Anda di halaman 1dari 16

PATIENT AFTER CARE

SUSPEK PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


GIZI KURANG

Putri Zhafirah
1710221070

Pembimbing :
dr. Tundjungsari RU, Msc, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RSUD AMBARAWA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penuis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah, nikmat, serta kasih sayang-Nya kepada penulis
sehingga tugas Patient After Care yang berjudul “ Suspek Penyakit antung
Bawaan dengan Gizi Kurang” telah selesai.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Tundjungsari RU,MSc,SpA
selaku pembimbing serta rekan-rekan koas Departemen Anak di RSUD
Ambarawa.
Tugas ini merupakan salah satu tugas di Departemen Anak RSUD
Ambarawa. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga tugas ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, Oktober 2018

Penulis

2
PENGESAHAN

Laporan Patient After Care diajukan oleh


Nama : Putri Zhafirah
NIM : 1710221070
Program studi : Kedokteran Umum
Judul skripsi : Suspek PJB dengan Gizi Kurang
Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai syarat
yang diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik anak Program Studi Profesi
Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta.

Pembimbing

dr. Tundjungsari RU, MSc, Sp.A

Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : Oktober 2018

3
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan kelainan pada


struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi
akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar penyakit jantung bawaan, yaitu
non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan
gejala dan memerlukan penatalksanaan yang berbeda.
Menurut American Heart AssociationI, sekitar 35000 bayi lahir tiap
tahunnya dengan beberapa jenis defek jantung bawaan. PJB bertanggung jawab
terhadap lebih banyak kematian pada kehidupan tahun pertama bayi daripada
defek kongenital lain. Sedangkan di Amerika Utara dan Eropa, PJB terjadi pada
0.8% populasi, mebuat PJB menjadi yang paling banyak dalam malformasi
struktur kongenital. Angka PJB dilaporkan sekitar 8-10 bayi dari1000 kelahiran
hidup dan 30% diantaranya telah memberikan gejala pada minggu-minggu
pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan
baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan.
Perkembangan ekokardiografi fetal telah dapat dideteksi defek anatomi
jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di daerah dimana
sarana diagnostik yang belum memadai sehingga dokter harus mampu mebuat
diagnosis dini dan sekaligus terapi awal, yang dilanjutkan dengan rujukan untuk
terapi definitif yaitu bedah korektif di pusat pelayanan jantung. Oleh karena itu,
perlu dipahami perubahan-perubahan sirkulasi fetal ke neonatal dan berbagai
penyimpangannya dalam periode minimal 1 bulan pertama. Untuk memperbaikin
pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat pelayanan kardiologi
yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB dan pengetahuan saat
rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali berhadapan
dengan pasien.

4
BAB II
IDENTITAS PASIEN

2.1 Identitas Pasien dan Keluarga


2.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. W
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 18 September 2009
Alamat : Lemah Ireng
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Kelas 3 SD
Tanggal Perawatan di RS : 20-24 September 2018

2.1.2 Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Alamat : Lemah Ireng
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa

2.2 Resume Penyakit dan Perkembangan Pasien


 Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 10 hari
terakhir. Menurut ibu, demam tersebut naik turun dan bersifat
hilang timbul. Demam menghilang setelah pemberian sirup
penurun panas, namun kembali demam setiap 2 jam setelah minum
obat.
 Setelah digali lebih di dalam, selain demam pasien merasa
kepalanya pusing, nafsu makan menurun, dan batuk kering.

5
Keluhan mual dan muntah disangkal serta BAB(+) dan BAK(+)
dalam batas normal.
 Pasien belum pernah mengalami demam berkepanjangan selama
ini. Tidak ada pihak keluarga yang mengalami hal serupa, yakni
demam. Tidak didapatkan riwayat batuk lama serta konsumsi obat
TBC di dalam keluarga. Tidak didapatkan riwayat bepergian ke
daerah endemik malaria serta tidak didapatkan riwayat konsumsi
makan-makanan sembarangan. Pasien memiliki riwayat cacar air
10 hari yang lalu.

