Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Pakualaman Sebagai Bagian dari Yogyakarta

Oleh
Fajar Rintoro (18407144007)

A. Pendahuluan
Yogyakarta merupakan daerah yang istimewa. Hal tersebut sejalan dengan
diberikannya status keistimewaan kepada provinsi ini. Bukan tanpa dasar status
keistimewaan yang hanya satu-satunya di Indonesia ini diberikan kepada
Yogyakarta. Alasan atau dasar tersebut salah satunya adalah, struktur pemerintahan
di Yogyakarta yang sampai sekarang masih menggunakan sistem pemerintahan
kerajaan. Namun, di daerah lain juga ditemukan sistem pemerintahan kerajaan, lalu
mengapa hanya Yogyakarta saja yang mendapatkan status daerah istimewa?
Menilik dari perkembangan sejarah Indonesia hingga Indonesia merdeka saat ini
Yogyakarta merupakan daerah dependen yang sangat berperan dan mendukung
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan sistem pemerintahan kerajaan yang berlaku di Yogyakarta terdapat dua
kekuasaan yang harmonis, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman. Kedua kekuasaan inilah yang sampai sekarang memimpin
Yogyakarta dengan status gubernur oleh Raja Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat dan wakil gubernurnya oleh Pangeran Kadipaten Pakualaman.
Selain karna sistem pemerintahan kerajaan, Yogyakarta juga merupakan kota
budaya yang tak lepas dari filosofi-filosofi jawa. Antara lain prinsip orang jawa
yang cukup terkenal “alon-alon waton kelakon”, yang maksudnya adalah kehati-
hatian, waspada, istiqamah, keuletan, dan mengutamakan keselamatan dari pada
tergesa-gesa dalam bertindak. Ada juga “wong jowo iku gampang ditekuk-tekuk
nanging ora remuk”, maksudnya adalah bahwa orang Jawa Itu fleksibel dalam
kehidupan, kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun, baik kaya,
miskin, pejabat atau pesuruh sekalipun. Orang yang memegang filosofi ini akan
selalu giat dalam bekerja dan selalu ulet Dalam menggapai cita-citanya. Maka
banyak orang mengatakan bahwa orang Jawa Itu dapat hidup di mana-mana.
Tentunya tidak hanya itu alasan mengapa Yogyakarta adalah daerah yang
istimewa namun di kesempatan kali ini penulis akan menyampaikan beberapa poin
penting tentang Kadipaten Pakualaman.

B. Isi
Sejarah Kadipaten Pakualaman mulai muncul dan berdiri ditandai dengan
kelahiran Putra Hamengkubuwono I dengan seorang wanita bernama R. A.
Srenggorowati yang diberi nama Pangeran Natakusumo. Kehidupan istana tidak
merubah pendidikan dan perilaku Pangeran Natakusumo sebagai anak desa yang
sadar akan posisinya dan Natakusumo merupakan anak yang pandai sehingga
dikasihi dan dekat dengan Sultan Hamengkubuwono I. Namun karena keadaan ini
putra mahkota merasa was-was apabila posisinya bisa sewaktu-waktu diberikan
kepada Pangeran Natakusumo sehingga ada hubungan yang kurang baik antara
Pangeran Natakusumo dengan putra mahkota.
Mengetahui keadaan tersebut Sultan Hamengkubuwono I meminta kepada
Pangeran Natakusumo agar melakukan janji kesetiaan yang berisi bahwa Pangeran
Natakusumo harus selalu membantu Pangeran Adipati Anom atau putra mahkota
sebaliknya Pangeran Adipati Anom sebagai saudara tua pengganti ayah sekaligus
berkedudukan sama sebagai Putra Raja tidak boleh berbuat aniaya kepada Pangeran
Natakusumo. Apabila hal ini di langgar Tuhan yang Maha Tinggi akan memberi
pengadilan. Sumpah saling setia disaksikan oleh penghulu Ibrahim yang kemudian
memanjatkan doa untuk keselamatan mereka.
Namun polemik dengan Pangeran Natakusumo terjadi lagi, kecemburuan putra
mahkota Sultan Hamengkubuwono II karena keakraban ayahnya dengan Pangeran
Natakusumo membuatnya gelap mata dan memfitnah Pangeran Natakusumo dan
akhirnya Pangeran Natakusumo diasingkan ke Semarang lalu ke Cirebon kemudian
ke Bogor.
Pada saat pengasingannya di Bogor terjadi pergantian kekuasaan Kolonial dari
Belanda ke Inggris. Dalam pergantian kekuasaan terjadi serah terima tawanan,
maka Pangeran Natakusumo sebagai materi yang diserahterimakan. Karena
Simpati Inggris kepada Pangeran Natakusumo yang bisa berbahasa Inggris dan
berperilaku baik maka Inggris membebaskan Pangeran Natakusumo sebagai
tawanan. Kemudian menggunakannya sebagai utusan Inggris kepada Sultan
Hamengkubuwono II.
Karena sikap keras kepala Sultan Hamengkubuwono II kepada Inggris maka
perang tidak bisa dihindarkan. Dalam hal ini Pangeran Natakusumo memberikan
peta keraton kepada Inggris. Hal ini bisa dianggap sebagai penghianat tetapi di sisi
lain bisa menyelamatkan keraton. Sebab sebelum kraton hancur Pangeran
Natakusumo menemui Sultan Hamengkubuwono II untuk menyerah kepada Inggris
agar keraton tidak hancur. Peperangan ini dikenal sebagai Perang Sepoy.
Menyerahnya Sultan Hamengkubuwono II kepada Inggris menjadikan Inggris
mengangkat kembali putra mahkota Hamengkubuwono III yang dilakukan pada
tanggal 21 Juni 1812 di Loji dan esok harinya di keraton, Pangeran Natakusumo
diangkat menjadi Pangeran Merdiko pada tanggal 22 Juni 1812 dan selanjutnya
bergelar Paku Alam 1 tanpa mempunyai wilayah. Wilayah Pakualaman didapat
tanggal 17 Maret 1813 letaknya di sebelah barat sungai Progo, Kapanewon, Galur,
Tawangrejo, Tawang Soko dan Tawang Karto, keempatnya disatukan menjadi
Kabupaten Karang Kemuning atau yang disebut Adikarto.
C. Penutup dan kesimpulan
Jadi berdirinya Kadipaten Pakualaman bukan karena Ambisi kekuasaan, tetapi
karena perjalanan hidup yang berpasrah kepada Tuhan, berperilaku baik dalam
berbagai keadaan, dan setia kepada janji. Maka akhirnya muncullah kemuliaan atau
Mukti.
Antara Keraton dengan Kadipaten Pakualaman tidak bisa dipisahkan karena
proses sejarahnya, dengan berusaha menempatkan diri sesuai janji Pangeran
Natakusuma kepada ayahandanya yaitu Sultan Hamengkubuwono 1.
Agar eksistensi dan berjalan baik maka posisi Kadipaten Pakualaman adalah
otonom atau berdiri sendiri sehingga mempunyai aturan tersendiri walaupun tetap
berada dalam sebuah tujuan bersama sebagai “loro-lorone atunggal”.

Manfaat mempelajari Sejarah Pakualaman sebagai bagian dari Yogyakarta

1. Sebagai mahasiswa ilmu sejarah tentu hal ini merupakan tambahan pengalaman
sekaligus pengetahuan yang sangat penting dalam bidang ilmu sejarah.
2. Mengetahui sejarah keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Keistimewaan Yogyakarta tidak muncul dari ruang kosong melainkan berada
dalam tegangan. Tegangan itu terjadi dalam suasana politik yang bergerak
sangat cepat pada masa awal ketika republik ini lahir. Keraton sebagai entitas
politik otonom pada saat itu dihadapkan pada banyak pilihan yang sulit. Tidak
ada jalan tengah yang tersedia. Keputusan harus segera diambil untuk
bergabung dengan salah satu pihak, Republik atau Belanda (Luthfi, A. Nashih,
dkk, 2013:13)
3. Mengetahui Pakualaman Sebagai bagian dari struktur pemerintahan Daerah
Istimewa Yogyakarta
Sistem pemerintahan di Yogyakarta dapat dikatakan sedikit berbeda akibat
adanya status keistimewaan. Hingga sekarang sistem kerajaan (monarki) masih
digunakan. Berdasarkan UU no 13 Tahun 2012 tentang keistimewaan DIY,
pemerintahan DIY terdiri atas Pemerintah Daerah DIY dan DPRD DIY.
Pemerintah Daerah DIY dipimpin oleh gubernur yang dibantu oleh wakil
gubernur. Gubernur bertakhta sebagai Sultan Hamengku Buwono dan bertakhta
sebagai Adipati Paku Alam untuk Wakil Gubernur.
4. Mengetahui sejarah kebudayaan Yogyakarta
Yogyakarta terkenal sebagai kota budaya, budaya di Yogyakarta sendiri sudah
ada sejak zaman agama Hindu-Buddha berkembang. Dari kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu-Buddha lalu kerajaan-kerajaan Islam khususnya Kerajaan
Mataram Islam hingga kini Kesultanan Yogyakarta. Dengan mempelajari
sejarah DIY kita bisa mengetahui sejarah perkembangan budaya di Yogyakarta.
5. Mengetahui peran Yogyakarta dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan
Yogyakarta dulunya pernah menjadi ibu kota Republik Indonesia pada kurun
waktu 1946-1949. Peran Yogyakarta sebagai daerah otonom pada waktu ialah
mempertahankan pemerintahan Republik Indonesia yang ingin direbut kembali
oleh Belanda melalui agresi militer I dan agresi militer II. Sebagai warga Jogja,
baik itu warga asli ataupun perantau dapat menjawab pertanyaan tentang
keistimewaan Yogyakarta yang selama ini belum diketahui umum.

Daftar pustaka
Dwi Ratna N. Dkk, 2012. Yogyakarta dari Hutan Beringin ke Ibukota Daerah
Istimewa. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian
Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Soedjipto Abimanyu, 2015. Kitab Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta:
Saufa.
Ahmad Nashih. Dkk, 2009. Keistimewaan Yogyakarta Yang Diingat dan Yang
Dilupakan. Yogyakarta: Ombak.
Rangkuman materi oleh pemateri Madilog di Pura Pakualaman oleh Kanjeng
Pangeran Haryo Kusumoparastho dan Kanjeng Raden Tumenggung Projo
Anggono.
https://bukubiruku.com/filosofi-orang-jawa-tentang-kehidupan/ diakses pada
tanggal 1 November 2018 pukul 16.46

Anda mungkin juga menyukai