapa penelitian melaporkan
penggunaan MGSO4 memudahkan
relaksasi uterus selama
pemeriksaan manual.
Antibiotok bertindak secara
profilaktik untuk mencegah infeksi
atau mungkin perlu diperlukan
untuk infeksi yang disebabkan atau
diperberat pada subinvolusi uterus
atau hemoragi.
Meningkatkan kontraktilitas dari
uterus yang menonjol dan
miometrium, menutup sinus vena
yang terpajan, dan menghentikan
hemoragi pada adanya atonia.
Magnesium sulfat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Etiologi
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak berkontraksi secara
terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta tidak dapat
dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
B. Saran