Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK II
Pembuatan Senyawa Koordinasi [Ni{NH3}6]I2

Disusun Oleh:

Kelompok : 4 (Empat)
Anggota : 1. Novianti (06101181621064)
2. Nurhabibillah (06101181621004)
3. Putri Widia (06101181621012)
4. Sari Kusumawati (06101181621056)
5. Mutia (06101281621020)
6. Ela Novita Sari (06101281621061)

Dosen Pembimbing : Drs. M. Hadeli., L. M.Si

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
I. Nomor Percobaan : 4 (Empat)
II. Judul Percobaan : Pembuatan Senyawa Koordinasi, [Ni{NH3}6]I2
III. Tujuan percobaan : Mempelajari pembuatan senyawa koordinasi
[Ni{NH3}6]I2
IV. Dasar Teori
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu
ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat(central metal cation)
berupa logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion
atau molekul netral yang disebut ligan (ligands). Agar senyawa kompleks dapat
bermuatan netral, maka ion kompleks dari senyawa tersebut, akan bergabung
dengan ion lain yang disebut counter ion. Jika ion kompleks bermu-atan positif,
maka counter ion pasti akan bermuatan negative dan sebaliknya.
Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi
pendonor (donator) elektron. Sementara itu, kation logam transisi merupakan
asam Lewis yang berperan sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan
demikian, terjadi ikatan kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation
logam transisi pada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi
kekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron
bebas (PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah
H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam
transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah
dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan
koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang
sering dijumpai adalah 4 dan 6. Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki
pasangan elektron bebas (PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi
monodentat, bidentat, dan polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat
(mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-
NH2, sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh ligan bidentat
(mendonorkan dua pasang elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering disebut
sebagai agen chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam
transisi dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian,
bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion
[Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0
(nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu
ion kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa
ionik pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan
awalan di-, tri, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan
Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran at.

 Senyawa Nikel(II)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri
oktahedrom, hanya sedikit mengadopsi geometri tertrahedron dan bujursangkar.
Ion heksaakuanikel(II) berwarna hijau; penambahan amonia menghasilkan ion
biru heksaaminanikel(II) menurut persamaan reaksi :
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq)  [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O (l)
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II)
menghasilkan endapan gelatin hijau nikel(II) hidroksida menurut persamaan
reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH-  [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri
tertrahedron yaitu halide, misalnya ion tertrakloronikelat(II) yang berwarna biru.
Senyawa kompleks ini terbentuk dari penambahan HCl pekat kedalam larutan
garam nikel(II) dala air menurut persamaan reaksi:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq)  [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
Hijau biru
Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat(II). [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis
(dimetilglioksimato) nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink.
Warna yang karakteristik pada kompleks yang di kedua ini merupakan reaksi
penguji terhadap ion nikel(II) ; senyawa kompleks ini dapat diperoleh dari
penambahan larutan dimetilglikosim (C4N2O2H8 = DMGH) ke dalam larutan
nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan
reaksi: [Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMGH (aq) + 2OH-  [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor
yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-
kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga. Nikel digunakan
secara besar-besaran untuk pembuatan baja tahan karat dan alloy lain yang
bersifat tahan korosi, seperti Invar, Monel, Inconel, dan Hastelloys. Alloy
tembaga-nikel berbentuk tabung banyak digunakan untuk pembuatan instalasi
proses penghilangan garam untuk mengubah air laut menjadi air segar.

 Senyawa Iodida
Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap
pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk
senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang
kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod
mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau karbon disulfida yang
kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut
dalam air. Ada 30 isotop yang sudah dikenali. Tapi hanya satu isotop yang stabil,
127 131
I yang terdapat di alam. Isotop buatan I, memiliki masa paruh waktu 8 hari,
dan digunakan dalam proses penyembuhan kelenjar tiroid. Senyawa yang paling
umum adalah iodida dari natrium dan kalium (KI), juga senyawa iodatnya
(KIO3). Kekurangan iod dapat menyebabkan penyakit gondok.
Senyawa iod sangat penting dalam kimia organik dan sangat berguna
dalam dunia pengobatan. Iodida dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan
sebagai obat, dan sebagai larutan KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai
pembalut luar. Kalium iodida juga digunakan dalam fotografi. Warna biru tua
dengan larutan kanji merupakan karakteristik unsur bebas iod.

