Anda di halaman 1dari 12

JARINGAN OTOT

Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel yang disebut serabut otot, yang mampu
berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan parallel didalam
sitoplasma, serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil
aktin dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan,
dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu
hewan yang aktif (Campbell, 2000: 265).
Jaringan otot atau biasa disebut otot telah dijumpai mulai dari invertebrata sampai
vertebrata. Otot merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Hampir setengah dari keseluruan
berat tubuh manusia disumbang oleh otot. Jaringat otot seperti jaringan yang lain memiliki sifat
pekah terhadap rangsangan (sifat iritabilitas), mampu merambatkan impuls (sifat konduktivitas),
mampu melaksanakan metabolism dan mampu membelah diri. Sifat jaringan otot yang khas adalah
kemampuannya untuk berkontraksi (sifat kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas
disebabkan sel-sel otot memiliki protein kontraktil, yaitu aktin dan myosin (Yunadi, 2003: 33).
Menurut (Yusminah, 2007: 78) Pada mamalia dapat dibedakan atas tiga jenis dari jaringan
otot berdasarkan sifat-sifat morfologis dan fungsional yaitu sebagai berikut :
1. Otot polos
Otot polos terdiri dari kumpulan sel fusiformis, yang di dalam mikroskop cahaya tidak
memperlihatkan garis melintang sebagai bentu bundar kecil (5-10 µm). proses kontraksinya lambat
dan tidak di bawah pengendalian kemauan sadar. Setiap sel memiliki suatu nukleus pipih yang
khas terletak di bagian sentral. Pada sel yang sedang berkontraksi nukleus tersebut sering terlipat.
Otot polos biasanya mempunyai kegiatan spontan bila tidak ada perangsangan saraf. Oleh karena
itu, suplai sarafnya berfungsi untuk mengubah kegiatan tersebut dan tidak memulainya.
Terdapat retikulum sarkoplasma rudimenter, tetapi tubulus T tidak dijumpai. Aktivitas
kontraktil otot polos yang khas berhubungan dengan struktur dan pengaturan filamen aktin dan
miosinnya, dan tidak memperlihatkan susunan yang terdapat di otot rangka. Pada sel otot polos,
berkas miofilamen tebal dan tipis bersilangan secara oblik melalui sel, dan membentuk jalinan
mirip kisi-kisi. Aktin dan myosin berkontraksi melalui suatu mekanisme pergeseran filamen yang
serupa pada otot rangka. Namun, protein myosin tersusun sebagai berkas yang berbeda dan
jembatan-silang berinteraksi dengan filamen aktin-F yang berjumlah sedikit (Mescher,..).
Sumber : Mescher AL: Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas, 12 Edition.
Pada potongan melintang otot polos di dinding usus halus, sel lapisan lingkar dalam (IC,
inner circular) terpotong memanjang dan sel lapisan longitudinal luar (OL, outer longitudinal)
menyilang secara transversal. Hanya beberapa inti (panah) sel lapisan luar yang berada pada
bidang potongan sehingga banyak sel yang tampak tidak memiliki inti.

2. Otot rangka
Otot rangka bergaris melintang terdiri atas berkas-berkas sel silindris sangat panjang
(sampai 4 cm) yang berinti banyak yang memperlihatkan garis-garis melintang dengan diameter
10-100 µm dan disebut serabut otot. Inti banyak tersebut disebabkan oleh persatuan mioblas
embrionik berinti tunggal. Nukleus bujur telur biasanya ditemukan di bagain perifer sel, yaitu di
bawah membran sel. Lokasi inti yang khas ini berguna dalam membedakan otot rangka dari otot
jantung, dengan inti yang terletak di tengah. Kontraksinya cepat, kuat dan biasanya di bawah
pengendalian kemauan yang disadari.
Massa serabut yang menyusun berbagai jenis otot tersusun dalam berkas-berkas teratur
yang dikelilingi oleh epimisium, suatu selubung luar jaringan ikat padat yang mengelilingi seluruh
otot. Dari epimisium, septa tipis jaringan ikat menyusup ke dalam dan mengelilingi fasciculus
atau berkas serabut di dalam otot. Jaringan ikat di sekitar masing-masing berkas serabut otot
disebut perimisium. Setiap serabut otot dikelilingi selapis halus jaringan ikat, yaitu endomysium,
yang terdiri atas sebuah lamina basal yang disintetis oleh serabut multinuclear serta serat-serat
reticular dan fibroblast. Di dalam setiap serabut, inti sel bergeser ke tepi terhadap sarkolemma.
Dalam jaringan pengikat yang menyelaputi otot terdapa serabut kolagen, serabut elastic, fibroblast
dan pembuluh darah (Mescher, ….).

