Anda di halaman 1dari 20

1.

SANTO TARSISIUS
Tarsisius adalah seorang pelayan altar
(akolit) yang hidup di abad ketiga, pada
zaman pemerintahan Kaisar Valerianus. Ia
tinggal di Roma, Italia. Ketika berumur
sepuluh tahun, ia bersama ibunya biasa
mengikuti Misa pagi. Masa itu masa
penganiayaan bagi umat Kristiani; karena itu
Misa pagi dilakukan di tempat yang
tersembunyi. Setelah memastikan
sekelilingnya aman, Tarsisius mengetuk
sebuah dinding batu. Itu adalah pintu masuk menuju sebuah makam bawah tanah
yang dijadikan kapel. Tempat ini sering disebut katakombe. Mereka berjalan
merangkak masuk, dan di sana ditemukan begitu banyak umat Kristiani yang
sedang berdoa.
Tak lama kemudian, muncul seorang imam. Mereka bersama-sama
merayakan Perjamuan Tuhan. Tarsisius merasa amat bahagia bila menerima
Tubuh Kristus. Setiap kali mendengar imam berkata: “Makanlah dan minumlah,
inilah Tubuh-Ku, inilah Darah-Ku”, Tarsisius merasa damai.
Namun hari itu, setelah Misa selesai, pastor yang memimpin misa (Tradisi
lain menyebutkan : Paus yang memimpin misa) melihat sekeliling. Ia berseru,
“Kita sama seperti saudara-saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan
yang bangkit. Saat ini mereka sedang dalam penjara. Besok, mereka akan
dilemparkan ke tengah singa lapar. Mereka hanya berharap agar sebelum mati di
mulut singa- singa lapar itu, mereka menerima santapan kekal, Tubuh Tuhan yang
Mahakudus. Siapakah yang rela ke penjara mengantar roti kudus ini?”
Mendengar pertanyaan itu, umat saling memandang ketakutan. “Pastor,
Anda tak boleh pergi. Pastor pasti ditangkap,” kata salah seorang umat. Dari umat
yang hadir ada seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat. Mantan serdadu ini
menawarkan diri untuk melakukan tugas itu. Namun, umat juga keberatan karena
mantan serdadu ini pun sedang dicari-cari.
Tarsisius merasa mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia
menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan

1|AD MAIOREM DEI GLORIAM


menganggukkan kepala. Tarsisius berdiri dan berkata, “Pastor, biarkan aku ke
sana membawa Tubuh Kristus untuk saudara-saudara kita.” Pastor menggeleng,
“Engkau masih terlalu kecil. Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang
akan kau perbuat?”
Tarsisius berusaha meyakinkan pastor. “Percayalah, Pastor. Saya akan
berhati-hati dan menjaga Ekaristi Mahakudus ini supaya tiba dengan selamat.”
Melihat keberanian Tarsisius, imam lalu membungkus Sakramen Mahakudus dan
memberikannya kepada Tarsisius.
Perjalanan melewati daerah serdadu Romawi aman. Namun, justru saat
melewati sebuah lapangan tempat teman-teman Tarsisius sedang bermain,
halangan muncul. Teman-temannya mengajaknya bermain. Tarsisius menolak.
Teman-temannya heran. Mereka mengerumuni Tarsisius. Ketika mereka melihat
Tarsisius memegang sesuatu di tangan, mereka menarik tangan Tarsisius, dan
berusaha melihat apa yang ada di dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan
tangannya. Bahkan, ia semakin kuat mempertahankan apa yang sedang
dipegangnya. Akhirnya, Tarsisius jatuh.
Satu di antara anak-anak itu kesal, karena tidak berhasil melepaskan tangan
Tarsisius. Katanya, “Ayo kita buktikan siapa yang paling kuat!” Ia mengambil
batu dan melemparkannya ke arah Tarsisius. Tarsisius bergeming namun
tangannya tetap tak terbuka. Kini, ia semakin kuat memeluk Sakramen
Mahakudus di dadanya. Anak-anak itu semakin marah dan brutal. Mereka
merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali.
Beberapa menit kemudian, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba
terdengar suara, “Berhenti! Mengapa kalian menganiaya dia?” Anak-anak itu lari
terbirit-birit. Ternyata, suara itu berasal dari serdadu Romawi yang bertobat, yang
sebelumnya telah menawarkan diri untuk membawa Sakramen Mahakudus.
Mantan serdadu ini mengikuti Tarsisius dari jauh. Ia lari ke arah Tarsisius,
memeluknya dengan perasaan sedih. Ia menggendong Tarsisius yang sudah tak
sadarkan diri. “Tarsisius, Tarsisius,” panggilnya dengan suara halus. Tarsisius
membuka matanya yang memar dan berkata pelan, “Tubuh Kristus masih di
tanganku.” Setelah mengatakan itu, Tarsisius menutup matanya.
Tarsisius meninggal dalam perjalanan pulang menuju katakombe. Jasadnya
dimakamkan di katakombe santo Kalisitus, Roma.

2|AD MAIOREM DEI GLORIAM


2. PENGERTIAN PUTRA-PUTRI ALTAR
Secara etimologis Putra-Putri Altar atau Misdinar berasal dari bahasa
Belanda “misdienaar” (asisten misa). Dalam bahasa Inggris altar server (pelayan
altar). Kalau dilihat dari asal-usul kata Misdinar berarti orang yang melayani atau
membantu Imam pada saat mengadakan Perayaan Ekaristi (Misa).

PPA St. Ignatius mdo

Pada awal mulanya seorang Putra Altar adalah sebuah tingkatan pastoran
sebelum menjadi imam. Umumnya, misdinar itu laki-laki. Akan tetapi Putra Altar
akan disebut “misdinar” bila keputusan gereja untuk memperbolehkan perempuan
sebagai Pelayan altar. Bila diperbolehkan maka kaum hawa dapat bertugas di altar
layaknya Putra Altar sehingga mereka disebut Misdinar.
Tugas dari seorang Misdinar pada umumnya antara lain membantu Imam,
mengantar persembahan, menuangkan air dan anggur serta membawa air cuci
tangan imam, dan menjadi panutan umat.
Seperti di jelaskan di atas, awalnya seorang Putra Altar adalah sebuah
tingkatan pastoran sebelum menjadi imam atau yang disebut akolit. Secara
etimologis Akolit berasal dari kata Yunani akoluthos (pelayan atau murid). Akolit
itu biasanya hanya untuk menyebut para Frater yang sedang mempersiapkan diri

3|AD MAIOREM DEI GLORIAM


menjadi Imam. Pada tahap persiapan itu, para Frater yang ingin menjadi Imam
harus dilantik menjadi Akolit dan juga Lektor.
Frater-Frater yang dilantik menjadi Akolit itulah para Misdinar yang boleh
melayani Paus apabila merayakan Ekaristi. Tetapi karna Frater-Frater Akolit itu
tidak banyak, sementara kebutuhan pelayanan dari para Misdinar begitu banyak
tersebar di berbagai tempat, maka anak-anak seperti kita diperkenankan menjadi
Misdinar atau Putra-Putri Altar. Tapi perlu diingat kaum awam atau anak-anak
seperti kita tidak disebut sebagai akolit melainkan Misdinar/Putra-putri Altar.
Syarat untuk menjadi misdinar:
 Beragama Katolik
 Sudah menerima Komuni Pertama
 Tidak ada unsur paksaan
 Rajin dan setia dalam bertugas
 Mengetahui prosedur Perayaan Ekaristi
 Mengetahui peralatan Ekaristi

