Menengah Atas. Mata pelajaran seni musik tidak dipandang dari segi estetika di sekolah. Seni
musik di sekolah cenderung menjadi bidang keilmuan sebagai alat penunjang belajar. Belajar
musik di sekolah tidak sama dengan mengasah keterampilan bermusik. Musik di sini hanya
digunakan sebagai ‘alat’ penunjang belajar.
Di beberapa daerah juga diterapkan beberapa mata pelajaran seni musik tradisional/daerah.
Fungsinya lebih kurang sama. Tetapi yang harus dipertimbangkan adalah mata pelajaran seni
musik dan pelajaran musik daerah kurang efektif jika diajarkan sekaligus.
Seni musik yang dipelajari berbasis notasi barat (not balok) sedangkan musik tradisional kita
memiliki teorinya masing-masing. Musik tradisional di Indonesia rata-rata memiliki instrumen,
tangga nada, teknik harmonisasi, notasi dan interval nada yang jauh berbeda yang termasuk musik
mikrotonal.
Lagipula biasanya musik tradisional diajarkan secara teori di dalam kelas. Seringkali mengadakan
instrumen musik tradisional terkendala biaya yang cukup mahal. Alat musik tradisional sulit
digunakan di sekolah karena selain mahal, produsen alat musik dan buku-buku teori musik
tradisional juga terbilang langka.
Mempelajari teori musik barat yang berupa not balok tersebut membutuhkan waktu dan energi
yang cukup besar. Jika beban pikiran murid ditambah dengan teori musik tradisional, itu bisa
menyebabkan stres pada murid.
Satu hal lain yang juga harus dipertimbangkan adalah pemilih contoh-contoh lagu. Saat ini yang
banyak digunakan adalah lagu-lagu wajib nasional, lagu anak-anak atau lagu daerah (yang
termasuk jenis pop daerah). Pemilihan contoh lagu dapat diperluas ke daftar lagu-lagu lawas yang
bertema alam atau lagu-lagu masa kini yang diniliai baik dari segi tema ceritanya maupun dari
penulisan liriknya.
Belajar musik sangat bermanfaat bagi pribadi murid dan menunjang kegiatan belajar-mengajar di
kelas. Hendaknya guru dapat memberikan pemahaman-pemahaman yang tepat kepada muridnya
sehingga mereka dapat lebih diajak berpartisipasi dan tidak menolak untuk belajar.