Sumber : Mescher AL: Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas, 12 Edition.

3. Otot jantung
Otot jantung juga memperlihatkan garis-garis melintang dan terdiri dari sel-sel individual
yang panjang atau bercabang-cabang yang berjalan sejajar satu sama lain. Pada tempat
perhubungan ujung ke ujung terdapat diskus interkalaris, struktur yang hanya ditemukan di dalam
otot jantung inti. Inti terletak ditengah. Kontraksi otot jantung tidak di bawah pengaruh kemauan
secara sadar, kuat dan berirama.
Salah satu ciri unik yang dapat membedakan otot jantung adalah adanya garis gelap
melintang yang melintasi deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur. Diskus
interkalaris ini adalah kompleks pertautan yang terdapat pada pertemuan antar sel-sel otot jantung
yang bersebelahan. Regio transversal di diskus yang menyerupai tangga ini memiliki banyak
desmosome dan facia adherents (yang menyerupai zonula adherents di antara sel-sel epitel) dan
bersama-sama berfungsi mengikat sel-sel jantung secara erat untuk mencegah agar sel tersebut
tidak terpisah pada saat aktivitas kontraksi yang berlangsung konstan. Bagian yang berada lebih
longitudinal di setiap diskus memiliki berbagai taut celah, yang memungkinkan pertukaran ion
secara kontinu diantara sel-sel yang bersebelahan. Struktur tersebut bekerja sebagai “sinapsis
listrik” dan memungkinkan sel otot jantung bekerja seperti pada suatu sinsitium multinuclear
dengan sinyal kontraksi yang berpindah dari sel ke sel dalam bentuk gelombang (Mescher,….).

Sumber : Mescher AL: Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas, 12 Edition.

Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta.


Yusminah H. 2007. Biologi Umum 2. UIN Alauddin Press. Makassar.
Yunadi T. 2003. Fisiologi Manusia. Erlangga. Jakarta.
Mescher A,L. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Penerbit Buku Kedokteran.
JARINGAN SARAF

