Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ TEORI BELAJAR “
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Strategi Belajar Mengajar

Dosen Pengampu :

Dewi Syafriani, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Alfernando Gulo 4173331005


Annisa Sylvia N Simbolon 4172131010
Chairunisa 4171131006
(Pendidikan Kimia A 2017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik dalam
proses belajar sehingga meraka dapat memeperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa
yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena
mereka yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain.
Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan – perbedaan
individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar – benar dapat meroboh kondisi
anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari
yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini
kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlibat dari perhatian sebagai
guru atau pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak
perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat
perhatian.

Gejala yang lain terlibat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan model
pembelajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan
pada keiginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian
tujuan penbelajaran. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran konvesional.
Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan
yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan
dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan.

Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya ditentukan oleh


ketepatan strategi guru dalam mentransfer pengetahuannya, tetapi juga ditentukan oleh
peran serta aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat belajar dengan
baik maka tugas guru tidak hanya memberikan sejumlah informasi kepada siswa, tetapi
juga harus dapat mengusahakan bagaimana agar konsep yang penting dapat tertanam
kuat dalam pemikiran siswa.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan perumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui model pembelajaran Problem Based Learning
2. Untuk mengetahui model pembelajaran Inquiry Learning
3. Untuk mengetahui model pembelajaran Discovery Learning

1.3 Manfaat
Sebagai referensi bagi mahasiswa dan pembaca dalam menambah wawasan tentang
metode pembelajaran yang ada serta dapat menggunakan metode tersebut dalam proses
belajar mengajar di masa yang akan datang .
2

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning


Sebagai salah satu model pembelajaran yang menarik, banyak ahli yang
mendefinisikan model Problem-Based Learning (PBL). Menurut Arends, Problem-
Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang berorientasi untuk
memecahkan masalah. Problem yang terkandung dalam Problem-Based Learning
merupakan problem nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses
Problem-Based Learning dilakukan secara kolaboratif, dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terfasilitasi.
Menurut Silver (2004), Problem-Based Learning merupakan pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang fleksibel,
keterampilan pemecahan masalah yang efektif, belajar mandiri, keterampilan kolaboratif
yang efektif, dan motivasi intrinsik. Sementara Barrow (dalam Smith dkk, 2005)
menjelaskan enam ciri khusus dari Problem-Based Learning, yaitu: (1) pembelajaran
berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terjadi pada kelompok kecil siswa, (3) guru
berperan sebagai fasilitator, (4) masalah merupakan fokus dan stimulus dalam
pembelajaran, (5) masalah merupakan jalan untuk pengembangan kemampuan
pemecahan masalah, (6) informasi baru diperoleh melalui pembelajaran. Problem-Based
Learning dimaknai sebagai suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menggunakan
masalah riil atau masalah yang distimulasikan oleh guru sebagai dasar dalam
penyampaian kandungan materi suatu mata pelajaran. Problem-Based Learning,
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tentangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleks yang ada.

3
Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk
membedakan model yang satu dengan model yang lain. Berdasarkan teori yang
dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari Problem-Based
Learning, yaitu :
1) Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2) Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya nanti.
3) New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari
sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
4) Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaboratif, maka Problem-Based Learning dilaksakan dalam
kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan
penetapan tujuan yang jelas.
5) Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan Problem-Based Learning, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa
dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
Model Problem-Based Learning, memiliki beberapa langkah pada
implementasinya dalam proses pembelajaran. Menurut Kemendikbud, (2014: 28)
mengemukakan bahwa langkah-langkah adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah


2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3) Membimbing pengalaman individual/kelompok.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4
2.2 Model Pembelajaran Inquiry Learning

Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan yang dirumuskan.

Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi. Strategi inkuiri berarti suatu kegiatan rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, ana-litis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah 1)
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, 2) keterarahan kegiatan
secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan 3) mengembangkan sikap percaya
diri pada siswa tentang apa yang ditemukan pada proses inkuiri.

Secara umum inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan
mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber
informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya, Ibrahim (2007: 2).

Lebih lanjut Sagala (2006: 197) menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melaksanakan model inkuiri yaitu: (1) perumusan masalah yang dipecahkan siswa, (2)
menetapkan jawaban sementara (hipotesis), (3) siswa mencari informasi, data fakta yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan, (4) menarik kesimpulan jawaban atau
generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.

Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan inkuiri menurut Gulo (2005: 86-87) guru
dalam menciptakan kondisi belajar dengan pendekatan inkuiri mempunyai berbagai macam
peran, antar lain:

 Sebagai motivator, yang memberi rangsangan agar siswa aktif dalam berfikir
 Sebagai fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses
berfikir siswa
 Sebagai penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.

5
 Sebagai administrator, yang bertanggung jawab terhadap kegiatan di kelas.
 Sebagai pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa ke tujuan yang
diharapkan
 Sebagai manager, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
2.2.1 Langkah – Langkah Model pembelajaran Inquiry Learning

Menurut Sanjaya (2006 : 201) mengemukakan secara umum bahwa proses


pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :

1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir
memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka teki.
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di kaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percodaan
atau eksperimen.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri


 Kelebihan

6
1. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
2. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar meraka.
3. Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku.
4. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar yang bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.

 Kekurangan
1. Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.
2.3 Model Pembelajaran Discovery Learning

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, A, 2012, Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota Bengkulu dengan
Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika, Jurnal Exacta,
10(2) : 133-135

Anda mungkin juga menyukai