Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN ALAT PEMADAM API RINGAN DI RSP

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Yoga Pradipta
PT. Wijaya Karya (PERSERO), Tbk
JL. DI Panjaitan Kav.9, Jakarta 13340
Email: jogjazz_deep@yahoo.com

ABSTRACT
The hospital will have a high fire risk in case of fire because in accommodating a lot of patients. Extinguish the fire at
the first event of a fire can use the fire extinguisher. The aim of this study was to evaluate the fire extinguisher
installation planning. This research was an observational research with a descriptive analysis method. The primary
data were collected with observation, interviewing and the secondary data were collected from PT Nindya Karya,
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang projects. The sample of study was selected using by purposive
sampling. The variables in this study were building construction classification and fire risk, fire classification and fire
extinguisher requirement. The data were analyzed using descriptive analysis. The results showed that Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Brawijaya Malang project’s were public buildings classification with a low risk fire accident.
This building’s risk fire classification were A, B and C. Each floor required 9 pieces of fire extinguisher with CO 2 and
dry powder types. This research was concluded that the fire extinguisher needs was accordance with Permenakertrans
No. 4, 1980. It’s suggested to use the terms and conditions of Permenakertrans No.4, 1980 about the installation and
maintenance requirements in planning the installation fire extinguisher.
Keywords: Portable Fire Extinguisher identification, hospital building

ABSTRAK
Rumah sakit akan memiliki risiko kebakaran tinggi bila terjadi kebakaran karena didalamnya menampung banyak
pasien. Memadamkan api pada mula terjadi kebakaran bisa menggunakan alat pemadam api ringan. Tujuan dalam
penelitian ini adalah mempelajari perencanaan pemasangan alat pemadam api ringan di Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan analisis
penelitian yang bersifat deskriptif. Data primer dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara serta data sekunder
yang diperoleh dari PT. Nindya Karya, Proyek Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang.
Sampel penelitian ditentukan dengan cara purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah klasifikasi
bangunan gedung dan risiko kebakaran, klasifikasi kebakaran dan kebutuhan alat pemadam api ringan. Data yang
diperoleh akan dianalisa secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang adalah bangunan umum dengan tingkat risiko kebakaran rendah.
Bangunan ini memiliki risiko kebakaran golongan kelas A, B dan C. Setiap lantai membutuhkan 9 buah alat pemadam
api ringan dengan jenis alat pemadam api ringan yang digunakan adalah CO 2 dan dry powder. Jumlah kebutuhan dan
jenis alat pemadam api ringan sesuai dengan Permenakertrans No. 4 Tahun 1980. Rumah sakit disarankan agar
mengacu Permenakertrans No. 4 Tahun 1980 Tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
Kata kunci: identifikasi APAR, gedung rumah sakit

PENDAHULUAN
Pembangunan gedung harus memperhatikan nilai
Bangunan gedung menurut Peraturan Pemerintah keselamatan terhadap segala ancaman bahaya yang
Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005 adalah wujud terjadi antara lain yaitu bahaya kebakaran. Menurut
fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan Indrawan (2013), bahaya dari bangunan gedung
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya bertingkat yaitu tinggi di mana akses untuk
berada di atas atau di dalam tanah dan atau air, yang menyelamatkan diri adalah sedikit dan terbatas, maka
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan perlu dilakukan tindakan pencegahan bahaya
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kebakaran yang efektif dan efisien dan terintegrasi
kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, dalam satu sistem manajemen sehingga implementasi
budaya, maupun kegiatan khusus. dan pembaharuannya dapat mengikuti kebutuhan.