2.2.2 Resume Perkembangan Pasien Saat di Rumah Sakit (20-24 September


2018)

Keadaan umum pasien berangsur membaik, keluhan demam berkurang seiring


dengan pemberian terapi di rumah sakit. Pasien sudah tidak demam, dada
berdebar-debar berkurang, dan dapat menjalankan aktifitas seperti biasa.

Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Terapi


20/9/18 S = demam, pusing, Keadaan Umum : Observasi - Inf. Asering 12tpm
batuk Febris
Tanda Vital : - Paracetamol Syr
3x210mg
- Nadi : 99x / menit, isi dan
tekanan cukup. - Ambroxol Syr
3x1/2C
- Pernafasan : 22x / menit
0
- Suhu :38.5 C (aksila)
Plan :
Cek DR
Pemeriksaan fisik :
Cek Antisalmonella
Bekas cacar air di area badan

21/9/18 S = demam(-), Keadaan Umum : Observasi febris - Inf. KN 3A 12 tpm


batuk(-), deg-degan thypoid dd
Tanda Vital : - Pinj Ceftriaxon 1x1gr
susp. DRA
- Nadi : 90x / menit, isi dan - Eritromicin PO 3x5cc
tekanan cukup.
- As Asetil Salisilat
- Pernafasan : 24x / menit 3x160mg
- Suhu : 37 0 C (aksila)

6
22/9/18 S = demam(-), Keadaan Umum : Observasi febris - Inf. KN 3A 12 tpm
batuk(-), masih deg- susp PJB
Tanda Vital : - Pinj Ceftriaxon 1x1gr
degan asianotik
- Nadi : 92x / menit, isi dan - Inj PCT 210mg/8 jam
tekanan cukup. (k/p)
- Pernafasan : 23x / menit
- Suhu : 36.8 0 C (aksila)

23/9/18 S = demam(-), Keadaan Umum : Observasi febris - Inf. KN 3A 12 tpm


batuk(-), deg- susp PJB
Tanda Vital : - Pinj Ceftriaxon 1x1gr
degan(-), asianotik
sariawan(+) - Nadi : 89x / menit, isi dan Stomatitit - Inj PCT 210mg/8 jam
tekanan cukup. (k/p)
- Pernafasan : 24x / menit - Kandistatin drop
0 1x1cc
- Suhu : 37.4 C (aksila)

Pemeriksaan fisik
Sariawan di pangal lidah
24/9/18 S = demam(-), Keadaan Umum : Susp PJB - Inf. KN 3A 12 tpm
batuk(-), deg- asianotik
Tanda Vital : - Pinj Ceftriaxon 1x1gr
degan(-), Stomatitit
sariawan(+) - Nadi : 90x / menit, isi dan - Inj PCT 210mg/8 jam
tekanan cukup. (k/p)
- Pernafasan : 24x / menit - Kandistatin drop
0 1x1cc
- Suhu : 36.8 C (aksila)

Pemeriksaan fisik
Sariawan di pangal lidah

2.3 Edukasi Sebelum Pulang


 Edukasi untuk kontrol kembali ke rumah sakit
 Edukasi kepada pasien apabila mengalami keluhan demam
berkepanjangan dan juga tidak membaik tanpa obat, segera berobat ke
rumah sakit
 Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita anaknya
 Edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang kemungkinan
dialami anaknya

7
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Profil Keluarga Pasien


3.1.1 Tabel Daftar Anggota Keluarga
Jenis Usia
No Nama Kedudukan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (tahun)
Karyawan
1. Tn. Y Ayah Laki-Laki 35 SMA
Pabrik
Karyawan
2. Ny. J Ibu Perempuan 29 SMA
Pabrik
3. An. R Kakak Perempuan 12 SMP -
4. An.W Pasien Laki-laki 9 SD -

3.1.2 Genogram Keluarga

Keterangan :
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan seorang kakaknya

8
3.2 Denah Rumah

3.3 Edukasi Saat Kunjungan


 Edukasi mengenai penyakit jantung bawaan
 Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah &
sekitar
 Edukasi mengenai asupan makanan untuk anak

3.4 Faktor Pendukung Keberhasilan After Care Patient


 Keluarga bersedia untuk kunjungan dan menyambut kedatangan dokter muda
dengan antusias
 Keluarga memperhatikan dengan baik selama jalannya proses penyampaian
edukasi oleh dokter muda
 Keluarga terlihat kritis dan komunikatif mengenai keadaan anaknya
 Kakek dan nenek ikut serta ke dalam edukasi yang dilakukan oleh dokter
muda
 Tempat tinggal pasien berdekatan dengan fasilitas kesehatan

3.5 Identifikasi Fungsi Keluarga


3.5.1 Fungsi Biologis
 An. W laki-laki berusia 9 tahun, pasien datang dengan keluhan demam
berkepanjangan yakni sejak 10 hari yang lalu, pusing dan nafsu makan

9
menurun. Saat ini pasien tidak ada keluhan, nafsu makan baik. Keadaan
umum : baik, kesadaran compos mentis.
 Tanda-tanda vital :
 HR : 98x/menit
 RR : 24 x/menit
 T : 36,70C
 BB : 22Kg
 TB : 125 cm
22/29 x 100% = 75%
Status gizi : gizi kurang (CDC)
Pemeriksaan Fisik :
 Kepala : Normochepal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak
mudah dicabut dan kulit kepala sehat.
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor,
3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+).
 Hidung : Bentuk dan posisi normal, napas cuping hidung tidak ada, tidak
ada deviasi septum nasi, tidak ada sekret, mukosa tidak hiperemis
 Telinga : Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan tragus,
tidak ada tanda-tanda peradangan
 Mulut : Mukosa bibir tidak kering, bibir tidak sianotik, lidah tidak kotor,
 Leher : Tidak ada kelainan bentuk leher, kelenjar getah bening tidak
membesar
 Thoraks : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri saat
statis dan dinamis
 Paru:
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri dan dinamis,
tidak ada retraksi dada, tidak ada otot bantu napas tambahan
serta tidak terdapat sela iga melebar
- Palpasi : Sulit dilakukan
- Perkusi : Sulit dilakukan
- Auskultasi:Suara napas vesikuler, ronkhi -/- dan tidak ada wheezing

10
 Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi :lIctus kordis tidak teraba
- Perkusi : Sulit dilakukan
- Auskultasi: Bising jantung (+)
 Abdomen :
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi: Bising usus normal
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Perabaan supel, tidak ada nyeri tekan, asites (-), hepar dan lien
tidak teraba
 Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, tonus baik, CRT < 2 detik

3.5.2 Fungsi Psikologis


Pasien merupakan anak kedua yang memiliki riwayat kelahiran cukup baik,
Pasien lahir spontan dengan berat badan lahir 2800 gram, cukup bulan dan
langsung menangis, tidak pucat dan kuning. Orangtuanpasien bekerja sebagai
karyawan pabrik. Pasien termasuk individu yang pendiam kepada orang-orang
yang baru dikenal

3.5.3 Fungsi Ekonomi


Orangtua pasien bekerja sebagai karyawan pabrik, ayah bekerja di bagian
penanganan limbah & ibu di bagian pemintalan benang. Meniurut ibu kisaran gaji
ayah di antara Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 dan ibu < Rp 1.500.000. Jaminan
kesehatan keluarga ini dipotong dari gaji ayah setiap bulannya.

3.5.4 Fungsi Religius


Ayah dan ibu pasien beragama islam. Ibu pasien rutin mengikuti pengajian
yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal pasien setiap hari kamis. Kakak
pasien & pasien mengaji di masjid dekat rumah.

