Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMATAN KROMOSOM RAKSASA (Giant Chromosome) pada KELENJAR


LUDAH LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika 1


Yang dibimbing oleh Prof. Dr. agr. H. Moh Amin, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 6 offering I
1. Naizesa Salsabila (170342615547)
2. Rizqi Layli Khusufi (170342615601)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

MARET 2019
A. TUJUAN
1. Mengetahui letak kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster
2. Mengetahui bentuk dan struktur kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster
3. Mengetahui perbedaan kromosom raksasa dengan kromosom biasa
4. Mengetahui fungsi dari kromosom raksasa

B. RUMUSAN MASALAH
1. Dimana letak kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster?
2. Bagaimana bentuk dan struktur kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster?
3. Bagaimana perbedaan kromosom raksasa dengan kromosom biasa?
4. Bagaimana fungsi dari kromosom raksasa?

C. DASAR TEORI

Drosophila melanogaster adalah salah satu jenis lalat buah yang sering ditemukan.
Siklus kehidupan Drosophila melanogaster terdiri dari 4 tahapan yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa . Setelah larva keluar dari telur , larva tumbuh sebagai instar yang terdiri dari tiga
bagian , yaitu kurva,mulut dan spirakel. Pada tahap larva, terjadi penambahan ukuran diikuti
replikasi dari DNA untuk membentuk kromosom politen. Setelah larva instar ketiga,
kutikula berubah menjadi puparium yang terus berkembang menjadi dewasa. Pada fase
dewasa inilah baru terjadi pembelahan sel (Hall et al., 2009). Tahap larva merupakan tahap
yang membutuhkan banyak makanan dimana harus didukung oleh tersedianya kelenjar
ludah yang cukup untuk menyediakan enzim pencernaan. Enzim adalah protein, dimana
produksi enzim dimaksimalkan dengan melakukan replikasi kromosom tanpa diikuti
pembelahan 3 sel. Proses replikasi ini akan menghasilkan kromosom dengan banyak lengan
berukuran raksasa atau biasa disebut dengan kromosom politen (Clark, 2014)

Kromosom politen adalah kromosom besar ( Raksasa ) yang umumnya dimiliki


oleh serangga bersayap dua ( Dipthera ) seperti pada Drosophila melanogaster. Awalnya
Kromosom politen memiliki awal kromosom yang normal, namun kromosom tersebut
mengalami pembelahan DNA pada fase S saat Interfase tanpa diimbangi oleh pembelahan
sentromer dan pembelahan sel ( Fase Mitotik ) sehingga DNA pada kromosom tersebut
menjadi berlimpah dan menjadi terlihat berukuran besar (Hall et al., 2009). Menurut Singh
(2010) kromosom politen pada umumnya ditemukan pada fase larva serangga,karena
organela pada tahap tersebut sudah sempurna dan kromosom yang terbentuk akibat
replikasi DNA yang berulang dapat mendukung pertumbuhan larva menjadi lebih cepat.
Kecepatan pertumbuhan ini akibat dari melimpahnya jumlah salinan gen didalam sel
sehingga kecepatan kerja enzim menjadi meningkat. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Passarge (2007) bahwa kromosom politen dapat mencapai ukuran 100 kali lebih besar
daripada ukuran kromosom biasa.

Pada praktikum ini dilakukan isolasi kelenjar saliva pada larva instar ke-3
Drosophila melanogaster dan dilakukan pewarnaan dengan reagen pewarna acetokarmin
untuk mengamati keberadaan kromosom politen dan mengamati morfologi dari kromosom
politen. Reagen yang digunakan antara lain adalah lautan FAA yang digunakan sebagai
larutan Fiksatif dan untuk peregangan kromosom sehingga lebih mudah untuk diamati (Bell
dan Dutta, 2002). NaCl yang digunakan untuk menjaga pH larutan dan membentuk suasana
isotonis bagi sel larva dan kandungan fosfat. Reagen acetokarmin digunakan untuk
mewarnai benang-benang kromatin agar kromosom dapat diamati keberadaannya dan
morfologi kromosom politen dapat teramati dengan lebih mudah (Henderson, 2004)

D. ALAT DAN BAHAN

Alat
1. Mikroskop stereo (5 buah)

2. Mikroskop cahaya (5 buah)

3. Kaca benda (10 buah)

4. Kaca penutup (10 buah)

5. Jarum pentul (20 buah)

Bahan
1. Larva instar ke III Drosophila melaogaster

2. Larutan fisiologis NaCl 0,9% (50 mL)

3. Larutan FAA (50 mL)

4. Laturan acetokarmin (50 mL)

5. Kertas hisap (1 pack)

6. Tissue (1 pack)
E. PROSEDUR KERJA

Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Dipilih larva Drosophila melanogaster instar 3 yang berukuran paling besar agar mudah
diamati dan dicari kelenjar ludahnya

Diletakkan larva pada kaca benda dan ditetesi dengan larutan fisiologis NaCl 0,9 %.

Dicari bagian kepala, leher, dan ekor larva di bawah mikroskop stereo.

Dipisahkan kepala dengan ekor Drosophila melanogaster dengan cara jarum pentul ditusuk
pada bagian kepala dan ekor, kemudian ditarik secara perlahan samapai terputus

Dicari kelenjar ludah pada bagian kepala, kelenjar ludah berbentuk saccus transparan

Dipisahkan kelenjar ludah dari lemak-lemak yang menempel

Ditetesi kelenjar ludah dengan FAA secukupnya sampai warna kelenjar ludah berubah
menjadi putih.

Dibersihkan sisa FAA dengan cara menghisapnya dengan kertas hisap, kemudian ditetesi
dengan asetokarmin.

Ditutup preparat dengan kaca penutup, lalu ditekan-tekan agar preparat hancur, sehingga
kromosm dapat keluar dan dapat diamati.
F. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1 hasil pengamatan kromosom raksasa pada kelenjar ludah larva instar III Drosophila
melanogaster

Gambar hasil pengamatan Gambar literatur

Gambar 2 struktur kelenjar ludah larva instar


Gambar 1 larva instar III Drosophila III Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah
melanogaster. Panah hitam menunjukkan larva terdiri dari sepasang tabung sekretori
kelenjar ludah. memanjang (ST) yang terhubung ke mulut
Sumber: dokumentasi pribadi. larva melalui saluran individu yang lebih
halus (ID) dan saluran umum (CD).
Sumber: Pirraglia & Myat (2010).

Gambar 4 kelenjar ludah larva instar III


Drosophila melanogaster secara struktural.
Sumber: Tran & Hagen (2017).
Gambar 3 kelenjar ludah larva instar III
Drosophila melanogaster.
Sumber: kelompok 3
Gambar 6 struktur kromosom raksasa pada
Gambar 5 kelenjar ludah yang diamati secara larva instar III Drosophila melanogaster.
mikroskopis panah hitam menunjukkan Sumber: Zhimulev & Koryakov (2009).
adanya kromosom di dalam sel.
Sumber: kelompok 3

Gambar 7 puff di dalam kromosom politen.


Gambar menunjukkan tidak ada lilitan dari
untai di dalam wilayah pita (B) untuk
menghasilkan puff (P) dalam kromosom
politen. Setiap pita (B) mewakili sebuah
kromomer. Wilayah interband (IB).
Sumber: Klug et al (2016)

G. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil praktikum kelenjar ludah terletak pada bagian kepala larva instar III
Drosophila melanogaster (gambar 1), kelenjar ludah tersebut masih ditutupi oleh lemak
yang nampak berwarna putih. Setelah kelenjar tersebut dipisahkan dari bagian kepala
terlihat kelenjar ludah berwarna bening, bentuknya menyerupai paru (gambar 3), dan terdiri
dari sepasang sel sekretori. Setelah ditetesi larutan FAA kelenjar ludah menjadi putih.
Setelah itu kelenjar ludah ditetesi asetokarmin sehingga tampak merah dan preparat ditekan
agar kromosom dapat keluar sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Setelah diamati
dibawah mikroskop terlihat kromosom masih di didalam sel yang berbentuk bulat dan
berwarna merah mudah (gambar 5). Hal tersebut disebabkan kesalahan dalam pembuatan
preparat karena kurang menekan kelenjar ludah, sehingga kromosom masih di dalam sel.

H. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan adanya kromosom raksasa yang
terdapat di dalam kelenjar ludah (gambar 5). Kromosom raksasa atau kromosom politen
adalah kromosom berukuran raksasa relatif terhadap ukuran kromosom pada umumnya. Struktur
kromosom politen meliputi band, interband, puff, dan kromocenter. Menurut Pierce (2016)
Band merupakan bagian dari struktur kromosom politen yang terkondensasi dan
mengandung banyak heterokromatin. Sedangkan Interband merupakan bagian dari struktur
kromosom politen yang kurang terkondensasi relatif dari band dan mengandung banyak
eukromatin. Puff merupakan bagian dari struktur kromosom politen yang menggembung
karena benang kromatin yang terelaksasi. Puff berperan sebagai tempat terjadinya
transkripsi materi. Kromosenter adalah bagian struktur kromosom yang menjadi tempat
melekatnya sentromer kromosom yang bergabung. kromosenter hampir seluruhnya terdiri
dari heterokromatin (Lewin 2004). Menurut Klug et al (2016) puff karena untaian yang ada
di dalam pita mengalami pelepasan yang terlokalisasi selama aktivitas genetik dan
menghasilkan tonjolan yang disebut puff. Puff itu merupakan ekspresi dari aktivitas gen
tingkat tinggi (transkripsi yang menghasilkan RNA) dibuktikan dengan tingginya tingkat
penggabungan prekursor RNA berlabel radioaktif, seperti yang diuji oleh autoradiografi.
Pita yang tidak diperpanjang menjadi puff memiliki lebih sedikit prekursor radioaktif atau
tidak ada sama sekali. Studi band selama pengembangan pada serangga seperti Drosophila
dan lalat midgeirus mengungkapkan aktivitas gen diferensial. Pada Drosophila terdapat
sekitar 15.000 gen dan sekitar 5.000 band. Pita dapat mengandung hingga 107 pasangan
basa DNA.
Menurut pendapat Zhimulev & Koryakov (2009) Kromosom politen adalah
kromosom interphase spesifik yang terdiri dari ribuan untai asam deoksiribonukleat (DNA).
Oleh karena itu, ukuran kromosom politen sangat besar dan menampilkan karakteristik
morfologi band-interband. Politen muncul dalam jaringan, organ, dan pada tahap
perkembangan ketika ada kebutuhan untuk perkembangan organ secara cepat pada tingkat
fungsi yang tinggi dan tidak berubah. Organ yang mengandung sel-sel dengan kromosom
politen terlibat dalam fungsi sekresi yang kuat dan dicapai dalam waktu singkat dengan latar
belakang pertumbuhan yang cepat. Penyusunan ulang kromosom dan hibridisasi in situ pada
kromosom politen memungkinkan gen dipetakan ke resolusi beberapa puluh kilobase.
Berdasarkan hasil praktikum kami menemukan adanya kromosom raksasa di dalam
kelenjar ludah, tetapi masih berada di dalam sel kelenjar ludah. Hal tersebut karena
kesalahan kami saat membuat preparat kurang memberi tekanan pada kelenjar ludah
tersebut sehingga kromsom raksasa tidak dapat keluar. Sesuai dengan pendapat Klug et al
(2016) kromosom raksasa ditemukan di berbagai jaringan (saliva, midgut, rektal, dan
tubulus ekskretoris malpigi) dalam larva beberapa lalat, serta pada beberapa spesies
protozoa dan tanaman. Setiap kromosom politen memiliki panjang 200 hingga 600 mm.
Pola pita pada kromosom politen berbeda untuk setiap kromosom pada spesies tertentu.
kromosom politen mewakili homolog berpasangan. Kromosom politen ada dalam sel
somatik di sebagian besar organisme, bahan kromosom biasanya tersebar sebagai kromatin
dan homolog tidak berpasangan. Ukuran kromosom politen yang besar dihasilkan dari
banyaknya untaian DNA yang identik. DNA dari homolog berpasangan ini mengalami
banyak putaran replikasi, tetapi tanpa pemisahan untai atau pembelahan sitoplasma. Saat
replikasi berlangsung, kromosom dibuat memiliki 1.000 hingga 5.000 untai DNA yang tetap
sejajar satu sama lain.

I. KESIMPULAN

Kromosom raksasa terletak pada kelenjar ludah pada Drosophila melanogaster.


Kromosom raksasa adalah kromosom yang memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran
kromosom pada umumnya. Struktur dari kromosom raksasa meliputi interband, band, puff,
dan kromosenter. Kromosom politen memiliki peran untuk menyediakan protein berlimpah
pada sel yang aktif melakukan metabolisme. Kromosom politen muncul dalam jaringan,
organ, dan pada tahap perkembangan ketika ada kebutuhan untuk perkembangan organ
secara cepat pada tingkat fungsi yang tinggi dan tidak berubah. Organ yang mengandung
sel-sel dengan kromosom politen terlibat dalam fungsi sekresi yang kuat dan dicapai dalam
waktu singkat dengan latar belakang pertumbuhan yang cepat.

J. DISKUSI
1. Bagaimana kenampakan struktur kromosom raksasa? Sebutkan dan jelaskan juga bagian-
bagian dari kromosom raksasa!
Jawab:
Kromosom politen atau kromosom raksasa terdiri dari 2 struktur yaitu
heterochromatin dan euchromatin. Menurut Gilbert (2014), heterochromatin merupakan
domain pada kromosom yang berwarna gelap akibat pemadatan bagian kromosom yang
banyak mengandung gen yang aktif di transkripsi, sehingga tidak terjadi pemadatan
Sedangkan euchromatin memiliki warna yang lebih terang akibat domain kromosom
tersebut tidak mengandung gen atau sedikit gen. pola tersebut dapat
berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan.
Selain itu, terdapat juga struktur yang bernama chromosome puffs yaitu bagian dari
kromosom politen yang tidak terlilit atau tergulung (uncoiled) karena area tersebut
mengandung banyak RNA transkripsi dan aktif dalam proses transkripsi (Gilbert, 2014).
Sedangkan menurut Wolfe (1993) puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA. Harth
(2005) menyatakan bahwa bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X)
yaitu kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada
bagian. Kromosenter adalah bagian block besar pada heterokromatin yang terdapat di
dekat sentromer. Pada kromosom politen, selain terdapat kromonemata dan kromosenter,
ditemukan juga band dan interband. Band adalah bagian gelap pada kromosom dan
interband adalah bagian terangnya. Band yang terurai membentuk puff.

2. Analisislah fungsi dari pita terang dan pita gelap pada kromosom raksasa Drosophila
melanogaster!
Jawab:

Bagian pada kromosom yang sangat tebal dan gelap dinamakan heterokromatin,
sedangkan bagian yang tidak menebal dan tidak gelap yang terlihat pada tahap telofase
dan interfase disebut euterokromatin. Ketika pengamatan terus dilakukan, hasil
menunjukkan Heterokromatin mengandung gen aktif sedangkan eukromatin
mengandung sedikit atau tidak ada gen aktif (Eberhard 2007:180). Terbentuknya pola
gelap dan terang pada kromosom raksasa yaitu karena kromatid yang bersinaps. Menurut
Henderson (2004) band merupakan struktur yang memiliki lebih banyak DNA
dibandingkan interband. Kromatin yang menggulung merupakan salah satu alasan
terbentuknya band dan kromatin yang tidak menggulung membentuk interband.
Gulungan tersebut akan terlihat seperti pita gelap karena mengandung banyak DNA.
3. Buatlah tabel yang membedakan kromosom raksasa pada kelenjar ludah dengan
kromosom tubuh yang lain!
Jawab:
NO. Kromosom Raksasa Kromosom Biasa

1. Terdapat pada fase larva Dapat ditemukan selain pada


tahap larva

2. Jumlah pita 2650-3286 -

3. Merupakan hasil dari endoreplikasi Replikasi tidak terjadi


berulang-ulang

4. Memiliki struktur berupa pita berseling dengan Tidak memiliki struktur


pola gelap terang berupa pita berseling dengan
pola gelap terang

4. Apakah fungsi khusus dari kromosom raksasa?


Jawab:
Fungsi khusus dari kromosom raksasa yaitu:
1. Untuk mengontrol perubahan fisiologi suatu organisme karena mengandung gen dalam
kromosomnya, pertukaran antara heterokromatin dan eukromatin disebut dengan position
effects yang dapat menyebabkan mutasi pada organisme (Jain, 2013)
2. Untuk mengakumulasi mRNA dalam jumlah besar yang nantinya akan diperlukan pada tahap
embrionik (Singh, et al., 2010). Jain (2013) menyatakan bahwa kromosom raksasa akan
memproduksi banyak protein karena Kromosom raksasa memiliki lebih banyak DNA berganda
pada lengannya dibandingkan kromosom pada umumnya, dimana protein sangat diperlukan
oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.

5. Mengapa pada praktikum menggunakan larva instar III? Analisislah jawaban Anda secara
logis!
Jawab:

Digunakannya larva instar III Drosophila melanogaster untuk mengamati


kromosom raksasa yaitu karena pada masa itu umur dan kondisi larva sangat cocok
untuk melihat pola band pada kromosom politennya. Jika umur larva semakin lama
maka kualitas pola band nya akan menurun. Menurut Hendersom (2004) larva instar
III Drosophila melanogaster digunakan karena larva tersebut sudah cukup makan dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Hall et al. (2004) menjelaskan bahwa pada tahap
larva,terjadi penambahan ukuran diikuti replikasi dari DNA untuk membentuk kromosom
politen. Setelah larva instar ketiga, kutikula berubah menjadi puparium yang terus berkembang
menjadi dewasa. Pada fase dewasa inilah baru terjadi pembelahan sel.

6. Selain pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster, dimanakah kita bisa menemukan
kromosom raksasa?
Jawab: Tempat dimana dapat ditemukannya kromosom raksasa selain pada kelenjar ludah
yaitu pada midgut, hindgut, dan badan lemak (Henderson ,2004).

K. DAFTAR RUJUKAN
Eberhard P. 2007. Color atlas of genetics. Thieme Stuttgart. New York
Gilbert, S. F. 2014. Developmental Biology, 10th edition. Sunderland: SinauerAssciates, Inc. Hal: 32

Hall, J. K. dan Wagy, E. L. 2009. Toxic and Teratogenic Effects of Sevaflurane in Drosophila
melanogaster. United States Code : UMI.
Harth, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of genes & genomes. Jane BartlettPublishers, Inc.
Harth, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of genes & genomes. Jane Bartlett
Publishers, Inc. Canada
Henderson, D.S. 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press. United States
Jain, Kritika. 2013. Kinds of chromosomes: lampbrush, polytene, and supernumery.
http://www.biologydiscussion.com/chromosomes/ kinds-of-chromosomes-lampbrush-
polytene-and-supernumery/569. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019 pukul 22.00 WIB
Klug, W. S., Cummings, M. R., Spencer, C. A., & Palladino, M. A. 2016. Concepts of Genetics
11th edition. New York: Pearson Education.
Lewin, B. 2004. Genes VIII. United States of America: Prentice Hall.

Pierce, B. A. 2016. Genetics: A Conceptual Approach sixth edition. New York: W. H. Freeman.

Pirraglia, C. & Myat, M. M. 2010. Genetic Regulation of Salivary Gland Development in


Drosophila melanogaster. Frontiers of oral biology.14:32-47.DOI:
10.1159/000313706.
Singh, B. N., Singh, S., dan Banerjee,P. 2010. A Comparison Between Polytene Chromosome
of wo Sibling Species of Drosophila : D. ananassae and D. pallidosa. Dros. Inf. Serv. 95
(1) : 50-54
Tran, D. T. & Hagen, T. 2017. Real-time insights into regulated exocytosis Real-time insights
into regulated exocytosis. Journal of Cell Science. 130, 1355-1363.
DOI:10.1242/jcs.193425.

Wolfe, Stephen L. 1993. Molecular and cellular biology. Wadsworth, Inc. California
Zhimulev, I. F. & Koryakov, D. E. 2009. Polytene Chromosomes. Encyclopedia of Life
Sciences: Genetics and Molecular Biology. DOI:
10.1002/9780470015902.a0001183.pub2.
LAMPIRAN

Gbr 1. Pengambilan Larva instar Gbr 2. Larutan fisiologis NaCl Gbr 3. Larva yang ditaruh di
ke-3 dalam stock tabung 0,9% yang telah disiapkan atas Larutan fisiologis NaCl
Drosophila melanogaster diatas kaca benda 0,9%

Gbr 5. Larva Drosophila


melanogaster

Gbr 4. Larva Drosophila


melanogaster yang diamati
dibawah mikroskop stereo

Anda mungkin juga menyukai