11
12 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 11–20

Ramli (2010), dalam bukunya menyebutkan dalam proses pembangunan. Gedung C terdiri dari 8
kasus kebakaran pernah terjadi di Rumah Sakit lantai di mana lantai 1 hingga 4 sudah mulai
Bersalin ST Hadidjah IV, tidak ada korban jiwa digunakan sedangkan lantai 5 hingga 8 masih dalam
dalam peristiwa tersebut dan penyebab kebakaran proses pembangunan. Perencanaan pemasangan
diduga akibat arus pendek listrik. Kasus tersebut APAR perlu dilakukan mengingat lantai 5 hingga 8
menunjukkan bahaya kebakaran apabila kebakaran masih dalam proses pembangunan sehingga dalam
terjadi di rumah sakit mengingat terdapat banyak pengadaan APAR sesuai dengan peruntukannya.
pasien di dalam gedung beserta kerugian yang Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
diderita pihak rumah sakit. Hal tersebut dapat kebutuhan APAR di Gedung Rumah Sakit
membuat panik pasien di dalam gedung. Menurut Pendidikan Universitas Brawijaya Malang.
Ariyanto (2012), mengatakan kesadaran masyarakat
untuk standarisasi pembangunan gedung bertingkat
METODE
(tinggi) masih bisa dikatakan minim, sebab dalam
keadaan di lapangan sangat jarang ditemukan dan Berdasarkan jenis penelitian termasuk dalam
tangga darurat yang efektif hanya satu. Hal ini penelitian observasional dengan analisis penelitian
dikarenakan tangga darurat 2 memiliki kapasitas bersifat deskriptif. Data yang digunakan merupakan
untuk menolong korban hanya sedikit (sempit). data yang bersumber dari hasil observasi, wawancara
Indrawan (2013), menyebutkan dari sebuah data dan data sekunder perusahaan. Observasi digunakan
resmi dari United States National Fire Protection pada waktu melihat kondisi gedung untuk melihat
Association (US NFPA) yang diterbitkan tahun 2008 potensi bahaya kebakaran. Wawancara dilakukan
menjelaskan tentang kerugian yang diakibatkan dari kepada karyawan yang terkait dengan perencanaan
bencana kebakaran ini rata-rata 350.000 kali bencana sarana proteksi kebakaran di gedung Rumah Sakit
kebakaran di daerah perumahan dan perkantoran Universitas Brawijaya Malang. Sampel diambil
yang terjadi dalam setahun, 15.300 kali merupakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di PT.
kejadian kebakaran di gedung bertingkat di seluruh Nindya Karya yang mewakili keseluruhan populasi
Amerika serikat dengan rata-rata 60 orang dengan menggunakan purposive sampling dan
meninggal, 930 luka-luka dan menelan kerugian memenuhi kriteria. Besar sampel dalam penelitian ini
sebesar 52 juta dollar mengikuti bencana kebakaran yaitu 4 orang yang merupakan karyawan yang
di gedung bertingkat. mewakili dalam perencanaan sarana proteksi
Hepiman (2009), dalam penelitiannya di kebakaran di gedung Rumah Sakit Universitas
Rumah Sakit Jiwa di mana jika terjadi kebakaran Brawijaya Malang.
akan menjadi bahaya yang tinggi karena mengingat
pasien yang ditampung adalah orang dengan
HASIL
perhatian khusus. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa jumlah APAR dan Proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan
pemasangannya belum sesuai dengan ketentuan Universitas Brawijaya di Malang merupakan salah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi satu proyek yang di bangun oleh PT Nindya Karya.
No. 4 Tahun 1980. Hal yang sama juga disebutkan Proyek pembangunan rumah sakit ini dimulai pada
dalam penelitian Sanjaya (2015), di Rumah Sakit tahun 2012 dan direncanakan akan selesai pada tahun
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 2017. Proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan
Penelitian tersebut menunjukkan pemasangan dan Universitas Brawijaya ini didirikan di atas tanah
kebutuhan APAR tidak diperhatikan secara khusus. seluas 18.597 m2 yang terletak di jalan Ir. Soekarno.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit
sebuah usaha yang bertujuan untuk meminimalisir Pendidikan Universitas Brawijaya mempunyai luas
kerugian yang harus ditanggung akibat bahaya bangunan 10.440 m2 yang terdiri dari 3 gedung yang
kebakaran. Pemasangan dan kebutuhan APAR saling terhubung satu sama lain di mana setiap
perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan Peraturan gedung terdiri dari 8 lantai. Pembangunan gedung ini
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.4 sudah mencapai tahap VI di mana kegiatan yang
Tahun 1980 Tentang Syarat Pemasangan dan dilakukan pada tahap VI ini yaitu kegiatan arsitektur
berupa peletakan batu bata, plester, acian tembok dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
pemasangan batu granit pada tembok. Kegiatan lain
Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit
yang dilakukan adalah mechanical electrical yang
Pendidikan Universitas Brawijaya, Malang masih
Yoga Pradipta, Identifikasi Kebutuhan Alat Pemadam Api Ringan… 13

pekerjaannya mencakup pemasangan kelistrikan listrik yang dapat menimbulkan percikan api yang
dan instalasi perpipaan. bersumber dari instalasi listrik maupun peralatan
Proyek pembangunan Rumah Sakit elektronik.
Pendidikan Universitas Brawijaya, Malang pada
gedung C sebagian lantai sudah selesai dibangun. Bahan Kimia
Bagian lantai 1 dan 2 bahkan sudah digunakan Bahan kimia yang dimaksud dapat berupa obat
sebagai klinik kesehatan Universitas Brawijaya. yang berada di ruang tindakan atau bahan pembersih
Pada lantai 3 sudah selesai pengerjaannya namun ruangan yang disimpan di dalam gudang. Bahan
belum digunakan dan pada setiap ruangannya kimia yang tersimpan bisa menjadi bahan yang
masih kosong. Pada lantai 4 hingga 7 masih dalam mudah terbakar apabila terdapat sumber panas atau
tahap pekerjaan dan hampir selesai. Sedangkan terjadi reaksi antar bahan kimia tersebut. Risiko ini
pada lantai 8 sudah selesai pengerjaannya dan siap khususnya berada di lantai 5 hingga 7.
digunakan, kondisi gedung belum dipakai untuk
kegiatan. Gedung C pada Proyek pembangunan Kain
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya ini
Sumber kebakaran dapat diperkirakan berasal
diperuntukkan sebagai ruangan rawat inap yaitu
dari kain di setiap ruangan. Kain dalam hal ini
lantai 3 hingga 7, sedangkan pada lantai 8 akan
difungsikan sebagai kantor rumah sakit. yang dimaksud dapat berupa gorden, kain penutup
tempat tidur, pakaian dan taplak meja.
Potensi Bahaya Kebakaran
Peralatan Elektronik
Risiko kebakaran gedung Rumah Sakit
Peralatan elektronik digunakan di seluruh
Pendidikan Universitas Brawijaya Malang belum
dapat dipastikan karena gedung ini masih dalam ruangan yang ada di lantai 5 hingga 8. Peralatan
proses pembangunan seperti hasil wawancara elektronik yang dimaksud berupa alat kesehatan, TV,
berikut: air conditioner, kipas angin dan lampu penerangan.

