Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN PASTORAL

PERAYAAN SABDA HARI MINGGU DAN


HARI RAYA (PSHMR)

KOMISI LITURGI KEUSKUPAN MANADO


2021

1
2
KATA PENGANTAR

Pada setiap hari Minggu, ada banyak umat Katolik


Keuskupan Manado yang menimbah kekuatan rohani
dari Sabda Allah melalui Perayaan Sabda Hari Minggu
dan Hari Raya (PSHMR). Panduan ini bermaksud untuk
melengkapi panduan yang terdapat dalam buku PSHMR,
sehingga para petugas liturgi / pemimpin ibadat dapat
dibantu oleh mengerti, merayakan dan menghayati
ibadat dengan lebih baik.

Panduan ini bersifat umum. Ibadat Sabda harus


dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam PSHMR
sambil memperhatikan situasi dan kondisi umat
setempat. Masukan dari umat, para petugas liturgi /
pemimpin ibadat akan membantu penyempurnaan
panduan ini.
Maret 2021
Tim Liturgi Keuskupan Manado

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................ 3


DAFTAR ISI ................................................................... 4
MAKNA LITURGI SABDA ............................................... 6
PEDOMAN PRAKTIS ...................................................... 8
BUKU RESMI IBADAT SABDA .................................... 8
PERSIAPAN ................................................................ 8
PEMANDU/PENGANTAR IBADAT ............................... 9
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN IBADAT SABDA
................................................................................ 10
TATA RUANG IBADAT .............................................. 10
Tempat duduk umat .............................................. 10
Tempat duduk Pemandu/Pengantar ...................... 11
Mimbar.................................................................. 11
Dekorasi ................................................................ 12
PETUGAS DALAM PERAYAAN SABDA ...................... 13
Umat ..................................................................... 13
Pemandu/Pengantar Ibadat .................................. 14
Lektor .................................................................... 15
Pemazmur ............................................................. 16
Solis ...................................................................... 17
Komentator ........................................................... 18
4
Petugas Tata Tertib ............................................... 18
Kolektan atau Petugas Kolekte .............................. 19
Paduan Suara/Koor .............................................. 20
Dirigen .................................................................. 21
Koster.................................................................... 22
Penghias atau perangkai bunga............................. 22
PERLENGKAPAN IBADAT ......................................... 24
Salib ...................................................................... 24
Lilin dan Tempat Lilin ........................................... 24
Buku ..................................................................... 25
Pakaian Ibadat ...................................................... 26
PANDUAN KOMUNI .................................................. 27
SUMBER ..................................................................... 28

5
MAKNA LITURGI SABDA

1. Salah satu buah nyata dari pembaharuan liturgi


sesudah Konsili Vatikan II adalah penghargaan
pada liturgi sabda. Gereja menyadari secara baru
kehadiran Kristus di dalam sabda-Nya. Sebab dalam
liturgi, “Kristus hadir melalui sabda-Nya, sebab Ia
sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan di dalam
Gereja”.1 Gereja juga menghargai Kitab Suci. Dalam
perayaan liturgi, Kitab Suci memainkan peranan
yang sangat penting.2 Gereja mengajak umatnya
untuk memupuk cinta yang hangat terhadap Kitab
Suci. Harta kekayaan Kitab Suci harus dibuka lebih
lebar, supaya umat dapat menikmati santapan
sabda Allah dengan lebih berlimpah.3
2. Gereja menginsyafi secara lebih konsekuen bahwa
liturgi berfungsi juga untuk mengajar dan
membimbing umat. “Meskipun tujuan liturgi adalah
terutama kemuliaan Tuhan yang maha agung,
namun dalam liturgi terkandung juga banyak

1
Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Concilium 7 (selanjutnya disingkat SC).
2
SC 24.
3
SC 51.
6
pengajaran untuk umat beriman. Sebab dalam
liturgi Allah bersabda kepada umat-Nya; dalam
liturgi Kristus masih mewartakan kabar gembira,
sedang umat menjawab dengan berdoa dan
bernyanyi”.4
3. Oleh karena itu Konsili Vatikan II telah membaharui
liturgi sabda dalam misa maupun dalam upacara-
upacara sakramen dan sakramentali. Bahkan.
ibadat sabda dianjurkan juga terutama pada malam
menjelang hari-hari raya, pada hari biasa dalam
masa Adven dan masa Prapaskah, pada hari Minggu
dan Hari Raya, lebih-lebih bila tidak ada imam
hadir” .5
4. Di tempat di mana tidak dapat dirayakan ekaristi
karena ketiadaan imam, umat Kristiani hendaknya
berkumpul mengadakan Perayaan Sabda yang
khusus dirayakan untuk Hari Minggu dan Hari
raya.6