3. BAGIAN-BAGIAN GEREJA
3.1 Panti Umat
Panti umat adalah tempat duduk umat untuk mengikuti Perayaan Ekaristi.
Bagian dari Panti Umat antara lain:
a. Kamar Pengakuan; digunakan untuk pengakuan atau penerimaan
Sakramen Tobat atau Sakramen Rekonsiliasi. Para Misdinar juga
harus rajin menerima Sakramen Tobat ini sekurang-kurangnya pada
masa Prapaskah dan Adven. Kamar pengakuan biasanya terdiri atas
dua bilik, satu bilik untuk Pastornya dan satu bilik untuk peniten atau
umat yang akan mengaku. Kedua bilik itu sering dipisahkan oleh
sebuah sekat.

b. Mangkok tempat air suci; sebelum masuk gereja kita harus


mencelupkan tangan kita ke dalam air suci dan membuat tanda salib
sambil menghadap ke Altar. Artinya kita mengenang atau
mengingatkan kita akan pembabtisan yang telah diterima dan bahwa
kita ini milik Tuhan dan ingin bersama Tuhan selalu.

4|AD MAIOREM DEI GLORIAM


c. Kredens; meja dengan taplak putih. Digunakan untuk meletakan
semua peralatan yang digunakan pada misa dan untuk
dipersembahkan pada perayaan ekaristi.

3.2 Panti Imam


Panti Imam disebut juga ruang altar atau bahasa Latinnya sanctuarium.
Panti Imam menempati tempat utama dan pusat dari seluruh bangunan
gedung Gereja atau kapel. Panti Imam adalah tempat dimana Tuhan
dihadirkan dalam rupa roti dan anggur di atas altar, dimana Tuhan bersabda
melalui mimbar, dan Tuhan memimpin umat-Nya yang sedang berdoa
melalui diri Imam di tempat duduk. Pelayanan para Misdinar umumnya
berlangsung di sekitar Panti Imam ini.
a. Meja Altar; tempat untuk menyelenggarakan Perayaan Ekaristi:
dipersembahkan dan dirayakan korban Kristus. Di atas meja altar ada
salib, dan karena ekaristi merupakan perjamuan maka altar ditutup
dengan kain putih besar dan ditempatkan dua atau lebih lilin (lilin
menandakan terang Kristus yang selalu menerangi hidup kita).

b. Mimbar/Ambo; sebagai tempat untuk merayakan Ibadat Sabda.


Ambo adalah tempat Sabda diwartakan, yakni saat Kitab Suci
dibacakan oleh Lektor atau Imam, dan saat homily disampaikan oleh
Imam. Dari mimbar pula, pemazmur dapat menyanyikan atau
mengucapkan Mamur Tanggapan dan petugas doa umat
menyampaikan doanya.

c. Tabernakel; lemari kecil yang digunakan untuk menyimpan Hosti


Kudus (Tubuh Kristus). Apabila tabernakel berisi Sakramen
Mahakudus wajib dinyalakan lampu abadi disekitarnya. Lampu
tabernakel menandakan Yesus hadir dan bersemayam di tabernakel.
Itu berarti kita harus hormat dengan menunduk atau berlutut jika lewat
depan tabernakel.

d. Kredens; Kreden adalah meja yang digunakan untuk meletakan


berbagai bahan dan peralatan liturgi dalam rangka pelayanan perayaan
5|AD MAIOREM DEI GLORIAM
liturgi khususnya altar. Kreden adalah meja yang sering digunakan
Misdinar, karena Misdinar mengambil dan mengembalikan alat-alat
Liturgi untuk atau dari altar pada meja kreden ini. Letak meja kreden
sebaiknya di samping atau pinggir panti Imam.

e. Sedilia; tempat duduk imam serta para misdinar.

f. Sakristi; ruang untuk mengenakan pakaian Liturgi bagi Imam dan


para petugas lain pada saat Misa. Di dalam sakristi disimpan semua
pakaian misa serta perlengkapan keperluan Ibadat. Biasanya sakristi
terletak pada bagian belakang panti imam.

4. TAHUN LITURGI
Kita merayakan seluruh karya penyelamatan Kristus sejak kelahiran/Natal
yang dipersiapkan pada masa Advent, hidup, sengsara, wafat, kebangkitan/Paskah
dipersiapkan pada masa prapaskah sampai kenaikan Nya ke surga.
Tahun Liturgi dibagi, antara lain:
- Tahun A; bacaan injil diambil dari Matius
- Tahun B; bacaan injil diambil dari Markus
- Tahun C; bacaan injil diambil dari Lukas

Gambar: Liturgi sepanjang tahun

6|AD MAIOREM DEI GLORIAM


Tahun Liturgi berlangsung selama satu tahun di mulai pada Minggu I Advent
sampai minggu Tahun Baru Gereja (H.R Kristus Raja).

4.1 Masa Advent


Secara etimologis Advent berasal dari kata Latin Adventus yang berarti
kedatangan semarak. Dalam masa Advent kita menantikan kedatangan
Yesus.
Masa Advent dimulai pada hari minggu keempat sebelum Natal atau setelah
perayaan Kristus Raja semesta Alam.
Makna masa Advent: Persiapan menyambut kelahiran Kristus, Masa
penantian akan kedatangan Kristus pada akhir zaman.
Pada masa Advent menggunakan warna Liturgi Ungu melambangkan tobat,
kesedihan, matiraga, dan keprihatinan. Biasanya dibuat “Krans Advent”
yang dihiasi dan diatasnya ada empat lilin yang dinyalakan satu untuk setiap
minggu. Lilin-lilin tersebut melambangkan kerinduan dan penantian kita
akan Yesus. Pada saat masa ini lagu Gloria tidak dinyanyikan.

4.2 Masa Natal


Masa Natal dimulai dari Vigily/Malam Natal dan berakhir pada pembabtisan
Tuhan. Pada masa ini menggunakan warna Liturgi Putih melambangkan
kesucian dan kegembiraan atas kelahiran Kristus.
Beberapa pesta/perayaan seputar Natal:
 Hari Minggu sesudah Natal kita merayakan pesta keluarga Kudus
 28 Desember kita merayakan pesta Kanak-kanak Yesus (anak-anak
kecil di Betlehem dan sekitarnya yang dibunuh oleh Herodes).
 1 januari kita merayakan Santa Maria Bunda Allah, sekaligus juga
hari perdamaian.
 6 januari kita merayakan pesta penampakan Tuhan atau pesta 3 Raja.

4.3 Masa Prapaskah atau Masa Puasa


Masa pertobatan dan pembaharuan diri sebagai persiapan kebangkitan
Kristus (kita mengambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk mengalami
kemuliaan dalam kebangkitan Nya).

7|AD MAIOREM DEI GLORIAM


Masa prapaskah di mulai pada hari “Rabu Abu” dan berlangsung selama 40
hari (mengingatkan bangsa Israel mengembara di padang Gurun selama 40
hari) dan berakhir pada Vigily Paskah). Pada masa ini orang dewasa
diwajibkan berpuasa dan berpantang. Lagu Gloria dan Alleluia tidak
dinyanyikan/diucapkan, menggunakan warna Liturgi Ungu.
Seminggu sebelum paskah kita merayakan Minggu Palma, menggunakan
warna Liturgi merah. Minggu palma biasa juga di sebut dengan Minggu
Sengsara.

Tri Hari Suci (perayaan terbesar dalam tahun Liturgi):


1. Kamis Putih; Menggunakan warna Liturgi Kuning/Putih. beberapa
hal penting yang terdapat dalam kamis putih:
- Perjamuan malam terakhir dan Yesus menetapkan Ekaristi
- Upacara pembasuhan kaki (sesudah khotbah)
- Tuguran didepan Sakramen Mahakudus. Sebelum itu dilakukan
perarakan Sakramen Mahakudus sambil didupai keliling Gereja.

2. Jumat Agung; menggunakan warna Liturgi Merah.


Upacara (bukan perayaan Ekaristi/Misa) memperingati wafat Yesus,
dan ada penghormatan/penciuman salib dan komuni).

3. Sabtu Suci/ Vigily Paskah; menggunakan warna litugi Putih.


Pada hari ini Yesus tinggal dalam Makam, kita berkabung. Pada pagi
hari tidak diadakan misa.
Kebangkitan Kristus dirayakan pada malam hari dalam upacara
malam paskah. Kebangkitan Kristus adalah Mukjizat terbesar dan
perayaan paling agung karena melalui kebangkitan Kristus terlaksana
karya keslamatan Allah untuk manusia.
Lilin paskah melambangkan cahaya/terang Kristus yang bangkit
dengan mulia dan jaya). Dalam malam paskah, janji permandian kita
dibaharui.

8|AD MAIOREM DEI GLORIAM


4.4 Masa Paskah
Paskah adalah Hari Raya/Pesta paling besar. Masa Paskah berlangsung
selama 50 hari, dimulai dari Vigily/Malam Paskah sampai pada Hari Raya
Pentakosta (turunnya Roh Kudus ke atas para rasul). Masa paskah
menggunakan warna Liturgi Putih. 40 hari setelah Paskah kita merayakan
Pesta kenaikan Yesus ke Surga.
50 hari setelah paskah kita merayakan Pesta Pentakosta. Pentakosta berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “hari ke 50”. Hari pentakosta adalah hari
kelahiran Gereja, karena pada hari itu gereja mulai hidup. Dengan kekuatan
Roh Kudus yang diterima para rasul mulai memberi kesaksian tentang
Kristus. Menggunakan warna Liturgi merah.

4.5 Masa Biasa


Menggunakan warna Liturgi Hijau melambangkan Kesuburan.
Masa Biasa terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Mulai senin setelah Pesta Pembabtisan Tuhan, sampai selasa sebelum
Hari Rabu Abu.
2. Mulai senin setelah Pentakosta sampai minggu Advent I.

9|AD MAIOREM DEI GLORIAM


5. WARNA LITURGI
5.1 Merah

Warna merah itu warna api dan darah, maka


warna merah melambangkan kurnia Roh
Kudus yang turun dalam bentuk lidah-lidah
api pada hari Pentakosta dan penumpahan
darah kemartiran, yaitu para martir yang
gugur demi iman kepada Kristus.
Melambangkan juga keberanian,
pengorbanan.

Warna merah dipakai untuk hari Minggu


Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, pada pesta para rasul dan
pengarang Injil, dan dalam perayaan-perayaan para martir.

5.2 Kuning

Warna putih/Kuning melambangkan


kemurnian, ketidaksalahan, terang yang
tak terpadamkan dan kebenaran mutlak,
kejayaan yang penuh kemenangan,
kemuliaan abadi, kegembiraan, dan
kesucian.
Dipakai pada saat Pesta Tuhan Yesus
Kristus (kecuali wafat), Pesta Santa
Perawan Maria, para Malaikat, Pesta
orang kudus yang buka martir, hari raya semua orang kudus, st. Yohanes
Pembabtis.

10 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
5.3 Ungu

Warna Ungu melambangkan pertobatan,


kesedihan, matiraga, dan keprihatinan.

Dipakai pada saat Masa Advent, masa


Prapaskah, Rabu Abu, Misa Arwah.

5.4 Hijau

Warna Hijau melambangkan Kesuburan,


harapan, perdamaian, dan ketenangan.
Dipakai pada masa Biasa,

11 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
6. PERLENGKAPAN LITURGI
6.1 Sibori
Secara etimologis Sibori berasal dari bahasa Latin
ciborium, dari akar kata cibus, artinya makanan. Sibori
bejana serupa piala dengan tutup di atasnya. Wadah
untuk roti-roti kecil yang akan dibagikan dalam komuni
kepada umat.

6.2 Piala
Piala/Cawan dalam bahasa Latin ialah calix, artinya
piala. Piala ini tempat anggur yang pada saat Misa
dikonsekrir menjadi Darah Kristus. Maka piala
biasanya dihias dengan indah dan agung sesuai
dengan fungsinya yang menampung Darah Kristus.

6.3 Purificatorium

Kain Piala atau purifikatorium merupakan kain


persegi empat yang dilipat tiga memanjang. Kain
piala ini digunakan untuk membersihkan piala dan
juga alas atau selubung bagi tangan petugas
pembagi komuni saat memegang sibori yang berisi
hosti-hosti suci. Itu adalah ungkapan penghormatan
terhadap Sakramen Mahakudus.

12 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
6.4 Sendok Kecil
Sendok kecil biasa disertakan dalam piala untuk mengambil air dari ampul
untuk dicampurkan pada anggur yang telah lebih dahulu telah dituangkan ke
piala.

6.5 Patena

Patena adalah sejenis piring kecil yang


berlapis emas, yang digunakan untuk
meletakkan hosti besar pada saat misa.

6.6 Pala

Pala adalah penutup piala yang berwarna


putih dan bersegi empat, yang biasanya
terbuat dari suatu bahan yang keras dan
dilapisi kain putih. Pala berfungsi menutup
piala dari kemungkinan kemasukan debu
atau serangga.

6.7 Korporal
Korporal menjadi alas sibori dan
piala yang berisi Tubuh Tuhan dan
Darah Kristus ataupun alas
monstran saat pentakhtaan
Sakramen Mahakudus, sebagai
tanda penghormatan. Dari bahasa
latin Corpus yang artinya Tubuh
Kristus.

13 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
Keterangan: Susunan piala terdiri dari Piala, Purificatorium, Sendok Kecil,
Patena, Hosti Besar, Pala, Korporal.

6.8 Piksis
Piksis sebuah wadah kecil
berbentuk bundar dengan engsel
penutup. Digunakan untuk
menyimpan Sakramen Mahakudus
yang nantinya akan ditatahkan
pada saat Salve atau Adorasi, atau
juga digunakan untuk menghantar
kepada mereka yang sakit/lansia,
atau yang rindu menyambut tubuh Tuhan, misalnya pada orang-orang yang
dipenjara.

6.9 Ampul

Ampul tempat untuk menaruh anggur


dan air yang akan digunakan pada saat
perayaan Ekaristi. Ampul bisa berupa
semacam gelas kecil, yang satu berisi
anggur dan yang satunya lagi berisi air.
A:Aqua=Air dan V:Vinum=Anggur.

6.10 Lavabo

Lavabo adalah tempat cuci


tangan. Dalam bahasa Latin kata
Lavabo artinya “saya akan
membasuh tangan”. Dalam
ekaristi, imam akan melakukan
pembasuhan tangan sesudah

14 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
persembahan dan pendupaan. Biasanya Lavabo dilengkapi dengan kain lap
untuk mengeringkan tangan, disebut kain Lavabo.

6.11 Kandelar

Kandelar adalah tempat lilin untuk dipasang pada saat misa atau lainnya.

6.12 Sacramentary

Sakramentary adalah buku yang berisi rumusan doa-doa. Buku yang disusun
secara sistematik sebagai pegangan bagi pastor untuk mengadakan ibadah
Ekaristi, biasa juga disebut buku Tata Perayaan Ekaristi.

15 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
6.13 Navikula dan Turibulum

Turibulum atau Wiruk adalah


tempat yang berisi bara api untuk
membakar wewangian dalam
perayaan Liturgi.
Navikula atau wadah dupa adalah
tempat ratus/wewangian yang
bentuknya seperti kapal ‘navis’.

6.14 Monstran

Monstran adalah tempat untuk pentahktaan


Sakramen Mahakudus yang dapat digunakan
untuk perarakan Sakramen Mahakudus dan
sekaligus pemberkatannya. Dapat digunakan
juga pada saat Adorasi atau Salve. Monstrans itu
selain terdiri atas bagian pegangan, pada bagian
pokoknya terdapat lunula yaitu penjepit
Sakramen Mahakudus dan custodia yang
merupakan bagian kacanya.

6.15 Aspergil

Aspergil adalah alat yang digunakan untuk


pemercikan air suci, sedangkan air sucinya
ditempatkan di panci air suci yang ada
tentengannya. Air suci digunakan untuk
banyak kesempatan perayaan liturgi dan
ibadat berkat, tetapi semuanya menunjuk
pada pengenangan akan Sakramen Babtis.

16 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
6.16 Bel

Bel menandai suatu peristiwa atau bagian


penting, serta ajakan untuk berdoa.
Dipakai dalam misa saat Imam
mengangkat roti dan anggur yang telah
menjadi Tubuh dan darah Kristus, dan
pada saat setelah membacakan doa
persembahan (persiapan prefasi).

6.17 Minyak Suci


Minyak digunakan untuk mengurapi
seseorang. Ada jenis minya yang
digunakan:
1. Oleum Cathecumenorum (OC), minyak
untuk para katekumen.
2. Sanctum Chrisma (SC), minyak untuk
penerimaan Krisma/orang yang
dibabtis.
3. Oleum Infirmorum (OI), minyak untuk
pengurapan orang sakit/yang sudah
mendekati ajal.

6.18 Reliqui
Reliqui/batu altar, yang terdapat di meja altar dan
didalamnya ada barang-barang peninggalan orang
Kudus. Merupakan bentuk penghormatan kepada
orang kudus, maka sebelum dan sesudah misa
Imam selalu mencium Altar, karena bentuk
penghormatan kepada orang Kudus tersebut.
barang peninggalan bisa berupa buku, foto,
rambut, kain dari orang Kudus tersebut.

17 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
Misalnya paroki Ignatius, jadi kemungkinan yang di dalam reliqui tersebut
adalah barang peninggalan St. Ignatius.

7. PAKAIAN LITURGI
7.1 Kasula
Pada Misa Kudus, kasula ini pakaian
imam yang paling kelihatan karena
merupakan pakaian liturgi untuk
imam yang paling luar. Kasula
disebut juga paenula atau planeta.
Saat imam duduk, misdinar harus
siap merapikan kasula imam ini agar
tidak terduduki agar kerapihannya
terjaga. Warna kasula selalu
disesuaikan dengan warna masa
liturginya.

7.2 Stola

Semacam selempang yang dikenakan


imam saat merayakan ekaristi.
Warnanya disesuaikan dengan warna
Liturgi.

18 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
7.3 Toga/Jubah

Pakaian putih panjang yang wajib


digunakan imam atau para frater pada saat
akan memimpin misa atau saat mengikuti
ibadah/misa harian.

7.4 Dalmatik

Dalmatik adalah busana resmi para


Diakon tertahbis dalam upacara
ekaristi atau ibadat. Bentuk dalmatik
berbeda dari kasula meskipun
kelihatannya hampir mirip. Bedanya
ujung dalmatik dibuat persegi.

7.5 Velum

Velum, kain persegi lebar panjang (2-3


meter) yang dikenakan imam atau
diakon pada saat memegang monstran
yang sudah di isi Sakramen Mahakudus
pada saat salve atau adorasi, dan pada
saat perarakan sakramen Mahakudus.

19 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M
7.6 Pluviale/Korkap

Pluviale/Korkap adalah kain besar seperti


mantel, yang dihias secara indah,
dikalungkan pada leher dari belakang
dengan kancing rantai pada kedua sudut
atas mantel. Korkap biasa digunakan pada
saat perarakan sakramen Kristus Raja,
pemberkatan jenasah atau pemberkatan
lainnya.

7.7 Superpli : Pakaian Misdinar yang panjangnya sebatas pinggung.


Gaun/Rok
Kerak : warna disesuaikan dengan warna Liturgi.

Gambar: PPA st. Ignatius Manado

20 | A D M A I O R E M D E I G L O R I A M

Anda mungkin juga menyukai