“...untuk kebakaran apa yang mungkin Instalasi Listrik


terjadi belum bisa di pastikan, kan
Instalasi listrik yang digunakan di proyek
gedung ini belum ada isinya, jadi kita
pembangunan Gedung Rumah Sakit Pendidikan
belum tahu potensi kebakarannya apa
Universitas Brawijaya Malang digunakan sebagai
saja, yang jelas tidak akan ada kompor di
sumber tenaga listrik untuk menjalankan peralatan
setiap lantainya untuk ruang VVIP
elektronik yang terdapat di setiap lantai. Instalasi
sekalipun...”(FKA-pelaksana K3).
listrik merupakan sumber panas yang dapat memicu
Berdasarkan hasil pengamatan di lantai 5 hingga terjadinya kebakaran. Bahaya dari instalasi listrik
8 proyek pembangunan gedung Rumah Sakit adalah terjadi korsleting sehingga timbul percikan api
Pendidikan Universitas Brawijaya Malang penyebab sehingga berpotensi terjadinya kebakaran.
kebakaran jika dilihat dari sumber kebakaran
disebabkan karena ada bahan yang bersifat mudah Klasifikasi Kebakaran
terbakar, dan ada pemicu untuk terjadinya kebakaran Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan
dari instalasi listrik. Identifikasi bahaya kebakaran di
hasil:
lantai 5 hingga 8, meliputi:
“...pada intinya gedung ini punya risiko
Kertas yang sama, yang pasti risiko dari
Kertas merupakan bahan yang mudah terbakar. kelistrikan, lalu mungkin dari putung
Kertas pada proyek pembangunan gedung Rumah rokok, walaupun sudah ada larangan,
Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang pasti tetap ada pengunjung yang merokok
berupa dokumen yang berada di ruang perkantoran, dan dibuang sembarangan,...”(FRA-
ruang staf, ruang kepala, nurse station maupun di pelaksana K3)
ruang konsultasi. Kertas bisa berisiko menjadi bahan Berdasarkan dari observasi di atas, potensi
bakar apabila ada sumber panas. Sumber panas di kebakaran yang terdapat di Proyek pembangunan
setiap lantai bisa dihasilkan dari konsleting Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas
14 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 11–20

Brawijaya Malang Gedung C pada lantai 5-8 APAR sesuai dengan potensi bahaya dan
mempunyai bahaya potensi kebakaran berupa mengukur jarak pemasangan APAR di setiap
tegangan listrik yang berupa hubungan arus pendek lantainya. Kenyataan di lapangan dilakukan oleh
yang dapat menyebabkan timbulnya api dan bahaya pihak subkontraktor.
kebakaran berupa kertas yang berasal dari area Data di atas didapat sesuai denah lokasi
perkantoran karena kertas merupakan bahan yang perencanaan penempatan APAR yang berada di PT.
mudah terbakar. Ruang rawat inap mempunyai bahan Nindya Karya Proyek pembangunan gedung Rumah
mudah terbakar berupa kain dan kertas. Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang
gedung C lantai 5-8. Luas lantai pada setiap lantai
2
Kebutuhan APAR yang terdapat pada gedung C yaitu 1.579,3 m .
Berdasarkan hasil dari wawancara dan data Jumlah perencanaan APAR ini berdasarkan jarak dan
luas lantai pada masing-masing lantai. Total jumlah
sekunder tentang jumlah dan jenis APAR yang
perencanaan pemasangan APAR di gedung C lantai
direncanakan di PT. Nindya Karya Proyek 5-8 berjumlah 40 buah APAR yang terdiri dari 2 jenis
pembangunan Gedung Rumah Sakit Pendidikan APAR yang akan digunakan yaitu APAR bertekanan
Universitas Brawijaya Malang, didapatkan hasil
(pressurized) jenis CO2 dan dry powder. APAR yang
sebagai berikut: akan digunakan ini berdasarkan pertimbangan jenis
“...untuk jumlah APAR yang mau dipasang potensi dan klasifikasi bahaya kebakaran beserta
nanti setiap lantainya diberi 10 APAR, nah keuntungan dan kerugian penggunaan APAR jenis
kalo masalah jenisnya apa saja nanti tersebut. Jenis CO2 berjumlah 19 buah APAR
ditanyakan langsung saja pada subkon berukuran 4,5 kg dan jenis dry powder berjumlah 21
yang handle masalah APAR, soalnya untuk buah berukuran 4,5 kg. Pada setiap lantai 5,6 dan 7
pengadaan ini yang tau terdapat 4 APAR berjenis CO2 dan 6 APAR berjenis
subkontraktornya...” (FKA-pelaksana K3) dry powder, sedangkan pada lantai 8 terdapat 8
“...rencananya akan dipasang 10 APAR APAR berjenis CO2 dan 2 APAR berjenis dry
setiap lantainya, APAR yang digunakan powder. Penggunaan APAR berjenis CO2 dan dry
hanya dua jenis yaitu powder dan CO2, powder ini berdasarkan potensi bahaya kebakaran
pembagiannya jenisnya CO2 4buah terus pada setiap lantai dan pertimbangan keuntungan dan
powdernya 6 buah dengan berat 4,5 kg kerugian penggunaan APAR tersebut.
kalau tidak salah, nanti bisa dilihat
filenya...” (A-subkontraktor) Perencanaan yang dilakukan oleh PT. Nindya
Perencanaan sarana proteksi kebakaran di Karya dalam menentukan jenis APAR yang akan
pembangunan Gedung Rumah Sakit Pendidikan dipakai sesuai dengan golongan kebakaran yang
Universitas Brawijaya Malang seluruhnya dilakukan merupakan risiko bahaya yang terdapat di proyek
oleh pihak subkontraktor dalam pengadaan sarana pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan
proteksi kebakaran. PT. Nindya Karya dalam Universitas Brawijaya Malang.
perencanaan ini hanya membuat denah pemetaan “...pemasangan APAR memang kita yang
akan melakukan, kalau masalah denah
Tabel 1. Perencanaan Lokasi dan Jenis APAR di pemetaannya akan dipasang di mana saja
Gedung Rumah Sakit Pendidikan nanti tergantung yang PT. Nindya Karya,
Universitas Brawijaya Malang kita menyesuaikan lagi dengan
permintaan, biasanya kita mengacu pada
Lokasi Jenis APAR standar peraturan dalam negeri dan luar
CO2 Dry Powder negeri...” (A-subkontraktor)
Lantai 5 4 6
Dry powder dan karbon dioksida merupakan
Lantai 6 4 6
APAR untuk jenis kebakaran kelas C, namun kedua jenis
Lantai 7 4 6
APAR tersebut juga mampu memadamkan jenis
Lantai 8 8 2
Jumlah 20 20 kebakaran kelas A dan B. Dasar penggunaan APAR
untuk kebakaran kelas C adalah bahan APAR bukan
Sumber: data sekunder (2015)
merupakan konduktor listrik.
Yoga Pradipta, Identifikasi Kebutuhan Alat Pemadam Api Ringan… 15

PEMBAHASAN termasuk dalam bahan bakar padat yaitu bahan


Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit yang bersifat padat. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Universitas Brawijaya Malang Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980
merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk Tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
gedung rumah sakit. Menurut Keputusan Menteri Pemadam Api Ringan, kertas termasuk dalam
Pekerjaan Umum No. 02 Tahun 1985 Tentang golongan A yaitu api yang berasal dari kebakaran
Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan bahan padat kecuali logam yang apabila terbakar
Kebakaran pada Bangunan Gedung pasal 3 ayat meninggalkan arang atau abu.
2 tentang klasifikasi bangunan, bangunan rumah Bahan kimia
sakit termasuk dalam bangunan kelas A. Bangunan
kelas A, adalah bangunan yang komponen struktur Bahan kimia yang dimaksud dapat berupa obat
utamanya harus tahan terhadap api sekurangnya yang berada di ruang tindakan atau bahan
3 jam. Pengklasifikasian kelas bangunan gedung pembersih ruangan yang disimpan di dalam
berdasarkan penggunaannya dijelaskan dalam gudang. Bahan kimia yang tersimpan bisa menjadi
Kepmen PU No. 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan bahan yang mudah terbakar apabila terdapat
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan sumber panas atau terjadi reaksi antar bahan kimia
Gedung dan Lingkungan yakni pada kelas 9a tersebut. Risiko ini khususnya berada di lantai 5
Bangunan umum, adalah bangunan gedung yang hingga 7. Menurut Ramli (2010), bahan kimia
dipergunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat tersebut masuk dalam kategori bahan bakar cair
umum bangunan gedung perawatan kesehatan, yaitu bahan yang bersifat cairan. Menurut
termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. No. 4 Tahun 1980 bahan kimia termasuk dalam
186 Tahun 1999 Tentang Penanggulangan Kebakaran golongan B yaitu api yang berasal dari kebakaran
di Tempat Kerja, rumah sakit termasuk dalam hunian bahan cair atau gas yang mudah terbakar.
bahaya kebakaran ringan. Pengertian dari hunian
Kain
bahaya kebakaran ringan adalah macam hunian yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah Sumber kebakaran dapat diperkirakan berasal
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas dari kain di setiap ruangan. Kain dalam hal ini
rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Gedung ini yang dimaksud dapat berupa gorden, kain penutup
meskipun mempunyai bahaya kebakaran ringan tempat tidur, pakaian dan taplak meja. Kain dapat
namun tetap perlu diwaspadai ancaman bahaya dikategorikan dalam bahan padat, apabila terbakar
kebakarannya karena rumah sakit menampung bahan ini akan meninggalkan bekas berupa abu,
banyak penghuni didalamnya. maka menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 4 Tahun 1980, kebakaran dari
Potensi Bahaya Kebakaran bahan bakar kain termasuk dalam klasifikasi
Berdasarkan hasil pengamatan di lantai 5 hingga kebakaran A.
8 proyek pembangunan gedung Rumah Sakit
Peralatan Elektronik
Pendidikan Universitas Brawijaya Malang penyebab
kebakaran jika dilihat dari sumber kebakaran Peralatan elektronik digunakan di seluruh
disebabkan karena ada bahan yang bersifat mudah ruangan yang ada di lantai 5 hingga 8. Peralatan
terbakar, dan ada pemicu untuk terjadinya kebakaran elektronik yang dimaksud berupa alat kesehatan, TV,
dari instalasi listrik. Identifikasi bahaya kebakaran di air conditioner, kipas angin dan lampu penerangan.
lantai 5 hingga 8, meliputi: Bahaya dari instalasi listrik ini, jika terjadi konsleting
yang dapat menimbulkan percikan api. Pencegahan
Kertas terjadinya bahaya kebakaran, wajib dilakukan
Kertas merupakan bahan yang mudah terbakar. pengecekan pada setiap instalasi listrik yang terdapat
Kertas pada proyek pembangunan gedung Rumah di area kerja. Pengecekan instalasi listrik perlu
Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang dilakukan untuk menghindari terjadinya konsleting
berupa dokumen yang berada di ruang perkantoran, yang dapat berpotensi terjadinya kebakaran. Menurut
ruang staf, ruang kepala, nurse station maupun di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
ruang konsultasi. Menurut Ramli (2010), kertas No. 4 Tahun 1980 peralatan listrik masuk ke dalam
16 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 11–20