Saraf adalah bagian dari sistem saraf periferal. Saraf aferen membawa sinyal sensorik ke
sistem saraf pusat, sedangkan saraf eferen membawa sinyal dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan
kelenjar-kelanjar. Sinyal tersebut seringkali disebut impuls saraf, atau disebut potensial akson.Sel
saraf yang dinamakan pula sel neron berbeda dengan sel-sel dari jaringan dasar lainnya karena
adanya tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya. Semua jaringan mencerminkan
sejarahnya dengan memeperlihatkan berbagai kemampuannya untuk penyesuaian dri pada
keadaan baru selama hidup mereka. Jaringan saraf juga menspesialisasikan diri dalam kemampuan
sepeti ini, menuju kea rah fungsi belajar dan ingat yang tidak begitu banyak dipahami. Meskipun
banyak sifat khas organissi pesarafan itu telah terprogram secara genetik, namun detail– detail dari
kontak–kontak seluler dan pembentukan sirkuit fungsional untuk popolasisel tampaknya
terpengaruh oleh keadaan yang biasanya terdapat apabila sel-selnya memperoleh kontak mereka
yang pertama (Gerrit, 1988: 132).
Jaringan saraf merasakan adanya stimulus atau rangsangan dan menghantarkan sinyal dari
satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Unit fungsional jaringan saraf adalah neuron, atau sel
saraf, yang secara unik dikhususkan untuk menghantarkan sinyal yang disebut impuls saraf.
Neuron terdiri atas sebuah badan sel dan dua atau lebih penjuluran, atau proses yang disebut
dendrite dan akson, yang panjangnya bias mencapaisatu meter pada manusia. Dendrit
menghantarkan impuls dari ujungnya menuju bagian neuron yang lainnya. Akson menghantarkan
impuls menuju neuron lainnya atau menuju efektor (Campbell, 2004: 8).
Semua fungsi di dalam suatu organism diatur dan disesuaikan dengan sangat seksama,
dikoordinasikan dengan fungsi organ-organ lainnya, dan diintegrasikan menurut kebutuhan-
kebutuhan tubuh. Koordinasi dan integrasi fungsi alat-alat tubuh dilaksanakan oleh sistem saraf
(neural) dan sistem endokrin (hormonal). Pada umumnya, sistem saraf mengatur aktivitas tubuh
yang berlangsung relative cepat, seperti kontraksi otot dan sekresi kelenjar, sedangkan sistem
endokrin dengan pencapaian organ targetnya, relative berlangsung lebih lambat, seperti proses
metabolisme. Suatu persambungan antara dua neuron disebut sinaps. Kedua neuron itu biasanya
tidak melekat langsung satu dengan yang lain tetapi dipisahkan oleh suatu celah sempit, yang
disebut celah sinapsis (Yusminah, 2007: 87).
Unit fungsional system saraf pada vetebrata maupun avetebrata adalah neuron. Sel yang
sangat terspesialisasi itu, yang mengandung berbagai organel khas yang ditemukan pada
kebanyakan sel eukariotik, sangat teradaptasi bagi komunikasi berkat penjuluran–penjulurannya
yang laksana kabel. Dendrit adalah penjuluran–penjuluran, seringkali bercabang–cabang seperti
pohon, yang mengangkut impuls menuju badan sel pusat. Badan sel adalah daerah yang lebih
tebal di neuron dan mengandung nucleus serta sebagian besar sitoplasma. Akson adalah
penjuluran, umumnya sangat panjang, yang mengangkut impuls menjauhi badan sel. Sistem saraf
dibangun oleh komponen – komponensel saraf atau neuron, sel-sel glia (sel Schwann,
oligodendrosit, migroglia, ependim, astrosit, dan sel-sel satelit) dan jaringan ikat sejati (Fried,
2000: 255).
Menurut Mescher (…), unit fungsional baik dalam SSP maupun SST adalah neuron atau
sel saraf. Kebanyakan neuron terdiri atas tiga bagian: badan sel atau perikarion yang merupakan
pusat trofik atau sintesis untuk keseluruhan sel saraf dan juga menerima stimulus; dendrit, yaitu
prosessus panjang yang dikhususkan untuk menerima stimulus dari lingkungan, sel-sel epitel
sensorik, atau dari neuron lain; dan akson yang merupakan suatu prosessus tunggal yang
dikhususkan untuk menciptakan atau menghantarkan implus saraf ke sel-sel lain. Akson dapat juga
menerima informasi dari neuron lain, informasi ini terutama memodifikasi transmisi potensial aksi
ke neuron tersebut.
Sumber : Mescher AL: Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas, 12 Edition.

1. Badan Sel (Perikarion)


Badan sel (perikarion) adalah baguan neuron yang tidak mengandung inti dan
sitoplasma di sekelilingnya, dan tidak mencakup prosessus sel. Badan sel terutama
merupakan pusat trofik, meskipun badan sel neuron juga dapat menerima sejumlah
besar ujung saraf yang membawa stimulus eksitatorik atau inhibitorik yang berasal dari
sel saraf lain. Kebanyakan sel saraf memiliki inti eukromatik (terpulas pucat) sferis dan
sangat besar, dengan nucleolus yang nyata. Sel saraf binukleus terkadang terlihat di
ganglia simpatis dan sensorik. Kromatin halus tersebar merata yang menggambarkan
tinggnya aktivitas sintesis dalam sel-sel ini.
2. Dendrit
Dendrit umumnya pendek dan bercabang-cabang mirip pohon. Dendrit sering
diselubungi oleh banyak sunaps dan merupakan tempat penerimaan sinyal dan
pemrosesan utama di neuron. Kebanyakan sel saraf memiliki banyak dendrit, yang
sangat memperluas daerah penerimaan sel. Percabangan dendrit memungkinkan
sebuah neuron untuk menerima dan mengintegrasi sejumlah besar ujung akson dari sel
saraf lain. Diperkirakan bahwa sejumalh 200.000 terminal akson membentuk hubungan
fungsional dengan dendrit sel purkinje di serebelum.
3. Akson
Kebanyakan neuron hanya memiliki satu akson, ada sejumlah kecil yang tidak
mempunyai akson sama sekali. Sebuah akson merupakan cabang silindris dengan
panjang dan diameter yang bervariasi, sesuai jenis neuronnya. Akson umumnya
merupakan prosessus yang sangat panjang. Contohnya akson sel motoric di medulla
spinalis yang mensarafi otot kaki harus memiliki panjang hingga 100 cm (40 inci).
Semua akson berasal dari daerah berbentuk piramida pendek, yaitu muara akson yang
muncul dari perikarion. Membran plasma di akson disebut aksolemma dan isisnya
sebagai aksoplasma.

Gerrit B. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.


Champbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta.
George H, F. 2000. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Yusminah H. 2007. Biologi Umum 2. UIN Alauddin Press. Makassar.
Mescher A,L. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Penerbit Buku Kedokteran.

SISTEM INTEGUMEN

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2
meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau
beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh
dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh,
produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari
bahaya sinar ultra violet matahari (Syarifuddin, 2006: 134).
Kulit terdiri dari lapisan epidermal dan dermal (korium) dan bertumpu di atas jaringan
penyambung subdermal. Epidermis merupakan suatu epitel berlapis gepeng, yang pada beberapa
bagian tubuh dimodifikasi dengan penambahan lapisan tebal kutikula dan pada bagian-bagian lain
karena perkembangan rambut dan kuku. Korium adalah lapisan jaringan penyambung padat di
mana terdapat berbagai kelenjar kulit dan folikel rambut. Jaringan subdermal juga berserat, tetapi
ia tersusun lebih longgar daripada korium dan umumnya mengandung sel-sel lemak. Tidak ada
rambut yang tumbuh pada telapak tangan atau telapak kaki. Mereka tertutup dengan kulit tebal
yang terdiri dari dermis dan epidermis atau korium. Pada kulit dari sebagian besar tubuh, lapisan
dasar epidermis meluas ke dalam korium untuk membentuk folikel-folikel rambut. Ini paling
intensif perkembangannya pada kulit kepala, yang dapat digunakan sebagai contoh kulit berambut
(Gunarso, 1979: 206).
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada
berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan
telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi
dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat pembuluh darah pada
epidermis. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh
zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler
dermis ke dalam epidermis (Arthur, 1999: 125).
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-
beda : 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk
kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis
juga tersusun atas lapisan:
1. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan
mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis
anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi
pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin
gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit
yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal puting susu) mengandung
pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung
pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit
sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak
kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya
ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya
ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.

2. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk
ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis ,
yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel
Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.

3. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

4. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam
sebagai berikut:

 Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana
eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut
elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.
 Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri
dari protein eleidin.
 Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat
granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja
sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan
efek pelindung pada kulit.
 Stratum Spinosum, tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel
pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian
mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang
disebut spina dan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril
sebagai intercellular bridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen;
filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan)
antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini
banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak
kaki.
 Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal , berbentuk silindris dan
dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel
mitosis.

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung
rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah
dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang
berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut.
Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai
permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan
95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara
1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak
tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-
serat, matriksinterfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel (Syarifuddin, 2006: 135).
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari
dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang
tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
1. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang
keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada langsung di bawah
epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu
bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari
pembuluh darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar
rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat.
Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki
turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan
simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit.

2. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).

Arthur. 1999. Kamus Pintar Bergambar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


Gunarso W. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.
Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai