Ny A (35 Tahun) beragama Islam, mempunyai Suami Tn. H (40 th) dan dua orang anak yaitu
Anak Y (4 tahun) dan Anak K (1 tahun) serta tinggal bersama orang tua Ny A yakni Ny. C (65
th) . Ny A dan Tn.H berasal dari suku Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Jawa. 1 bulan yang lalu Ny A menjalani operasi miomektomi akibat adanya mioma uteri yang
dideritanya. Tn.H Sebagai kepala keluarga dan pemegang keputusan merupakan tulang
punggung keluarga yang pekerjaan sehari-harinya disawah, saat ini Ny.A mengeluh luka
bekas operasinya nyeri hebat dan terdapat kemerahan serta keluar nanah dari area luka
operasinya, karena itu Tn H membawa Ny A ke puskesmas,setelah dikaji lebih lanjut ternyata
Ny A mengalami infeksi pada luka operasinya karena Ny.A tidak kontrol ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan perawatan luka post operasi, Ny A juga mengatakan selama ini
dilarang oleh ibunya mengkonsumsi makanan yang amis-amis misalnya daging, ayam, telur,
susu,dsb dan hanya diperbolehkan makan tahu, tempe dan sayuran dengan alasan karena
apabila makan makanan yang amis akan menyebabkan luka operasinya tidak kunjung
sembuh dan gatal. Berdasarkan larangan dari ibu klien yakni Ny.C, klien tidak boleh minum
obat-obatan dari dokter tetapi diminta untuk minum jamu (serbuk) untuk mempercepat proses
penyembuhan lukanya. Pada saat kunjungan rumah perawat melakukan pengkajian, dimana
dari hasil wawancara dengan keluarga, anaknya sudah diimunisasi lengkap dan ada kartu
sehat. Selama ini anaknya hanya sakit batuk pilek biasa, cukup dibelikan obat umum dan
sembuh.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Alamat :
Diagnosa Medis : Miomektomi
2. Komposisi Keluarga
Diagnosa Keperawatan :
1. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
B. Perencanaan
1. Mempertahankan/perlindungan budaya (Cultural care
preservation/maintenence) yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan
-. Pertahankan kebiasaan mengkonsumsi sayuran, tahu, tempe
-. Pertahankan pemberian imunisasi pada anak
-. Pertahankan penggunaan layanan kartu sehat
2. Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care
accommodation/negotiations) klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan
- Anjurkan u/mengganti makanan yang amis dengan tahu dan tempe
- Anjurkan u/mengganti kebiasaan mengkonsumsi jamu dengan
pengobatan herbal
- Anjurkan u/mengganti obat warung dengan pengobatan herbal dan
medis
- Anjurkan u/melakukan pemeriksaan yang rutin
- Berikan penyuluhan kesehatan tentang kelebihan dan kekurangan
pengobatan alternatif
3. Merubah budaya klien dan keluarganya (Cultural care
repartening/recontruction) bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
C. Implemntasi
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi.
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien.
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat.
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien.
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok.
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan
D. Evaluasi
1. Mempertahankan budaya yang sesuai kesehatan.
Klien mau u/mempertahakan kebiasaan mengkonsumsi sayuran