V. Alat dan Bahan


Alat
- Beaker gelas 100 mL
- Batang pengaduk
- Corong Hirsch
- Kertas saring
- Silinder pengukur 10 mL
- Tabung reaksi dengan label
Bahan
- H2O2 3%
- Ammonia 1 M
- Etanol
- Nikel klorida heksahidrat
- Potassium iodide
- Indikator amilum

VI. Prosedur Percobaan


1. Larutkan 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam gelas beker yang berisi 5 mL
air.
2. Letakkan gelas beker tersebut dalam lemari asam dan tambahkan 10 mL
larutan NH3 pekat (15 M).
3. Tambahkan ke dalam campuran tersebut 2,6 gr potassium iodide. Biarkan
campuran tersebut beberapa menit.
4. Kumpulkan kristal yang terbentuk dalam corong Hirsch, cuci 2 kali dengan 2
mL larutan etanol 1:1 dan kemudian tambahkan 2 mL etanol.
5. Keringkan kristal di udara terbuka dengan diangin-angin selama beberapa
menit.
6. Pindahkan kristal-kristal yang telah kering tersebut ke dalam kertas saring.
7. Pindahkan kelebihan pelarut yang ada dengan menekan atau memampatkan
kristal-kristal tersebut diantara 2 lembar kertas saring.
8. Pindahkan hasilnya ke dalam tabung yang telah ditimbang beratnya dan
diberi label. Timbang berat tabung beserta isinya dan hitunglah persentase
berat yang dihasilkan berdasarkan jumlah nikel klorida heksahidrat yang
digunakan.
9. Lakukan tes pengujian adanya ion nikel dengan cara: larutkan sedikit sampel
(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan NH3 (5 M) dan kemudian
tambahkan 5 tetes larutan dimetil glioksim, maka akan terbentuk endapan
merah strawberry bila larutan mengandung nikel (II).
10. Lakukan tes pengujian adanya ion iodide dengan cara: larutkan sedikit sampel
(0,1 gr dalam 0,5 mL air) tambahkan 2 tetes larutan asam sulfat 5 M,
kemudian tambahkan larutan H2O2 3%. Ujilah larutan tersebut dengan
indikator amilum. Timbulnya warna biru kehitam-hitaman menunjukkan
bahwa dalam larutan tersebut mengandung iodin.

VII. Hasil Pengamatan


No Perlakuan Pengamatan
1. 1 gram Nikel Klorida Nikel klorida (hijau) + air (tak
heksahidrat + 5 mL air berwarna)  nikel larut dalam air dan
(Campuran 1) larutan berwarna hijau.
2. (Campuran 1) + 10 mL NH3 Campuran (hijau) + NH3 (tak
14,8 M berwarna)  larutan biru tua
(Campuran 2)
3. (Campuran 2) + KI 2,6 gr Campuran (biru) + KI (s) (putih) 
larutan ungu setelah didiamkan
endapan ungu
4. Kristal disaring dan dicuci Endapan ungu, larutan bening
dengan etanol 1:1 + 2 ml etanol
5. Kristal dikeringkan Kristal mengering berwarna ungu
6. Pindahkan kristal dan ditimbang Massa kertas saring = 0,38 gr
Massa kertas saring + kristal = 3,5 gr
Massa Kristal = 3,5 gr – 0,38 gr
= 3, 12 gr
7. Uji Nikel Kristal ungu + air  larutan biru
0,001 gr kristal larutkan dalam keunguan
0,5 mL air + 2 tetes NH3 + 5 larutan biru + NH3  larutan biru
tetes dimetil glioksim muda keunguan
larutan biru muda + dimetil glioksim
 Campuran berwarna merah
strawberry, ketika didiamkan beberapa
saat larutan ungu endapan merah
strawberry
8. Uji Iodida Kristal ungu + air  larutan biru
0,001 gr kristal larutkan dalam keunguan
0,5 mL air + 2 tetes H2SO4 5 M Larutan biru + H2SO4  larutan
+ H2O2 3% dan uji dengan semakin biru
indikator amilum Larutan biru + H2O2 3%  larutan
kehijauan
Larutan hijau + amilum  biru
kehitaman

VIII. Persamaan Reaksi


- Reaksi pembentukan senyawa koordinasi
NiCl3 (s) + 6H2O (s) → NiCl3.6H2O (aq)
NiCl3.6H2O (aq) → Ni 3+ (aq) + 3Cl- (aq) + 6H2O (aq)
Ni 2+ (aq) + 2NH3 (aq) + 2H2O (aq) → Ni(OH)2 (s) ↓ + 2NH4+ (aq)
Ni(OH)2 (s) + 6NH3 (aq) → [Ni{NH3}6] 2+ (aq) + 2OH- (aq)
[Ni(NH3)] 2+ (aq) + 2KI (aq) + 2OH- (aq) → [Ni{NH3}6]I2 (s) ↓ + 2KOH (aq)
- Pengujian Ion Nikel
[Ni{NH3}6]I2 (s) + 2H2O (l) + NH3 (aq) → Ni 2+ (aq) + 7NH3 (aq) + 2I- (aq) + 2OH-
(aq) + 2H+(aq)
CH3-C=N-OH
Ni 2+(aq) + 2 + 2OH- (aq) → Ni(C4H7N2O2)2 (s)↓ + 2H2O(l)
CH3-C=N-OH (aq)
(dimetil glioksim) (nikel dimetil glioksim)

- Pengujian Ion Iod


[Ni{NH3}6]I2(s) + H2O(l) + H2SO4(aq) → [Ni{NH3}6]2+(s) + 2I- (aq) + H2SO4(aq) +
H2O(aq)
H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) → I2 (aq) + 2H2O (aq)

IX. Analisa Data


Dik : Massa NiCl3 = 1 gr
Mr NiCl3 = 165,069 gr/mol
1 gr
n NiCl3 = 165,069 = 0,006 mol
gr/mol

Massa H2O =ρ.V


= 0,996 gr/ml. 5 ml
= 4,98 gr

4,98 gr
n H2O = = 0,277 mol
18 gr/mol

n NH3 = V. M
= 0,01 L. 14,8 M
= 0,148 mol
Massa KI = 2,6 gr
2,6 gr
n KI = 166 gr/mol = 0,0157 mol
Reaksi Pembentukan :
NiCl3 (s) + 6 H2O (s) → Ni 3+ (aq) + 3 Cl- (aq) + 6H2O (aq)
M: 0,006 0,277 - - -
R: 0,006 0,006 0,006 0,006
S: - 0,221 0,006 0,006 0,006

Ni 2+ (aq) + 6 NH3 (aq) → [Ni{NH3}6] 2+ (aq)


M: 0,006 0,148 -
R: 0,006 0,006 0,006
S: - 0,142 0,006

[Ni (NH3)] 2+ (aq) + 2 KI (aq) + 2 OH- (aq) → [Ni{NH3}6]I2 (s) + 2 KOH (aq)
M 0,006 0,0157 0,006 - -
R 0,006 0,006 0,006 0,006 0,006
S - 0,0097 - 0,006 0,006

 Massa [Ni{NH3}6]I2 secara teori = n . Mr


= 0.006 mol . 414,518 gr/mol
= 2,49 gr

 Massa [Ni{NH3}6]I2 secara praktek


Massa kertas saring = 0,38 gr
Massa kertas saring + kristal = 3,5 gr
Massa Kristal = 3,5 gr – 0,38 gr
= 3, 12 gr

% Kesalahan = produk secara teori – produk secara praktek x 100 %


Produk secara teori
2,49 gr – 3,12 gr
=| |x 100 %
2,49 𝑔𝑟

= 28, 71 %
X. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana cara pembuatan
senyawa koordinasi [Ni{NH3}6]I2. [Ni{NH3}6]I2 merupakan salah satu contoh
senyawa kompleks Ni2+ dengan bilangan koordinasi 6 dan relative dapat dipelajari
cara kristalisasinya. Pada percobaan ini akan dilakukan dua uji terhadap senyawa
kompleks [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk yaitu uji Nikel dan uji Iodida. Hal pertama
yang harus dilakukan yaitu membuat senyawa kompleks Ni2+, dengan melarukan
1 gram nikel klorida heksahidrat ke dalam 5 ml air , padatan nikel klorida
heksahidrat larut dalam air maka terbentuk larutan NiCl3.6H2O berwarna hijau.
Kemudian kedalam larutan NiCl3.6H2O ditambahkan 10 ml larutan NH3 pekat (15
M) menghasilkan larutan berwarna biru, proses penambahan dilakukan di lemari
asam karena larutan yang digunakan berkonsentrasi tinggi. Selanjutnya, ke dalam
campuran tersebut ditambahkan Potassium iodida (KI) sebanyak 2,6 gram
menghasilkan larutan berwarna ungu muda dan terdapat endapan, kemudian
setelah didiamkan beberapa saat endapan atau Kristal berwarna ungu dan larutan
tidak berwarna. Kristal yang terbentuk inilah yang merupakan senyawa
koordinasi [Ni{NH3}6]I2. Tahap selanjutnya yaitu memisahkan filtrat dengan
kristal yang terbentuk melalui metode penyaringan menggunakan kertas saring
dan corong gelas. Lalu kristal dicuci dengan etanol 2 ml sebanyak 2 kali
tujuannya agar kristal yang diperoleh lebih murni. Etanol berperan sebagai
pelarut, Etanol sendiri dipilih karena memiliki titik didih rendah sehingga mudah
menguap dan mengakibatkan mudah tebentuknya kristal. Selain itu, etanol tidak
bereaksi dengan endapan yang diperoleh. Larutan etanol akan membersihkan
kristal-kristal [Ni{NH3}6]I2 yang terbentuk dengan mengikat sisa-sisa air dan
KOH yang tersisa pada endapan tersebut. Kemudian Kristal [Ni{NH3}6]I2
dikeringkan dengan diangin-anginkan selama beberapa menit. Kristal yang
terbentuk juga dimampatkan atau ditekan diantara 2 lembar kertas saring guna
mengurangi kebihan pelarut, setelah kristal kering dilakukan uji Nikel dan uji
Iodida. Sebelum pengujian, kristal ditimbang terlebih dahulu. Hasil yang
diperoleh berat kristal + kertas saring yaitu 3,50 gram, berat kertas saring yaitu
0,38 gram, maka berat kristal adalah 3,12 gram. Secara teori perhitungan berat
kristal [Ni{NH3}6]I2 sebesar 2,49 gram sedangkan secara praktik diperoleh berat
sebesar 3,12 gram maka persen error untuk percobaan ini yaitu 28, 71 %. Persen
kesalahan cukup besar, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kurang teliti praktikan dalam menimbang massa bahan seperti NiCl3 dan KI,
kristal [Ni{NH3}6]I2 belum terlalu kering sehingga mempengaruhi beratnya ketika
ditimbang, kurang maksimalnya proses penyaringan yang dilakukan, dan terlalu
lamanya waktu yang digunakan saat mendiamkan campuran setelah penambahan
KI, sehingga ada kemungkinan endapan [Ni{NH3}6]I2 yang sudah terbentuk
melarut kembali.
Pada uji Nikel, kristal [Ni{NH3}6]I2, diambil secukupnya kemudian
dilarutkan dalam 0,5 ml air menghasilkan larutan biru keunguan, kemudian
ditambah dengan 2 tetes NH3 (5M) menghasilkan larutan biru muda keunguan,
selanjutnya ditambah dengan 5 tetes Dimetil Glioksim menghasilkan larutan
berwarna merah strawberry, ketika didiamkan beberapa saat larutan berwarna
ungu dan endapan merah strawberry. Endapan merah strawberry ini menunjukkan
adanya ion nikel dalam larutan itu. Endapan merah strawberry ini merupakan
Nikel Dimetilglioksim dengan rumus kimia Ni(C4H7N2O2)3, terbentuk dari larutan
yang tepat basa dengan ammonia. Penambahan ammonia pada uji Nikel yaitu agar
larutan berada dalam suasana basa. Terakhir adalah uji iodida, kristal
[Ni{NH3}6]I2 secukupnya dilarutan air menghasilkan larutan berwarna biru
keunguan, kemudian ditambahkan dengan 2 tetes H2SO4 larutan semakin biru.
Asam sulfat berfungsi sebagai pemberi suasana asam pada larutan, sehingga akan
mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksidasi.
Kemudian ditambahkan dengan H202 3% menghasilkan larutan kehijauan,
selanjutnya ditambahkan dengan larutan amilum Setelah ditambahkan amilum,
larutan berubah warna menjadi biru kehitaman. Warna inilah yang menunjukkan
adanya ion iodida pada larutan tersebut. Larutan amilum berfungsi sebagai
indikator.
XI. Kesimpulan
1. Penggunaan etanol pada proses pembentukan senyawa koordinasi
[Ni{NH3}6]I2 bertujuan agar kristal yang diperoleh lebih murni karena
etanol akan mengikat sisa-sisa air dan KOH yang tersisa pada endapan
yang terbentuk.
2. Penambahan ammonia pada uji Nikel berfungsi agar larutan berada dalam
suasana basa.
3. Endapan berwarna merah strawberry pada uji ion nikel menunjukkan
adanya ion nikel dalam larutan.
4. Pada uji Iodida, larutan berubah warna menjadi biru kehitaman setelah
penambahan amilum menunjukkan adanya ion iodida pada larutan
tersebut.
5. Pada uji Idodida, Asam sulfat berfungsi sebagai pemberi suasana asam
pada larutan, sehingga akan mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan
sejumlah zat pengoksidasi.
6. Berat kristal [Ni{NH3}6]I2 yang diperoleh berdasarkan percobaan yaitu
sebesar 3,12 gram, secara teori yaitu 2,49 gram dan persen error 28,71%.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Cotton, F. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI.
Fau, F. 2017. Lapotan Kimia Anorganik Pembentukan Senyawa Koordinasi,
(Online). http://www.scribd.com/document/28645145.(Diakses pada
tanggal 20 Februari 2019).
Munika. 2011. Percobaan 4 Pembentukan Senyawa Koordinasi, (Online).
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/699645145.(Diakses
pada tanggal 20 Februari 2019).
Sukadjo. 1992. Kimia Fisik. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN

Larutan Nikel Klorida


Larutan Nikel Klorida
Heksahidrat+ NH3 15 M + 2,6 gr
Heksahidrat+ NH3 15 M
KI

Proses Penyaringan Proses Pengeringan kristal


kristal + etanol

Kristal ungu + air Uji Ion Nikel Uji Ion Iodida

Anda mungkin juga menyukai