PENYELENGGARAAN EKARISTI
BERSAMA OMK KAJ
(ad experimentum)
ii
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Segala isi buku ini yang menyangkut kebenaran iman dan ajaran Gereja Katolik
telah diperiksa oleh Tim Kajian Keilmuan Dewan Karya Pastoral KAJ dan telah
melalui proses diskusi bersama Komisi Liturgi KAJ dan Komisi Kepemudaan KAJ
serta dipresentasikan di hadapan Pengurus Pleno Dewan Karya Patoral KAJ.
iii
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
KATA PENGANTAR
iv
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Pleno Keuskupan Agung Jakarta, sebelum akhirnya kepada Kuria KAJ dan
Bapak Uskup.
Puji Tuhan akhirnya proses yang berjalan hampir dua tahun ini pun masuk
tahap akhir dan tersusun seperti yang dapat dibaca saat ini. Dan mulai saat
ini diterapkan secara ad experimentum di tingkat KAJ.
v
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
DAFTAR ISI
vi
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
vii
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
1
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
3
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
4
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
5
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB II
PASTORAL EKARISTI BERSAMA OMK
II. Apa Visi, Misi dan Strategi Pendampingan dan Pembinaan Iman OMK?
Visi pendampingan dan pembinaan OMK dengan sendirinya sejalan
dengan Arah Dasar KAJ 2016-2020 yakni berkembangnya OMK yang
tangguh dalam iman, terlibat dalam persaudaraan inklusif, dan
berbelarasa terhadap sesama dan lingkungan hidup.
6
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
7
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
8
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
VI. Liturgi yang hidup dan memerdekakan dalam Arah Dasar KAJ 2016 –
2020
9
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
10
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
11
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB III
LANDASAN TEOLOGIS DAN BIBLIS PERAYAAN EKARISTI
II. Setelah kenaikan Kristus dalam kemuliaan, Roh Kudus turun atas para
Rasul. Mereka yang mendapat amanat Petrus, ‘dibaptis’. Komunitas
umat beriman inipun muncul dan berkembang, Gereja perdana lahir.
Mereka bertekun dalam ajaran para Rasul serta selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa sambil memuji Allah (Kis 2:41-47).
III. Sejak itu Gereja tidak pernah lalai merayakan misteri Paskah. Di situ
mereka membaca apa yang tercantum tentang Dia dalam seluruh Kitab
Suci (Luk 24:27), mereka merayakan Ekaristi, yang menghadirkan
kemenangan dan kejayaanNya atas maut dan sekaligus mengucap
syukur kepada Allah atas karuniaNya yang tidak terkatakan (2Kor 9:15)
dalam Kristus Yesus, untuk memuji keagunganNya (Ef 1:12) dengan
kekuatan Roh Kudus. Demikian karya keselamatan, dilestarikan oleh
Gereja, terlaksana dalam liturgi (SC 6).
IV. Liturgi berpuncak pada Ekaristi, pada misteri Paskah, puncak Cinta Allah
kepada manusia.
12
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
D. ‘Rangkaian kata dan tindakan’ Yesus yang lain pada saat itu adalah
membasuh kaki para rasul saat perjamuan berlangsung. Yesus
mengajarkan nilai kasih sejati dan teladan untuk saling mengasihi.
(Yoh 13:2-17).
F. Gereja perdana lahir dan bertumbuh sampai saat ini dan berlanjut
melaksanakan pesan Yesus saat perjamuan malam terakhir,
perjamuan kurban salib, perayaan puncak cinta Allah kepada
manusia, dalam tradisi Ekaristi.
13
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Bila dua tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku berada di antara
mereka (Mat.18:20). Kristus selalu hadir dalam Ekaristi (SC 7).
14
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB IV
KATEKESE EKARISTI BERSAMA OMK
C. Kebersamaan iman dalam rentang usia yang tidak jauh berbeda ini
diharapkan dapat lebih membantu menumbuhkan dan menempa
iman melalui penghayatan Rahmat Ekaristi yang menguduskan
manusia (santifikasi), dan memuliakan Allah (glorifikasi).
15
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
16
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
E. Sangat penting memberi katekese yang cukup dan tekun atas semua
nilai liturgi dari unsur-unsur Ekaristi dan liturgi dengan segala simbol
dan tradisinya yang sangat kaya makna mengungkapkan misteri
Kasih Ilahi yang mahaindah dan mahakudus.
17
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
18
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
19
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB V
MEMPERSIAPKAN PERAYAAN EKARISTI BERSAMA OMK
20
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
21
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
III. Seusai perayaan, OMK bersama Pastor Moderator dan beberapa orang
umat dapat mengadakan evaluasi. Hal ini bertujuan untuk melihat animo
umat atau menerima beberapa usul dan input yang bisa membantu
sekian banyak umat yang merasa rindu untuk berpartisipasi dalam setiap
Perayaan Ekaristi bersama OMK.
22
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB VI
TATA PERAYAAN EKARISTI
A. Doa Syukur Agung (DSA) tidak lagi menggunakan model dialogis dan
partisipatif, di mana umat ikut mendoakan secara vokal bagian-
bagian tertentu dalam DSA. Hanya Imam yang mendoakan DSA
sebagai doa presidensial, yakni doa yang hanya diucapkan oleh
Pemimpin Ekaristi (PUMR 30). Partisipasi umat dalam mengucapkan
bagian-bagian tertentu dari DSA kurang selaras dengan prinsip
partisipasi menurut tugas dan peran masing-masing (PUMR 17).
D. Perayaan Ekaristi terdiri dari dua bagian utama: Liturgi Sabda dan
Liturgi Ekaristi, serta didahului dengan Ritus Pembuka dan diakhiri
dengan Ritus Penutup. Tidak seorang pun boleh menambah,
menghapus atau mengubah sesuatupun atas kuasanya sendiri (KHK
846).
23
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
G. Liturgi Ekaristi memuat inti dari Perayaan Ekaristi yakni Doa Syukur
Agung. DSA sama sekali tidak dapat diubah. DSA yang boleh dipakai
hanyalah yang terdapat dalam Misale Romawi, atau yang telah
disahkan oleh Takhta Apostolik. Para Imam, dengan alasan apa pun,
tidak berhak menyusun DSA-nya sendiri (RS 51). Diakon dan awam
tidak boleh ikut mendaraskan DSA, selain bagian yang telah
ditentukan oleh Takhta Apostolik (KHK 907).
24
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
25
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB VII
LAGU-LAGU DAN ALAT MUSIK
I. Pengertian Umum4
4 Ambrosius Andi Kosasi, 2010, Kembali Ke Jiwa Musik Liturgis, Jakarta: OBOR, hlm.3-5.
26
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
A. Musik dan nyanyian liturgis adalah doa-doa liturgis atau ibadat yang
dinyanyikan (MS 4a). Kedudukannya di dalam ibadat Gereja tidak bisa
digantikan oleh musik/nyanyian sekuler atau musik hiburan lainnya
yang dimaksudkan untuk hal-hal lain yang tidak berkaitan sama sekali
dengan kebaktian kudus. Maka, hindarilah dalih demi
‘kemeriahan/bagusnya ibadat’. (MS 43)
27
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
28
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
5 Ibid., Hlm.56.
29
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
30
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
E. Kiranya para pemain musik tidak hanya memiliki keterampilan
untuk memainkan alat musiknya, tetapi mereka hendaknya
mengikuti seluruh perayaan dengan penuh kesadaran sehingga
setiap kali memainkan alat musiknya dengan semestinya, mereka
sungguh memperkaya perayaan kudus selaras dengan hakikat asli
masing-masing bagian, dan mendorong partisipasi kaum beriman
(MS 67).
IV. Rekomendasi
31
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
32
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
33
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB VIII
TARIAN/DRAMA/VISUALISASI
II. Dalam suara Alkitabiah, tarian adalah sesuatu yang baik, telah biasa
digunakan sebagai ungkapan pengalaman sukacita dalam iman akan
Allah7; tetapi tidak tertutup kemungkinan tarian bisa disalahgunakan,
baik oleh penarinya maupun oleh orang/komunitas di sekitarnya.
III. Dari sudut pandang teologi spiritual, berbeda dengan sudut pandang
antropologi budaya, tarian dilihat sebagai pintu masuk untuk mengalami
kesatuan dengan yang lebih dalam dan lebih tinggi, yang dalam bahasa
Kristiani disebut Tuhan. Dengan menari, seseorang mengalami suatu
sensasi yang dalam dan memasuki sebuah dunia baru sehingga dapat
berkontak dengan yang ilahi dalam suatu ekstasi. Dalam pengalaman
ekstasi melalui tarian, manusia mengambil bagian dalam level yang di
atas, dalam dunia roh, dalam Roh Kudus Allah. Memang dalam hal ini,
sulitlah menetapkan perbedaan antara tarian magis dan tarian religius,
karena itu perlu kejelian dan kecermatan untuk membedakannya.8
IV. Tarian yang dilakukan selama dan dalam perayaan liturgi oleh komunitas
paroki atau komunitas religius, atau dalam sebuah komunitas gerejani,
seturut petunjuk otoritas Gereja dan tentu saja mengandung dimensi
6 P.Bernard Niali Telaumbanua, OFMCap, Lic.Lit, Tarian Liturgi, (Salah satu artikel dalam Buku Kenangan
Perayaan Pesta Emas Konstitusi Liturgi: Sacrosanctum Concilium di Makassar, 15-17 Oktober 2013), Hlm. 129-
130.
7 1Sam.18:6-7; 2Sam.6:5.14.16; 1Taw.13:8; Mzm.87:7; Pkh.3:8; Yer.31:13; Mrk.7:34; 14:6; Luk.7:32; Mat.11:17;
34
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
VII. Misteri iman ini diungkapkan melalui aneka ungkapan manusiawi yang
kelihatan dan konkrit dalam bentuk simbol, gerak-gerik, bunyi, suara,
bahasa, cahaya, dll. Aspek misteri itu menjadi nyata hanya karena
diungkapkan melalui unsur-unsur fisik lewat tubuh manusia. Rangkaian
kata yang membentuk kalimat, gerakan tangan yang menerangkan kata,
mimik wajah yang menyampaikan pesan, suara yang didengarkan
melalui telinga lalu disimak hingga dimengerti oleh pikiran, gerakan
drama dan tari menyatukan tubuh dan jiwa manusia dengan Tuhan.
Melalui tubuhnya dan oleh tubuhnya yang rapuh itu, manusia mencari
dan merindukan Tuhan, dan melalui tubuhnya manusia meraih
keselamatan.
9 Ibid., hlm.136-137.
35
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
36
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
E. Bukan Tari dalam Liturgi, tetapi Liturgi yang ditarikan. Tujuan tarian
adalah untuk mengungkapkan suasana doa, nyanyian dan tindakan
liturgis. Tarian (dan drama) dalam liturgi berfungsi mengabdi pada
liturgi, bukan sebaliknya.
J. Sama seperti musik harus mengabdi pada liturgi, demikian pula halnya
dengan tarian (dan drama). Tarian (dan drama) tidak boleh menutup
atau bahkan meniadakan teks atau perbuatan liturgi, melainkan untuk
memperjelas makna teks dan perbuatan liturgi yang sedang dilakukan.
K. Sering terjadi bahwa pada hari Minggu/Hari Raya tidak dapat diadakan
Perayaan Ekaristi, tetapi hanya Ibadat Sabda tanpa Imam. Hendaknya
diperhatikan tingkat kemeriahan/kesemarakan masa dan hari raya
sepanjang Tahun Liturgi, dan diwujudkan dengan sarana-sarana yang
tersedia dalam jemaat tersebut, dan dimana mungkin, juga melalui
tarian (dan drama).
37
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
VIII. Rekomendasi
Bagian lain dalam Perayaan Ekaristi yang pantas diiringi atau disertai
dengan tarian selain yang sudah disebutkan di atas adalah:
38
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
G. Bapa Kami.
Bagian lain dalam Perayaan Ekaristi yang belum tentu cocok disertai
atau diiringi tarian, adalah:
J. Syahadat Iman.
K. Doa Umat.
M. Komuni, dan
Tarian, apa pun jenis dan ragamnya, tidak boleh menggantikan semua
Bacaan, termasuk Injil, dan Homili/Kotbah Imam.
39
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Sekali lagi, persiapan yang baik dan matang adalah setengah dari
kesuksesan sebuah acara. OMK pembawa tarian dan pemeran
drama/visualisai hendaknya mempersiapkan diri sebaik mungkin agar
sungguh mampu membawa seluruh umat beriman kepada
pemahaman dan pesan iman melalui Perayaan Ekaristi.
40
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB IX
BEBERAPA CATATAN
Kita patut mengapresiasi OMK yang selama ini telah berusaha untuk
mendalami imannya akan Yesus Kristus melalui berbagai macam
kegiatan antara lain: Perayaan Ekaristi OMK baik di
Lingkungan/Wilayah/Paroki, partisipasi OMK sebagai petugas liturgi
dalam Ekaristi bersama umat paroki, PDKK OMK, Komunitas
PS/Koor/VG/Music Ministry OMK, Doa dan Misa Taize, Pendalaman
Iman dan Kitab Suci, Retret dan Rekoleksi OMK, Camping Rohani OMK,
dan lain-lain. Kita juga mengapresiasi beberapa paroki yang
mempercayakan kepanitiaan acara tertentu kepada OMK.
Sungguh benar apa yang tertulis dalam salah satu halaman buku Acuan
OMK KAJ bahwa OMK sudah punya pengetahuan cukup dan akan selalu
berusaha mempelajari iman Katoliknya, tapi kadang mereka kurang
mendapat kesempatan dan tempat untuk mengaktualisasikan diri dan
imannya. Dan aktualisasi diri OMK KAJ sesungguhnya tidak terbatas
pada bidang liturgi semata – dalam hal ini perayaan Ekaristi – tetapi
juga pada keempat bidang pelayanan Gereja lainnya.
10 Ibid., hlm.10
41
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
42
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
43
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Para Uskup dan Imam harus bisa lebih peduli pada liturgi; apalagi dari
sekian banyak krisis yang dihadapi Gereja Katolik dewasa ini adalah krisis
liturgi. Para Imam harus memulai Katekese Liturgi di paroki masing-
masing khususnya bagi OMK sehingga setiap kita sampai pada
kesadaran bahwa Ekaristi adalah doa resmi dan tindakan Gereja yang
tidak bisa begitu saja diutak-atik.
Kata-kata dan tata cara liturgis yang telah dimatangkan selama berabad-
abad itu merupakan suatu pernyataan iman serta pemahaman akan
Kristus (Redemptoris Sacramentum 5).
Ada beberapa hal yang patut diindahkan dan didalami dengan lebih baik
lagi untuk melahirkan sebuah Perayaan Ekaristi yang khas OMK tanpa
harus mengorbankan keindahan Ekaristi yang memiliki sejarah panjang
dalam Gereja Katolik. Katekese Liturgi mempunyai peran yang penting.
Beberapa rekomendasi:
13‘Tidak jarang penyelewengan itu bersumber pada salah pengertian mengenai makna kebebasan’
(Redemptoris Sacramentum 7) ‘Misteri Ekaristi ini “terlalu agung bagi siapa pun juga untuk merasa bebas
memperlakukannya sesuai dengan pandangannya sendiri …” (Redemptoris Sacramentum 11).
44
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Musik adalah Rahmat Allah, bagian dari kehidupan dunia ini yang
memberi warna dan nada pada gerak hidup alam dan dunia kita sehari-
hari. Ada banyak jenis bunyi-bunyian, ada banyak ragam musik.
Perayaan Ekaristi bersama Orang Muda Katolik juga mempunyai ciri khas
itu. Seperti orang muda pada umumnya, sifat dinamis dan gembira
menjadi salah satu cirinya. Tentu ciri komunitas mempengaruhi. Tidak
sedikit juga orang muda mempunyai jiwa meditatif. Maka, sebagai tim
pelayan liturgi, tentu diperlukan pengetahuan dan kebijaksanaan dalam
memilih musik liturgi yang ‘pas’ yang dapat membantu umat saat itu.
Setiap perayaan mempunyai ciri khasnya, tidak ada yang sama. Selain
yang hadir, tema perayaan, tempat, ketersediaan alat musik memegang
peran yang menentukan.
45
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Bunyi – bunyian yang dihasilkan oleh alat musik band mempunyai warna
khas. Bunyi alat musik band juga bagian dari Rahmat Allah. Namun musik
band, dalam pertumbuhan musik dunia, banyak sekali berperan dalam
kehidupan musik profan duniawi, sehingga ketika bunyi band terdengar,
‘telinga umum’ akan lebih mudah untuk mengingat hal-hal duniawi yang
terjadi di seputar kehidupan ‘band’ tetapi lain cerita bagi orang muda
pencinta musik band. Yang dapat merasakan indahnya Kasih Allah
dengan bunyi-bunyian ‘band’ tersebut. Bila komunitas itu berkumpul
merayakan liturgi, tentu alat musik band akan menjadi pilihan mereka,
karena sangat membantu mereka berjumpa dengan Allah. Sebaliknya
bila mereka diperdengarkan musik orgel pipa dengan nyanyian-nyanyian
Gregorian mereka tidak dapat merasakan ‘jiwa’ dari nada-nada yang
dihasilkan. Sehingga suasana yang diciptakan tidak membantu
perjumpaan mereka dengan Allah.
Demikianlah, dalam musik Liturgi tidak ada yang ‘mutlak salah dan
benar’; tidak ada yang mutlak ‘boleh dan tidak boleh’. Bagaimana kita
melihat umat yang kita layani, bagaimana kita melihat peran musik,
nyanyian, dan doa liturgi. Bagaimana kita sebagai imam dan tim pelayan
liturgi berupaya membantu umat (OMK) berjumpa dengan Allah dalam
peristiwa kudus ini dalam tema, rangkaian doa dan bacaan Sabda-Nya,
juga musik nyanyiannya.
46
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
BAB X
PENUTUP
Kami akhiri paparan ini dengan mengutip kembali butir penting dari PUMR:
“Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama Umat Allah
yang tersusun secara hierarkis. Bagi Gereja universal dan Gereja partikular,
maupun bagi setiap Umat beriman, Ekaristi merupakan pusat seluruh
kehidupan Kristiani (SC 41, LG 11, PO 2.5.6; CD 30; UR 15; ME 3e). Sebab
dalam Perayaan Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia, dan
puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah dalam Roh
Kudus (SC 10). Kecuali itu, Perayaan Ekaristi merupakan pengenangan misteri
penebusan sepanjang tahun. Dengan demikian, boleh dikatakan misteri
penebusan itu dihadirkan untuk Umat (SC 102).” (PUMR 16).
“Oleh karena itu, sungguh penting untuk mengatur Perayaan Ekaristi atau
Perjamuan Tuhan tersebut sedemikian rupa sehingga para pelayan dan
umat beriman lainnya, dapat berpartisipasi dalam perayaan itu menurut
tugas dan peran masing-masing, serta dapat memetik buah-hasil Ekaristi
sepenuh-penuhnya (SC 14, 19, 26, 28, 30). Itulah yang dikehendaki Kristus
ketika menetapkan kurban ekaristis Tubuh dan Darah-Nya. Dengan maksud
itu pula, Ia mempercayakan misteri ini kepada Gereja, mempelai-Nya yang
terkasih, sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya (SC 47).”
(PUMR 17).
47
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
Kami sangat percaya bahwa OMK sejati adalah OMK yang mencintai,
menghormati dan selalu merindukan Perayaan Ekaristi, doa resmi dan amat
agung kita, umat beriman Katolik. Semoga katekese sederhana ini menjadi
dukungan nyata bagi OMK untuk sungguh menikmati Perayaan Ekaristi, dan
bukan semakin ingin meninggalkannya. Salam. Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
48
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
DAFTAR PUSTAKA
49
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
50
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ
51