golongan C karena dapat menyebabkan timbulnya gesekan dua benda sehingga menimbulkan panas.
api yang berasal dari kebakaran instalasi listrik Sumber panas yang berkaitan dengan listrik yaitu
bertegangan. Pemadaman api golongan C tidak yang berasal dari instalasi listrik, contohnya bunga
boleh menggunakan APAR dengan media yang api listrik, listrik statis petir dan aliran listrik.
bersifat konduktor. Sumber panas yang berasal dari reaksi kimia
misalnya bahan pembersih yang tumpah dan
Instalasi Listrik bereaksi dengan bahan lain.
Instalasi listrik yang digunakan di proyek
pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Oksigen
Universitas Brawijaya Malang digunakan sebagai Hal yang sama ditunjukkan dalam Arrazy
sumber tenaga listrik untuk menjalankan peralatan (2013), identifikasi bahaya kebakaran terdapat
elektronik yang terdapat di setiap lantai. Instalasi beberapa kondisi, tempat dan sumber yang dapat
listrik merupakan sumber panas yang dapat memicu menimbulkan kebakaran di RS Dr. Sobirin. Di
terjadinya kebakaran. Bahaya dari instalasi listrik antaranya api dapat bersumber dari kompor gas,
adalah terjadi konsleting sehingga timbul percikan tabung elpiji, genset, korsleting listrik, Repligator,
api sehingga berpotensi terjadinya kebakaran. bahan kimia, Autoclave, alat rontgen, alat
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan pembakaran, tabung oksigen (O2) ataupun juga
Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 peralatan listrik rokok.
masuk ke dalam golongan C karena dapat Menurut Ramli (2010), pembakaran tidak
menyebabkan timbulnya api yang berasal dari akan terjadi apabila kadar oksigen kurang dari 12%
kebakaran instalasi listrik bertegangan. Tindakan dari 21% oksigen di udara bebas, bahkan terdapat
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu unsur ke empat yang mendukung terjadinya
melakukan perawatan pada jaringan instalasi listrik kebakaran atau disebut reaksi berantai, yaitu tanpa
dan menggunakan listrik sesuai kekuatannya, tidak adanya reaksi pembakaran api tidak dapat hidup
membebankan pada satu jaringan saja. secara terus menerus. Oksigen berasal dari udara
Menurut Ramli (2010), nyala api terjadi bebas dan oksigen yang berada di ruangan.
karena adanya tiga unsur, yaitu “bahan bakar” Rumah sakit memiliki berbagai ancaman bahaya
(fuel), “panas” (heat) dan “oksigen” (O2). Bahan kebakaran, beberapa temuan diatas merupakan
bakar (fuel), yaitu unsur bahan bakar baik padat, sebagian potensi bahaya. Hesna (2009), menyebutkan
cair atau gas yang dapat terbakar dan bercampur bahwa IPAL dan incenerator memiliki risiko tinggi
dengan oksigen dari udara. dalam bangunan rumah sakit.

Bahan Mudah Terbakar Klasifikasi Kebakaran


Bahan mudah terbakar pada proyek Berdasarkan hasil observasi potensi kebakaran,
pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan potensi kebakaran untuk gedung C yaitu potensi
Universitas Brawijaya Malang gedung C yaitu kertas bahaya kebakaran yang berasal dari kelistrikan yang
yang berbentuk dokumen yang banyak terdapat di bisa disebabkan dari hubungan arus pendek yang
lantai 8 karena peruntukan lantai 8 adalah sebagai dapat menimbulkan percikan api. Potensi kebakaran
area perkantoran, bahan kimia yang berupa obat dan yang kedua yaitu dokumen kertas yang berada di
bahan pembersih ruangan, kain di setiap ruangan lantai 8 karena kertas termasuk bahan yang mudah
yang berupa gorden, taplak meja, kain penutup terbakar. Potensi bahaya kebakaran yang ketiga yaitu
tempat tidur pasien dan pakaian pasien. Kertas dan bahan kimia. Berdasarkan identifi kasi potensi
kain tergolong dalam bahan padat, sedangkan bahan kebakaran tersebut, Transmigrasi No. 4 Tahun 1980,
kimia cair tergolong dalam bahan cair. Tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) pasal 2 ayat 1, kebakaran
Sumber Panas yang ditimbulkan dari percikan api kelistrikan termasuk
Sumber panas pada proyek pembangunan dalam golongan C, yaitu api yang berasal dari
gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas kebakaran instalasi listrik bertegangan. Potensi
Brawijaya Malang terdiri dari berbagai macam kebakaran yang timbul dari kertas sebagai bahan yang
bentuk, yang pertama yaitu sumber panas mekanis mudah terbakar termasuk dalam golongan A, yaitu api
seperti yang terdapat pada lift yang dikarenakan yang berasal
Yoga Pradipta, Identifikasi Kebutuhan Alat Pemadam Api Ringan… 17