3.5.5 Fungsi Sosial Budaya


Kedudukan keluarga pasien di tengah lingkungan sosial adalah keluarga yang
mampu di tengah lingkungan sosialnya

11
3.6 Pola Konsumsi Pasien
Pasien mengonsumsi ASI sampai usia 9 bulan. MP-ASI dimulai pada usia 7
bulan. Makanan padat dimulai pada usia 1 tahun. Pasien termasuk pemilih dalam
hal makanan. Konsumsi makan makanan pokok 2x/sehari karena lebih banyak
jajan.

3.7 Identifikasi Lingkungan Rumah


Rumah pasien terletak di daerah Lemah Ireng. Rumah pasien berada di area
lingkungan orang-orang yang mampu, hal tersebut dilihat dari tampilan rumah
tetangga dan rumah pasien yang sudah brtembok dinding.
Berdasarkan lokasi, kamar mandi rumah pasien berada di depan, di sebelah
sumur yang menjadi sumber air keluarga tersebut. Rumah pasien terdiri dari 1
ruang tamu dan keluarga, 2 kamar tidur utama, serta 1 ruang shalat. Dapur
berlokasi di belakang sebelah kandang unggas, tempat jemur pakaian, dan tempat
menyimpan kayu. Dapur pasien masih menggunakan dapur tradisional.
Pada saat mengelilingi rumah, didapatkan banyak barang-barang tidak layak
menumpuk yang seharusnya dapat dipilah dengan baik dan memberi atau
membuang jika sudah tidak layak. Lokasi daput yang bersebelahan dengan
kadang unggas menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi sistem
pernapasan pasien.

3.9 Tabel Permasalahan

Permasalahan Penyelesaaian

Kurangnya pengetahuan - Edukasi mengenai penyakit dan komplikasi


keluarga mengenai penyakit yang dapat terjadi
pasien - Edukasi mengenai pentingnya diagnosa
sejak dini mengenai kemungkinan penyakit
yang dialami pasien
Kondisi kandang yang dekat - Edukasi mengenai pentingnya menjaga
dengan dapur, banyak barang- kebersihan lingkungan dan diri
barang yang menumpuk - Menjaga kebersihan hewan peliharaan agar

12
tidak menjadi sumber penyakit
- Edukasi keluarga untuk rajin membersihkan
rumah
- Edukasi untuk tidak menumpuk barang dan
memilah barang yang sudah tidak dipakai

13
BAB IV

KESIMPULAN KUNJUNGAN KELUARGA

Hasil pembinaan keluarga dilakukan pada tanggal 26 September 2018. Dari


pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Tingkat Pemahaman
Orangtua dan keluarga pasien paham mengenai penyuluhan yang
dijelaskan oleh dokter muda. Orangtua dan kakek pasien tampak kritis terhadap
hal-hal yang mungin dialami oleh anak maupun cucunya.
b. Hasil Pemeriksaan
Keadaan pasien sudah membaik, saat dilakukan kunjungan tidak ada
keluhan pada pasien yang sebelumnya pasien sempat merasa deg-degan.
c. Faktor Pendukung
 Keluarga bersedia untuk kunjungan dokter muda dan menyambut
kedatangan dengan antusias
 Keluarga memperhatikan dengan baik ketika diberikan penjelasan mengenai
keadaan pasien
 Keluarga terlihat kritis dan komunikatif mengenai keadaan anaknya
 Kakek dan nenek ikut serta ke dalam edukasi yang dilakukan oleh dokter
muda
d. Faktor Penyulit
 Salah satu pihak keluarga masih belum menerima mengenai diagnosa
penyakit pada anaknya
 Ketidakhadiran ayah pada saat kunjungan dokter ke rumah

14
LAMPIRAN FOTO KUNJUNGAN

Tampilan rumah dari depan

Tampilan ruang tamu dan area keluarga

15
Tampilan sumur dan kamar mandi rumah

Area dapur dan kandang unggas

16

Anda mungkin juga menyukai