Anda di halaman 1dari 58

PANDUAN

PENYELENGGARAAN EKARISTI
BERSAMA OMK KAJ

(ad experimentum)

Komisi Kepemudaan dan Komisi Liturgi


Keuskupan Agung Jakarta
2018
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ


@ 2018

Komisi Kepemudaan dan Komisi Liturgi Keuskupan Agung Jakarta


Gedung Karya Pastoral (GKP)
Jl. Katedral 7, Jakarta 10710
Telp: (021) 351-9193, Fax: 385-5752
E-mail: komkepkaj7@gmail.com

ii
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

NIHIL OBSTAT DAN IMPRIMATUR

Segala isi buku ini yang menyangkut kebenaran iman dan ajaran Gereja Katolik
telah diperiksa oleh Tim Kajian Keilmuan Dewan Karya Pastoral KAJ dan telah
melalui proses diskusi bersama Komisi Liturgi KAJ dan Komisi Kepemudaan KAJ
serta dipresentasikan di hadapan Pengurus Pleno Dewan Karya Patoral KAJ.

Pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam


Jakarta, 26 November 2017

Tanpa Halangan (Nihil Obstat)


RD. H. Sridanto Aribowo Nataantaka
Komisi Liturgi KAJ

Boleh Disebarluaskan (Imprimatur)


RD. Samuel Pangestu
Vikaris Jendral KAJ

iii
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

KATA PENGANTAR

Tahun liturgi 2016, Keuskupan Agung Jakarta mendeklarasikan Yubileum


Kerahiman Allah yang memerdekakan selaras dengan perayaan Yubileum
Kerahiman Illahi Gereja Universal. Secara khusus Komisi Liturgi dan Komisi
Kepemudaan KAJ, bersama-sama mengangkat kepedulian terhadap Orang
Muda Katolik, terutama kepedulian hidup liturgi orang muda yang
memerdekakan.

Memerdekakan berarti semakin mengarahkan hidup orang muda semakin


mencintai Ekaristi dan semakin memperteguh iman dalam berelasi dengan
Tuhan. Untuk itulah Panduan ini lahir.

Orang muda dalam perjalanan sejarah Gereja senantiasa berada di garda


terdepan dalam perannya membuat Gereja semakin hidup. Demikian juga di
Keuskupan Agung Jakarta ini. Dalam evaluasi bersama penyelenggaraan
Tahun Ekaristi 2012, mengawali ARDAS 2011-2015, lalu melanjutkan arah
Dasar 2016-2017 dalam mengamalkan Pancasila ada beberapa kepedulian
bersama. Salah satu kepedulian utama adalah kehidupan iman orang muda
khususnya kehidupan berliturgi. Bersama Romo Benny, CICM yang menjadi
moderator liturgi Dekenat Barat 1, OMK dan penggiat liturgi orang muda di
Dekenat Barat 1 bersedia mencoba merintis panduan ini. Rencana awal akan
dipergunakan membantu penyelenggaraan perayaan Ekaristi bersama OMK
di Dekenat Barat 1.

Dalam proses selanjutnya, setelah terjadi proses penyempurnaan, akhirnya


panduan ini diwujudkan di paroki-paroki yang ada di Dekenat Barat 1. Hasil
panduan yang baik ini dilihat dapat membantu penyelenggaraan OMK di
dekenat lain. Maka setelah dilengkapi landasan teologis - biblis, katekese
liturgi dan landasan pastoral yang ditulis dalam butir-butir ringkasan, Komisi
Kepemudaan dan Komisi Liturgi membawa panduan ini untuk disosialisasikan
di tingkat Keuskupan. Dimulai dalam suatu sarasehan yang dimotori oleh
Komisi Kepemudaan, draft ini diangkat dan diusulkan di tingkat yang lebih
tinggi di KAJ dengan mendapat masukan dari para aktivis Orang Muda Katolik,
para pengurus liturgi orang muda di seluruh paroki di KAJ. Terakhir draft ini
juga mendapat masukan dari Tim Kajian Lintas Keilmuan Dewan Karya
Pastoral KAJ, sebelum dipertanggungjawabkan kepada Dewan Karya Pastoral

iv
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Pleno Keuskupan Agung Jakarta, sebelum akhirnya kepada Kuria KAJ dan
Bapak Uskup.

Puji Tuhan akhirnya proses yang berjalan hampir dua tahun ini pun masuk
tahap akhir dan tersusun seperti yang dapat dibaca saat ini. Dan mulai saat
ini diterapkan secara ad experimentum di tingkat KAJ.

Harapan Komisi Liturgi dan Komisi Kepemudaan, semoga dengan kehadiran


panduan ini kehidupan liturgi OMK KAJ semakin marak dan memerdekakan.
Iman OMK semakin diperteguh dan relasi dengan Yesus sebagai sahabat
semakin erat dan sungguh hadir dalam penghayatan kehidupan nyata sehari-
hari. Kritik saran membangun demi penyempurnaan Panduan Ekaristi OMK
KAJ ini senantiasa kami nantikan.

Jakarta, Mei 2017

Salam liturgi, Salam

RD.Sridanto Aribowo RD.Albertus Yogo


Ketua Komisi Liturgi KAJ Ketua Komisi Kepemudaan KAJ

v
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

DAFTAR ISI

NIHIL OBSTAT DAN IMPRIMATUR ...................................................................iii


KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 2
I. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PANDUAN ...................................... 2
II. TUJUAN PANDUAN DIBUAT ............................................................... 4
III. ISI PANDUAN ..................................................................................... 4
IV. KAPAN PANDUAN DAPAT DIPERGUNAKAN ........................................ 5
BAB II PASTORAL EKARISTI BERSAMA OMK ..................................................... 6
I. Siapa Itu OMK? .................................................................................. 6
II. Apa Visi, Misi dan Strategi Pendampingan dan Pembinaan Iman OMK?
………………………………………………………………………………………………………….6
III. Apa Dimensi dan Bidang Pendampingan Iman OMK? ......................... 6
IV. Apa itu Ekaristi bersama OMK? .......................................................... 7
V. Apa itu Ekaristi bersama OMK? .......................................................... 8
VI. Liturgi yang hidup dan memerdekakan dalam Arah Dasar KAJ 2016 –
2020 .................................................................................................. 9
BAB III LANDASAN TEOLOGIS DAN BIBLIS PERAYAAN EKARISTI ..................... 12
BAB IV KATEKESE EKARISTI BERSAMA OMK .................................................. 15
I. Makna ‘Ekaristi Bersama Orang Muda Katolik’ ................................. 15
II. Katekese Umum Ekaristi .................................................................. 16
BAB V MEMPERSIAPKAN PERAYAAN EKARISTI BERSAMA OMK ..................... 20
BAB VI TATA PERAYAAN EKARISTI ................................................................. 23
BAB VII LAGU-LAGU DAN ALAT MUSIK .......................................................... 26
I. Pengertian Umum ............................................................................ 26

vi
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

II. Musik dan Nyanyian Liturgis ............................................................ 26


III. Alat Musik Liturgi ............................................................................. 29
IV. Rekomendasi ................................................................................... 31
BAB VIII TARIAN/DRAMA/VISUALISASI .......................................................... 34
BAB IX BEBERAPA CATATAN ......................................................................... 41
I. OMK DAN KEHIDUPAN DOA – BERIBADAH – EKARISTI ..................... 41
II. KATEKESE LITURGI, PERAN DAN MAKNANYA KHUSUSNYA BAGI OMK
………………………………………………………………………………………………………..42
III. BEBERAPA HAL MENYANGKUT TATA PERAYAAN EKARISTI ............... 44
IV. MUSIK LITURGI ................................................................................ 45
BAB X PENUTUP............................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49
SUMBER PUSTAKA LAIN ................................................................................ 50

vii
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Sebab melalui Liturgilah, terutama dalam Korban Ilahi Ekaristi, “terlaksana


karya penebusan kita” (Sacrosanctum Concilium2)

1
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PANDUAN

Pertemuan para Pastor Moderator dan Pengurus Seksi Kepemudaan


Paroki se-KAJ di bulan September 2006 menghasilkan usulan mengenai
Penyelenggaraan Ekaristi bersama OMK. Beberapa usulan konkrit
lainnya dipercayakan kepada Komisi Kepemudaan (KomKep) untuk
dirumuskan bersama dengan Komisi Liturgi (KomLit). Pada tanggal 16
Januari 2007, kedua komisi tadi telah menghasilkan ‘Acuan untuk
Penyelenggaraan Perayaan Ekaristi Bagi OMK’ (Surat Keputusan
No.:06/Rek/K3AJ/I/07).

Suksesi penggembalaan di Keuskupan Agung Jakarta menelurkan Arah


Dasar Pastoral (2011-2015): ‘Gereja Keuskupan Agung Jakarta bercita-
cita menjadikan Umat Allah yang, atas dorongan dan tuntunan Roh
Kudus, semakin memperdalam imannya akan Yesus Kristus,
membangun persaudaraan sejati dan terlibat dalam pelayanan kasih
di tengah masyarakat.’ Dan untuk mencapai sasaran ArDas yang
pertama: memperdalam iman akan Yesus Kristus, Keuskupan Agung
Jakarta menetapkan tahun 2012 sebagai Tahun Ekaristi, mengusung
tema: ‘Dipersatukan dalam Ekaristi, Diutus untuk Berbagi’.

Setelah setahun bergumul dan berjuang untuk memperdalam iman


umat dengan menggelar berbagai macam kegiatan Katekese Liturgi
(Seminar Ekaristi, Kongres Ekaristi, Pelatihan dan Pembinaan para
Pelayan Liturgi) dan aneka Perayaan (Ekaristi dan Adorasi Sakramen
Maha Kudus), maka Tahun Ekaristi pun ditutup dengan beberapa
evaluasi dan agenda penting yang menjadi pekerjaan rumah Komisi
Liturgi. Beberapa diantaranya adalah: (1) Melanjutkan pembinaan,
pelatihan dan pendampingan bagi semua Pelayan Liturgi, (2)
Mendorong dan mendesak secara serius Katekese Liturgi sehingga umat
secara kesuluruhan, dan OMK secara istimewa, kian mampu memahami
makna Ekaristi dan terdorong untuk mencintai dan terlibat aktif
berekaristi, serta menjadikannya sebagai sumber dan puncak hidup
umat beriman, (3) Menyusun semacam acuan/kaidah umum bagi semua

2
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Pelayan Liturgi dan Perayaan Liturgi (Sakramen Perkawinan). Acuan atau


kaidah dimaksud tidak pertama-tama bertujuan untuk membatasi atau
mengekang gerakan Roh dalam Liturgi, tetapi agar seluruh Umat Allah
di Keuskupan Agung Jakarta semakin rindu dan berhasrat merayakan
Ekaristi yang hidup, serta (4) Menganimasi umat Katolik untuk
mengindahkan perutusan Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Hidup harian
menjadi ladang terbaik untuk mengaktualisasikan semua pesan yang
kita peroleh dalam Perayaan Ekaristi.

Melanjutkan agenda-agenda di atas, Komisi Liturgi mengajak tim liturgi


dekenat untuk berpartisipasi menyusun panduan umum yang disusun
berdasarkan kebutuhan umat di KAJ terutama dengan melihat keadaan
di paroki atau dekenatnya menjadi contoh awal. Setelah panduan
disusun dapat dibagikan ke dekenat lain untuk dipergunakan dan
mendapat usul saran penyempurnaannya.

Untuk panduan penyelenggaraan Ekaristi OMK, tim liturgi Dekenat Barat


1 bersedia membantu. Para pengurus Seksi Liturgi se-Dekenat Barat 1
dan perwakilan Pengurus OMK Paroki se-Dekenat Barat 1, dikoordinasi
Pastor Thomas Claudius, CICM mulai berproses menyusun panduan
dengan mengindahkan acuan bersama tahun 2007 itu, dan berupaya
untuk memberi penjabaran dan catatan-catatan pokok untuk
mendorong OMK lebih mencintai, melibatkan diri dan menghidupi
perutusan Ekaristi, yang rampung pada pertengahan Juni 2015. Panduan
ini kemudian disosialisasikan dalam kalangan terbatas di tingkat
Keuskupan setelah mendengar kebutuhan OMK melalui perwakilan
penggiat liturgi OMK paroki. Untuk kemudian disempurnakan untuk
menjadi Panduan ad experimentum Penyelenggaraan Ekaristi bersama
OMK di KAJ.

Dalam perkembangan selanjutnya dalam Arah Dasar 2015-2020,


Keuskupan Agung Jakarta telah menelurkan Arah Dasar “Amalkan
Pancasila”. Di sini orang muda masih mendapat sasaran prioritas
pertama dalam kaderisasi pelayanan pastoral. Dan Liturgi yang hidup
serta memerdekakan sungguh ditempatkan dalam sasaran prioritas
ketiga selama lima tahun perjalanan Arah Dasar 2016-2020.

3
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

II. TUJUAN PANDUAN DIBUAT

A. Melalui panduan ini, Keusukupan Agung Jakarta ingin lebih


mendorong keterlibatan aktif OMK dalam Ekaristi dengan segala
kreativitasnya untuk menyelenggarakan Ekaristi yang hidup dan
memerdekakan. Hidup dan merdeka bukan berarti sebebasnya (lihat
catatan I.6).

B. OMK sebagai bagian dari kehidupan Gereja dan masyarakat


selayaknya ikut serta membangun iman umat yang semakin
tangguh. Melalui pewartaan Injil dan penyelenggaraan Ekaristi yang
hidup, berdaya pikat rohani yang menguduskan, berharap
membantu iman bertumbuh dan berbuah indah dalam segala hal.

C. Walaupun Ekaristi mempunyai tata perayaan yang anggun, Ekaristi


bukan sekedar upacara, ritual, tetapi perayaan iman yang
menguduskan dan menyelamatkan, membangun Tubuh Kristus,
menghadirkan ‘Roh semangat dan sukacita Injili’, juga dalam
kehidupan sehari-hari dengan demikian memuliakan Allah.

III. ISI PANDUAN

A. Panduan ini bersifat arahan umum dan katekese singkat. Disusun


untuk membantu penyelenggaraan Ekaristi mulai dari persiapan
sampai perutusannya. Berharap dapat memberi pencerahan dan
membantu penghayatan Ekaristi.

B. Tanpa meninggalkan nilai dan tata perayaan Ekaristi umum, ada
beberapa anjuran bagaimana beberapa hal dapat disesuaikan,
misalnya bahasa yang digunakan. Termasuk bahasa pengantar,
homili, nyanyian dan doa (kecuali doa dan nyanyian resmi Ekaristi
terutama Doa Syukur Agung). Juga dekorasi, persembahan, musik,
tarian dan kreativitas lain sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
penghayatan Ekaristi.


4
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

IV. KAPAN PANDUAN DAPAT DIPERGUNAKAN

A. Panduan ini bersifat ad experimentum berarti terbuka untuk usul


saran perbaikan terutama usul saran yang membangun. Berharap
panduan ini digunakan seluasnya dan mengalami uji coba yang
sesungguhnya di lingkungan OMK Keuskupan Agung Jakarta sejak
mulai disosialisasikan. Hasilnya diharapkan akan memperkaya
penyempurnaan panduan ini.

B. Tim dari Komisi Kepemudaan – Komisi Liturgi Keuskupan Agung


Jakarta, akan berusaha mendampingi dalam proses sosialisasi dan
pembelajaran bersama panduan ini, terutama pada proses awal di
dekenat-dekenat. Tim ini juga sangat mengharapkan usul saran
kreatif yang membangun, yang dapat membantu terselenggaranya
katekese dan liturgi yang hidup dan memerdekakan, yang akan
dirangkum dalam penyempurnaan panduan ini.

5
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB II
PASTORAL EKARISTI BERSAMA OMK

I. Siapa Itu OMK?1


Orang Muda Katolik (OMK) adalah mereka yang sudah dibaptis dalam
Gereja Katolik, rentang usia 13-35 tahun, belum menikah, berdomisili di
wilayah Gerejawi Keuskupan Agung Jakarta. OMK merupakan bagian
integral dari gereja dan masyarakatnya. Maka tidak ada pilihan lain ikut
serta, aktif-kritis-kreatif-konstruktif dalam gerakan mewartakan kabar
baik bagi semua orang. Basis OMK yang disasar himbauan ini adalah
mereka yang ada di Basis Teritorial dan Kategorial.2

II. Apa Visi, Misi dan Strategi Pendampingan dan Pembinaan Iman OMK?
Visi pendampingan dan pembinaan OMK dengan sendirinya sejalan
dengan Arah Dasar KAJ 2016-2020 yakni berkembangnya OMK yang
tangguh dalam iman, terlibat dalam persaudaraan inklusif, dan
berbelarasa terhadap sesama dan lingkungan hidup.

Gereja KAJ ingin membangun spiritualitas OMK dengan mendorong,


mendukung dan menjadikan OMK semakin berkualitas dalam iman,
yakni berpusat pada Ekaristi yang diperkokoh dengan pendalaman
Sabda Tuhan dan Ajaran Gereja yang dihayati melalui perayaan dan
penerimaan sakramen-sakramen suci.

III. Apa Dimensi dan Bidang Pendampingan Iman OMK? 3


Salah satu dimensi arah dan tujuan Karya Pastoral OMK KAJ adalah
Dimensi Katolisitas. OMK difasilitasi untuk bertumbuh dan berkembang
dalam pengetahuan dan penghayatan Iman Katolik, dengan segala
ajaran dan tradisinya secara baik dan benar.
Pengembangan Iman Katolik OMK merupakan sesuatu yang mendasar,
darinya OMK menimba inspirasi, pengetahuan, semangat dan
spiritualitas kekatolikan yang kuat.

1 KomKep KAJ, Buku Acuan OMK KAJ, 2011, hlm.1.


2 Basis Teritorial adalah OMK yang berdomisili di sebuah Lingkungan dan/ atau Wilayah apabila di suatu
Lingkungan jumlah OMK sangat minim. Dan Basis Kategorial adalah OMK yang membangun suatu komunitas
dan melakukan kegiatan berdasarkan kesamaan minat, bakat, usia, pendidikan, profesi dan lain-lain.
3 Ibid., hlm.11-13

6
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain:


1. Aneka kegiatan rohani seperti penghayatan
sakramen, khususnya Ekaristi, doa pribadi, doa
bersama dan pendalaman Kitab Suci.

2. Pendalaman iman, baik pribadi maupun


bersama-sama; mempelajari dan mengenal
ajaran dan tradisi Gereja Katolik, misalnya
melalui Katekismus Gereja Katolik dan dokumen
resmi Gereja.

3. Pengenalan, penghayatan akan panggilan


seluruh umat beriman, tidak terkecuali OMK,
dalam Tritugas Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi
dan Raja.

4. Melibatkan OMK dalam seluruh bidang


kehidupan menggereja: persekutuan (Koinonia),
pewartaan (Kerygma), ibadat (Liturgia),
pelayanan (Diakonia) dan kesaksian (Martyria)
sebagai pelaksanaan perutusan Ekaristi.

IV. Apa itu Ekaristi bersama OMK?


Gereja KAJ mendorong peran yang amat besar bagi perkembangan iman
OMK pasca-baptis. Salah satu bentuk yang diupayakan Gereja adalah
praktek hidup berliturgi, berekaristi bersama OMK. Mendorong
keterlibatan aktif OMK dalam Ekaristi sejatinya jauh lebih mudah karena
bersama dengan umat dewasa lainnya, OMK harus mengindahkan
Pedoman Umum Misale Romawi (Institutio Generalis Missalis Romani,
Roma, 3 April 1969); berbeda dengan Ekaristi bersama anak yang diatur
dalam Pedoman Misa Bersama Anak-Anak (Directorium de Missis cum
Pueris, Roma, 1 November 1973).

Ada tiga macam pemahaman Ekaristi bersama OMK, yaitu:

1. Perayaan Ekaristi Umum (Misa Hari Minggu atau Hari Raya


Gereja, Misa Wilayah/Lingkungan) bersama Umat yang

7
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

melibatkan OMK sebagai Pelayan Liturgi (Misdinar/Putra


Altar, Putri Sakristi, Lektor/is, Pemazmur/Solis, Dirigen dan
Koor/Paduan Suara/Vocal Group OMK, Tim Musik OMK,
Kolektan dan Pelayan Tata Tertib).

2. Perayaan Ekaristi Khusus yang hanya diikuti oleh OMK.


Perayaan Ekaristi ini sangat memungkinkan sebagai Perayaan
Ekaristi tematis-kreatif.

3. Perayaan Ekaristi Plus bersama OMK. Suatu acara


kebersamaan OMK, baik teritorial maupun kategorial, yang
dikemas sepaket: Perayaan Ekaristi yang dilanjutkan dengan
acara kebersamaan OMK yang bisa diisi dengan katekese
khas OMK, ajang kreatifitas (dinamika group) atau ramah
tamah bersama untuk memupuk semangat keakraban,
persatuan, dan persaudaraan OMK.

V. Apa itu Ekaristi bersama OMK?


Melalui Liturgi, khususnya Ekaristi, Kristus sendiri hadir sebagai Kepala
Gereja. Gereja yang merupakan Tubuh-Nya, mempersatukan
persembahan seluruh umat yang hadir dengan Roti-Anggur yang juga
Tubuh dan Darah-Nya menjadi satu persembahan hidup kepada Allah.
Mengantar pada keselamatan kekal. Memberi ‘hidup’, juga dalam
keseharian menyatukan duniawi dengan surgawi.

Umat termasuk OMK juga didorong untuk bertumbuh dan menempa


iman melalui pemahaman tugas iman Gereja yang utuh (SC 9), antara
lain melalui:

1. Keterlibatan dalam menghidupkan peribadatan dan


kehidupan doa yang menguduskan (Liturgia) termasuk
membangun kehidupan doa dan devosi (olah kesalehan) (SC
12-13);

2. juga OMK didorong untuk membangun iman melalui


seluruh perutusan Ekaristi dengan mengembangkan
pewartaaan Kabar Gembira (Kerygma);

8
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

3. menghadirkan dan menghidupkan persekutuan Gereja


(Koinonia);

4. memajukan karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia);

5. memberi kesaksian sebagai murid-murid Kristus (Martyria).

VI. Liturgi yang hidup dan memerdekakan dalam Arah Dasar KAJ 2016 –
2020

A. Sesuai dengan ARDAS (Arah Dasar) Keuskupan Agung Jakarta, 2016


– 2020, panduan ini diharapkan dapat membantu umat khususnya
Orang Muda Katolik untuk semakin tangguh dalam iman melalui
penyelenggaraan katekese dan liturgi yang hidup dan
memerdekakan.

B. Liturgi yang hidup mempunyai makna bagaimana membawa


perubahan dan transformasi atas perayaan dan ibadat sehingga
menginspirasi umat beriman untuk menghayati tradisi dan ajaran
Gereja dalam hidup keseharian. Betapa tidak boleh dipisahkan
antara hidup doa dan karya, liturgi dan pelayanan sehari-hari.

C. Konstitusi Liturgi (SC 10) dengan jelas mengatakan “Liturgi berdoa,


supaya mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari, apa yang
mereka peroleh dalam iman”.

D. Liturgi yang memerdekakan, mempunyai makna bagaimana liturgi


akhirnya juga mengarahkan seorang beriman dengan kehendak
bebasnya mampu berelasi dengan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus
dan dengan jiwa yang merdeka membawa makna liturgi dalam hidup
sehari – hari. Beribadah bukanlah kewajiban. Liturgi bukan sekedar
upacara dan ritual.

E. Liturgi adalah perayaan iman Gereja akan misteri penyelamatan


Allah yang terlaksana dalam diri PuteraNya yaitu Yesus Kristus.
Liturgi bertitik tolak dari sejarah keselamatan manusia. Liturgi adalah
saat dimana “diaktualisasi” atau diwujudnyatakan karya

9
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

keselamatan kita dengan cara yang sedemikian rupa sehingga


melalui perwujudan karya itu, misteri Kristus dan misteri hidup
Gereja menjadi nyata di dalam kehidupan bagi setiap orang.

F. Dalam liturgi berlangsung peristiwa perjumpaan Allah dan umat


beriman. Allah dengan bebas menjumpai umat beriman dan umat
beriman dengan merdeka menanggapi wahyu Allah. Ada proses
glorifikasi (pemuliaan) Allah dan proses sanctifikasi (pengudusan)
manusia. Keduanya terjadi dengan tanggung jawab manusia yang
merdeka dan kebebasan Allah untuk mencintai manusia.

G. Bahasa, musik, nyanyian, tarian, simbol, tata gerak, dekorasi,


semuanya hanyalah membantu. Karena itu, imam dan tim pelayan
liturgi didorong untuk tekun dan seksama mempersiapkan segala
yang diperlukan untuk penyelenggaraan perayaan Ekaristi yang akan
membantu umat yang hadir saat itu. Termasuk pilihan nyanyian atau
pun adanya tarian.

H. Betapa Rahmat mahaagung dan mahakudus ini selayaknya


ditanggapi dengan tanggung jawab iman, sikap perilaku dan hati,
jiwa yang pantas dan penuh syukur. Liturgi bukanlah upacara yang
berbicara benar salahnya suatu ritual. Atau mempersoalkan
perbedaan dengan latar belakang budaya, apalagi menyebabkan
retaknya semangat persaudaraan.

I. Ada banyak simbol, ada banyak gerak bersama, musik yang


mengiringi. Berdoa, bernyanyi bermazmur, merenungkan Sabda,
beribadah, mempersembahkan dan menyatukan hati dan seluruh
usaha dan hidup kita dengan Kristus sendiri, dalam komuni, satu
iman, satu Tubuh.
J. Perayaan Ekaristi di Keuskupan ini membangun persekutuan umat
Allah, membangun Gereja KAJ, membangun Gereja Indonesia, bukan
membangun Gereja di KAJ, di Indonesia. Kebersamaan partisipatif ini
menunjuk pada jiwa yang merdeka yang telah dibebaskan,
diselamatkan dari dosa dan dipersatukan dalam Kristus.
Mempersatukan diri dan menyambut Kristus yang berpuncak dalam

10
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

‘komuni’. Liturgi adalah perayaan iman Gereja, perayaan kehidupan.


Liturgi, sumber dan puncak kehidupan Kristiani.

11
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB III
LANDASAN TEOLOGIS DAN BIBLIS PERAYAAN EKARISTI

I. Allah menghendaki supaya semua manusia selamat dan mengenal


kebenaran (1Tim 2:4). Karya penebusan manusia dan pemuliaan Allah
telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama.
Karya itu diselesaikan oleh Kristus terutama dalam misteri Paskah,
sengsaraNya yang suci, kebangkitanNya dari alam maut dan
kenaikanNya dalam kemuliaan’. Dengan misteri itu, Kristus
menghancurkan maut kita dengan wafatNya dan membangun kembali
hidup kita dengan kebangkitanNya (SC 5).

II. Setelah kenaikan Kristus dalam kemuliaan, Roh Kudus turun atas para
Rasul. Mereka yang mendapat amanat Petrus, ‘dibaptis’. Komunitas
umat beriman inipun muncul dan berkembang, Gereja perdana lahir.
Mereka bertekun dalam ajaran para Rasul serta selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa sambil memuji Allah (Kis 2:41-47).

III. Sejak itu Gereja tidak pernah lalai merayakan misteri Paskah. Di situ
mereka membaca apa yang tercantum tentang Dia dalam seluruh Kitab
Suci (Luk 24:27), mereka merayakan Ekaristi, yang menghadirkan
kemenangan dan kejayaanNya atas maut dan sekaligus mengucap
syukur kepada Allah atas karuniaNya yang tidak terkatakan (2Kor 9:15)
dalam Kristus Yesus, untuk memuji keagunganNya (Ef 1:12) dengan
kekuatan Roh Kudus. Demikian karya keselamatan, dilestarikan oleh
Gereja, terlaksana dalam liturgi (SC 6).

IV. Liturgi berpuncak pada Ekaristi, pada misteri Paskah, puncak Cinta Allah
kepada manusia.

A. Ekaristi diselenggarakan atas pesan Yesus sendiri pada para


muridNya pada ‘perjamuan malam terakhir’, sebelum sengsara,
wafat dan kebangkitanNya. Sesuai tradisi perjamuan syukur makan
bersama kepala keluarga Yahudi dengan menggunakan doa Birkat
Hamazon (Doa Syukur Agung), di sebuah ruang perjamuan salah
satu rumah di Yerusalem. Yesus meminta murid-Nya
mempersiapkan perjamuan itu sesuai dengan yang dikehendaki-
Nya.

12
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

B. Dalam perjamuan yang kurang lebih diselenggarakan mengikuti


tradisi Paskah Yahudi itu, Yesus memberi ‘pesan dalam kata dan
tindakan’, sebagai Putera Allah yang diutus untuk menyelamatkan
manusia dengan memberikan diri-Nya (tubuh dan darah) menjadi
santapan hidup abadi sebagai tanda cinta kasih yang sejati.

C. Yesus mengucap syukur, memecah dan membagi roti dengan


‘rangkaian kata ’ yang mengungkapkan bahwa roti yang dipecah dan
dibagi itu adalah tubuh-Nya yang diserahkan bagi para murid dan
piala anggur yang diminum itu adalah piala darah-Nya, darah
perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagi para murid dan
bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Yesus juga berpesan
agar mereka melakukannya untuk mengenangkan Dia dan
mewartakanNya sampai kedatanganNya kembali. (Luk 22:17-20;
Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; 1Kor 11:24-26).

D. ‘Rangkaian kata dan tindakan’ Yesus yang lain pada saat itu adalah
membasuh kaki para rasul saat perjamuan berlangsung. Yesus
mengajarkan nilai kasih sejati dan teladan untuk saling mengasihi.
(Yoh 13:2-17).

E. Mengucap syukur, memecah-mecah dan membagi roti, saat


perjamuan makan bersama para murid, juga menjadi tanda
kehadiran Kristus setelah wafatNya. Para murid Kristus di Emaus
mengenali kehadiran Guru-Nya yang telah wafat, saat Kristus
mengambil roti, mengucap berkat memecah-mecah dan
memberikan roti kepada mereka (Luk 24:13-31).

F. Gereja perdana lahir dan bertumbuh sampai saat ini dan berlanjut
melaksanakan pesan Yesus saat perjamuan malam terakhir,
perjamuan kurban salib, perayaan puncak cinta Allah kepada
manusia, dalam tradisi Ekaristi.

G. Ekaristi, perayaan puncak iman Gereja, perayaan utama dan sumber


hidup Gereja (SC 47). Tradisi ini pun secara unik mengalami berbagai
perubahan sesuai dengan perjalanan ziarah iman Gereja. Untuk
melaksanakan karya sebesar ini, Kristus selalu mendampingi Gereja-
Nya. Kristus hadir dalam diri imam dan pelayan liturgi, hadir dalam
kurban Ekaristi dalam rupa roti anggur, dalam sakramen. Ia hadir
dalam SabdaNya. Ia hadir ketika Gereja memohon dan bermazmur.

13
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Bila dua tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku berada di antara
mereka (Mat.18:20). Kristus selalu hadir dalam Ekaristi (SC 7).

H. Gereja pun dengan seluruh hirarkinya mempunyai tanggungjawab


iman penuh untuk tekun mengupayakan semua nilai misteri agung
ini, supaya selalu hadir selaras dengan pesan dan mandat Kristus
sendiri, namun dengan tetap terus membuka diri dan menggali nilai
misteri Kasih-Nya yang mulia dalam Terang Rahmat-Nya, agar
semakin mudah dihayati sesuai keadaan umat (SC 41,42,43).

I. Konsili Vatikan II mengamanatkan supaya Tata Perayaan Ekaristi


ditinjau sedemikian rupa sehingga umat beriman lebih mudah ikut
serta. Upacara dapat disederhanakan dengan tetap
mempertahankan hal-hal pokok. Konsili ini juga mendorong supaya
selalu belajar dari perjalanan ziarah iman Gereja dan keseluruhan
tradisi. Dalam Terang Roh Kudus, dapat dipertimbangkan untuk
menghilangkan hal-hal yang kurang berguna; namun beberapa nilai
baik yang telah memudar tetapi berguna membangun iman dan
hidup rohani umat, dapat dihidupkan kembali. (SC 50)

J. Gereja kini sangat terbuka dan mendorong partisipasi umat. Umat


lebih didekatkan dengan Liturgi Kudus. Hendaknya mereka rela
diajar Sabda Allah, disegarkan santapan Tubuh Tuhan, bersyukur
kepada Allah. Dengan demikian, mereka didorong tekun belajar
mempersembahkan diri bukan hanya dalam perayaan, tetapi juga
tekun mempersembahkan diri setiap waktu berkat perantaraan
Kristus. Berkat persatuan erat dengan Kristus yang telah disambut
dalam Komuni Kudus, hidup mereka makin penuh dipersatukan
dengan Allah dan antar mereka sendiri, sehingga Allah menjadi
segalanya dalam semua. (SC 48)

14
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB IV
KATEKESE EKARISTI BERSAMA OMK

I. Makna ‘Ekaristi Bersama Orang Muda Katolik’

A. Ekaristi bersama OMK’ tidak berbeda makna dengan Ekaristi pada


umumnya. Pada dasarnya Ekaristi adalah perayaan resmi Gereja
yang di satu pihak mengacu kepada Pedoman Umum Misale Roma
dan di lain pihak juga pada dokumen khusus Gereja mengenai
perayaan Ekaristi untuk kategorial, misalnya seperti Dokumen
Perayaan Ekaristi bersama Anak.

B. Namun keterlibatan dan peran aktif orang muda dalam ‘Ekaristi


bersama OMK’ mendapat tempat khusus, terutama Ekaristi yang
hanya dihadiri oleh orang muda.

C. Kebersamaan iman dalam rentang usia yang tidak jauh berbeda ini
diharapkan dapat lebih membantu menumbuhkan dan menempa
iman melalui penghayatan Rahmat Ekaristi yang menguduskan
manusia (santifikasi), dan memuliakan Allah (glorifikasi).

D. Ekaristi berakar, berawal dari perjamuan malam terakhir yang


diselenggarakan Yesus bersama para muridNya. Secara
berkesinambungan dilanjutkan para Rasul dan Gereja-Nya setelah
kebangkitanNya, sampai saat ini dan sampai perjamuan surgawi
kelak pada akhir zaman nanti.

E. Allah sendiri yang memanggil dan mengundang kita dalam Ekaristi.

F. Ekaristi bersama OMK, berarti perjamuan Kristus bersama OMK.

G. Allah sendiri yang mengundang memanggil orang muda untuk


beribadah bersama.

H. Kebersamaan beribadah yang partisipatif. Dengan menggunakan


‘bahasa orang muda’ yang lebih mudah dipahami, termasuk homili
imam, pilihan nyanyian dan alat musik, tarian atau pun
kreativitasnya, OMK beribadah bersama, berdoa, bernyanyi,
memuliakan Allah dalam kebersamaan iman dan kasih. Berharap

15
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

suasana sukacita Injili yang diciptakan dapat membantu


penghayatan misteri Ekaristi yang agung.

I. Kebersamaan partisipatif ini sudah dimulai sejak mempersiapkan


perayaan termasuk persiapan batin bersama. Maka, tanpa harus
menghilangkan semangat jiwa muda, sikap perilaku menjadi bagian
penting dalam membangun kebersamaan dan suasana ibadah. Juga
dalam rangkaian lanjutannya, perayaan pembuka saat
mendengarkan dan menanggapi Sabda, mengungkapkan iman dan
harapan Gereja, menyatukan persembahan hati dengan
persembahan Kristus sendiri, dan sampai akhir perayaan siap diutus.

J. Rahmat Ekaristi, Rahmat Kasih Allah yang dikaruniakan kepada


setiap pribadi yang mengimani-Nya, namun Rahmat Ekaristi bukan
hanya milik pribadi. Rahmat Ekaristi, Rahmat yang universal dan
abadi, menyatukan Gereja semesta dalam satu Tubuh Kristus.
Menyatukan Gereja dunia dan surgawi yang abadi. (SC 8)

II. Katekese Umum Ekaristi

A. Ekaristi adalah perayaan syukur Gereja yang diselenggarakan atas


pesan Yesus sendiri pada para murid-Nya pada ‘perjamuan malam
terakhir’. Atas dasar inilah, Doa Syukur Agung menjadi bagian
terutama dan puncak dalam Ekaristi, yang tidak diperkenankan
diubah sekehendak hati.

B. Ekaristi, perayaan syukur yang menghadirkan misteri Paskah,


puncak cinta Allah kepada manusia. Allah mengutus Putera-Nya
sampai wafat di salib untuk menyelamatkan manusia. Ekaristi
adalah perjamuan kurban. Kurban Salib dan kurban Ekaristi itu satu
dan sama, Kristus sendiri. Perbedaannya hanya dalam cara
pengurbanannya.

C. Ini yang menjadi dasar mengapa persembahan utama dalam Ekaristi


adalah Roti dan Anggur, yang adalah ‘Kristus sendiri’. Roti dan
anggur bukan ‘simbol’ yang melambangkan kurban Kristus, tapi
Kristus sendiri nyata hadir dalam rupa roti anggur.

D. Persembahan pokok adalah Roti Anggur. Bentuk dan jenis


persembahan lain (dianjurkan yang mewakili persembahan hidup

16
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

umat yang hadir) disatukan dengan roti anggur yang adalah


persembahan diri Kristus sendiri Untuk katekese dan penjelasan
bagi yang hadir, baiknya ada penjelasan yang cukup untuk alasan
pilihan persembahan dan maknanya.

E. Sangat penting memberi katekese yang cukup dan tekun atas semua
nilai liturgi dari unsur-unsur Ekaristi dan liturgi dengan segala simbol
dan tradisinya yang sangat kaya makna mengungkapkan misteri
Kasih Ilahi yang mahaindah dan mahakudus.

F. Rahmat Ekaristi adalah Rahmat Kasih Allah, bukan usaha manusia.


Namun untuk membantu keterbatasan kita sebagai manusia, maka
dianjurkan untuk membuat penyelenggaraan perayaan termasuk
suasana perayaan yang membantu umat (OMK) yang hadir dapat
lebih menghayati Rahmat Ekaristi. Misalnya disampaikan dengan
bahasa dan katekese yang mudah dipahami, termasuk nyanyian,
alat musik, doa, tarian, simbol atau unsur apa pun yang berkaitan
dalam penyelenggaraannya. Kecuali hal-hal pokok yang tidak boleh
diubah terutama Doa Syukur Agung.

G. Segala bentuk kreativitas diperkenankan sejauh kreativitas ini


bertujuan untuk membantu Ekaristi menjadi lebih hidup sehingga
membantu penghayatan seluruh misterinya. Tentunya setelah
dikomunikasikan dengan baik dan mendapat bimbingan dan restu
dari penanggung jawab pimpinan Gereja setempat. Keuskupan
mendorong pembinaan dan pendampingan yang baik, saat
persiapan maupun penyelenggaraan perayaan Ekaristi bersama
OMK ini, termasuk katekese yang hidup yang mendorong kehidupan
iman tidak berhenti hanya pada saat perayaan. Katekese yang hidup
akan senantiasa mendorong pemahaman liturgi orang muda yang
baik dan benar.

H. Kreativitas yang didorong adalah kreativitas bernilai rohani.


Kehadiran Kristus tidak memandang mahal, mewah atau unik
indahnya persembahan atau dekorasi perayaan, atau unik indahnya
nyanyian, alat musik dan tarian yang diselenggarakan.

Iman dan ketulusan kasih yang hadir menyambut-Nya, yang


dipersembahkan dalam bentuk apapun (termasuk membantu
persiapan, melayani, hadir dan berpartisipasi aktif, termasuk

17
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

buahnya sehari-hari, hidup kasih dan doa). Itulah bentuk


persembahan yang berkenan kepada-Nya.

I. Persiapan Ekaristi menjadi hal sangat penting. Walaupun semuanya


Rahmat, namun kehendak dan cinta kasih tulus kepada Allah dan
sesama dengan upaya terbaiknya, menjadi kunci yang akan sungguh
membantu yang hadir semakin mengenal Kasih Allah.

J. Bagi pelayan liturgi, dengan selalu mohon bimbingan Roh Kudus,


perhatikan persiapan dengan latihan bersama yang tekun dan baik.
Mempelajari dan terus menggali nilai makna Ekaristi bahkan sampai
pada perutusan Ekaristi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
puncak Rahmat Ekaristi.

K. Perhatikan persiapan batin pribadi (bersiap masuk dalam suasana


bersekutu, berdoa, beribadah, hati berdamai dengan Allah dan
sesama, mengampuni dan mohon ampun, siap mendengarkan
Sabda, mempersatukan persembahan diri dengan Kristus).

L. Juga persiapan jasmani (puasa Ekaristi, berpakaian pantas, bersikap


laku pantas dalam suasana ibadah dengan tetap membawa sukacita
Injili) sebagai umat yang hadir atau pun sebagai bagian tim pelayan
liturgi.

M. Kebiasaan-kebiasaan menjalankan nilai rohani yang baik, bila


dilakukan dengan ketekunan dan penuh cinta tulus akan
membuahkan pribadi-pribadi dengan iman yang tangguh.

N. Ekaristi bukan sekedar perayaan syukur mengenang peristiwa.


Kristus sendiri hadir dan melebur dalam setiap pribadi yang
mengimaninya, melebur dengan mulia dalam kesatuan perayaan
Cinta Kasih Allah ini. Rahmat Ekaristi menguduskan manusia dengan
demikian memuliakan Allah. Maka seluruh penyelenggaraan
perayaan ini, dengan pewartaan dan buah-buahnya sepantasnya
dipersiapkan dan diselenggarakan dengan upaya terbaik yang layak.
Dan ini bukan hanya menjadi tangung jawab hirarki Gereja, tetapi
menjadi tanggung jawab iman setiap pribadi yang mengimaninya.

O. Orang muda Katolik perlu didorong untuk terus mengupayakan


nilai-nilai utama rohani dengan menempa iman melalui

18
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

pemahaman akan perutusan iman Gereja yang utuh. Keterlibatan


dalam menghidupkan peribadatan dan kehidupan doa yang
menguduskan (Liturgia) dan mengembangkan pewartaaan Kabar
Gembira (Kerygma), tidak dapat dipisahkan dari tugas iman yang
lain: menghadirkan dan menghidupkan persekutuan Gereja
(Koinonia), memajukan karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia), dan
memberi kesaksian sebagai murid-murid Kristus (Martyria). Untuk
itu katekese yang tekun berkelanjutan berperan sangat penting,
juga untuk kelangsungan hidup Gereja. Dan ini menjadi tugas
perutusan Gereja yaitu semua gembala dan seluruh umat beriman,
termasuk orang muda Katolik.

19
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB V
MEMPERSIAPKAN PERAYAAN EKARISTI BERSAMA OMK

I. Mengkomunikasikan seluruh konsep dan rangkaian kegiatan dengan


Pastor Paroki dan atau Pastor Moderator OMK di Paroki. Hal ini sejalan
dengan tanggung jawab para Pastor Paroki sebagai perpanjangan
tangan Uskup yang bertugas menjaga dan mengawal Liturgi suci Gereja
Katolik.

A. Dengan persetujuan dan sepengetahuan Pastor Paroki, OMK


diperbolehkan mencari dan memilih Imam/ Pastor yang akan
memimpin Perayaan Ekaristi bersama OMK. Komunikasi yang baik
menjadi salah satu kunci penting. Bagaimana OMK diarahkan,
dibimbing dengan katekese bahasa orang muda. Semua konsep
perayaan yang disiapkan hendaknya diketahui dan disetujui oleh
Imam pemimpin Perayaan Ekaristi itu. Bagi tim liturgi yang
mempersiapkan Perayaan Ekaristi OMK ini, sungguh didorong
sebesar-besarnya untuk mengupayakan perayaan ini menjadi
perayaan yang hidup dan memerdekakan dalam tanggung jawab
iman.

B. OMK boleh memilih tempat tertentu yang memungkinkan OMK


berkreatifitas dengan baik dalam liturgi, namun tetap
mengindahkan suasana khusuk Ekaristi. Beberapa alternatif
tempat misalnya: gedung gereja, kapel, aula paroki, lapangan/
halaman gereja, salah satu rumah umat/OMK dan sebagainya.

C. Tempat yang dipilih sedapat mungkin ditata dengan dekorasi


menarik sesuai dengan tema.

D. OMK boleh memilih waktu pelaksanaan Perayaan Ekaristi itu


sesuai dengan kesepakatan dan keputusan Pengurus OMK
bersama dengan beberapa pihak terkait, antara lain Seksi Liturgi,
Seksi Kepemudaan atau Komunitas Kategorial.

E. Beberapa alternatif waktu pelaksanaan adalah Natal, Tahun Baru,


Paskah, Proklamasi Kemerdekaan RI, Sumpah Pemuda, Valentine
Day, Mother’s/ Father’s Day, Hari Ulang Tahun Paroki, dan lain-lain.

20
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

F. Frekuensi pelaksanaannya bisa disepakati bersama oleh Pengurus


dan anggota OMK (sekali sebulan, sekali dalam dua/ tiga bulan, dan
lain-lain).

II. Persiapan yang baik adalah awal kesuksesan setiap acara.

A. Membentuk tim pelayan liturgi yang akan membantu


penyelenggaraan perayaan Ekaristi;

B. Menentukan tema sesuai kalender Liturgi;

C. Menyusun rancangan dan konsep Perayaan Ekaristi, dengan


memperhatikan siapa dan perkiraan jumlah umat yang akan hadir
(bahasa, nyanyian, musik, simbol, tempat yang akan dipilih untuk
membantu umat yang hadir). Melihat bacaan Kitab Suci hari itu atau
bacaan yang sesuai dengan tema yang dipilih;

D. Mulai menyusun teks panduan misa;

E. Mempersiapkan Doa Presidensial (Doa Pembuka, Doa Persiapan


Persembahan dan Doa Sesudah Komuni) yang akan didoakan oleh
Imam agar selaras dengan tema. Juga menyiapkan prefasi yang
sesuai;

F. Doa Umat dapat disusun sesuai tema perayaan dan boleh


dibawakan oleh beberapa orang OMK untuk membuka keterlibatan
sebanyak mungkin OMK dalam perayaan itu;

G. Mempersiapkan nyanyian, musik dan tarian (tarian pembuka, tarian


pengantar/perarakan persembahan dan tarian penutup) yang dapat
membantu penghayatan OMK akan misteri penyelamatan Kristus.
Membantu perjumpaan OMK dengan Kristus;

H. Mempersiapkan bahan persembahan berupa hasil kreativitas OMK.


Aneka macam persembahan itu dapat pula dijelaskan makna dan
simbolisnya yang terkait dengan tema perayaan, dan realitas
perjuangan hidup OMK sehari-hari, misalnya: aneka perlengkapan
olah raga pada Misa Pembukaan OMK Cup, semua piala dan piagam
penghargaan pada Misa Penutupan OMK Cup, pepohonan yang
akan dibagikan dan ditanam oleh OMK sebagai bentuk kepedulian

21
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

terhadap gerakan penghijauan dan pelestarian ‘ruang hijau’ di


kompleks gereja, rumah atau lingkungan sekitarnya;

I. Mempersiapkan perlengkapan misa yang diperlukan.

III. Seusai perayaan, OMK bersama Pastor Moderator dan beberapa orang
umat dapat mengadakan evaluasi. Hal ini bertujuan untuk melihat animo
umat atau menerima beberapa usul dan input yang bisa membantu
sekian banyak umat yang merasa rindu untuk berpartisipasi dalam setiap
Perayaan Ekaristi bersama OMK.

22
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB VI
TATA PERAYAAN EKARISTI

Beberapa hal yang harus diindahkan berkaitan dengan penyelenggaraan


Ekaristi bersama OMK:

A. Doa Syukur Agung (DSA) tidak lagi menggunakan model dialogis dan
partisipatif, di mana umat ikut mendoakan secara vokal bagian-
bagian tertentu dalam DSA. Hanya Imam yang mendoakan DSA
sebagai doa presidensial, yakni doa yang hanya diucapkan oleh
Pemimpin Ekaristi (PUMR 30). Partisipasi umat dalam mengucapkan
bagian-bagian tertentu dari DSA kurang selaras dengan prinsip
partisipasi menurut tugas dan peran masing-masing (PUMR 17).

B. DSA VIII, IX dan X disediakan secara istemewa untuk Perayaan


Ekaristi bersama anak-anak (Directorium de Missis cum Pueris,
Roma, 1 November 1973).

C. Dalam setiap Perayaan Ekaristi bersama OMK, Imam dan OMK


sebaiknya membiasakan diri menggunakan aklamasi, sapaan dan
jawaban umat sebagaimana ditentukan dalam TPE yang berlaku.

D. Perayaan Ekaristi terdiri dari dua bagian utama: Liturgi Sabda dan
Liturgi Ekaristi, serta didahului dengan Ritus Pembuka dan diakhiri
dengan Ritus Penutup. Tidak seorang pun boleh menambah,
menghapus atau mengubah sesuatupun atas kuasanya sendiri (KHK
846).

E. Liturgi Sabda merupakan bagian penting dalam Perayaan Ekaristi.


Umat diajak untuk mendengarkan, bukan membaca, Sabda Allah yang
diwartakan oleh Lektor/is dan meresapkannya dalam hati. Oleh sebab
itu, Sabda Tuhan tidak dapat digantikan oleh bacaan-bacaan lain
atau penampilan lain selain yang bersumber dari Kitab Suci, serta
mengindahkan Kalender Liturgi, khususnya untuk Hari Minggu dan
Hari Raya Gereja yang disamakan dengan Hari Minggu (PUMR 57,
357; De Liturgia Romana et Inculturatione 23). Dalam Perayaan

23
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Ekaristi bersama OMK, seperti juga halnya bersama komunitas


khusus, boleh dipilih bacaan lain dari Kitab Suci atau buku bacaan
Ekaristi yang telah disahkan. Pilihan itu hendaknya dipilih berdasarkan
pertimbangan pastoral (PUMR 358-359), dan mengikuti ketentuan
yang terdapat dalam buku-buku liturgi (RS 62).

F. Homili/Kotbah bertujuan untuk menjelaskan Sabda Tuhan yang


baru saja diwartakan. Karena merupakan bagian utuh dalam
Ekaristi, maka tugas ini tidak pernah diserahkan kepada seorang
awam (PUMR 66, KHK 767, RS 64). Para Imam boleh menggunakan
aneka sarana atau alat peraga, atau menyelipkan sedikit pengalaman
iman seseorang, untuk memperjelas Sabda Tuhan agar OMK dapat
menangkap dan memahaminya dengan baik. Homili/Kotbah hanya
boleh ditiadakan dengan alasan yang sangat berat (SC 52, PUMR 66).

G. Liturgi Ekaristi memuat inti dari Perayaan Ekaristi yakni Doa Syukur
Agung. DSA sama sekali tidak dapat diubah. DSA yang boleh dipakai
hanyalah yang terdapat dalam Misale Romawi, atau yang telah
disahkan oleh Takhta Apostolik. Para Imam, dengan alasan apa pun,
tidak berhak menyusun DSA-nya sendiri (RS 51). Diakon dan awam
tidak boleh ikut mendaraskan DSA, selain bagian yang telah
ditentukan oleh Takhta Apostolik (KHK 907).

H. Bahan persembahan yang utama dalam Perayaan Ekaristi adalah roti


dan anggur (PUMR 319.321-322, RS 48.50, KHK 924). Dalam
perarakan persembahan, boleh ditambah atau disertakan berbagai
macam hasil kreatifitas OMK yang dapat dijelaskan makna dan
simbolisnya.

I. Bersama dengan Imam pemimpin Perayaan Ekaristi, OMK dapat


menyusun doa-doa presidensial (Doa Pembuka, Doa Persiapan
Persembahan dan Doa Sesudah Komuni) dan Doa Umat yang
disusun selaras dengan tema dan kepentingan OMK.

J. Perayaan Ekaristi bersama OMK boleh dilanjutkan atau disertakan


di dalamnya Doa Penyembahan dan Pujian kepada Sakramen Maha

24
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Kudus; atau dikemas secara baik dan benar, misalnya menyertakan


doa dan lagu Taize, untuk keperluan khusus atau demi manfaat
pastoral tetapi harus sesuai dengan kebiasaan setempat yang sudah
lazim dan dengan izin Ordinaris Wilayah (bdk. PUMR 376).

K. Penggunaan bahasa, alat-alat liturgis, busana liturgis, warna liturgi


dan sikap tubuh dalam Perayaan Ekaristi bersama OMK harus
mengindahkan kaidah dan petunjuk yang terdapat dalam Pedoman
Umum Misale Romawi (PUMR).

L. Pastor Paroki dan Imam yang memimpin Perayaan Ekaristi harus


memutuskan dan bertanggung jawab penuh atas Perayaan Ekaristi
yang dipimpinnya, dan yang berada di wilayah penggembalaannya.

25
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB VII
LAGU-LAGU DAN ALAT MUSIK

I. Pengertian Umum4

Sudah sejak lama musik/nyanyian diciptakan sebagai salah satu ekspresi


jiwa-perasaan manusia. Dalam bidang keagamaan, musik dijadikan salah
satu sarana untuk mengungkapkan iman, mengekspresikan pujian dan
penyembahan kepada Sang Khalik.

Kita menyebutnya ‘Nyanyian Rohani’ jika komposisi nada dan syairnya


mengandung tema kerohanian/keagamaan pada umumnya. Tidak
jarang suatu ‘Musik/Nyanyian Rohani’ menjadi ungkapan pengalaman
iman khas dari agama tertentu. Contoh, musik/nyanyian rohani itu
menjadi khas Kristiani bila mengangkat tema dan keyakinan iman akan
Kristus Tuhan Penyelamat atau Tritunggal Maha Kudus serta pokok iman
lainnya. Inilah yang sering kita sebut sebagai: ‘Musik/Nyanyian Gereja’.

Musik/Nyanyian Gereja ini dapat dikelompokkan atas dua, pertama


‘Musik/Nyanyian Rohani’ yakni segala macam musik/nyanyian yang
mengungkapkan pengalaman rohani khas Gereja, tetapi tidak
dimaksudkan digunakan dalam perayaan liturgis. Kedua
‘Musik/Nyanyian Liturgis’ adalah Musik Liturgis (melodi yang dihasilkan
oleh alat musik) dan Nyanyian Liturgis (teks atau tindakan liturgis yang
diberi melodi) yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang
dinyanyikan dalam Liturgi, yang berisi tentang karya agung Allah yang
menyelamatkan dan tanggapan manusia beriman (syukur-pujian,
sembah-sujud dan permohonan). Musik/Nyanyian Liturgis adalah doa.

II. Musik dan Nyanyian Liturgis

Sacrosanctum Concilium berbicara tentang martabat musik liturgi, jiwa,


makna, maksud dan tujuannya. Tujuan utama musik liturgi adalah untuk

4 Ambrosius Andi Kosasi, 2010, Kembali Ke Jiwa Musik Liturgis, Jakarta: OBOR, hlm.3-5.

26
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

memuji kemuliaan Allah dan pengudusan umat beriman, serta


memenuhi aspek-aspek peribadatan, yaitu:

A. Musik dan nyanyian liturgis adalah doa-doa liturgis atau ibadat yang
dinyanyikan (MS 4a). Kedudukannya di dalam ibadat Gereja tidak bisa
digantikan oleh musik/nyanyian sekuler atau musik hiburan lainnya
yang dimaksudkan untuk hal-hal lain yang tidak berkaitan sama sekali
dengan kebaktian kudus. Maka, hindarilah dalih demi
‘kemeriahan/bagusnya ibadat’. (MS 43)

B. Musik dan nyanyian liturgi merupakan bagian penting dan utuh


(integral), memiliki arti dan tempatnya, sesuai/selaras dengan ciri
khas tiap bagian dalam Perayaan Liturgi (SC 17, 112).

C. Musik dan nyanyian liturgis harus mendukung dan melayani ibadat


kepada Tuhan Allah, dengan memperhatikan aspek dan tujuan
peribadatan (SC 112), yaitu:

1. Keutamaan (mengungkapkan misteri penebusan Kristus),

2. Keagungan dan Kesakralan (memiliki bobot kudus tertentu,


memperkaya perayaan suci dengan kemeriahan yang
semarak sesuai masa dan tema perayaan liturgi Gereja),

3. Bermakna bagi peribadatan suci (agar apa yang didoakan –


lex orandi – selaras dengan apa yang diimani – lex credendi).

D. Musik dan nyanyian liturgis semakin suci bila semakin erat


hubungannya dengan perayaan ibadat (MS 5), jika:

1. Membantu umat dalam mengungkapkan doa-doa secara


lebih mengena,
2. Membantu umat dalam memupuk kesatuan hati agar lebih
mudah memahami misteri penebusan Kristus, dan lebih
mudah membangkitkan suasana batinnya, ke arah hal-hal
surgawi serta kemuliaan Allah Bapa.

27
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

E. Musik dan nyanyian liturgis harus mengindahkan kaidah-kaidah


serta peraturan-peraturan menurut Tradisi dan Tertib Gerejawi,
selaras dengan ajaran Katolik, bahkan terutama hendaklah ditimba
dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi (MS 4, 43). Memang harus
diakui, dalam liturgi setiap orang sering kali cenderung dan mudah
tergoda untuk mencari kenikmatan dalam musik melebihi ungkapan
iman melalui musik.
Beberapa hal yang sering menjadi bahan diskusi bersama OMK
seputar musik dan nyanyian liturgis:

1. Nyanyian Gregorian (SC 116; PUMR 41)


Paus Gregorius Agung I (560-604) sangat memperhatikan,
mengusahakan, memajukan, dan mempengaruhi nyanyian
Gregorian menjadi musik ibadat resmi Gereja Katolik.

Nyanyian Gregorian adalah jenis musik monofoni, jenis musik


yang terdiri dari satu suara (unisono), tangga nada polos
(diatonis) dan berirama bebas. Seluruh syairnya berasal dari
Kitab Suci dan doa-doa resmi Gereja berbahasa Latin atau
Yunani (mis. Kyrie Eleison). Jenis musik ini mengutamakan
melodi/komposisi yang bernuansa kontemplatif, mistik,
sakral dan meditatif. Awalnya nyanyian Gregorian adalah
nyanyian tanpa iringan alat musik (a capella), namun seiring
perkembangan teknik polyphony, banyak nyanyian Gregorian
diiringi alat musik orgel.

2. Nyanyian Polifoni (SC 116; PUMR 41)


Gereja juga mengakui serta tidak melarang keberadaan jenis
musik polifoni, yaitu jenis musik dengan susunan melodi
yang berbeda untuk masing-masing suara Sopran-Alto-
Tenor-Bass.

Jenis musik ini pertama kali diperkenalkan kepada Gereja


pada saat Konsili Trente dengan Missa Papae Marcelli (1562-
1563) dan memperlihatkan bahwa musik polifoni tidak
bertentangan dengan cita-cita liturgi Gereja Katolik.

28
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

3. Nyanyian Liturgis dengan Bahasa Latin


Bahasa Latin adalah bahasa asli dari tradisi Liturgi Gereja
Katolik Roma. Walaupun Konsili Vatikan II telah memberi
kelonggaran untuk menggunakan bahasa pribumi, namun
Gereja tetap mengisyaratkan agar bahasa Latin harus tetap
diindahkan (SC 36, MS 48, PUMR 41; Anjuran Apostolik Pasca
Sinode Sacramentum Caritatis 62). Layak disadari bahwa
Bahasa Latin adalah bahasa asli ibadat Gereja yang memiliki
nilai tradisi sejarah Gereja dan nilai spiritual yang tinggi.

4. Nyanyian Liturgis dengan Bahasa Indonesia


Dengan menggunakan Bahasa Indonesia, ibadat kepada Allah
diharapkan dapat menjadi lebih mudah dan baik dan
bermanfaat bagi umat beriman karena pengertiannya akan
lebih mudah ditangkap, tanpa memerlukan lebih banyak
penjelasan (SC 36).

Nyanyian Liturgis dengan Bahasa Indonesia sangat


didorong perkembangannya untuk membangun Gereja
yang menyatu dengan seluruh kehidupan dan budaya
setempat.

III. Alat Musik Liturgi


Alat musik sangat penting perannya untuk mengiringi aneka nyanyian,
atau dimainkan sendiri sebagai musik-instrumental tunggal. Alat musik
liturgi yang dimaksud adalah Organum (Orgel) yang dalam sejarah musik
liturgi mulai dikenal pada abad IX.

Suara orgel mempunyai nilai-nilai yang abadi, yang dapat didengar,


dirasakan dan dialami oleh umat yang mendambakan puncak keindahan
suara yang ‘bernuansa surgawi’5. Dalam Gereja Latin, orgel (pipa)
hendaknya dijunjung tinggi sebagai alat musik tradisional, yang
suaranya mampu memeriahkan upacara-upacara Gereja secara

5 Ibid., Hlm.56.

29
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

mengagumkan dan mengangkat hati umat kepada Allah dan ke surga


(SC 120).

Namun, dengan persetujuan pimpinan gerejawi setempat yang


berwenang, alat-alat musik lain, termasuk band, orkestra , alat-alat
musik budaya atau tradisi masing-masing bangsa, boleh saja
digunakan, asal memenuhi syarat dan sesuai dengan fungsi kudus di
atas, serta bermanfaat untuk mendukung keindahan/keagungan
ibadat suci dan sungguh membantu memantapkan penghayatan iman
umat beriman (MS 62).
Dalam Perayaan Ekaristi, maupun perayaan Liturgi lainnya, Gereja
menghimbau agar pelbagai alat musik yang nyata-nyata hanya cocok
digunakan untuk mengiringi musik sekular/profan, yang tidak ada
kaitannya sama sekali dengan perayaan suci, sebaiknya tidak digunakan
(MS 63).

Aneka ketentuan lain mengenai cara menggunakan alat musik dalam


perayaan liturgis menurut Instruksi tentang Musik di Dalam Liturgi
(Musicam Sacram) adalah:

A. Suara alat musik harus jelas keberadaannya, mantap, indah dan


semarak. Namun jangan sampai menenggelamkan suara (vocal)
para penyanyi yang diiringinya agar semua umat dapat menangkap
arti syair lagunya.

B. Alat musik tidak boleh mengiringi suara Imam (Pemimpin Ibadat),


kecuali hanya memberikan intro satu nada dasar dengan jelas dan
mantap (MS 64).

C. Alat musik yang dimainkan secara instrumental boleh digunakan pada
awal Perayaan Ekaristi (sebelum Imam sampai di altar), atau pada
saat Perarakan Persembahan, Komuni dan di akhir Perayaan Ekaristi
(MS 65).

D. Alat musik yang dimainkan secara instrumental tidak diizinkan dalam
Perayaan Ekaristi pada Masa Adven, Prapaskah, Tri Hari Suci dan
dalam Ofisi serta Misa Requiem. Tetapi tidak dilarang jika alat musik
digunakan untuk mengiringi nyanyian yang dibawakan oleh Koor atau
nyanyian umat pada masa-masa tersebut di atas (MS 66; Surat Edaran
mengenai Perayaan Paskah dan Persiapannya dari Kongregasi Ibadat
Ilahi, Roma, no.17 dan 50).

30
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ


E. Kiranya para pemain musik tidak hanya memiliki keterampilan
untuk memainkan alat musiknya, tetapi mereka hendaknya
mengikuti seluruh perayaan dengan penuh kesadaran sehingga
setiap kali memainkan alat musiknya dengan semestinya, mereka
sungguh memperkaya perayaan kudus selaras dengan hakikat asli
masing-masing bagian, dan mendorong partisipasi kaum beriman
(MS 67).


IV. Rekomendasi

A. Dipenuhi dengan semangat Kristiani, para seniman musik –


khususnya OMK yang diberkati dengan bakat-talenta dalam bidang
seni vokal dan seni musik – didorong untuk mengembangkan musik
liturgi dan memperkaya khazanahnya. Gereja mendorong mereka
berkreasi, menciptakan aneka lagu liturgis yang selaras dengan ajaran
Katolik, ditimba dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi Gereja
sambil memperhatikan aneka aspek nyanyian liturgi.

B. Komisi Liturgi Keuskupan, Komisi Kepemudaan dan Seksi Liturgi


Paroki harus memfasilitasi agar kreasi musik/nyanyian buah karya
OMK bisa dipakai seluas-luasnya dalam Perayaan Ekaristi.

C. Nyanyian yang digunakan dalam Perayaan Ekaristi hendaknya


nyanyian yang dikenal baik sehingga semua umat dapat
berpartisipasi dan kian menghayati Ekaristi. Nyanyian lain dan yang
jarang dinyanyikan sebaiknya dilatih dahulu bersama umat sebelum
Perayaan Ekaristi.

D. Paduan Suara/Koor/Vocal Group OMK bertugas untuk bernyanyi


dan memuliakan Tuhan bersama umat lainnya (tidak menyanyi
sendiri).

E. Sumber nyanyian dalam Perayaan Ekaristi dapat diambil dari Puji


Syukur (Komisi Liturgi KWI), Madah Bakti, Yubilate, Syukur Kepada
Bapa, Gema Ekaristi, Umat Bernyanyi atau sumber lainnya yang telah
mendapat persetujuan dari Konferensi Wali Gereja, Ordinaris
Wilayah dan Pastor Paroki.

31
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

F. Dalam Perayaan Ekaristi bersama OMK, atau saat OMK mengambil


bagian sebagai Pelayan Liturgi dalam Perayaan Ekaristi bersama
umat, boleh menyanyikan aneka lagu yang tidak berasal dari
sumber yang sudah disebutkan di atas (butir E), misalnya dari aneka
lagu yang lazim digunakan dalam Persekutuan Doa Karismatik Katolik
(PDKK) yang telah diotorisasi oleh BPK-PKK Keuskupan setempat.

G. Pemakaian nyanyian yang digubah sebaiknya tidak dilakukan


karena bisa mengacaukan fokus, bukan mengantar umat lebih dekat
kepada Tuhan, tetapi malahan mengingat asal-usul nyanyian tersebut
(penciptanya, penyanyinya, goyangannya, dan lain-lain). Dalam
Perayaan Ekaristi bersama OMK sebaiknya tidak menyanyikan
gubahan sebuah lagu yang pada dasarnya sudah tidak mencerminkan
nilai-nilai rohani.

H. Dalam memilih Nyanyian Pembuka, Mazmur Tanggapan,


Persembahan dan Komuni hendaknya diperhatikan petunjuk PUMR
40-41, 47-48, 61-64, 87-88 (PUMR 367)

I. Nyanyian Ordinarium (Kyrie, Gloria, Sanctus dan Agnus Dei), baik


yang berbahasa Latin, atau Indonesia atau bahasa lainnya (Inggris,
Jerman dan aneka bahasa setempat seperti Jawa, Batak, Manado,
Flores, dan lainnya) sudah dipakai selama berabad-abad dalam
Gereja Katolik hendaknya dipertahankan sebagaimana adanya,
karena merupakan bagian cara berdoa yang sangat luhur dalam
Ekaristi.

J. Teks/Syair nyanyian Ordinarium itu menggunakan teks yang


didaraskan (dibacakan). Nyanyian ‘Bapa Kami’ (Pater Noster) pun
hendaknya menggunakan teks resmi yang diajarkan Gereja Katolik
atau setidaknya mendapat persetujuan Ordinaris Wilayah.

K. Nyanyian yang terdapat dalam TPE, khususnya DSA tidak boleh


diganti dengan nyanyian lain (PUMR 366).

L. Sama sekali tidak dilarang bahwa bagian-bagian dalam satu


Perayaan Ekaristi yang sama dinyanyikan dalam/dengan bahasa
yang berbeda (MS 51).

32
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

M. Alat musik yang dapat digunakan dalam Perayaan Ekaristi bersama


OMK, sesuai dengan yang dimaksudkan dalam Sacrosanctum
Concilium adalah organ/ orgel (SC 120). Namun, dengan persetujuan
Ordinaris Wilayah, aneka alat musik lain, termasuk alat-alat musik
band dan musik etnik-tradisional, boleh saja digunakan sejauh
bermanfaat untuk mendukung keindahan/ keanggunan /keagungan
ibadat suci dan sungguh memantapkan penghayatan iman umat
beriman (MS 62; Mzm.150) dan tidak mendominasi/
menenggelamkan suara vocal.

N. Harmoni dan keindahan musik yang dihasilkan dari kesatuan alat


musik yang digunakan harus sungguh menciptakan suasana yang
membantu umat khususnya orang muda yang hadir beribadah
merayakan Ekaristi. Membantu yang hadir berjumpa dan bersatu
dengan Kristus.

O. Maka penanggungjawab penyelenggara perayaan Ekaristi dan tim


pelayan liturgi sungguh harus memperhatikan kebutuhan umat
yang dilayani . Hindari memilih bahasa, nyanyian termasuk alat musik
yang tidak sesuai dengan indra batin umat yang hadir.

P. Aneka upaya OMK untuk terlibat dalam pelayanan Gerejawi melalui


komunitas musik harus mendapatkan dukungan penuh dari semua
pihak, khususnya Pastor Paroki.

Q. Keberadaan komunitas musik OMK bisa menjadi sarana tepat untuk


berlatih dan menggubah musik aneka nyanyian rohani dan liturgis
menjadi lebih hidup dan penuh semangat jika dinyanyikan bersama
umat beriman.

R. Pada saat Imam atau Pelayan Liturgi lainnya sedang membacakan


suatu bagian yang harus diucapkan dengan lantang dan nyaring,
khususnya jika Imam sedang mendaraskan doa-doa presidensial
dan DSA, alat musik apa pun sebaiknya tidak dibunyikan (MS 64; RS
52).

33
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB VIII
TARIAN/DRAMA/VISUALISASI

I. Karena liturgi adalah suatu perbuatan, maka gerak-gerik dan sikap


badan mendapat perhatian istimewa … “di antara sejumlah bangsa,
bernyanyi secara spontan disertai dengan bertepuk tangan, goyangan
badan secara, ritmis dan tarian. Bentuk ekspresi semacam ini mendapat
tempat di dalam perbuatan liturgi bangsa ini.” (De Liturgia Romana et
Inculturatione 41-42) sejauh mengungkapkan sembah sujud, pujian,
persembahan, permohonan seluruh umat dan tidak sekedar menjadi
pertunjukan apalagi hiburan semata.6

II. Dalam suara Alkitabiah, tarian adalah sesuatu yang baik, telah biasa
digunakan sebagai ungkapan pengalaman sukacita dalam iman akan
Allah7; tetapi tidak tertutup kemungkinan tarian bisa disalahgunakan,
baik oleh penarinya maupun oleh orang/komunitas di sekitarnya.

III. Dari sudut pandang teologi spiritual, berbeda dengan sudut pandang
antropologi budaya, tarian dilihat sebagai pintu masuk untuk mengalami
kesatuan dengan yang lebih dalam dan lebih tinggi, yang dalam bahasa
Kristiani disebut Tuhan. Dengan menari, seseorang mengalami suatu
sensasi yang dalam dan memasuki sebuah dunia baru sehingga dapat
berkontak dengan yang ilahi dalam suatu ekstasi. Dalam pengalaman
ekstasi melalui tarian, manusia mengambil bagian dalam level yang di
atas, dalam dunia roh, dalam Roh Kudus Allah. Memang dalam hal ini,
sulitlah menetapkan perbedaan antara tarian magis dan tarian religius,
karena itu perlu kejelian dan kecermatan untuk membedakannya.8

IV. Tarian yang dilakukan selama dan dalam perayaan liturgi oleh komunitas
paroki atau komunitas religius, atau dalam sebuah komunitas gerejani,
seturut petunjuk otoritas Gereja dan tentu saja mengandung dimensi

6 P.Bernard Niali Telaumbanua, OFMCap, Lic.Lit, Tarian Liturgi, (Salah satu artikel dalam Buku Kenangan
Perayaan Pesta Emas Konstitusi Liturgi: Sacrosanctum Concilium di Makassar, 15-17 Oktober 2013), Hlm. 129-
130.
7 1Sam.18:6-7; 2Sam.6:5.14.16; 1Taw.13:8; Mzm.87:7; Pkh.3:8; Yer.31:13; Mrk.7:34; 14:6; Luk.7:32; Mat.11:17;

Mzm.30:11. Ibid., hlm.128-130.


8 Ibid., hlm.130-131.

34
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

pengungkapan iman pribadi dan komunitas tersebut disebut Tarian


Liturgi. Semua gerak-gerik tarian merupakan bahasa tubuh untuk
mengungkapan doa, seperti halnya dalam tarian religius atau tarian
devosional. Tarian dalam Perayaan Ekaristi harus berfungsi demi
keindahan kultus kepada Tuhan. Tarian kudus, seperti halnya seni dan
musik kudus, digunakan oleh Gereja untuk mengungkapkan pengalaman
iman dalam seni manusiawi.

V. Gerak-gerik tubuh dalam liturgi menjadi ungkapan nyata dari misteri


iman yang sedang dirayakan. Menjadi sarana komunikasi non-verbal
intensif dan mendalam antara yang dirayakan dengan tindakan ritual
perayaan. Dalam konteks liturgi, tarian menjadi sarana efektif untuk
membangun komunikasi antara jemaat satu dengan yang lain,
melampaui keterbatasan komunikasi verbal, dan sekaligus mengantar
orang masuk ke dalam kehadiran Tuhan, yang sedang
mengkomunikasikan Diri-Nya kepada umat yang beribadah. 9

VI. Mengenai drama/visualisasi dalam Perayaan Ekaristi, para Bapa Konsili


menyimpulkan perayaan liturgi adalah drama Ilahi-Manusiawi (SC 2),
karena terjadi dalam perpaduan unsur ilahi dan manusiawi. Apa yang
terjadi dalam liturgi ialah bahwa Karya Penyelamatan Allah disampaikan
(dikomunikasikan) kepada manusia beriman dalam bahasa manusiawi
(bdk. 1Tim.2:3-6).

VII. Misteri iman ini diungkapkan melalui aneka ungkapan manusiawi yang
kelihatan dan konkrit dalam bentuk simbol, gerak-gerik, bunyi, suara,
bahasa, cahaya, dll. Aspek misteri itu menjadi nyata hanya karena
diungkapkan melalui unsur-unsur fisik lewat tubuh manusia. Rangkaian
kata yang membentuk kalimat, gerakan tangan yang menerangkan kata,
mimik wajah yang menyampaikan pesan, suara yang didengarkan
melalui telinga lalu disimak hingga dimengerti oleh pikiran, gerakan
drama dan tari menyatukan tubuh dan jiwa manusia dengan Tuhan.
Melalui tubuhnya dan oleh tubuhnya yang rapuh itu, manusia mencari
dan merindukan Tuhan, dan melalui tubuhnya manusia meraih
keselamatan.

9 Ibid., hlm.136-137.

35
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Kongregasi Ibadat memberikan gambaran perkembangan pemikiran


Gereja serta pedoman umum terhadap tarian dan drama yang semakin
marak masuk dalam perayaan liturgi Katolik:

A. Dalam kesadaran bahwa tubuh adalah ungkapan jiwa, tarian dengan


segala gerak-geriknya haruslah merupakan ungkapan iman, yang
mengarah kepada sikap penyembahan, sehingga menjadi suatu doa.

B. Semua gerak-gerik dan gerakan yang ada dalam liturgi, haruslah


diatur dan ditetapkan oleh otoritas Gerejawi, demikian juga tarian
(dan drama) haruslah diatur dan ditetapkan oleh mereka.

Pada Lokakarya Tarian Liturgi yang diselenggarakan oleh Pusat Musik


Liturgi Yogyakarta dan Komisi Liturgi Regio Sumatra di Sibolga (1995),
lahirlah beberapa pedoman berikut ini:

A. Perayaan Liturgi adalah perayaan seluruh umat. Umat yang hadir


haruslah sudah diberitahu, dan tidak keberatan bahwa dalam upacara
liturgi itu akan ada tarian.

B. Perayaan Liturgi sebagai satu kesatuan yang utuh. Perlu diusahakan


agar jangan sampai tarian (dan drama) mendominasi seluruh liturgi
sehingga tampak sebagai pertunjukan dan bukan bagian integral dari
perayaan liturgi.

C. Penari berperan sebagai petugas liturgi. Para penari (dan pemain


drama) adalah pelayan liturgi yang memerankan tugas tertentu bagi
pelayanan seluruh umat beriman dalam ibadat itu. Para pelayan
janganlah menaruh perhatian pada dirinya sendiri tetapi melalui
dirinya kepada Allah dan upacara liturgi yang mereka perankan.

D. Penari (dan pemeran drama) adalah bagian dari umat. Semua


pemeran tari (dan drama) harus tampil dari antara umat dan setelah
itu kembali ke tempat mereka di antara umat. Mereka pun harus
mengikuti seluruh rangkaian perayaan liturgi dari awal hingga akhir.

36
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

E. Bukan Tari dalam Liturgi, tetapi Liturgi yang ditarikan. Tujuan tarian
adalah untuk mengungkapkan suasana doa, nyanyian dan tindakan
liturgis. Tarian (dan drama) dalam liturgi berfungsi mengabdi pada
liturgi, bukan sebaliknya.

F. Liturgi sebagai upacara yang utuh sehingga tidak boleh diinterupsi


oleh ungkapan tarian.

G. Unsur Perayaan, seperti Paduan Suara/Koor menambah unsur


perayaan di dalam ibadat dibandingkan dengan nyanyian satu suara
dari umat, begitu pula tarian (dan drama) harus mampu mendukung
dan meningkatkan suasana meriah perayaan liturgi bersama umat,
sambil mendukung kesakralan liturgi.

H. Tingkat-tingkat Kemeriahan. Dalam Tahun Liturgi terdapat hari raya


yang kedudukan lebih tinggi daripada hari Minggu biasa. Selain itu
terdapat Masa Khusus dimana ibadat sengaja disederhanakan (Adven
dan Prapaskah), namun ada juga Masa Khusus yang dirayakan lebih
meriah (Paskah). Tarian yang diikutsertakan dalam perayaan liturgi
meriah hendaknya mengungkapkan rasa syukur dan pujian umat atas
karya Tuhan yang sangat mengagumkan itu.

I. Umat yang mandiri. Para pemeran tarian/drama sebaiknya berasal


dari kalangan umat sendiri (separoki).

J. Sama seperti musik harus mengabdi pada liturgi, demikian pula halnya
dengan tarian (dan drama). Tarian (dan drama) tidak boleh menutup
atau bahkan meniadakan teks atau perbuatan liturgi, melainkan untuk
memperjelas makna teks dan perbuatan liturgi yang sedang dilakukan.

K. Sering terjadi bahwa pada hari Minggu/Hari Raya tidak dapat diadakan
Perayaan Ekaristi, tetapi hanya Ibadat Sabda tanpa Imam. Hendaknya
diperhatikan tingkat kemeriahan/kesemarakan masa dan hari raya
sepanjang Tahun Liturgi, dan diwujudkan dengan sarana-sarana yang
tersedia dalam jemaat tersebut, dan dimana mungkin, juga melalui
tarian (dan drama).

37
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

VIII. Rekomendasi

Bagian Perayaan Ekaristi yang mungkin disertai dengan tarian liturgi


adalah:

A. Perarakan Masuk. Yang dapat dibawa serta dalam perarakan ini


antara lain salib perarakan, lilin, dupa, Evangeliarium. Sebaiknya
digunakan langkah tari sederhana yang dapat juga diikuti oleh Imam
dan semua Pelayan Liturgi.

B. Perarakan Evangeliarium. Mengiringi Imam/Diakon yang mengantar


Evangeliarium ke Mimbar Sabda. Tarian ini dapat diiringi dengan Bait
Pengantar Injil (Alleluya); jumlah ayat dapat ditambah seperlunya,
umat ikut serta dalam ulangan Alleluya. Sesampainya di Mimbar
Sabda, semua peserta perarakan mengelilingi Mimbar (tanpa
menutup pandangan umat ke Mimbar Sabda) dan baru setelah
Pewartaan Injil oleh Imam/Diakon kembali ke tempatnya.
Evangeliarium dibawa ke tempat yang pantas dan didampingi
dengan lilin bernyala.

C. Perarakan Persembahan. Mengiringi arak-arakan Petugas Liturgi


yang mengantar bahan persembahan utama: roti-anggur, piala dan
sibori dan/ atau kolekte umat yang kemudian diterima oleh Imam.
Mereka menunggu di depan Altar/Panti Imam sampai seluruh bahan
persembahan dihantar ke Altar.

D. Perarakan Keluar. Tarian disini sejajar dengan tarian perarakan


masuk. Tarian mengiringi Pelayan Liturgi yang berarak meninggalkan
Altar dan Panti Umat.

Bagian lain dalam Perayaan Ekaristi yang pantas diiringi atau disertai
dengan tarian selain yang sudah disebutkan di atas adalah:

E. Ritus Tobat, khususnya jika yang dipakai adalah tobat cara C.

F. Kemuliaan. Tarian mengiringi seluruh Umat dan Paduan Suara yang


menyanyikan Madah Kemuliaan. Harus diusahakan agar tarian tidak

38
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

lebih panjang daripada Madah Kemuliaan. Tarian itu tidak


menghilangkan kewajiban umat untuk tetap bernyanyi.

G. Bapa Kami.

H. Syukur Sesudah Komuni. Tarian dibawakan setelah Saat Hening,


untuk mengiringi umat dan Paduan Suara yang menyanyikan Madah
Syukur.

Bagian lain dalam Perayaan Ekaristi yang belum tentu cocok disertai
atau diiringi tarian, adalah:

I. Bacaan Kitab Suci, termasuk Injil dan Homili.

J. Syahadat Iman.

K. Doa Umat.

L. Anak Domba Allah.

M. Komuni, dan

N. Berkat dan Perutusan.

Tarian, apa pun jenis dan ragamnya, tidak boleh menggantikan semua
Bacaan, termasuk Injil, dan Homili/Kotbah Imam.

Drama/Visualisasi sebaiknya mendahului Perayaan Ekaristi. Drama ini


bertujuan membantu seluruh umat, dan OMK peserta Ekaristi, untuk
masuk ke dalam tema yang diusung oleh OMK atau Panitia Perayaan
Ekaristi bersama OMK. Dan tema serta drama itu harus sejalan dengan
seluruh Bacaan dalam Perayaan Ekaristi tersebut, serta selalu
mengindahkan saat hening yang selalu dipakai umat untuk
mempersiapkan batin sebelum perayaan ekaristi.

Dengan persetujuan Imam yang memimpin Perayaan Ekaristi,


drama/visualisasi itu dapat dibawakan setelah Bacaan Injil, sebelum

39
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Imam membawakan Homili/ Kotbah. Imam harus menjelaskan


keterkaitan semua bacaan dengan drama/ visualisasi tersebut.

Seluruh pemeran tari dan drama adalah umat yang sudah-sementara-


dan akan mengikuti rangkaian Perayaan Ekaristi sampai selesai.
Mereka bukan membawakan pertunjukan dan setelah menyelesaikan
tugasnya lalu pulang, meninggalkan panti umat.

Imam yang memimpin Perayaan Ekaristi bersama OMK diharapkan


mampu mengeksplorasi dan menjelaskan seluruh makna tarian dan
intisari drama/visualisasi kepada seluruh umat dalam Homili/
Kotbahnya.

Sekali lagi, persiapan yang baik dan matang adalah setengah dari
kesuksesan sebuah acara. OMK pembawa tarian dan pemeran
drama/visualisai hendaknya mempersiapkan diri sebaik mungkin agar
sungguh mampu membawa seluruh umat beriman kepada
pemahaman dan pesan iman melalui Perayaan Ekaristi.

40
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB IX
BEBERAPA CATATAN

I. OMK DAN KEHIDUPAN DOA – BERIBADAH – EKARISTI

Kita patut mengapresiasi OMK yang selama ini telah berusaha untuk
mendalami imannya akan Yesus Kristus melalui berbagai macam
kegiatan antara lain: Perayaan Ekaristi OMK baik di
Lingkungan/Wilayah/Paroki, partisipasi OMK sebagai petugas liturgi
dalam Ekaristi bersama umat paroki, PDKK OMK, Komunitas
PS/Koor/VG/Music Ministry OMK, Doa dan Misa Taize, Pendalaman
Iman dan Kitab Suci, Retret dan Rekoleksi OMK, Camping Rohani OMK,
dan lain-lain. Kita juga mengapresiasi beberapa paroki yang
mempercayakan kepanitiaan acara tertentu kepada OMK.

Sungguh benar apa yang tertulis dalam salah satu halaman buku Acuan
OMK KAJ bahwa OMK sudah punya pengetahuan cukup dan akan selalu
berusaha mempelajari iman Katoliknya, tapi kadang mereka kurang
mendapat kesempatan dan tempat untuk mengaktualisasikan diri dan
imannya. Dan aktualisasi diri OMK KAJ sesungguhnya tidak terbatas
pada bidang liturgi semata – dalam hal ini perayaan Ekaristi – tetapi
juga pada keempat bidang pelayanan Gereja lainnya.

Kayanya tradisi suci dan ajaran Magisterium Gereja dalam bidang


liturgi, yang cenderung dinilai sebagai penghambat kreatifitas OMK
dalam berliturgi seyogyanya menantang OMK KAJ untuk semakin ingin
tahu katekese liturgi yang otentik lalu melaksanakannya dengan
sepenuh hati. OMK KAJ pun seharusnya didorong dan dilibatkan penuh
– sedini mungkin dan sekarang ini – dalam semua mata pelayanan
Gereja, sehingga pergumulan dan pengalaman iman khas OMK10 yang
mereka jumpai di sana boleh menjadi bahan refleksi dan persembahan
tersendiri saat OMK merayakan Ekaristi. Dengan demikian OMK KAJ
kian mampu melihat-merayakan-mensyukuri Ekaristi sebagai sumber
dan pusat iman Katolik.

10 Ibid., hlm.10

41
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

II. KATEKESE LITURGI, PERAN DAN MAKNANYA KHUSUSNYA BAGI OMK

Perayaan liturgi, khususnya Perayaan Ekaristi, merupakan puncak


seluruh kegiatan dan karya kerasulan Gereja, sekaligus merupakan
sumber rahmat bagi kaum beriman (SC 10). Liturgi merupakan sumber
utama yang tak tergantikan untuk menimba semangat iman Kristiani
sejati. Hal ini mengandaikan dan menuntut partisipasi sadar, aktif dan
sepenuhnya dari kaum beriman yang mengambil bagian di dalamnya (SC
19).

Berbagai usaha menjadikan Ekaristi menarik, mengesan dan mengena


telah dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya Perayaan Ekaristi
inkulturatif (disesuaikan dengan budaya dan bahasa setempat; bdk. De
Liturgia Romana et Inculturatione 19); tersedianya para pelayan liturgi
yang terampil, terlatih dan handal; dan tata ruang yang anggun, dan
aneka usaha lainnya. Semua upaya itu patut kita sambut dengan penuh
syukur, namun kiranya semua usaha tersebut lebih menekankan segi
lahir dan kelihatan dari Perayaan Ekaristi itu sendiri, belum menyentuh
motivasi yang tepat dan pemahaman kaum beriman akan hakekat
Perayaan Ekaristi.

Oleh sebab itu pendidikan atau katekese liturgi bukanlah suatu


anjuran, melainkan suatu keharusan bagi para gembala jiwa (SC 14),
karena salah satu tugas utama mereka adalah pembagi rahmat dan
misteri kasih Allah (SC 19). Dalam melaksanakan hal itu, para gembala
dianjurkan untuk melakukannya dengan rajin, tekun dan sabar. Dengan
rajin berarti bahwa para petugas pastoral dituntut untuk
melaksanakannya dengan terus menerus tanpa henti. Usaha itu masih
perlu ditunjang dengan ketekunan dan kesabaran mengingat bahwa
tidaklah selalu mudah melaksanakan pendidikan liturgi bagi kaum
beriman.

Tidak sedikitlah tantangan, kesulitan, hambatan, dan kemungkinan


gagal. Menghadapi semua ini para pelayan tertahbis dan non tertahbis

42
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

diharapkan memiliki kegigihan, ketekunan dan kesabaran dalam


membina kaum beriman. 11

Petunjuk Umum Katekese (2000) menyatakan dengan cukup jelas


tentang Katekese Liturgi:
“... katekese, bersama dengan memberikan pengetahuan tentang arti
liturgi dan sakramen-sakramen, harus juga mendidik para murid Kristus
untuk berdoa, mengucap syukur, bertobat, sehingga semakin semangat
menjemaat dan mengerti dengan tepat arti Credo …karena semua ini
perlu bagi hidup liturgis (PUK 85). ... pembinaan liturgis ... harus
menjelaskan apa itu liturgi Kristen, dan apa itu sakramen. Katekese
harus juga memberikan pengalaman tentang macam-macam perayaan
yang berbeda, dan harus membuat simbol-simbol, gerak-gerak, dan
sebagainya makin dikenal dan dicintai" (PUK 87).

Menjadi jelas sekarang bahwa sumber masalah yang seringkali


terdapat di setiap pelaksanaan Ekaristi bersama OMK adalah
PEMAHAMAN dan PENGHAYATAN (Redemptionis Sacramentum) akan
Ekaristi sebagai DOA RESMI GEREJA KATOLIK dimana kita semua, juga
OMK, menjadi anggotanya. Perayaan Ekaristi bukanlah sebuah acara
yang harus kita ciptakan untuk menampung semua selera dan aspirasi
tanpa mengindahkan jiwa dari Ekaristi itu.

Uskup Agung Rino Fisichella pernah berkata bahwa Gereja, dalam


mengadakan Katekese Liturgi bagi OMK, harus mempelajari bahasa dan
corak hidup kaum muda: “Seseorang tidak dapat berbicara kepada
orang-orang muda Kristus tanpa berbicara mengenai kebebasan seperti
yang kaum muda sekarang telah tempatkan dalam kultur mereka, tetapi
kebebasan haruslah selalu dalam hubungan dengan kebenaran karena
kebenaranlah yang menghasilkan kebebasan.”12

Di lain pihak, OMK seharusnya sadar bahwa tidak pernah ada


kebebasan yang mutlak. Kebebasan itu pasti ada batasnya, termasuk

11 RD. Karnan Ardijanto, Katekese Liturgi: Suatu Keharusan, www.imankatolik.or.id/katekese-liturgi.html. Beliau


adalah Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Surabaya.
12 http://www.indonesianpapist.com/2012/11/ekaristi-kaum-muda-marak-pelanggaran.html?m=1.

43
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

dalam Ekaristi Kudus.13 OMK hendaknya jangan hanya menuntut


“Gereja harus mempelajari kami, mengenal kami dan menyesuaikan
dengan kami” tetapi juga berani bertanya: “Apakah kami, OMK, sudah
mempelajari, mengenal dan taat kepada Gereja dan ajarannya?”.

Para Uskup dan Imam harus bisa lebih peduli pada liturgi; apalagi dari
sekian banyak krisis yang dihadapi Gereja Katolik dewasa ini adalah krisis
liturgi. Para Imam harus memulai Katekese Liturgi di paroki masing-
masing khususnya bagi OMK sehingga setiap kita sampai pada
kesadaran bahwa Ekaristi adalah doa resmi dan tindakan Gereja yang
tidak bisa begitu saja diutak-atik.

Uskup Agung Filipazzi, Nuncio Vatican untuk Indonesia, pernah


menyampaikan hal ini dalam salah satu kesempatan homilinya: “Secara
khusus, para Uskup dan Imam, yakni para pelayan liturgi suci, bukan
pemilik liturgi, maka mereka tidak boleh mengubahnya sesuka hati.
Setiap orang beriman yang menghadiri liturgi di setiap gereja Katolik,
mesti merasa bahwa ia sedang merayakan liturgi dalam kesatuan
dengan seluruh Gereja yang tersebar di seluruh dunia, Gereja yang
bersatu dengan penerus Petrus dan dipimpin oleh para Uskup.”

Kata-kata dan tata cara liturgis yang telah dimatangkan selama berabad-
abad itu merupakan suatu pernyataan iman serta pemahaman akan
Kristus (Redemptoris Sacramentum 5).

III. BEBERAPA HAL MENYANGKUT TATA PERAYAAN EKARISTI

Ada beberapa hal yang patut diindahkan dan didalami dengan lebih baik
lagi untuk melahirkan sebuah Perayaan Ekaristi yang khas OMK tanpa
harus mengorbankan keindahan Ekaristi yang memiliki sejarah panjang
dalam Gereja Katolik. Katekese Liturgi mempunyai peran yang penting.

Beberapa rekomendasi:

A. Para Pastor Paroki, khususnya Moderator OMK, bekerja sama


dengan Seksi Kepemudaan, Seksi Liturgi, Seksi Katekese dan
Pengurus OMK bertanggung jawab penuh untuk menjalankan
Katekese Liturgi bagi seluruh umat, khususnya bagi OMK.

13‘Tidak jarang penyelewengan itu bersumber pada salah pengertian mengenai makna kebebasan’
(Redemptoris Sacramentum 7) ‘Misteri Ekaristi ini “terlalu agung bagi siapa pun juga untuk merasa bebas
memperlakukannya sesuai dengan pandangannya sendiri …” (Redemptoris Sacramentum 11).

44
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

B. Bahan utama Katekese Liturgi adalah Pedoman Umum Misale


Romawi (Institutio Generalis Missalis Romani, Roma, 3 April 1969).
Beberapa bahan pendukung lainnya terlampir di akhir paparan ini.

C. Beberapa kesempatan yang bisa dioptimalkan untuk memberikan


Katekese Liturgi, antara lain: Rekoleksi/Retreat, Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK), Hari Studi dan Diskusi Umum bersama OMK,
Bulan Liturgi Nasional (Mei), Pelatihan bagi para Pelayan Liturgi
Paroki, Training of Trainers (ToT) Liturgi, dan aneka Pertemuan/
Pembinaan OMK Paroki.

IV. MUSIK LITURGI

Musik adalah Rahmat Allah, bagian dari kehidupan dunia ini yang
memberi warna dan nada pada gerak hidup alam dan dunia kita sehari-
hari. Ada banyak jenis bunyi-bunyian, ada banyak ragam musik.

Liturgi adalah kegiatan bersama yang diselenggarakan Gereja untuk


membantu umat-Nya berjumpa dengan Allah dalam persatuan dengan
Kristus sendiri, persatuan kudus Kepala dan Tubuh Gereja.

Musik Liturgi berperan untuk membantu seluruh proses perjumpaan


kudus itu. Santifikasi (pengudusan) manusia dan glorifikasi (pemuliaan)
Allah. Karena makna dan peran itulah maka pemilihan jenis bunyi-
bunyian alat musik yang dipergunakan untuk membantu Perayaan
Liturgi hendaknya memperhatikan umat yang hadir saat perayaan. Umat
yang hadir saat perayaan mempunyai latar belakang dan warna budaya
yang mempengaruhi warna musik batinnya. Musik yang dapat
membawa batin berjumpa dengan Allah.

Perayaan Ekaristi bersama Orang Muda Katolik juga mempunyai ciri khas
itu. Seperti orang muda pada umumnya, sifat dinamis dan gembira
menjadi salah satu cirinya. Tentu ciri komunitas mempengaruhi. Tidak
sedikit juga orang muda mempunyai jiwa meditatif. Maka, sebagai tim
pelayan liturgi, tentu diperlukan pengetahuan dan kebijaksanaan dalam
memilih musik liturgi yang ‘pas’ yang dapat membantu umat saat itu.
Setiap perayaan mempunyai ciri khasnya, tidak ada yang sama. Selain
yang hadir, tema perayaan, tempat, ketersediaan alat musik memegang
peran yang menentukan.

45
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

Bunyi – bunyian yang dihasilkan oleh alat musik band mempunyai warna
khas. Bunyi alat musik band juga bagian dari Rahmat Allah. Namun musik
band, dalam pertumbuhan musik dunia, banyak sekali berperan dalam
kehidupan musik profan duniawi, sehingga ketika bunyi band terdengar,
‘telinga umum’ akan lebih mudah untuk mengingat hal-hal duniawi yang
terjadi di seputar kehidupan ‘band’ tetapi lain cerita bagi orang muda
pencinta musik band. Yang dapat merasakan indahnya Kasih Allah
dengan bunyi-bunyian ‘band’ tersebut. Bila komunitas itu berkumpul
merayakan liturgi, tentu alat musik band akan menjadi pilihan mereka,
karena sangat membantu mereka berjumpa dengan Allah. Sebaliknya
bila mereka diperdengarkan musik orgel pipa dengan nyanyian-nyanyian
Gregorian mereka tidak dapat merasakan ‘jiwa’ dari nada-nada yang
dihasilkan. Sehingga suasana yang diciptakan tidak membantu
perjumpaan mereka dengan Allah.

Demikianlah, dalam musik Liturgi tidak ada yang ‘mutlak salah dan
benar’; tidak ada yang mutlak ‘boleh dan tidak boleh’. Bagaimana kita
melihat umat yang kita layani, bagaimana kita melihat peran musik,
nyanyian, dan doa liturgi. Bagaimana kita sebagai imam dan tim pelayan
liturgi berupaya membantu umat (OMK) berjumpa dengan Allah dalam
peristiwa kudus ini dalam tema, rangkaian doa dan bacaan Sabda-Nya,
juga musik nyanyiannya.

46
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

BAB X
PENUTUP

Demikianlah beberapa katekese singkat, catatan dan rekomendasi yang perlu


diindahkan bersama dalam mempersiapkan dan membawakan Perayaan
Ekaristi bersama OMK. Dokumentasi ini bukanlah suatu aturan baku, tetapi
merupakan bagian-bagian yang perlu kita perhatikan bersama untuk
pendampingan dan pengembangan iman OMK, sehingga OMK dari hari ke
hari, kian mencintai, menghormati dan merindukan Perayaan Ekaristi,
sumber dan puncak hidup setiap umat beriman.

Kami akhiri paparan ini dengan mengutip kembali butir penting dari PUMR:
“Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama Umat Allah
yang tersusun secara hierarkis. Bagi Gereja universal dan Gereja partikular,
maupun bagi setiap Umat beriman, Ekaristi merupakan pusat seluruh
kehidupan Kristiani (SC 41, LG 11, PO 2.5.6; CD 30; UR 15; ME 3e). Sebab
dalam Perayaan Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia, dan
puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah dalam Roh
Kudus (SC 10). Kecuali itu, Perayaan Ekaristi merupakan pengenangan misteri
penebusan sepanjang tahun. Dengan demikian, boleh dikatakan misteri
penebusan itu dihadirkan untuk Umat (SC 102).” (PUMR 16).

“Oleh karena itu, sungguh penting untuk mengatur Perayaan Ekaristi atau
Perjamuan Tuhan tersebut sedemikian rupa sehingga para pelayan dan
umat beriman lainnya, dapat berpartisipasi dalam perayaan itu menurut
tugas dan peran masing-masing, serta dapat memetik buah-hasil Ekaristi
sepenuh-penuhnya (SC 14, 19, 26, 28, 30). Itulah yang dikehendaki Kristus
ketika menetapkan kurban ekaristis Tubuh dan Darah-Nya. Dengan maksud
itu pula, Ia mempercayakan misteri ini kepada Gereja, mempelai-Nya yang
terkasih, sebagai kenangan akan wafat dan kebangkitan-Nya (SC 47).”
(PUMR 17).

“Untuk mencapai tujuan tersebut, hendaknya Ekaristi dirayakan sesuai


dengan keadaan umat setempat. Seluruh perayaan hendaknya dirancang
sedemikian rupa sehingga umat yang hadir dapat berpartisipasi secara
sadar, aktif dan penuh, yakni berpartisipasi dengan jiwa dan raganya, serta

47
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

dikorbarkan dengan iman, harapan dan kasih. Itulah yang diharapkan


Gereja dan dituntut oleh hakikat perayaan Ekaristi sendiri. Umat Kristiani
mempunyai hak dan kewajiban untuk beribadat secara demikian berkat
pembaptisan mereka (SC 14)” (PUMR 18).

Kami sangat percaya bahwa OMK sejati adalah OMK yang mencintai,
menghormati dan selalu merindukan Perayaan Ekaristi, doa resmi dan amat
agung kita, umat beriman Katolik. Semoga katekese sederhana ini menjadi
dukungan nyata bagi OMK untuk sungguh menikmati Perayaan Ekaristi, dan
bukan semakin ingin meninggalkannya. Salam. Tuhan Yesus memberkati kita
semua.

48
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

DAFTAR PUSTAKA

Andi Kosasi, Ambrosius, Kembali Ke Jiwa Musik Liturgis, 2010: Jakarta

Congregation for Divine Worship and the Discipline of the Sacraments,


Redemptionis Sacramentum, 2004.

Komisi Kepemudaan KAJ, Buku Acuan Orang Muda Katolik Keuskupan


Agung Jakarta, 2011: Jakarta.

Komisi Liturgi KWI, Pedoman Umum Missale Romawi (baru), 2009.


Pope Benedict XVI, Sacramentum Caritatis, 2007.

Komisi Liturgi KWI, Liturgia Semper Reformanda Est. Buku Perayaan


Pesta Emas Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Concilium, 2013.

Sacred Congregation of Rites, Musicam Sacram, 1967.

Second Vatican Council, Sacrosanctum Concilium (the Constitution on


the Sacred Liturgy), 1963.

49
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

SUMBER PUSTAKA LAIN

Beberapa Sumber Pustaka yang sekaligus bisa dijadikan Bahan Katekese


Liturgi bagi OMK:

1. Bosco da Cunha, 2011, Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu


Tahun, Jakarta: OBOR.
2. Bosco da Cunha,2012,Ekaristi: memahami Misa Kudus demi
penghayatan yang utuh,Jakarta: OBOR
3. Keuskupan Agung Jakarta, 2010, Arah Dasar KAJ 2011—2015
4. Dewan Karya Pastoral KAJ, 2015, Arah Dasar KAJ 2016 – 2020 : Pokok –
pokok Gagasan
5. Dewan Karya Pastoral KAJ, 2015, Arah Dasar KAJ 2016 –2020 :
Implementasi dan Renstra
6. Dokumen-Dokumen Gereja:
a. 1988: Perayaan Paskah dan Persiapannya
(Litterae Circulares De Festis Paschalibus
Praeparandis et Celebrandis), DokPen KWI.
b. 2003: Perayaan Ekaristi: Upaya untuk Paham dan
Terampil Berekaristi (Suplemen PUMR 2000),
Komisi Liturgi-KWI.
c. 2004: Redemptionis Sacramentum (Instruksi VI tentang
sejumlah hal yang perlu dilaksanakan ataupun dihindari
berkaitan dengan Ekaristi Mahakudus), DokPen KWI
d. 2007: Anjuran Apostolik Pasca-Sinode:
Sacramentum Caritatis dari Paus Benedictus XVI,
DokPen KWI.
e. 2009: Pedoman Umum Misale Romawi (Baru), Komisi Liturgi-KWI.
f. 2011:Direktorium tentng Kesalehan Umat dan Liturgi: Asas-Asas
dan Pedoman, Jakarta: OBOR
g. 2012: Ekaristi: Sumber dan Puncak Hidup Kristiani, DokPen KWI.
h. 2013: Liturgia Semper Reformanda Est. Buku
Perayaan Pesta Emas Konstitusi Liturgi
Sacrosanctum Concilium, Komisi Liturgi-KWI.
7. Hahn, Scott, 2011, Kebiasaan Katolik dan Dasar
Biblisnya: 40 Signs of Life, Malang: DIOMA
Publishing.

50
Pedoman Penyelenggaraan Ekaristi Bersama OMK KAJ

8. Kosasi, Ambrosius Andi, 2010, Kembali ke Jiwa Musik Liturgis, Jakarta:


OBOR.
9. Komisi Liturgi Regio Jawa Plus, 2012, Pedoman Berliturgi:
Lingkaran Natal dan Paskah, Yogyakarta: Kanisius.
10. Loret, Pierre, 1998, Merayakan Misa Kudus: Bagaimana Umat Katolik
Menjawab Undangan
Kristus, Jakarta: Cipta Loka Caraka.
11. Martasudjita, Emanuel
a. 2003, Sakramen-Sakramen Gereja:Tinjauan Teologis, Liturgis dan
Pastoral, Yogyakarta: Kanisius
b. 2005, Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral, Yogyakarta:
Kanisius.
c. 2011, Liturgi: Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi, Yogyakarta:
Kanisius.
d. 2012, Ekaristi: Makna dan Kedalamannya Bagi Perutusan di Tengah
Dunia,Yogyakarta: Kanisius
e. 2014, Roti dan Anggur Misa: Mengenal Bahan
Utama untuk Perayaan Ekaristi, Yogyakarta: Kanisius.
12. Nouwen, Henri J.M, 2011, Diambil Diberkati Dipecah Dibagikan:
Spiritualitas Ekaristi dalam Dunia
Sekuler (Kata Pengantar: Mgr. Ignatius Suharyo), Yogyakarta: Kanisius.
13. Sugiyono, Frans, 2014, Mencintai Liturgi, Yogyakarta: Kanisius.
14. Suharyo, Ignatius, 2011, Ekaristi Meneguhkan Iman,
Membangun Persaudaraan Menjiwai Pelayanan
Yogyakarta, Kanisius
15. Sugiyono, Frans, 2014, Mencintai Liturgi, Yogyakarta: Kanisius.
16. Suryanugraha, C. Harimanto
a. 2003, Lakukanlah Ini: Sekitar Misa Kita, Bandung: SangKris.
b. 2004, Rupa dan Citra: Aneka Simbol dalam Misa, Bandung: SangKris.
Tarigan, Jacobus, 2011, Memahami Liturgi, Jakarta: Cahaya Pineleng.

51

Anda mungkin juga menyukai