1
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
5
MAKNA LITURGI SABDA
1
Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Concilium 7 (selanjutnya disingkat SC).
2
SC 24.
3
SC 51.
6
pengajaran untuk umat beriman. Sebab dalam
liturgi Allah bersabda kepada umat-Nya; dalam
liturgi Kristus masih mewartakan kabar gembira,
sedang umat menjawab dengan berdoa dan
bernyanyi”.4
3. Oleh karena itu Konsili Vatikan II telah membaharui
liturgi sabda dalam misa maupun dalam upacara-
upacara sakramen dan sakramentali. Bahkan.
ibadat sabda dianjurkan juga terutama pada malam
menjelang hari-hari raya, pada hari biasa dalam
masa Adven dan masa Prapaskah, pada hari Minggu
dan Hari Raya, lebih-lebih bila tidak ada imam
hadir” .5
4. Di tempat di mana tidak dapat dirayakan ekaristi
karena ketiadaan imam, umat Kristiani hendaknya
berkumpul mengadakan Perayaan Sabda yang
khusus dirayakan untuk Hari Minggu dan Hari
raya.6
4
SC 33.
5
SC 24.
6
Pedoman Umum Perayaan Sabda Hari Minggu (Directorium de
Celebrationibus Dominicalibus Absente Presbytero), disiapkan oleh
Kongregasi Ibadat, disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II (21 Mei
7
PEDOMAN PRAKTIS
PERSIAPAN
PEMANDU/PENGANTAR IBADAT
8
PSHMR, hlm. 7.
9
mampu dan memiliki kualitas hidup sebagai orang
beriman.
10
Tempat duduk Pemandu/Pengantar
Mimbar
11
pusat dari liturgi Ekaristi. Dalam Perayaan Sabda,
altar hanya digunakan untuk meletakkan dan
menunjukkan Sakramen Maha Kudus, jika
diadakan komuni. Lilin dinyalakan di sekitar altar
jika sakramen mahakudus ditahktakan di atasnya.
20. Sebaiknya diatur agar supaya posisi mimbar tempat
Perayaan Sabda dapat dilihat dengan jelas oleh
umat.
21. Mimbar sebaiknya dihias secara wajar supaya
tampak lebih anggun dan semarak. Lilin bernyala
dapat dipasang di sekitar mimbar.
Dekorasi
12
24. Ruangan harus ditata dengan cita rasa ibadat:
indah, wajar dan sederhana.
25. Pada Masa Adven dan Prapaskah hiasan gereja lebih
sederhana.
Umat
Pemandu/Pengantar Ibadat
14
31. Sebelum memimpin ibadat, pemimpin harus
sungguh mempersiapkan diri, supaya ia dapat
menjadikan perayaan lebih hidup dan berarti bagi
umat.
Lektor
15
36. Lektor tidak lagi mengatakan mata acara ibadat,
misalnya “bacaan pertama”, melainkan langsung
pada kata-kata “Bacaan dari Kitab (...)”, dan bukan
“Pembacaan dari Kitab (...).
37. Kutipan awal yang dicetak miring tidak harus
dibaca oleh lektor.
38. Pada saat membaca, lektor hendaknya berkontak
dengan umat, membaca dengan tenang dan
berwibawa, dengan suara yang cukup keras dan
ucapan yang jelas, dengan pengertian yang tepat,
sehingga seluruh umat yang hadir dapat
menangkap sabda Tuhan dengan mudah.
Pemazmur
16
40. Ia menyanyikan atau mendaraskan Mazmur sambil
berdiri pada mimbar atau di tempat lain yang
pantas.
Solis
17
Komentator
18
51. Kalau ada komuni, mereka bertugas mengatur umat
yang maju/mundur, supaya seluruh acara komuni
berlangsung tertib dan khidmat.
52. Hendaknya mereka melakukan tugasnya dengan
berwibawa, ramah tanpa menonjolkan diri.
19
57. Apabila ada persembahan natura, kollektan
hendaknya mengumpulkan dan mengaturnya
dengan pantas.
Paduan Suara/Koor
20
Dirigen
21
Koster9
9
Lihat Panduan Tugas Koster.
22
penghias tempat ibadat. Mereka dipilih karena
bakat dan kemampuannya.
72. Para penghias harus menciptakan suasana yang
serasi dengan peristiwa yang sementara dirayakan.
73. Dalam menghias, petugas juga harus
memperhatikan tingkat liturgi yang berbeda.
Perbedaan ini hendaknya tampak juga pada hiasan
yang berbeda-beda. Hiasan untuk Hari Raya atau
Hari Minggu tentu berbeda dengan hiasan dalam
ibadat sabda hari biasa.
74. Para petugas hendaknya mengatur hiasan dengan
cita rasa yang murni, sehingga menjadi sungguh
indah, wajar dan sederhana.
75. Para petugas hendaknya tidak menghias gedung
gereja secara berlebihan dan tidak lagi sesuai
dengan jiwa liturgi, misalnya menghias gereja
sedemikian semarak sehingga gereja tampak seperti
ruangan resepsi perkawinan.
23
PERLENGKAPAN IBADAT
Salib
24
pandangan umat ke arah mimbar, pemimpin atau
kegiatan ibadat lain di sekitar mimbar.
80. Jika ada sakramen Maha Kudus yang ditaruh di
atas altar, maka ditaruh dua lilin bernyala di sekitar
altar. Jika sakramen Maha Kudus ditaruh di
tabernakel, maka ditaruh lilin bernyala di seputar
tabernakel, kecuali ada lampu kudus di dekat
tabernakel.
81. Dalam perayaan sabda dapat juga dipakai lilin
perarakan yang dibawa oleh dua pelayan mengapit
salib perarakan. Lilin perarakan itu bisa dipakai
pada saat pewartaan Injil atau, jika ada komuni,
dipakai pada saat komuni untuk mendampingi
petugas pembagi komuni.
82. Lilin perarakan tidak dipakai pada saat bacaan
pertama dan mazmur, juga tidak dipakai pada saat
Doa Umat.
Buku
25
84. Dalam perayaan sabda, para petugas hendaknya
tidak menggunakan lembaran-lembaran lepas atau
buku-buku ibadat lain yang sebenarnya
dikhususkan untuk persiapan umat.
85. Penggunaan lembaran-lembaran lepas atau buku-
buku liturgi yang diterbitkan secara privat tidak
diijinkan.
86. Pemimpin dan para petugas lain tidak
diperkenankan menggunakan Smart Phone atau alat
komunikasi lain dalam memimpin ibadat.
Pakaian Ibadat
26
dengan norma kepatutan. Namun, tidaklah pantas
seorang pemimpin atau petugas menjalankan
tugasnya dengan menggunakan sepatu olahraga,
celana jeans, kaus oblong.
90. Pakaian pemimpin dan petugas akan menunjukkan
kewibawaannya.
PANDUAN KOMUNI
27
sebagai pelayanan komuni. Mereka harus
menunjukkan penghormatan terhadap sakramen
Maha Kudus selama perayaan dan pada saat
pembagian komuni.
95. Sangat pantas bahwa sesudah Perayaan Sabda
pelayanan komuni juga diberikan kepada anggota
umat yang tidak bisa hadir dalam perayaan karena
alasan sakit atau usia lanjut.
SUMBER
Komisi Liturgi KWI, Pedoman Pastoral Perayaan Sabda Hari Minggu
dan Hari Raya. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
PWI-Liturgi, Pedoman Pastoral Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 1973.
Konferensi Waligereja Indonesia, Perayaan Sabda Hari Minggu dan
Hari Raya Tanpa Imam. Bogor: Mardi Yuana, 2013.
28