4
SC 33.
5
SC 24.
6
Pedoman Umum Perayaan Sabda Hari Minggu (Directorium de
Celebrationibus Dominicalibus Absente Presbytero), disiapkan oleh
Kongregasi Ibadat, disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II (21 Mei
7
PEDOMAN PRAKTIS

BUKU RESMI IBADAT SABDA

5. Buku ibadat resmi yang dipakai di Wilayah


Keuskupan Manado adalah buku Perayaan Sabda
Hari Minggu dan Hari Raya Tanpa Imam, atau
disingkat PSHMR, yang diterbitkan oleh Konferensi
Waligereja Indonesia (2013).7
6. Setiap pemandu/pengantar perayaan wajib untuk
mempelajari dan mempraktikkan secara konsisten
Pedoman Umum PSHMR atau rubrik yang ada di
dalam buku PSHMR.

PERSIAPAN

7. Semua petugas yang terlibat dalam ibadat harus


melakukan persiapan bersama.
8. Sebelum perayaan Ibadat Sabda dimulai,
hendaknya keheningan dijaga agar umat dapat
masuk ke dalam suasana doa.

1988), dimaklumkan oleh Kongregasi Ibadat pada 2 Juni 1988, no.


6; Statuta Keuskupan Manado (2018) 181§1.
7
Konferensi Waligereja Indonesia, Perayaan Sabda Hari Minggu dan
Hari Raya Tanpa Imam. Bogor: Mardi Yuana, 2013 (selanjutnya
disingkat PSHMR).
8
9. Sebelum perarakan dimulai, hendaknya pemandu
atau pengantar perayaan memulai dengan doa
bersama.8

PEMANDU/PENGANTAR IBADAT

10. Hendaknya umat menyadari bahwa ketika mereka


menjadi pemandu atau pengantar Perayaan Sabda,
mereka menjalankan tugas imamat umum yang
dianugerahkan kepada mereka melalui
pembaptisan. Umat beriman mengambil bagian
dalam imamat Yesus Kristus, yakni sebagai imam,
raja dan nabi.
11. Pemandu/pengantar ibadat sabda adalah seorang
diakon atau umat awam yang ditugaskan secara
khusus untuk itu melalui pelantikan atau melalui
pengangkatan oleh pastor paroki. Syarat-syarat
pengangkatan seorang pemimpin ibadat harus
diperhatikan.
12. Atas sepengetahuan Pastor Paroki setempat,
pemandu/pengantar ibadat dapat dipercayakan
juga kepada anggota umat yang dianggap cakap,

8
PSHMR, hlm. 7.
9
mampu dan memiliki kualitas hidup sebagai orang
beriman.

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN IBADAT SABDA

13. PSHMR diadakan pada setiap Hari Minggu dan Hari


Raya, kecuali jika ada perayaan Ekaristi.
14. Selayaknya PSHMR diadakan di gereja Stasi/Paroki.
Jika umat tidak mungkin berkumpul di gedung
gereja karena alasan tertentu, PSHMR dapat
diadakan di tempat lain, entah di rumah keluarga
atau tempat pertemuan umum, dengan tetap
memperhatikan ketentuan-ketentuan peribadatan.

TATA RUANG IBADAT

Tempat duduk umat

15. Tempat duduk umat (bangku, kursi atau yang lain)


hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga umat
sungguh-sungguh merasa diri sebagai satu jemaat
dan dapat dengan mudah melibatkan diri di dalam
ibadat.

10
Tempat duduk Pemandu/Pengantar

16. Kecuali pemimpin itu adalah seorang diakon, para


pemandu/pengantar Perayaan Sabda tidak
mengambil tempat duduk di tempat yang biasanya
dipakai oleh imam dalam perayaan Ekaristi. Tempat
duduk mereka bisa diatur di dekat umat, atau
tempat lain yang sesuai menurut tata ruang gereja.
17. Posisi para pemandu/pengantar perayaan harus
dapat dilihat dengan jelas oleh umat, walaupun
mereka tidak harus duduk langsung menghadap
kepada umat, sebagaimana imam atau diakon
memimpin perayaan. Prinsipnya adalah bersama-
sama dengan umat beriman, mereka mengarahkan
pandangan dan perhatian mereka kepada mimbar
sabda.
18. Para pelayan mengambil tempat duduk di deretan
bagian depan.

Mimbar

19. Pusat dari Perayaan Sabda adalah mimbar sabda.


Oleh karena itu, selama Perayaan Sabda, altar yang
ada di dalam Gereja tidak digunakan, sebab altar itu

11
pusat dari liturgi Ekaristi. Dalam Perayaan Sabda,
altar hanya digunakan untuk meletakkan dan
menunjukkan Sakramen Maha Kudus, jika
diadakan komuni. Lilin dinyalakan di sekitar altar
jika sakramen mahakudus ditahktakan di atasnya.
20. Sebaiknya diatur agar supaya posisi mimbar tempat
Perayaan Sabda dapat dilihat dengan jelas oleh
umat.
21. Mimbar sebaiknya dihias secara wajar supaya
tampak lebih anggun dan semarak. Lilin bernyala
dapat dipasang di sekitar mimbar.

Dekorasi

22. Ruang ibadat sebaiknya dihias. Maksudnya adalah


untuk menciptakan suasana pesta dan suasana
yang mendukung misteri yang dirayakan.
23. Untuk itu dapat digunakan bunga hidup, tumbuhan
atau bahan-bahan lain yang lazim dipakai di daerah
yang bersangkutan. Tetapi harus diusahakan agar
hiasan tidak berlebihan sehingga malah
mengalihkan perhatian umat dari pokok ibadat.

12
24. Ruangan harus ditata dengan cita rasa ibadat:
indah, wajar dan sederhana.
25. Pada Masa Adven dan Prapaskah hiasan gereja lebih
sederhana.

PETUGAS DALAM PERAYAAN SABDA

26. Umat terlibat aktif di dalam perayaan dengan


mengambil peran sebagai umat beriman,
komentator, lektor, pemandu/pengantar, solis,
pelayan mimbar.

Umat

27. Umat beriman dipanggil oleh Allah untuk


berhimpun dan dianugerahi martabat imam, raja
dan nabi melalui pembaptisan. Mereka membentuk
satu tubuh dalam mendengarkan sabda Tuhan.
Kesatuan itu tampak dengan baik bila mereka
semua mengambil sikap badan yang sama dan
menjalankan tindakan-tindakan liturgis yang sama,
misalnya duduk, berdiri, berlutut, tunduk dan lain-
lain. Mereka pun dengan senang hati bersedia
melayani umat Allah, bila diminta melakukan tugas
khusus dalam perayaan.
13
28. Hendaknya umat menyadari bahwa ketika mereka
menjadi pemandu atau pengantar Perayaan Sabda,
mereka menjalankan tugas imamat umum yang
dianugerahkan kepada mereka melalui
pembaptisan. Umat beriman mengambil bagian
dalam imamat Yesus Kristus, yakni sebagai imam,
raja dan nabi.

Pemandu/Pengantar Ibadat

29. Perayaan sabda tidak pernah dirayakan tanpa


pemimpin. Yang memandu atau mengantar PSHMR
adalah diakon dan juga umat awam yang dilantik
secara khusus untuk tugas itu. Jika pelayan yang
disebutkan di atas tidak tersedia, maka umat awam
yang ditunjuk secara khusus oleh Pastor Paroki
dapat menjalankan tugas tersebut.
30. Pemandu/pengantar ibadat adalah penanggung
jawab utama tentang seluruh persiapan dan
pelaksanaan perayaan sabda. Sebaiknya ia
berkomunikasi dengan umat yang dia pimpin. Ia
juga bertanggung jawab tentang pembagian tugas,
latihan dan persiapan para petugas.

14
31. Sebelum memimpin ibadat, pemimpin harus
sungguh mempersiapkan diri, supaya ia dapat
menjadikan perayaan lebih hidup dan berarti bagi
umat.

Lektor

32. Dalam perayaan sabda, tugas lektor adalah tugas


yang luhur, sebab ia mewartakan sabda Allah
kepada umat.
33. Lektor hendaknya mempunyai keyakinan dan
pengertian akan sabda yang dibacakannya. Maka ia
harus mempersiapkan pembacaan dengan sebaik-
baiknya.
34. Lektor duduk tidak jauh dari mimbar. Jika ia
mengambil tempat duduk bersama umat, ia
hendaknya duduk di deretan terdepan. Hendaknya
ia menggunakan pakaian liturgi, yakni alba, atau
pakaian lain yang pantas dan rapi.
35. Lektor maju ke mimbar sabda segera sesudah doa
pembuka selesai, dan bukan pada saat doa
pembuka dibawakan.

15
36. Lektor tidak lagi mengatakan mata acara ibadat,
misalnya “bacaan pertama”, melainkan langsung
pada kata-kata “Bacaan dari Kitab (...)”, dan bukan
“Pembacaan dari Kitab (...).
37. Kutipan awal yang dicetak miring tidak harus
dibaca oleh lektor.
38. Pada saat membaca, lektor hendaknya berkontak
dengan umat, membaca dengan tenang dan
berwibawa, dengan suara yang cukup keras dan
ucapan yang jelas, dengan pengertian yang tepat,
sehingga seluruh umat yang hadir dapat
menangkap sabda Tuhan dengan mudah.

Pemazmur

39. Pemazmur bertugas membawakan mazmur atau


kidung lain dari Kitab Suci yang menanggapi Sabda
Allah dalam bacaan pertama. Supaya dapat
menunaikan tugasnya dengan baik, pemazmur
harus menguasai cara-cara menyanyikan mazmur,
dan harus mempunyai suara yang kuat serta
ucapan yang jelas (bdk. Panduan Pemazmur).

16
40. Ia menyanyikan atau mendaraskan Mazmur sambil
berdiri pada mimbar atau di tempat lain yang
pantas.

Solis

41. Solis terutama bertugas membawakan ayat-ayat


lagu kalau kebetulan dinyanyikan lagu
responsorial/dialogal. Peranan solis penting karena
ia dapat memperindah nyanyian dan lebih-lebih
dapat menyemangati umat atau paduan suara.
42. Dalam mempersiapkan tugasnya solis hendaknya
mempelajari teks dan lagu sedemikian rupa
sehingga ia dapat menyanyikannya dengan
penghayatan yang mendalam. Artikulasinya harus
jelas dan suaranya dapat didengar oleh seluruh
umat. Ia hendaknya bernyanyi dengan indah, wajar
dan sederhana.
43. Dalam perayaan sabda, solis menyanyikan alleluya
atau Bait Pengantar Injil dari tempat umat atau dari
tempat kor dengan suara lantang.

17
Komentator

44. Dalam perayaan sabda, dapat dipilih seorang yang


berfungsi sebagai komentator atau pembawa acara.
45. Ia bertugas memberikan penjelasan dan petunjuk
kepada umat tentang ibadat yang dirayakan supaya
mereka lebih mudah terlibat aktif dalam seluruh
ibadat.
46. Komentator hendaknya mempersiapkan petunjuk-
petunjuk itu dengan baik, disampaikan dengan
singkat dan mudah ditangkap.
47. Dalam menjalankan tugasnya komentator berdiri di
depan umat, di suatu tempat yang mudah dilihat,
tetapi tidak di mimbar sabda.

Petugas Tata Tertib

48. Jika dianggap perlu, beberapa umat dapat


menjalankan tugas sebagai petugas tata tertib.
49. Tugas mereka adalah mengusahakan suasana tertib
sepanjang ibadat.
50. Mereka dapat menyambut umat pada pintu masuk
dan menghantar mereka ke tempat duduk.

18
51. Kalau ada komuni, mereka bertugas mengatur umat
yang maju/mundur, supaya seluruh acara komuni
berlangsung tertib dan khidmat.
52. Hendaknya mereka melakukan tugasnya dengan
berwibawa, ramah tanpa menonjolkan diri.

Kolektan atau Petugas Kolekte

53. Beberapa umat dapat dipilih menjalankan tugas


untuk mengumpulkan kolekte atau derma.
54. Dalam menjalankan tugasnya mereka harus
menyadari bahwa kolekte/derma merupakan
lambang bahwa umat ambil bagian dalam
kebutuhan jemaat maupun juga keperluan sosial
orang lain. Karena itu, petugas kolekte sebenarnya
menjalankan sebuah tugas yang luhur, bukan
sekedar mengumpulkan uang.
55. Para kollektan meletakkan kolekte umat di depan
mimbar sabda.
56. Para kolektan hendaknya dipilih dari wakil-wakil
umat yang terhormat; hendaknya mereka siap pada
waktunya, berpakaian rapi dan bersikap jujur.

19
57. Apabila ada persembahan natura, kollektan
hendaknya mengumpulkan dan mengaturnya
dengan pantas.

Paduan Suara/Koor

58. Paduan suara/koor bertugas untuk menggerakkan


dan menyemangati umat dalam bernyanyi. Di
samping itu paduan suara juga mewartakan Sabda
Tuhan dan memperindah ibadat sehingga menjadi
upacara yang mengesan. Oleh karena itu, sebelum
bertugas mereka harus mempersiapkan diri baik-
baik dengan berlatih.
59. Hal yang perlu dihindari adalah paduan suara
bernyanyi sendiri dan menyanyikan lagu-lagu yang
tidak dikenal oleh umat, sehingga umat hanya
menjadi penonton dalam ibadat.
60. Dalam perayaan ibadat, paduan suara hendaknya
mengambil tempat duduk di bagian depan, supaya
lebih mudah memimpin umat.
61. Dalam nyanyian bersama umat, paduan suara
hendaknya menyesuaikan diri dengan kemampuan
umat.

20
Dirigen

62. Dirigen kor bertanggung jawab atas paduan suara:


melatih dan memimpin pada saat bertugas, agar
paduan suara dapat menunaikan tugasnya dengan
semestinya. Di samping itu ia juga bertugas memilih
lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam ibadat.
63. Dirigen umat bertugas memimpin nyanyian umat. Ia
kadang-kadang harus memberi pengantar atau
keterangan atas nyanyian, dan juga melatih umat
sebelum perayaan ibadat. Tugas ini dapat juga
dirangkap oleh dirigen kor.
64. Hendaknya dirigen memilih lagu-lagu yang sudah
dikenal baik oleh umat sehingga umat sungguh
berpartisipasi aktif dalam ibadat.
65. Baik dirigen oor maupun dirigen umat harus tampil
rapi dan berwibawa, namun tidak menonjolkan diri.
66. Dalam menjalankan tugasnya, mereka berdiri di
tempat yang sudah ditentukan, dan bukan di
mimbar sabda.

21
Koster9

67. Koster terutama menjalankan tugasnya sebelum


perayaan sabda dimulai, yakni dalam rangka
persiapan.
68. Koster bertugas menyiapkan segala keperluan
ibadat dan biasanya ia bertanggung jawab atas para
pelayan dalam koordinasi dengan seksi liturgi.
69. Koster hendaknya memperhatikan kerapihan dan
kebersihan. Sedapat-dapatnya semua keperluan
ibadat sudah diatur sebelum perayaan, sehingga
koster tidak perlu muncul lagi selama perayaan
berlangsung. Tetapi hendaknya ia tetap siap siaga di
sakristi.
70. Namun, tugas itu jangan sampai menghindarkan
dia ikut serta dalam ibadat secara aktif.

Penghias atau perangkai bunga

71. Ibadat sabda yang bermakna ditunjang juga akan


dekorasi yang sesuai. Oleh karena itu, pentinglah
bahwa ada umat yang bertanggung jawab sebagai

9
Lihat Panduan Tugas Koster.
22
penghias tempat ibadat. Mereka dipilih karena
bakat dan kemampuannya.
72. Para penghias harus menciptakan suasana yang
serasi dengan peristiwa yang sementara dirayakan.
73. Dalam menghias, petugas juga harus
memperhatikan tingkat liturgi yang berbeda.
Perbedaan ini hendaknya tampak juga pada hiasan
yang berbeda-beda. Hiasan untuk Hari Raya atau
Hari Minggu tentu berbeda dengan hiasan dalam
ibadat sabda hari biasa.
74. Para petugas hendaknya mengatur hiasan dengan
cita rasa yang murni, sehingga menjadi sungguh
indah, wajar dan sederhana.
75. Para petugas hendaknya tidak menghias gedung
gereja secara berlebihan dan tidak lagi sesuai
dengan jiwa liturgi, misalnya menghias gereja
sedemikian semarak sehingga gereja tampak seperti
ruangan resepsi perkawinan.

23
PERLENGKAPAN IBADAT

Salib

76. Dalam perayaan sabda meriah dipergunakan salib


perarakan yang dibawa oleh seorang pelayan.
Selama perarakan masuk, pembawa salib diapit
oleh dua pelayan pembawa lilin.
77. Selama perayaan berlangsung, salib itu bisa ditaruh
di sekitar mimbar atau di tempat lain yang
disediakan untuk itu.
78. Sebagai bentuk penghormatan pada salib
perarakan, hendaknya salib itu tidak disandarkan
pada dinding atau ditaruh di tempat yang jauh dari
pandangan umat, melainkan diletakkan tegak lurus
sehingga bisa dilihat oleh umat. Oleh karena itu,
perlu disiapkan sebuah tempat khusus untuk
menaruh salib itu.

Lilin dan Tempat Lilin

79. Dalam perayaan sabda, lilin dapat dipasang di


sekitar mimbar atau tempat lain yang disediakan
untuk itu. Penataan lilin tidak boleh menghalangi

24
pandangan umat ke arah mimbar, pemimpin atau
kegiatan ibadat lain di sekitar mimbar.
80. Jika ada sakramen Maha Kudus yang ditaruh di
atas altar, maka ditaruh dua lilin bernyala di sekitar
altar. Jika sakramen Maha Kudus ditaruh di
tabernakel, maka ditaruh lilin bernyala di seputar
tabernakel, kecuali ada lampu kudus di dekat
tabernakel.
81. Dalam perayaan sabda dapat juga dipakai lilin
perarakan yang dibawa oleh dua pelayan mengapit
salib perarakan. Lilin perarakan itu bisa dipakai
pada saat pewartaan Injil atau, jika ada komuni,
dipakai pada saat komuni untuk mendampingi
petugas pembagi komuni.
82. Lilin perarakan tidak dipakai pada saat bacaan
pertama dan mazmur, juga tidak dipakai pada saat
Doa Umat.

Buku

83. Buku utama dalam perayaan sabda adalah buku


Perayaan Sabda Hari Minggu dan Hari Raya Tanpa
Imam.

25
84. Dalam perayaan sabda, para petugas hendaknya
tidak menggunakan lembaran-lembaran lepas atau
buku-buku ibadat lain yang sebenarnya
dikhususkan untuk persiapan umat.
85. Penggunaan lembaran-lembaran lepas atau buku-
buku liturgi yang diterbitkan secara privat tidak
diijinkan.
86. Pemimpin dan para petugas lain tidak
diperkenankan menggunakan Smart Phone atau alat
komunikasi lain dalam memimpin ibadat.

Pakaian Ibadat

87. Jika perayaan sabda dipimpin oleh seorang diakon,


maka ia menggunakan pakaian khasnya: stola
diakon dan dalmatik yang dikenakan di atas alba.
88. Pakaian resmi untuk petugas awam adalah alba,
dapat juga dengan ikat pinggang atau singel agar
lebih rapi. Hendaknya dihindari menggunakan alba
yang dirancang mirip seperti pakaian imam atau
uskup.
89. Para petugas perayaan sabda dapat juga
menggunakan baju biasa yang rapi dan sesuai

26
dengan norma kepatutan. Namun, tidaklah pantas
seorang pemimpin atau petugas menjalankan
tugasnya dengan menggunakan sepatu olahraga,
celana jeans, kaus oblong.
90. Pakaian pemimpin dan petugas akan menunjukkan
kewibawaannya.

PANDUAN KOMUNI

91. Apabila diadakan komuni, maka sebelum perayaan


dimulai sakramen Maha Kudus sudah diletakkan di
tabernakel. Jika tidak ada tabernakel, sakramen
Maha Kudus diletakkan di altar dengan kain
korporale.
92. Prinsipnya adalah umat awam (termasuk di
dalamnya biarawan/i atau seminaris, mahasiswa
praktikan) dapat membagikan komuni sebagai
“pelayan komuni tidak lazim”, atas ijin pastor
paroki.
93. Sebelum menjalan tugas, para pelayan komuni
hendaknya membasuh tangan terlebih dahulu.
94. Dalam Perayaan Sabda, diakon dan
pemandu/pengantar perayaan dapat berfungsi

27
sebagai pelayanan komuni. Mereka harus
menunjukkan penghormatan terhadap sakramen
Maha Kudus selama perayaan dan pada saat
pembagian komuni.
95. Sangat pantas bahwa sesudah Perayaan Sabda
pelayanan komuni juga diberikan kepada anggota
umat yang tidak bisa hadir dalam perayaan karena
alasan sakit atau usia lanjut.

SUMBER
Komisi Liturgi KWI, Pedoman Pastoral Perayaan Sabda Hari Minggu
dan Hari Raya. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
PWI-Liturgi, Pedoman Pastoral Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 1973.
Konferensi Waligereja Indonesia, Perayaan Sabda Hari Minggu dan
Hari Raya Tanpa Imam. Bogor: Mardi Yuana, 2013.

28

Anda mungkin juga menyukai