dari kebakaran bahan padat kecuali logam yang Luas perlindungan per APAR
2
apabila terbakar meninggalkan arang atau abu. Api = π×r
yang ditimbulkan dari bahan kimia termasuk dalam = 3,14 × (7,5 m)
golongan B yaitu bahan cair atau gas yang mudah 2
= 176, 6 m
terbakar.
Jumlah kebutuhan APAR
Kebutuhan APAR = Luas lantai : Luas perlindungan per APAR
2 2
Luas lantai pada setiap lantai yang terdapat = 1579,3 m : 176,6 m
pada gedung C yaitu 1.579,3 m . Jumlah
2 = 8,94 → 9 unit
perencanaan APAR ini berdasarkan jarak dan luas
Jumlah APAR yang dibutuhkan per lantai pada
lantai pada setiap lantai. Total jumlah perencanaan
pemasangan APAR di gedung C lantai 5-8 Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit
berjumlah 40 buah APAR yang terdiri dari 2 jenis Pendidikan Universitas Brawijaya Malang gedung C
APAR yang akan digunakan yaitu APAR lantai 5 hingga 8 berdasar Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 tentang
bertekanan (pressurized) jenis CO2 dan dry
Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR yaitu 9
powder. APAR yang akan digunakan ini
berdasarkan pertimbangan jenis potensi dan unit APAR dengan jarak pemasangan APAR yang
klasifikasi bahaya kebakaran beserta keuntungan satu dengan lainnya 15 meter. Ukuran APAR dapat
dan kerugian penggunaan APAR jenis tersebut. disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap lantainya
sesuai dengan potensi kebakaran. Total APAR yang
Kebutuhan APAR berdasarkan jumlah dibutuhkan untuk lantai 5 hingga 8 berjumlah 36 unit
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja APAR dengan jenis media pemadaman sesuai dengan
dan Transmigrasi No.4 Tahun 1980 tentang potensi bahaya yang ditimbulkan.
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR pasal 4 yang Hafidz (2012), dalam menentukan jumlah
berisi bahwa setiap alat pemadam api ringan harus APAR menggunakan 3 cara penghitungan yang
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat berbeda yaitu SKBI, SNI dan NFPA. Hasil
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta penghitungan kebutuhan APAR menunjukkan
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. jumlah yang berbeda dalam setiap acuan yang
Pemasangan dan penempatan alat pemadam api digunakan. Jarak pemasangan APAR juga akan
ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan berbeda untuk setiap acuan yang digunakan.
Kebutuhan APAR berdasarkan National Fire
kebakaran. Penempatan antara alat pemadam api
Protection Association 10 (1998), tentang Alat
yang satu dengan lainnya atau kelompok satu
Pemadam Api Ringan penentuan jumlah kebutuhan
dengan lainnya yaitu 15 meter.
APAR dapat ditentukan dengan beberapa cara, salah
Perencanaan pengadaan APAR yang dilakukan
oleh PT. Nindya Karya yaitu 10 unit APAR untuk satunya penghitungan jumlah APAR yang dibutuhkan
setiap lantai. APAR yang direncanakan terdiri dari berdasarkan klasifikasi kebakaran. Prinsip yang
digunakan sama yaitu luas lantai dibagi dengan luas
dua jenis yaitu CO2 yang berjumlah 20 unit dan jenis
perlindungan APAR. Luas perlindungan APAR sesuai
dry powder yang berjumlah 20 unit.
dengan rating dapat dilihat pada Tabel 2.
Penentuan kebutuhan APAR yang dilakukan PT.
Nindya Karya yaitu berdasarkan luas lantai yang Klasifikasi kebakaran C pada gedung ini
harus dilindungi. Proyek pembangunan gedung menggunakan dry powder dan CO2, APAR jenis
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya tersebut menurut NFPA 10 tergolong dalam APAR
Malang gedung C lantai 5 hingga 8 mempunyai luas dengan kemampuan memadamkan api kelas B,
ruangan yang sama yaitu seluas 1579,3 m .
2 maka penentuan APAR sebagai berikut pada Tabel
3: Jumlah kebutuhan APAR
Penghitungan jumlah APAR berdasarkan kriteria
= Luas lantai : Luas perlindungan per APAR
tersebut menggunakan cara sebagai berikut: 2 2
= 1579,3 m : 278,7 m
Luas Lantai = 5,6 → 6 unit APAR 5B
Jumlah kebutuhan APAR =
Luas Perlindungan per APAR
Kebutuhan jumlah APAR berdasarkan NFPA 10
Luas lantai = 1579,3 m
2 (1998) yaitu membutuhkan 6 unit APAR dengan
rating 5B dengan penempatan jarak APAR 9,15
18 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 11–20

Tabel 2. Luas Perlindungan APAR sudah memenuhi jumlah APAR yang dibutuhkan
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Rating APAR Bahaya Bahaya Bahaya
Ringan Sedang Tinggi
Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 Tentang Syarat
kelas A Pemasangan dan Pemeliharaan APAR pasal 4 bahwa
(ft) (ft) (ft)
1A 3.000 - - penempatan APAR berdasarkan penempatan antara
2A 6.000 3.000 - alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau
3A 11.250 4.500 3.000 kelompok satu dengan lainnya yaitu 15 meter.
4A 11.250 6.000 4.500 Kebutuhan jumlah APAR apabila dihitung
6A 11.250 9.000 6.000 berdasarkan NFPA 10, maka masih memenuhi
10A 11.250 11.250 9.000 jumlah penghitungan namun kelas APAR yang
20A 11.250 11.250 11.250 digunakan minimal menggunakan APAR kelas 5B
40A 11.250 11.250 11.250
untuk CO2 dengan isi 11,35 kg. Penggunaan jenis
Sumber: NFPA 10 (1998) dry powder dengan isi 4,5 kg untuk memenuhi
maksimum area yang dilindungi dengan APAR.
Tabel 3. Ukuran dan Peletakan APAR untuk Penggunaan APAR dengan kelas 5B maka jarak
Bahaya Kebakaran Kelas B APAR yang satu dengan lainnya diatur dengan
jarak 9,15 meter. Penggunaan APAR dengan kelas
Tipe Bahaya Minimum Jarak Maksimum
10B maka jarak APAR yang satu dengan lainnya
Rating feet meter
diatur dengan jarak 15,25 meter
Ringan 5B 30 9,15
10B 50 15,25
Kebutuhan APAR Berdasarkan Media
Sedang 10B 30 9,15
20B 50 15,25 Pemadam
Tinggi 40B 30 9,15 Menurut Kurniawan (2014), pelaksanaan
80B 50 15,25 pemeriksaan dan pemeliharaan sarana proteksi
Sumber: NFPA 10 (1998) kebakaran jika sudah dilakukan dengan rutin,
ketersediaan alat pemadam kebakaran cukup
berpengaruh pada keamanan staf.
meter. APAR jenis CO2 5B yaitu setara dengan Risiko kebakaran yang dimiliki proyek
APAR dengan berat 11,35 kg. APAR dengan media pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan
dry powder 5B setara dengan berat 4,5 kg. Universitas Brawijaya Malang yaitu kebakaran
Jumlah yang direncanakan oleh PT. Nindya yang ditimbulkan dari percikan api kelistrikan
Karya pada Proyek pembangunan gedung Rumah termasuk dalam golongan C, yaitu api yang berasal
Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang dari kebakaran instalasi listrik bertegangan.
gedung C lantai 5 hingga 8 yaitu 10 buah per lantai. Potensi kebakaran yang timbul dari kertas sebagai
Berdasarkan perhitungan menggunakan luas bahan yang mudah terbakar termasuk dalam
perlindungan per APAR menurut Peraturan Menteri golongan A, yaitu api yang berasal dari kebakaran
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 bahan padat kecuali logam yang apabila terbakar
Tentang Pemasangan dan Pemeliharaan APAR meninggalkan arang atau abu. Api yang
didapatkan hasil 9 buah per lantai. Berdasarkan ditimbulkan dari bahan kimia termasuk dalam
perencanaan yang dilakukan oleh PT. Nindya Karya golongan B yaitu bahan cair atau gas yang mudah
terbakar. Jenis kebakaran yang terdapat pada
proyek pembangunan gedung Rumah Sakit
Tabel 4. Jumlah Kebutuhan APAR
Pendidikan Universitas Brawijaya Malang yaitu
Lokasi Kebutuhan APAR (unit) kebakaran kelas A, B dan C, sehingga kebutuhan
Perencanaan Permenakertrans NFPA APAR yang akan digunakan harus mencakup
No. 4/1980 ketiga klasifikasi tersebut. Penggunaan APAR yang
Lantai 5 10 9 6 sama juga terdapat dalam penelitian Firdani
Lantai 6 10 9 6
(2014), untuk kelas kebakaran A, B dan C
Lantai 7 10 9 6
menggunakan jenis gas dan tepung.
Lantai 8 10 9 6
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Jumlah 40 36 24
Transmigrasi No. 4 Tahun 1980, golongan kebakaran
A khususnya kertas dapat menggunakan alat
Yoga Pradipta, Identifikasi Kebutuhan Alat Pemadam Api Ringan… 19

pemadam api ringan berbahan air dan tepung meninggalkan bekas pada benda yang terbakar.
kering. Golongan B dapat menggunakan alat Karbon dioksida cocok digunakan untuk peralatan
pemadam berbahan karbon dioksida, tepung kering seperti mesin dan alat elektronik. Murah dan mudah
dan gas halon. Kebakaran golongan C dapat didapat di pasaran karena banyak digunakan. Karbon
menggunakan pemadam berbahan karbon dioksida, dioksida dalam konsentrasi rendah tidak beracun
tepung kering dan gas halon. sehingga aman digunakan di ruangan tertutup.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Karbon dioksida memiliki tekanan yang cukup untuk
Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 Tentang menyemprotkan tanpa bantuan atau tekanan dari luar,
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR masih sehingga mudah digunakan.
menyarankan penggunaan Halon, namun sekarang Kelemahan dari media pemadam karbon
halon sudah tidak dipergunakan karena dioksida adalah wadahnya yang berat karena harus
mengandung senyawa Chloro Fluoro Carbon menahan tekanan yang relatif tinggi. Karbon dioksida
(CFC) yang dianggap merusak lapisan ozon di juga kurang efektif bila digunakan di ruang terbuka
atmosfer sesuai dengan KEPPRES No. 23 Tahun karena sifatnya yang mudah menguap. Kelemahan
1992 Tentang Pengesahan “Vienna Convention for lainnya adalah sifat beracun dari karbon dioksida jika
the Protection of the Ozone Layer” yang mengatur terhirup atau terpapar dalam konsentrasi yang tinggi
pengurangan secara bertahap dan penghentian akan mengakibatkan kehilangan kesadaran bahkan
pemakaian bahan yang merusak lapisan ozon. kematian. Orang yang memadamkan kebakaran
Perencanaan yang dilakukan oleh PT. Nindya dengan karbon dioksida dapat mengalami lemas
Karya dalam menentukan jenis APAR yang akan karena kekurangan oksigen.
dipakai di proyek pembangunan Gedung Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang
SIMPULAN
yaitu:
Berdasarkan hasil pengamatan di lantai 5
Dry Powder hingga 8 proyek pembangunan gedung Rumah
Penggunaan APAR berjenis dry powder menurut Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang
Ramli (2010), memiliki beberapa keunggulan yaitu: penyebab kebakaran jika dilihat dari sumber
dalam temperatur normal, tepung kering sangat stabil kebakaran disebabkan karena ada bahan yang
dan tidak mudah berubah bentuk. Unsur yang bersifat mudah terbakar, dan ada pemicu untuk
terdapat pada tepung kering tidak mengandung sifat terjadinya kebakaran dari instalasi listrik.
toksik yang relatif tinggi karena itu aman digunakan. Identifikasi potensi bahaya kebakaran di lantai 5
Sifat atau mekanisme pemadaman yang digunakan hingga 8, meliputi kertas, bahan kimia, kain,
yaitu prinsip pemisahan (smoothering), pendinginan peralatan elektronik dan instalasi listrik.
dan pemutusan rantai reaksi penyalaan. Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit
Tepung kering juga memiliki kekurangan yaitu Pendidikan Universitas Brawijaya Malang gedung
apabila tepung kering digunakan untuk pemadaman C lantai 5 hingga 8, di dalamnya memiliki jenis
api golongan A, maka akan meninggalkan bekas kebakaran kelas A, B dan C. Jenis APAR yang
berupa kerak pada permukaan benda yang terbakar. direncanakan di PT. Nindya Karya Proyek
pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan
Karbon Dioksida (CO2) Universitas Brawijaya Malang Gedung C lantai 5
hingga 8 terdiri dari 10 buah APAR setiap
APAR berbahan karbon dioksida menurut
lantainya. Jumlah APAR yang direncanakan dapat
Ramli (2010), sudah sejak lama digunakan untuk
memenuhi persyaratan.
memadamkan kebakaran, khususnya untuk
Pengukuran jarak penempatan APAR untuk
kebakaran gas dan peralatan listrik. Prinsip kerja
perencanaan selanjutnya disesuaikan dengan
karbon dioksida adalah dengan efek penyelimutan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(smoothering) dan pendinginan (cooling) karena
No. 4 Tahun 1980 Tentang Pemasangan dan
terjadinya perubahan fase dari bentuk cair menjadi
Pemeliharaan APAR berdasarkan jarak antar APAR
gas. Media pemadam kebakaran karbon dioksida
yaitu 15 meter.
memiliki keunggulan antara lain: bersih, tidak
20 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 11–20

DAFTAR PUSTAKA Layer dan Montreal Protocol on Substances


Arrazy, S. Rahmiwati. 2014. Penerapan Sistem That Deplete The Ozone Layer as Adjusted and
Manajemen Keselamatan Kebakaran di Rumah Amended By The Second Meeting of The
Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun Parties London, 27–29 June 1990.
2013. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat UNSRI, Kurniawan, S., Laksito. 2014. Evaluasi Penerapan
Vol. 5, No. 2, Juli 2014:103-111. Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Rumah Sakit (Studi Kasus RS. Ortopedi Prof.
Ariyanto. 2012. Sistem Jalur Evakuasi Tanggap
Dr. R. Soeharso Surakarta). E-Jurnal Matriks
Darurat Kebakaran di Gd. Graha Sainta Lt. 3
Teknik Sipil, Desember 2014: 824-832.
FMIPA UB Berdasarkan Campus Watching.
Jurnal Fakultas Teknik. Erudio, Vol. 1, No. 1, National Fire Protection Association. 1998.
Desember 2012: 44–49. Standart for Portable Fire Extinguisher, NFPA.
Firdani, E., Kurniawan. 2014. Analisis Penerapan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. 04 Tahun 1980 Tentang Pemasangan dan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Di PT. X
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Journal), Vol. 2, No. 5, Mei 2014: 300–308. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02 Tahun
Hafidz, H., Sitompul. 2012. Studi Sistem Pencegahan 1985 Tentang Ketentuan Pencegahan Dan
dan Penanggulangan Kebakaran pada Pabrik Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan
Pembuatan Pesawat Terbang. Jurnal Teknik Sipil Gedung.
ITS, Vol. 11, No. 2, April 2012: 135–147. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun
2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem
Hepiman. 2009. Rancangan dan Tanggap Darurat
terhadap Bahaya Kebakaran di Rumah Sakit Dr. Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan.
Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2009. Skripsi.
Universitas Sriwijaya. Palembang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Hesna, H., Suwanda. 2009. Evaluasi Penerapan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
Sistem Keselamatan Kebakaran pada Bangunan
Tentang Bangunan Gedung
Gedung Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang.
Pradipta. 2016. Perencanaan Pemasangan Alat
Jurnal Rekayasa Sipil Universitas Andalas, Vol.
Pemadam Api Ringan di Rumah Sakit Pendidikan
5, No. 2, Oktober 2009: 65-76.
Universitas Brawijaya Malang Gedung C.
Indrawan. 2013. Sistem Manajemen Pencegahan
Skripsi. Surabaya. Universitas Airlangga.
Kebakaran Gedung Tinggi. Asosiasi Ahli K3
Konstruksi Indonesia. Semarang. Ramli. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian
Rakyat.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun
Sanjaya. 2015. Evaluasi Sarana dan Prasarana Rumah
1999 Tentang Penanggulangan Kebakaran di
Sakit dalam Menghadapi Bencana Kebakaran
Tempat Kerja.
(Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23
Yogyakarta Unit II). Tesis. Yogyakarta.
Tahun 1992 Tentang Pengesahan Vienna
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Convention for The Protection of The Ozone

Anda mungkin juga menyukai