Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PALIATIF

PERAWATAN PALIATIF DALAM PERSPEKTIF AGAMA DAN


SPIRITUAL

Kelompok 2:
Putri Hisaanah (131511133015)
Galang Tegar Indrawan (131611133106)
Dwi Yanti Rachmasari Tartila (131611133112)
Emmalia Adhifitama (131611133113)
Novita Dwi Andriana (131611133116)
Eka Aprillia Diyah Santi K (131611133125)
Siti Nur Aisa (131611133138)
Nafiul Ikroma Wijayanti (131611133149)

Dosen Pembimbing :
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Paliatif :
Perawatan Paliatif dalam Perspektif Agama dan Spiritual” dapat selesai dengan
lancar tanpa sedikitpun halangan dan sesuai harapan.

Terima kasih kepada ibu Sylvia Dwi wahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku


dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif. Penulis sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekuranga dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun, agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Demikian yang dapat Penulis sampaikan, semoga makalah ini memberikan


pengetahuan baru bagi kita semua dan dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya. Terima kasih atas perhatiannya.

Surabaya, 10 Maret 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 ..................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 5
BAB 2 ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif .............................................................. 6
2.2 Keperawatan Secara Agama ..................................................................... 7
2.3 Keperawatan Secara Agama ..................................................................... 8
2.4 Konsep Spiritual ....................................................................................... 9
2.5 Asuhan Keperawatan Secara Spiritual dan Agama ................................ 10
BAB 3 ................................................................................................................... 16
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 16
3.1 Kasus ...................................................................................................... 16
3.2 Asuhan Keperawatan .............................................................................. 16
BAB 4 ................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812,
2007). Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas,
padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti
dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual
(walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama).

Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah


mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu
juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat
menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang
tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang
siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan
tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan
akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa
pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan
etika keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan
dibangku kuliah.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada disamping klien,
tugas utamanya adalah mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual
pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien
menjelang kematian dapat terpenuhi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep keperawatan paliatif secara agama?
2. Bagaimana konsep keperawatan paliatif secara spiritual?
3. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif dan menjelang ajal dalam konteks
agama dan spiritual?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat agar mahasiswa dapat memahami dan menerapkan
keperawatan paliatif dalam dunia keperawatan secara agama dan spiritual.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep keperawatan paliatif secara agama
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan paliatif secara spiritual
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan paliatif dan menjelang ajal dalam
konteks agama dan spiritual
1.4 Manfaat

Makalah asuhan keperawatan paliatif dan menjelang ajal dalam konteks


agama dan spiritual diharapkan dapat bermanfaat kepada mahasiswa keperawatan
dan pembaca agar dapat mengetahui lebih rinci terkait konsep keperawatan paliatif
secara agama dan spiritual sehingga dapat menerapkan ilmunya kepada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keperawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812,
2007). Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007 kualitas hidup pasien
adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai konteks
budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan
niatnya. Dimensi dari kualitas hidup. Dimensi dari kualitas hidup yaitu Gejala fisik,
Kemampuan fungsional (aktivitas), Kesejahteraan keluarga, Spiritual, Fungsi
sosial, Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi
masa depan, Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi
dalam bekerja.

Sasaran kebijakan pelayanan paliatif adalah seluruh pasien (dewasa dan anak)
dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun
pasien berada di seluruh Indonesia. Untuk pelaksana perawatan paliatif : dokter,
perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya. Sedangkan Institusi-
institusi terkait, misalnya:sDinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota, Rumah Sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas, Rumah
perawatan/hospis, Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain. (KEPMENKES
RI NOMOR: 812, 2007).

Tujuan umum kebijakan palliative sebagai payung hukum dan arahan bagi
perawatan paliatif di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah terlaksananya
perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di seluruh Indonesia,
tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif, tersedianya
tenaga medis dan non medis yang terlatih, tersedianya sarana dan prasarana yang
diperlukan.
1) Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat
tidak tidak ada harapanlagi bagi si sakit untuk sembuh. keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
2) Kematian adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu
akan mengalamiatau menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak
dapat dihindari, danmerupakan suatu kehilangan.
2.2 Keperawatan Secara Agama

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya,


dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat
manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang
disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan,


definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat
suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan
atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi,
jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat
layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung
mitologi.

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem


kepercayaan atau kadang-kadang mengatur tugas; Namun, dalam kata-kata Émile
Durkheim, agama berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu
yang nyata sosial" Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu
sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci. Sebuah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59%
dari populasi dunia adalah beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang
ateis, dengan penurunan 9 persen pada keyakinan agama dari tahun 2005. Rata-rata,
wanita lebih religius daripada laki-laki. Beberapa orang mengikuti beberapa agama
atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat yang sama, terlepas dari apakah atau
tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti tradisional yang memungkinkan
untuk terjadi unsur sinkretisme.

Berdasarkan definisi yang dikutip dari Kamus besar Indonesia, Agama adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Agama yang diakui di Indonesia ada 6 yakni
Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu.

Pada era Order Baru, Agama yang diakui oleh Pemerintah Indonesia hanya 5
yakni Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Tetapi setelah era
reformasi, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 6/2000, pemerintah
mencabut larangan atas agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Keppres
No.6/2000 yang dikeluarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid ini kemudian
diperkuat dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor MA/12/2006 yang menyatakan bahwa pemerintah mengakui keberadaan
agama Kong Hu Cu di Indonesia.

2.3 Keperawatan Secara Agama

Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas,
padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti
dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual
(walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya
hanya ingin membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan
kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi
keperawatan. Perspektif masing-masing agama mengenai ajal dan musibah :

1. Islam
3 manfaat musibah (sakit) : sebagai penghapus dosa, sebagai ujian
kesabaran, tangga untuk mencapai derajat yang lebih tinggidi sisi Allah
SWT.
2. Kristen
Makna penderitaan : sebagai karunia, merupakan bagian dari orang
kristen, suatu yang bahagia memiliki maksud tujuan tertentu, bersifat
sementara dan diakhiri dengan berkat.
3. Budha
Makna kematian untuk menyadarkan setiapmanusia akan berakhir
kehidupannya bahwa betapa tinggi pun tempatnya, apapun bantuan
teknologi atau ilmu kedokteran yang miliknya,pada akhirnya tetap harus
mengalami hal yang sama yaitu di dalam kubur atau menjadi segenggam
debu.
4. Hindu
Kematian adalah hal yang sangat penting yang menentukan arti
kehidupan seseorang, jadi harus selalu mengingat tuhan menjelang ajal
sehingga mampu menghantarkan ke tempat yang indah dalam spiritual.
2.4 Konsep Spiritual

Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk


mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan suatu
kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal,
interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna. Tidak hanya terdiri dari
seonggok daging dan tulang, tetapi terdiri dari komponen menyeluruh biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultural. Tuntutan keadaan, perkembangan,
persaingan dalam berbagai aspek kehidupan dapat menyebabkan kekecewaan,
keputusasaan, ketidak berdayaan pada manusia baik yang sehat maupun sakit.
Selama dalam kondisi sehat wal-afiat, dimana setiap komponen biologis,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual dapat berfungsi dengan baik, sering
manusia menjadi lupa, seolah hidup memang seharusnya seperti itu. Tetapi ketika
salah satu fungsi komponen tubuh terganggu, maka tejadilah stresor, menuntut
setiap orang mampu beradaptasi, pulih kembali dengan berbagai upaya, sehingga
kehidupan dapat berlanjut dengan baik. Ketika gangguan itu sampai menghentikan
salah satu fungsi dan upaya mencari pemulihan tidak membuahkan hasil, disitulah
seseorang akan mencari kekuatan lain diluar dirinya, yaitu kekuatan spiritual.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada disamping klien,
tugas utamanya adalah mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia. Memberikan bantuan asuhan keperawatan mulai dari
tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler, untuk memenuhi kebutuhan dan
kemandirian klien dalam merawat dirinya. Idealnya, seluruh komponen kebutuhan
dasar manusia menjadi fokus kajian utama dalam menentukan ruang lingkup
pekerjaan profesi (Yusuf, 2015). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan
telah menjadi ketetapan yang menyatakan bahwa aspek spiritual merupakan salah
satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya.

2.5 Asuhan Keperawatan Secara Spiritual dan Agama


2.4.1 Pengkajian

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi


terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993)
menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam empat fase, yaitu :

1) Fase Prediagnostik
Terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
2) Fase Akut
Berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis,
interpersonal, maupun psikologis
3) Fase Kronis
Klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. pasti
terjadi.
4) Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai
masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual.
Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara
lain :
a. Masalah Psikologis :
Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali
ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan
harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.

b. Perubahan Sosial-Spiritual

Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi


terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat
memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya
dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain
beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,
kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dikaji :

1) Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.


Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien
terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah
sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi
pada klien terminal.

2) Faktor Sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi


terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah
tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang
kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa
pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien
mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa
dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.

3) Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses


kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya.
Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak
akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini
apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani
disaat-saat terakhirnya.

Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien


Terminal nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau
budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang
budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka
dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma,
dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.

Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi


dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap
kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa
1 Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
2 Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya
penuh dengan stres ( tempat perawatan ).
3 Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan
dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan
diri dalam menghadapi ancaman kematian.

2.4.3 Intervensi

Diagnosa 1 : Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian


yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
Intervensi:
1. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi
dari kehilangan.jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan
sehat Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan
bahwa kematian sedang menanti dapat menimbulkan perasaan ketidak
berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang
lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota
keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhdap
situasi tersebut.
2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu Stategi koping fositif
membantu penerimaan dan pemecahan masalah.
3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang
positif Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan
diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif
tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
5. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan
ketidak nyamanan dan dukungan Penelitian menunjukkan bahwa klien
sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
1) Membantu berdandan
2) Mendukung fungsi kemandirian
3) Memberikan obat nyeri saat diperlukandan
4) Meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 ).
Diagnosa 2 : Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan
kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh
dengan stres ( tempat perawatan ).
Intervensi :
1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan
tunjukkan pengertian yang empati Kontak yang sering dan
mengkomunikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu
mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.
2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekhawatiran. Saling berbagi memungkinkan
perawat untuk mengidentifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian
merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidak takutan.
4. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang
dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
5. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan
perawatan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan
interaksi keluarga berkelanjutan.
6. Konsul atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya
Keluarga dengan masalah-masalah seperti kebutuhan financial , koping
yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-
sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga.
Diagnosa 3 : Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak
mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
Intervensi :
1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual
keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan
pada klien untuk melakukannya. Bagi klien yang mendapatkan nilai
tinggi pada do’a atau praktek spiritual lainnya , praktek ini dapat
memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan
kekuatan.
2. Ekspresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya
keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien menunjukkan sikap tak
menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam
mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
3. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan
klien dapat dilaksanakan privasi dan ketenangan memberikan lingkungan
yang memudahkan refresi dan perenungan.
4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya
atau membaca buku keagamaan. Perawat meskipun yang tidak menganut
agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien
memenuhi kebutuhan spritualnya.
5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan
rumah sakit untuk mengatur kunjungan.
2.4.4 Evaluasi
1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa dan selalu bertawakkal.
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa akan
kembali kepadanya.
BAB 3

KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Ny. Z berumur 40 tahun, harus di rawat di rumah sakit Dr.Soetomo sejak 2


minggu yang lalu. Ny. Z di diagnosa mengidap penyakit kanker payudara stadium
III. Akhir- akhir ini Ny.Z sering sekali berdiam diri dan melamun ketika diajak
ngobrol dengan suami dan anaknya. Ny.Z juga terlihat lemas sehingga untuk
menunaikan ibadah sholat 5x sehari sudah tidak mampu. Keluarga sudah mencoba
mengajak Ny. Z untuk tetap beribadah, namun Ny.Z hanya berdiam diri, melamun
dan terkadang marah dan juga kesal karena Ny.Z belum bisa menerima penyakit
yang dibadapinya sekarang. Dengan keadaan seperti ini sangat menghawatirkan
karena sel kanker akan cepat berkembang apabila Ny.Z stress dan tidak mempunyai
semangat hidup.

3.2 Asuhan Keperawatan


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keperawatan paliatif yaitu pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan baik fisik,
psikososial dan spiritual.

Agama adalah sebuah kepercayaan yang diakut oleh setiap individu yang ada
di dunia ini. Dalam keperawatan paliatif agama memiliki peranan yang sangat
penting didalam keperawatan, sebab kita harus memenuhi dan mengenal tentang
kebutuhan spiritual pasien yang berbeda-beda. Sedangkan spiritual adalah spirit
bagi semangat untuk mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup.

4.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan
pada pasien paliatif dan menjelang ajal.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien paliatif dan
menjelang ajal.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai