Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI

YANG MENGGUNAKAN OBAT GOLONGAN CAPTOPRIL DI

POSYANDU PERMADI RW 02 KELURAHAN TLOGOMAS

KOTA MALANG

PROPOSAL

Disusun oleh :

INDRIATI DAPPA TADI

NIM : 2014610070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat karunia, serta kemurahan hati-Nya, peneliti dapat menyelesaikan

Proposal tentang “Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia hipertensi yang menggunakan obat golongan captopril

di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang” dapat

terselesaikan.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini tak lupa peneliti menyampaikan

rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Ir. Eko Handayanto, Msc selaku Rektor Universitas

Tribhuana Tunggadewi Malang

2. Bapak Sugeng Rusmiwari, Drs., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan

3. Ibu Novita Dewi, S.kep., Ns selaku Dosen Pembimbing Utama dalam

penyusunan proposal ini.

4. Ibu Yanti Rosdiana, S.kep.,Ns selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang memberikan arahan dalam penulisan proposal ini.

5. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan masukan dan

saran sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya proposal ini masih jauh dari sempurna.


Namun harapan penulis semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca yang
budiman. Dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas segala
kekurangan yang ada pada proposal ini.
Malang, 29 maret 2018

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9


2.1 Konsep Lanjut Usia ................................................................................9
2.1.2 Pengertian lanjut usia ..............................................................9
2.1.3 Pengelompokan lansia .............................................................9
2.1.4 Teori penuaan ..........................................................................10
2.1.5 Perubahan yang terjadi pada lansia .........................................11
2.1.6 Permasalahan yang terjadi pada lansia ....................................12
2.2 Konsep Tekanan Darah Tinggi ...........................................................14
2.2.1 Pengertian tekanan darah tinggi ...............................................15
2.2.2 Klasifikasi tekanan darah tinggi ...............................................15
2.2.3 Etiologi tekanan darah tinggi ...................................................16
2.2.4 Tanda dan gejala tekanan darah tinggi .....................................17
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi ...................18
2.3 Konsep Relaksasi Otot Progresif ..........................................................20
2.3.1 Pengertian terapi relaksasi otot progresif .................................20
2.3.2 Teknik-teknik relaksasi ............................................................21
2.3.3 Tujuan terapi relaksasi otot progresif ......................................22
2.3.4 Indikasi terapi relaksasi otot progresif .....................................22
2.3.5 Manfaat terapi relaksasi otot progresif ....................................23
2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi terapi relaksasi
otot progresif ............................................................................23
2.3.7 Mekanisme relaksasi otot progresif menurunkan
tekanan darah ...........................................................................24
2.4 Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah Lansia .......................................................24

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS .............................................29


3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................29
3.2 Hipotesis ................................................................................................30

ii
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................31
4.1 Desain Penelitian...................................................................................31
4.2 Kerangka kerja penelitian .....................................................................32
4.3 Populasi dan sampel ..............................................................................33
4.4 Variabel penelitian ................................................................................34
4.5 Definisi operasional ..............................................................................35
4.6 Lokasi dan waktu penelitian..................................................................36
4.7 Instrumen penelitian ..............................................................................36
4.8 Prosedur penelitian ................................................................................37
4.9 Pengolahan dan analisa data..................................................................38
4.10 Etika penelitian.....................................................................................40
Daftar Pustaka ....................................................................................................42

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII (2013) ......................... 15

Tabel 4.5 Definisi operasional penelitian.................................................... 35

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian .................................................... 29

Gambar 4.1 Desain penelitian ..................................................................... 31

Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian........................................................ 32

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan kelompok umur yang memasuki tahapan akhir dari

kehidupannya dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap

manusia. Manusia menjalani serangkaian tahap pertumbuhan sepanjang daur

kehidupannya yang berawal dari tahap bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa awal

dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011). Tua ditandai dengan menurunnya

berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh

terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya

pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,

endokrin dan lain sebagainya akibat gaya hidup yang tidak baik dan menetap

sehingga angka kesakitan pada lansia makin meningkat (Nugroho, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO, 2013) penduduk berusia lebih

dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi yang ada didunia dan diperkirakan

jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan

hidup. Berdasarkan hasil survei Sensus pada tahun 2015, ditemukan bahwa

jumlah lansia di Jawa Timur telah mencapai 4,45 juta (11,46%) orang dari

penduduk Jawa Timur. Penduduk Kota Malang tahun 2015 sebanyak 851.298

jiwa, yang lansianya sebanyak 75.403 di Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Malang, 2015).

Seiring bertambahnya usia berbagai masalah kesehatan pada lansia

semakin meningkat, salah satunya terjadi pada sistem kardiovaskular. Lapisan

pada arteri dan dinding aorta menurun dan menjadi tebal, sehingga pada
akhirnya menimbulkan penyempitan dan jantung menjadi kurang lentur daripada

sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai arteriosklerosis, jika arteri menjadi terlalu

sempit, darah tidak dapat melaluinya dengan benar, dan bagian tubuh yang

bergantung pada arteri tersebut untuk mendapatkan darah mengalami

kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan, ketika arteri menyempit terjadi

peningkatan kecenderungan darah membeku (trombosis), yang dapat

menyebabkan penyumbatan total pada arteri sehingga bagian tubuh yang

dilayaninya menjadi kaku, dan terjadi peningkatan tekanan darah atau hipertensi

(Ramadhan, 2009).

Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang

menjadi suatu masalah kesehatan serius dan perlu diwaspadai. Penyakit ini dapat

menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, orang kaya maupun miskin dan

saat ini terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah penyakit jantung dan

kanker. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah pada arteri

utama didalam tubuh terlalu tinggi (Shanty, 2011). Hal tersebut terjadi karena

kerja jantung yang berlebihan saat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan nutrisi dalam tubuh. Hipertensi juga merupakan suatu kondisi paling

umum yang terlihat pada saat perawatan utama yang dapat mengakibatkan infark

miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi dini dan tidak

diobati dengan tepat (James et al.,2013).

Data WHO (2013), hipertensi telah menyerang 26,4% populasi yang ada

di dunia. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah akan terus meningkat jika tidak

dilakukan upaya yang tepat (Ardiansyah, 2012). Hasil survey Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi mencapai 10,7% di Jawa Timur dan
Data Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2014, Hipertensi menempati

peringkat kedua dari 10 besar penyakit yang paling banyak dengan jumlah

sebanyak 58.046 kasus di Posyandu lansia Kota Malang.

Kejadian hipertensi yang meningkat setiap tahun mengindikasikan bahwa

hipertensi perlu dan harus segera diatasi. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi

farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu obat anti hipertensi

sedangkan terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan merokok,

menurunkan berat badan berlebih, latihan fisik secara teratur, menurunkan asupan

garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

(Potter & Perry, 2009). Terapi non farmakologis selalu menjadi pilihan yang

dilakukan penderita hipertensi karena biaya yang dikeluarkan untuk terapi

farmakologis relatif mahal dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan

penderita, yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya.

Langkah awal pengobatan hipertensi non farmakologis adalah dengan menjalani

pola hidup sehat, salah satunya dengan terapi komplementer yang menggunakan

bahan-bahan alami yang ada disekitar kita, seperti relaksasi otot progresif,

meditasi, aromaterapi, terapi herbal dan terapi nutrisi. Salah satu terapi yang

efektif dalam menurunkan tekanan darah tinggi adalah terapi relaksasi otot

progresif (Purwanto, 2013).

Terapi relaksasi otot progresif merupakan suatu gerakan menegangkan dan

melepaskan secara berurutan 10 kelompok otot tubuh, dimulai dari kelompok otot

paha dan kaki, pergelangan tangan, lengan bawah, lengan atas perut, dada,

punggung, bahu, leher dan wajah. Teknik relaksasi otot progresif adalah

memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot


yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik

relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Purwanto, 2013).

Relaksasi otot progresif dapat memberikan beberapa dampak positif bagi

manusia diantaranya adalah menurunkan stres, nyeri punggung dan kecemasan

yang dirasakan oleh penderita hipertensi sehingga dapat memperoleh kenyamanan

dan perasaan rileks (Purwanto, 2013). Relaksasi dapat menurunkan tekanan darah

dengan melatih beberapa otot termasuk otot jantung yang berfungsi sebagai

pemompa darah keseluruh tubuh, dapat menurunkan kerja jantung serta

merelaksasikan otot-otot yang tegang termasuk pembuluh darah yang mengalami

penyempitan. Teknik relaksasi otot progresif juga dapat mengatasi masalah tidur,

mengatasi mual dan muntah, melemaskan otot tubuh yang tegang, meningkatkan

kesegaran dan daya tahan tubuh serta mencegah kekambuhan penyakit yang

disebabkan oleh stres (Purwanto, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh (Harmono, 2010) di Indonesia, bukti

pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi sudah dilakukan dan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap penurunan tekanan darah dimana terapi relaksasi otot progresif secara

bermakna dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Penelitian setara yang dilakukan oleh Valentine et al., (2014), terapi relaksasi

otot progresif terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi primer”

terbukti menurunkan tekanan darah dan memiliki hubungan yang signifikan

dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh (Praptini, 2014) terhadap dua kelompok yakni

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, terapi relaksasi otot progresif


menunjukkan sebelum diberikan latihan relaksasi, sebagian besar responden

mengalami kecemasan berat dan setelah diberikan latihan relaksasi otot progresif

sebanyak 7 kali (7 hari setiap pagi) didapatkan data tidak ada responden yang

mengalami kecemasan berat, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil

tidak ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan setelah perlakuan pada

kelompok kontrol dengan rentang kecemasan ringan sampai tidak ada kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kenender (2015), bahwa teknik relaksasi otot

progresif dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan pada seseorang yang

dalam keadaan tidak sehat baik pikiran maupun perasaan yang tidak

menyenangkan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 maret 2018

melalui wawancara dengan lansia di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan

Tlogomas Kota Malang, didapatkan 10 lansia yang menderita hipertensi,

diketahui 6 (12%) diantaranya mengalami hipertensi derajat I dan sebanyak 4

(8%) orang mengalami hipertensi derajat II. Lansia yang berjumlah 10 orang

tersebut, diketahui 2 orang pernah menggunakan jus belimbing manis untuk

menurunkan tekanan darah dan 8 orang lainnya tidak menggunakan apapun untuk

menurunkan tekanan darah dan semua lansia yang berjumlah 10 orang belum

pernah melakukan terapi relaksasi otot progresif, sehingga peneliti tertarik untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota

Malang.
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh terapi relaksasi

otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi

derajat I dan II di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota

Malang” ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia hipertensi derajat I dan II di Posyandu Permadi

RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang.

1.1.4 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi tekanan darah sebelum melakukan terapi relaksasi otot

progresif pada lansia yang menggunakan obat Captopril di Posyandu

Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang

2) Mengidentifikasi perbedaan tekanan darah sesudah melakukan terapi

relaksasi otot progresif pada lansia yang menggunakan obat Captopril di

Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang

3) Menganalisa pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia yang menggunakan obat Captopril di Posyandu

Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang.


1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang terapi relaksasi otot progresif

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi derajat I dan II di

Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang, sehingga

dapat digunakan sebagai kerangka dalam pengembangan ilmu

keperawatan gerontik yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

hidup pada lansia.

1.4.2 Manfaat praktis

1) Bagi peneliti lain

Terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah dapat

menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman peneliti lain dalam

menangani penderita hipertensi.

2) Bagi profesi keperawatan

Terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah

diharapkan menjadi intervensi pilihan bagi perawat dalam menangani

penderita hipertensi khususnya pada lansia.

3) Bagi masyarakat

Terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah dapat

bermanfaat dan menjadi pilihan bagi masyarakat dalam mengatasi

tekanan darah tinggi serta dapat dilakukan secara mandiri sehingga dapat

mengurangi biaya perawatan dan pengobatan bagi penderita hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.2 Pengertian Lanjut Usia

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 45 tahun keatas atau

telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (Azizah, 2011). Kelompok

yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging

Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang

ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang

ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit

yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan

pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal

tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam

struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada

umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada

akhirnya akan mempengaruhi ekonomi dan sosial lansia (Fatimah, 2010).

2.1.3 Pengelompokkan Lansia

Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut WHO (2012),

ada 4 tahap yaitu:

a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun

c) Usia tua (old) antara 75-90 tahun

d) Usia sangat tua (very old ) diatas 90 tahun


2.1.4 Teori penuaan

Teori penuaan secara umum menurut Azizah (2011) dapat dibedakan

menjadi dua

yaitu :

1) Teori biologi

a) Teori seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu, pada lansia

beberapa sistem seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung,

akan mengalami proses penuaan dan hanya mempunyai kemampuan yang

sedikit dalam memperbaiki diri (Azizah, 2011)

b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)

Jaringan seperti kulit dan kartilago akan kehilangan elastisitasnya pada

lansia. Proses ini dihubungkan dengan adanya perubahan permukaan kulit

yang kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya

penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah,

2011)

2) Teori psikososial

a) Teori aktivitas (Activity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya

setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap

terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang

sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial

(Azizah, 2011).

b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara

hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di

masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah, 2011).

c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).

2.1.5 Perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut (Setiati et al., 2009), lansia mengalami perubahan-perubahan

fisik diantaranya perubahan pada sistem sensoris, sistem integumen, sistem

muskuloskeletal dan sistem neurologis.

1) Perubahan pada sistem sensoris

Lansia akan mengalami penurunan persepsi sensori dan mulai enggan

untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang

dimilikinya. Indra seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,

penciuman dan perabaan mengalami penurunan dan merupakan kesatuan

integrasi dari persepsi sensori (Maramis, 2009).

2) Perubahan pada sistem integumen

Epidermis tipis dan rata terutama pada tonjolan-tonjolan tulang dan terjadi

penurunan jaringan elastik pada lansia, sehingga mengakibatkan

penampilan menjadi keriput. Tekstur kulit kering karena kelenjar eksokrin

lebih sedikit, dan disertai penurunan cairan tubuh total, yang menimbulkan

penurunan turgor kulit (Setiati et al., 2009).


3) Perubahan pada sistem muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,

gangguan metabolik, atau denervasi saraf pada lansia. Hal ini terjadi

karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D dan beberapa

hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-

arsitektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun

spontan (Setiati et al., 2009)

4) Perubahan pada sistem neurologis

Otak mengandung 100 juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang

berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Otak

manusia kehilangan 100.000 neuron per tahun dan neuron dapat

mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil per jam,

sehingga terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antara

usia 30-70 tahun. Berangsur-angsur tonjolan dendrit dineuron akan hilang

dan disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel yang terbentuk

disitoplasma (Setiati et al., 2009)

2.1.6 Permasalahan yang terjadi pada lansia

Permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami proses penuaan

yang disertai dengan kemuduran fungsi pada sistem tubuh. Penuaan secara

degeneratif akan menurunkan pula keadaan psikologis dan sosial dari puncak

pertumbuhan dan perkembangan. Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh

lansia yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :


1) Penurunan Fungsi

Bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan fungsi hal ini bisa

dilihat dari bagaimana daya kognisi mereka yang sudah mulai berkurang.

Kemampuan mereka dalam belajar dan mengambil keputusan juga akan

berkurang dan kemunduran fungsi mental serta kemampuan dalam melakukan

pergerakan juga semakin menurun (Maramis, 2009). Beberapa penurunan fungsi

yang biasa dialami oleh lansia yaitu sebagai berikut :

a) Penurunan fungsi kognitif

Setiati et al., (2009) menyebutkan perubahan kognitif yang terjadi pada

lansia meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi

intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi saraf diotak yang

menyebabkan proses informasi melambat dan berkurangnya kemampuan

mengakumulasi informasi baru, serta menurunnya kemampuan mengingat

kejadian masa lalu.

b) Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi

Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, uang, pekerjaan

(pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua ini dapat menimbulkan

reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan ekonomi serta

pengaruhnya terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat dari pada

keadaan badani dalam melawan depresi (Maramis,2009).

c) Seks pada usia lanjut

Usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang aktif sampai umur

80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia lanjut, namun

terjadi penurunan fungsi, pada wanita karena proses penuaan, pola


vasokongesti buah dada, klitoris dan vagina terbatas dan aktivitas

sekretoris serta elastisitas vagina juga menjadi berkurang dan pada pria

kekuatan saat ejakulasi juga berkurang sehingga untuk mencapai ereksi

memerlukan waktu cukup lama (Maramis, 2009).

2) Polifarmasi

Polifarmasi biasanya terjadi pada lanjut usia yang memiliki banyak

masalah kesehatan yang memerlukan terapi obat-obatan. Polifarmasi

menjadi masalah bagi lansia dikarenakan sering terjadinya interaksi antar

obat yang digunakan. Interaksi obat terjadi ketika farmakokinetik dan

farmakodinamik dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat

yang berinteraksi (Restuadhi, 2011).

3) Penyakit

Penyakit adalah masalah yang paling rentan terjadi pada lansia akibat

perubahan pada sistem tubuh. Penyakit tersebut antara lain parkinson

akibat dari kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh degeneratif

progresif (Rahayu, 2009), dan terdapat penyakit lain yang sering timbul

pada usia lanjut seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke,

diabetes miletus dan lain sebagainya (Pramantara, 2009).

2.2 Konsep Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit serius yang sangat

perlu diwaspadai. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun

tua, orang kaya maupun miskin dan saat ini terdaftar sebagai penyakit pembunuh

ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi (Shanty,

2011).

2.2.1 Pengertian Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90

mmHg (James et al.,2013). Hipertensi merupakan faktor yang berkonstribusi

terhadap kematian akibat stroke dan faktor yang memperberat infark miokard

(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan asimptomatik yang

sering ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter &

Perry, 2010).

Hipertensi merupakan kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan

darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai

sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat

istirahat, diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang

selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko stroke, serangan jantung, gagal

jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung

kronis (Armilawaty, 2007).

2.2.2 Klasifikasi tekanan darah tinggi

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (2015) :

1). Normal <120 dan <80

2). Prehipertensi 120-139 or 80-89

3). Tahap I HTN 140-159 or 90-99

4). Tahap 2 HTN> 160 or> 100


Tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik

kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.

Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Seiring bertambahnya usia,

hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus

meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai

usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun

drastis.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi

1) Jenis kelamin

Tekanan darah tinggi lebih rentan pada wanita karena perubahan hormonal

yang sering terjadi menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki tekanan

darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan resiko wanita untuk terkena penyakit

jantung menjadi lebih tinggi

2) Genetik atau keturunan

Penyakit tekanan darah tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. orang

tua atau anggota keluarga jika memiliki tekanan tekanan darah tinggi, maka

anak pun berpotensi besar untuk mengalami tekanan tekanan darah tinggi.

3) Usia

Kebanyakan orang diatas 45 tahun mengalami tekanan tekanan darah

tinggi yang berpotensi pada stroke. Hal ini terjadi karena sedimentasi sampah

yang menumpuk banyak dikapiler-kapiler pembuluh darah. Pola hidup sehat

dan seimbang harus dibiasakan agar terhindar dari masalah ini.

4) Psikologis
Gangguan psikologis atau depresi dapat memicu suatu hormon dalam tubuh

yang merangsang jantung untuk bekerja secara lebih keras, sehinggah sangat
masuk akal jika dalam kondisi ini, detak jantung semakin berdebar lebih keras

dari biasanya.

5) Penyakit

Tekanan tekanan darah tinggi juga disebabkan oleh beberapa penyakit seperti

ginjal, Ketidakstabilan aorta, dan penyempitan arteri sehingga tekanan darah

menjadi tinggi.

6) Reaksi obat

Kebanyakan obat yang dipergunakan untuk menangani berbagai penyakit

dapat meningkatkan tekanan darah, karena obat tersebut dapat menyempitkan

pembuluh darah seluruh tubuh sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

7) Hormonal

Hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya pada saat emosi,

medula kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang

keduanya berpotensi besar meningkatkan tekanan darah. Hormon lain seperti

ADH dan aldosterone juga sangat berperan dalam meningkatkan tekanan

darah.

2.2.4 Tanda dan gejala tekanan darah tinggi

Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, namun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Beberapa gejala yang terjadi pada

penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Sakit kepala

2) Pusing

3) Mudah marah
4) Telinga berdengung

5) Mimisan (jarang)

6) Sukar tidur

7) Sesak nafas

8) Rasa berat di tengkuk

9) Mudah lelah

10) Mata berkunang-kunang

11) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang

memerlukan penanganan segera.

2.3 Konsep Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang

diberikan pada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian

merelaksasikan. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi

mengombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi relaksasi

otot tertentu. Relaksasi otot progresif dapat menurunkan tekanan darah tinggi,

mengurangi kecemasan serta dapat mengatasi insomnia.

2.3.1 Pengertian Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif (muscle relaxation progressive) adalah suatu

teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan

untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh tubuh. Relaksasi otot

progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak memerlukan


imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, serta dapat

membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan lebih mudah untuk tidur

(Soewondo, 2012). Batasan lain menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif

merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan, stress dan insomnia dengan cara

menegangkan otot dan merilexkannya secara bergantian (Purwanto, 2013).

2.3.2 Teknik-teknik relaksasi

Teknik relaksasi adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi

ketegangan, kecemasan, stres dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Teknik

ini dapat meredahkan amarah dan memberikan perasaan tenang atau rileks

(Purwanto, 2013). Beberapa teknik relaksasi otot progresif yaitu sebagai berikut :

a) Relaksasi otot progresif

Relaksasi otot progresif merupakan teknik untuk membawa seseorang relaks

sampai pada otot-ototnya (Purwanto 2013), percaya bahwa jika seseorang

berada dalam keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi

emosi yang bergelora, baik pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut

dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat jasmani maupun rohani.

b) Otogenik (autogenic training)

Otogenik adalah latihan untuk merasakan berat dan panas pada anggota

gerak, pengaturan pada jantung dan paru-paru, perasaan panas pada perut dan

dingin pada dahi (Varvogli, 2011).

c) Sugesti diri (suggestion technic)

Seseorang dapat melakukan sendiri perubahan kefaalan pada dirinya sendiri,

juga biasa mengatur permunculan-permunculan dari emosinya pada tingkatan

maksimal yang dikehendaki.


d) Melakukan sendiri (self help)

Seseorang diajarkan untuk melakukannya sendiri dengan mempergunakan

alat “bio feedback” agar pasien mengetahui saat-saat tercapainya keadaan

relaks.

2.3.3 Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai penelitian

didalam maupun diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi

subyek penelitian. Beberapa manfaat terapi relaksasi otot progresif yaitu :

1) Mengatasi ketegangan otot

2) Kecemasan

3) Depresi

4) Insomnia

5) Meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidu

6) Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi

2.3.4 Faktor–faktor yang mempengaruhi terapi relaksasi otot progresif

1) Faktor teknik

Faktor teknis ini meliputi kurang terampilnya instruktur dalam memberikan

instruksi, sehingga kesannya kaku. Media dan kondisi ruangan yang

digunakan dalam terapi relaksasi kurang diperhatikan.

2) Faktor dari dalam diri konseli

Konseli kurang bisa mengontrol diri, konseli salah kostum, dan konseli

mengutamakan nilai pribadinya


3) Faktor dari masalah konseli itu sendiri

Beratnya masalah yang dihadapi konseli membuatnya dikuasai masalah,

padahal konseli harus mampu menguasai masalah tersebut meskipun sudah

beberapa kali diterapi tetapi masih kurang menunjukkan perubahan yang

lebih baik.

2.3.5 Mekanisme Relaksasi Otot Progresif Menurunkan Tekanan Darah

Relaksasi otot : memperlebar pembuluh darah dan merenggangkan arteri

Terjadi vasodilatasi pada arteora dan vena yang difasilitasi oleh


pusat

Fasomotor

Reflek baroreseptor

Kecepatan denyut jantung menurun

Kontraksi berkurang

Penurunan tekanan darah

Gambar 2.3 Mekanisme terapi relaksasi otot progresif dalam menurunkan

tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi (Sucipto, 2014).

2.4 Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah lansia

Setiap manusia yang berumur panjang pasti akan mencapai fase menjadi

seorang manusia lanjut usia. Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan

yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia. Menjadi seorang lanjut usia
(lansia) merupakan proses alamiah dimana seorang tersebut telah melewati tiga

fase dalam kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Seseorang yang memasuki

fase lansia akan mengalami kemunduran organ biologis, baik fisik maupun

psikologis (Azizah, 2011).

1) Tugas perkembangan lansia

Menurut Nugroho (2008), tugas perkembangan lansia adalah

mengklarifikasi, memperdalam, dan menemukan fungsi seseorang yang diperoleh

melalui belajar dan beradaptasi seumur hidup. Fatimah (2010), menjelaskan

bahwa tugas perkembangan lansia meliputi penyesuaian terhadap penurunan

kekuatan dan kesehatan fisisk, penurunan pendapatan, pensiun dan kematian

pasangan, menjalin hubungan baru dengan kelompok seusia, beradaptasi dengan

peran sosial, dengan cara fleksibel, dan memantapkan pengaturan kehidupan fisik

yang memuaskan. Menurut Winarno (2009), menyebutkan bahwa keterampilan

lansia beradaptasi terhadap tugas perkembangan lanjut usia dipengaruhi oleh

proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

2) Dampak menua

Proses penuaan selain menyebabkan kemunduran fisik, psikologis,dan

kognitif ternyata juga meningkatkan sensivitas emosional. Peningkatan sensifitas

banyak menimbulkan masalah pada masa tua, sala satunya adalah hipertensi atau

tekanan darah tinggi. Kejadian hipertensi setiap tahun terus meningkat sehingga

perlu penanganansecara tepat untuk mengatasi kejadian tersebut. Salah satu

penanganan hipertensi adalah terapi relaksasi otot progresif, dimana terapi

relaksasi ini dapat menurunkan tekanan darah dengan melatih beberapa otot

termasuk otot jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah keseluruh tubuh,
dapat menurunkan kerja jantung serta merelaksasikan otot-otot yang tegang

termasuk pembuluh darah yang mengalami penyempitan.

Penelitian yang dilakukan oleh Harmono (2010) di Indonesia, pengaruh

terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi sudah dilakukan dan terbukti menurunkan tekanan darah. Penelitian

setara yang dilakukan oleh Valentine et al., (2014), terapi relaksasi otot progresif

terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi primer telah terbukti dan

memiliki hubungan yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi primer. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Praptini,

(2014), terapi relaksasi otot progresif menunjukkan sebelum diberikan latihan

relaksasi, sebagian besar responden mengalami kecemasan berat dan setelah

diberikan latihan relaksasi otot progresif sebanyak 7 kali (7 hari setiap pagi)

didapatkan data tidak ada responden yang mengalami kecemasan berat, sedangkan

pada kelompok kontrol didapatkan hasil tidak ada perbedaan tingkat kecemasan

sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dengan rentang

kecemasan ringan sampai tidak ada kecemasan.


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka

konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang terbentuk melalui generalisasi dari

pengamatan terhadap fenomena-fenomena (Notoatmodjo, 2010). Konsep

penelitian ini merupakan hasil dasar pemikiran peneliti yang kemudian

dikomunikasikan kepada orang lain “apakah terapi relaksasi otot progresif

mempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia”.

Input Proses Output

Terapi relaksasi otot Hipertensi


Tekanan darah
progresif 1. Menurun
2. Tetap
3. Naik
Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang
mempengaruhi terapi mempengaruhi tekanan
relaksasi otot progresif darah tinggi
1. Faktor teknis 1. Jenis kelamin
2. Faktor dari dalam diri konseli 2. Genetik
3. Faktor dari masalah konseli itu 3. Usia
sendiri 4. Psikologis
5. Reaksi obat
6. Hormonal

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Penghubung variabel yang diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia yang menggunakan obat golongan Captopril
di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah dari suatu penelitian.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum

menggunakan fakta. Hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

membuktikan apakah benar adanya atau tidak benar.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia yang menggunakan obat golongan Captopril di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan

Tlogomas Kota Malang.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada

sebuah proses penelitian (Nursalam, 2011). Penelitian ini merupakan penelitan

kuantitatif dengan desain quasi eksperimental. Penelitian quasi eksperimen design

adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap kelompok subjek yang akan diteliti. Bentuk desain quasi eksperimen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Grup Design

yaitu dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak atau

random, kemudian diberi pretest dan posttest untuk mengetahui adakah

perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (Sugiyono,

2010).Adapun desain penelitiannya sebagai berikut :

KE 01 X1 02

KK 01 X1 02

Keterangan :
KE : Kelompok eksperimen
KK : Kelompok kontrol
X1 : Perlakuan terapi relaksasi otot progresif
X1 : Pengukuran tekanan darah tanpa terapi relaksasi otot progresif
01 : Pre test
02 : Post test

Tabel 4.1 Desain penelitian pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi yang menggunakan
obat golongan Captopril di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan
Tlogomas Kota Malang
4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi adalah seluruh lansia yang berjumlah 37 orang yang menderita
hipertensi di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota
Malang

Sampel adalah sebagian lansia yang menderita hipertensi yang


berjumlah 13 orang dengan teknik Simple random sampling

Kelompok perlakuan
Kelompok kontrol
berjumlah 15 orang
berjumlah 15 orang
lansia yang menderita
lansia yang tidak diberi
hipertensi dan diberi
terapi relaksasi otot
terapi relaksasi otot
progresif
progresif

Pengukuran tekanan Pengukuran tekanan


darah (Pre test) pada hari darah (Pre test) pada hari
pertama pertama selama 15 menit

Relaksasi Otot progresif


selama 15 menit dalam Pengukuran tekanan
waktu 5 hari darah (Post test) pada
hari terakhir selama 15
menit
Pengukuran tekanan darah
(Post test) pada hari 7
selama 15 menit

Pengelolaan data dan analisa data (Editing, coding, tabulation,skoring,)


Analisa data : Uji Wilcoxon

Penyajian hasil

Kesimpulan

Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi yang
menggunakan obat golongan captopril di Posyandu Permadi RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Menurut Saifuddin (2013), populasi adalah kelompok subjek yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan lansia di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota

Malang yang menderita hipertensi yang berjumlah 37 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Saifuddin,

2013). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan memberikan

kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai

anggota sampel (Saifuddin, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

lansia di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Malang yang menderita

hipertensi yang berjumlah 30 orang.

Berdasarkan ciri dan sifat tertentu, yaitu:


1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Lansia berusia lebih dari 45-74 tahun

b) Menderita hipertensi

c) Lansia yang mengkonsumsi obat anti hipertensi dengan golongan

Captopril

d) Lansia minimal terdaftar 3x datang posyandu

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Lansia yang tidak kooperatif, tidak mengikuti kegiatan secara penuh


b) Lansia dalam perawatan khusus, mengalami keterbatasan atau kelumpuhan

anggota gerak

c) Lansia yang mengalami gangguan jiwa

Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Nursalam (2013),

sebagai berikut :

N.Za2 p.q
n = -------------------------------
d2. (N-1) + Za2. P.q

37 x (1.96)2 x (0.5) (0.5) 35,53


n = ---------------------------------------------- = --------- = 13
(0.05). (37-1) + (1.96)2 x (0.5) (0.5) 2,76
Keterangan:

n: besar sampel

p: estimator proporsi populasi ( jika tidak diketahui dianggap 50%)

q: 1-p (100%-p)

Za2: harga kurva normal yang tergantung dari harga alpha ( Za 0.05 = 1,96)

N: besar unit populasi

d : toleransi kesalahan yang dipilih (d = 0.05)

Jadi responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 anak.

Untuk mengantisipasi kekurangan sampel oleh karena itu peneliti

menambah 30% dari 11 anak menjadi 15 anak.

4.3.3 Sampling

Sampel dalam penelitian ini diambil secara nonprobability sampling

dengan teknik simple random sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel

dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi

untuk ditetapkan sebagai anggota sampel (Saifuddin, 2013).


4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan

merupakan suatu operasional dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris

atau ditentukan tingkatnya (Setyoadi, 2013).

1) Variabel Independen (bebas)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variavel terikat

(Setyoadi, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi relaksasi otot

progresif

2) Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang keberadaanya dipengaruhi

variabel lain dan timbul akibat adanya variabel bebas (Arikunto, 2011). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diteliti (Nursalam, 2009), sehingga

memungkinkan peneliti itu melakukan penelitian untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Defenisi

operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam

penelitian sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat

diukur dan ditentukan karakteristika.


Tabel 4.5 Definisi operasional pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan pada lansia hipertensi yang menggunakan obat
golongan Captoprildi Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang.
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor

Variabel Merupakan suatu 1. Frekuensi Standar


independen teknik relaksasi yang selama 1 Operasional
Terapi menggunakan minggu Pelaksanaan
Relaksasi serangkaian gerakan dilakukan (SOP)
Otot tubuh yang bertujuan 7 kali
progresif untuk melemaskan pertemuan
dan memberi efek 2. Durasi
nyaman pada seluruh selama 15
tubuh, serta dapat menit
menurunkan
ketegangan otot,
kecemasan dan
tekanan darah tinggi.
Variabel Penyakit yang terjadi 1. Menurun Spygmoman Rasio 1). Normal <120
dependen akibat peningkatan 2. Tetap ometer dan <80
Penurunan tekanan darah 3. Naik digital 2). Prehipertensi
Tekanan sistolik dan diastolik Omron dan 120-139 or
Darah dengan konsisten Stetoskop 80-89
Tinggi diatas 140/90 mmHg premier 3). Tahap I HTN
diatas. 140-159 or
90-99
4). Tahap 2
HTN> 160
or> 100
(JNC VIII,
2015).
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota

Malang dan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2018, mulai dari pengambilan data

sampai dengan penyusunan hasil.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data

(Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti, dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada jumlah

variabel yang diteliti (Sugiyono, 2011)

1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

3) Spygmomanometer digital Omron

4) Stetoskop premier

5) Ballpoint

6) Lembar observasi

7) Standar Operasional Pelaksanaan (SOP)

4.8 Prosedur penelitian/pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peneliti mengurus surat permohonan ijin penelitian dari pihak Universitas Tribhuana

Tunggadewi Malang kemudian diberikan kepada pihak Posyandu Permadi RW 02

Kelurahan Tlogomas Kota Malang

b. Setelah mendapat persetujuan dari pihak Posyandu Permadi RW 02, peneliti

mengajukan surat izin terlebih dahulu kepada Kepala/Pimpinan Kelurahan Tlogomas

Kota Malang
c. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala/Pimpinan Kelurahan Tlogomas peneliti

menyampaikan surat izin tersebut kepada ketua RT dan pihak Posyandu Permadi

RW 02.

d. Setelah di ijinkan oleh ketua RT peneliti melakukan pendekatan kepada masing-

masing calon responden untuk memperoleh kesediaan menjadi responden penelitian

dengan menjelaskan tujuan dan keuntungan dari penelitian

e. Setelah calon responden bersedia ikut serta dalam penelitian ini maka responden

harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) dengan tanpa paksaan

f. Peneliti memberikan pendidikan tentang teknik relaksasi otot progresif berupa vidio

dan menjelaskan tujuan serta manfaatnya

g. Seluruh responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak

15 orang dan kelompok kontrol sebanyak 15 orang

h. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah dengan memasang manset pada lengan

sebelah kiri dengan posisi pasien duduk diatas kursi yang sudah disediakan

i. Kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre test selama 15 menit

sebelum melakukan terapi relaksasi otot progresif

j. Kelompok perlakuan melaksanakan terapi relaksasi otot progresif selama 15 menit

dalam waktu 1 minggu atau sebanyak 7 kali pertemuan pada jam 08.30 wib

k. Kelompok perlakuan post test selama 15 menit sesudah melakukan terapi relaksasi

otot progresif dan kelompok kontrol langsung post test

4.9 Pengolahan dan analisa data

Data mentah yang telah dikumpul oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak

diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena

dengan pengolahan data, data tersebut dapat berarti dan bermakna dalam memecahkan
masalah. Data yang diolah kemudian dianalisa atau dikelompokkan dan membuat suatu

urutan, memanipulasi serta menyingkat data tersebut sehingga mudah untuk dibaca.

4.9.1 Pengolahan data

Pengolaahan data penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010) :

a. Editing

Editing merupakan proses pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan, bila

terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki untuk

mendapat informasi yang benar.

b. Coding

Coding adalah pemberian kode pada tiap-tiap data responden untuk mempermudah

pengolahan data selanjutnya. Kode dalam penelitian ini berdasarkan angka, misalnya:

Responden 1 : 1

Responden 2 : 2

Responden 3 : 3 dst...

c. Tabulating

Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka) dimasukkan

kedalam program atau software komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana.

d. Scoring

Setelah angket dikumpulkan kemudian pengolahan data dilakukan dengan pemberian

skor penelitian.
4.9.2 Analisa Data

Analisa data adalah bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok

penelitian dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkapkan

fenomena (Nursalam, 2011).

1) Analisa univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik

lansia dan mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot

progresif dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tensi sentral atau grafik. Data

berdistribusi normal dan skala data yang digunakan rasio, maka dapat menggunakan

mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi sebagai ukuran penyebaran

(Sudoyo, 2011).

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dianalisis dengan

software SPSS versi 19 dengan menggunakan uji Wilcoxon yaitu untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan antara dua sampel dependen yang berpasangan atau berkaitan

dan digunakan sebagai alternatif pengganti uju Paired sample T Test jika data tidaak

berdistribusi normal. Uji statistik Wilcoxon dengan syarat skala data harus rasio dan

data antar dua kelompok harus berdistribusi normal dengan tingkat kepercayaan 95%

maka jika nilai p kurang dari 0,05 berarti terdapat pengaruh yang bermakna (Sudoyo,

2011).

Uji statistik tersebut dapat ditetapkan sebagai berikut :

1) Hipotesis penelitian H1 diterima dan H0 ditolak jika p value lebih kecil dari alpha 0,05
2) Hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima jika p value lebih besar dari alpha

0,05

4.10. Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap

ilmiah serta menggunakan prinsip etika penilaian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam

penelitian tidak memiliki resiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek

penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosial etika dan menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia. Menurut Arikunto (2011), terdapat 4 prinsip utama dalam

etika penelitian yaitu :

1) Menghormati harkat martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi yang

terbuka berkaitan dengan jalannya penelitan serta memiliki kebebasan menentukan

pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

(autonomy)

2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun

alamat asal subjek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas

serta kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau

identification number) sebagai pengganti identitas responden.

3) Keadilan dan inklusivitas

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan

keuntungan dan beban secara merata. Contohnya dalam sebuah penelitian, peneliti

harus mempertimbangkan aspek keadilan perbedaan hak subjek untuk mendapatkan

perlakuan yang sama baik sebelum maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
Keadilan memiliki macam-macam teori, namun yang terpenting adalah

bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan antar anggota kelompok.

4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan

hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian. Peneliti juga

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.


DAFTAR PUSTAKA

Adisucipto. 2014. Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia

dengan hipertensi di Desa Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek, Edisi V. Jakarta: Rineka

Cipta.

Armilawary. 2007. Keperawatan kardiovaskuler faktor pemicu stroke dan jantung. Jakarta :

Salemba Medika

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azizah, S. N. 2015. Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi primer di Dusun Gondang. Skripsi. Surakarta :

Universitas Muhammadiyah Surakarta: Graha Ilmu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Balitbangkes Kemenkes RI, 2010, Riset Kesehatan Dasar−Riskesdas 2010, Kemenkes RI,

Jakarta: Depkes RI.

Badan Pusat Statistik 2015. Profil Lansia 2015. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.

Provinsi Jawa Timur www//http://jateng.bps.go.id/Publikasi

Darmojo, B. 2011. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut. Jakarta: EGC.

Fatmah, 2010. Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Harmono, R., 2010, Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah klien hipertensi primer di Kota Malang, Tesis, Program Studi Magister Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok: Graha Ilmu.

Hidayat, Aziz Alimul. 2011. Metote penelitian kebidanan teknik analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika
Jacobson et al., 2007. Herbal dan keperawatan komplementer. Yogyakarta : Nuha Medika.

James et al., 2013. Hipertensi pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT Bhuana

Ilmu Populer.

JNC 8, 2015 Express The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Classification hypertension. National Heart, Lung, and Blood Institute : National

Institutes of Health: JAMA

Maryam, R.S, Dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika.

Maryam, S. 2010. Buku Panduan Kader Posbindu Lansia. Jakarta Timur : Cv.Trans Info

Media.

Mashudi. 2011. Pengaruh progressive muscle relaxaation terhadap kadar glukosa darah

pasien diabetes tipe 2 di Rumah sakit umum daerah raden matttaher jambi. Jakarta:

Salemba Medika

Maramis 2009. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, A. 2012 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC

Nursalam 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry, 2010. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol 2, Jakarta: Salemba

Medika

Purwanto, B. 2013. Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuha Medika


Purwanto, B. 2012. Hipertensi (Patogenesis, Kerusakan Target Organ dan

Penatalaksanaan). Cetakan Pertama. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS

press). Jawa Tengah: Graha Ilmu.

Ramadhan. 2009. Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara terpadu.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ramdhani dkk. 2009. Pengembangan multimedia relaksasi. Jurnal Psikologi Vol. 34 No. 2.

Jakarta: Salemba Medika. http://www.pzikologizone.com/langkah-langkah-relaksasi-

otot-progresif

RISKESDAS. 2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI http://www.litbang.depkes.go.id/sites/

Riset Kesehatan Dasar−Riskesdas 2013, Jakarta: Kemenkes RI.

Setiati et al., 2009. Perubahan Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit

Buku kedokteran. Jakarta: Graha Ilmu.

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.

Jakarta: Salemba Medika.

Soewodo 2012. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Shanty, 2011. Hipertensi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Shanty, M., 2011, Silent Killer Diseases−Penyakit yang Diam-diam Mematikan, Javalitera,

Jakarta: Gramedia,

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Valentine, D. A. 2014. Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi di kel. pringapus, kec. pringapus, kab. semarang. Semarang: 28

November (2014) http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3547.pdf


Sucipto, 2014. Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN: 2303-1433. Jakarta: Erlangga

World Health Organization, 2013, Clinical Guidelines for the Management of Hypertension,

WHO Regional Office for the Eastern Mediteranean Cairo.United State : Global Health

Observatory

World Health Organization, 2015. Fact Sheet : Ageing and Health. Cairo.United State :

Global Health Observatory


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik tentang penelitian yang bertujuan
menurunkan tekanan darah tinggi, ketegangan otot, kecemasan, insomnia, nyeri leher dan
punggung, serta meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi pada tubuh. Saya juga telah
mendapatkan penjelasan bahwa terapi relaksasi otot progresif tidak mempunyai dampak
negatif dan peneliti juga sudah menjelaskan bahwa pelaksanaan ini sedikit menyita waktu
karena harus melakukan terapi dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi derajat I dan II di
Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang”. Saya mengerti bahwa saya
akan diminta untuk melakukan suatu perlakuan relaksasi otot selama 15 menit. Saya mengerti
apabila ada hal yang berupa suatu efek negatif dari perlakuan tersebut, maka penelitian akan
dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data peneliti ini akan dirahasiakan dan
kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada
instrument penelitian dan akan disimpan secara terpisah ditempat yang aman.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk ikut serta dalam penelitian ini atau
mengundurkan diri jika suatu saat adanya sanksi atau yang berkaitan dengan kehilangan hak-
hak saya.

Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai resiko dan manfaat penelitian
ini dan mengenai peran serta saya dalam penelitian ini dan telah dijawab secara memuaskan.
Saya secara sukarela dan sadar bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan
menandatangani surat persetujuan menjadi responden.

Peneliti Malang, april 2018

Responden

Indriati Dappa Tadi

2014610070
DATA RESPONDEN

Petuntuk pengisian : Berilah tanda ( ) pada jawaban yang sesuai dengan diri anda

Nama Inisial (Singkatan) :

Usia : .....Tahun

Jenis kelamin :

Pendidikan :

SD Sarjana
SMP Lainnya...
SMA
Pekerjaan :
Petani Swasta
PNS Lainnya

Riwayat kesehatan :
Apakah mengalami gangguan tidur? Ya Tidak
Tinggal serumah dengan siapa? Suami/istri/anak
Diantar siapa pada saat keposyandu? Suami/istri/anak
Apakah mengkonsumsi yang asin? Ya Tidak
Apakah ada keluarga yang menderita hipertensi Ya Tidak
Apakah jantung berdebar terus menerus? Ya Tidak
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN

PENGUKURAN TEKANAN DARAH

TINDAKAN
A. PERSIAPAN ALAT
1. Spygmomanometer digital Omron dan mansetnya
2. Stetoskop premier
3. Ballpoint
4. Lembar observasi
B. PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN
1. Memberi salam/memperkenalkan diri
2. Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya bisa duduk atau berbaring

C. PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Angkat lengan baju pasien
3. Pasang manset 2,5 cm diatas fossa cubital dengan keadaan manset tidak terlalu erat
atau longgar
4. Tentukan denyut nadi arteri radialis dextra / sinistra
5. Buka kunci reservoir
6. Letakkan tensimeter ditempat yang datar
7. Raba arteri brachialis dengan tiga jari tengah
8. Letakkan diafragma stetoskop tepat diatas arteri brachialis
9. Pompa balon sampai airaksa naik
10. Buka skrup balon perlahan-lahan sambil mendengarkan bunyi detak pertama
(siastole) dan detak terakhir (diastole)
11. Bila hasilnya meragukan ulang kembali
12. Turunkan jarum sampai dengan nol dan kunci reservoir
13. Lepaskan manset dan keluarkan udara yang masih tersisa didalam manset
14. Gulung manset dan masukkan kedalam tensi
15. Rapikan pasien
16. Cuci tangan
17. Catat kegiatan dan hasil pengukuran pada lembar catatan pasien
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

(Rochmawati, 2011)

TINDAKAN

A. PERSIAPAN ALAT
1. Spygmomanometer digital Omron
2. Stetoskop premier
3. Ballpoint
4. Lembar observasi
B. PERSIAPAN PASIEN & LINGKUNGAN
1. Memberi salam/memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Menjelaskan prosedur pada keluarga/pengurus
4. Posisikan tubuh pasien secara nyaman atau anjurkan pasien duduk dilantai dan
hindari posisi berdiri
5. Lepaskan aksesoris yang digunakan seperti kacamata, jam dan sepatuh
6. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
C. PELAKSANAAN
Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan
1. Genggam kedua tangan kanan dan kiri sambil membuat suatu kepalan
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
3. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami
5. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan
Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang
1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang
2. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan)
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
2. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi
tegang
Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh kedua telinga.
2. Fokuskan perhatian gerakan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu punggung
atas, dan leher.
Gerakan 5 : Ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi, mata, rahang dan
mulut).
1. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa kulitnya
keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 6 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
1. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di
sekitar otot rahang.
Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
1. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Gerakan 8 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian
depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 9 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.
Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lurus.
Gerakan 11: Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai
turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali lagi
sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gerakan 12 : Ditujukan untuk melatih otot perut
1. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke
otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
LEMBAR OBSERVASI

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

No Pertanyaan Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah responden datang tepat
waktu ?
2 Apakah responden mengikuti
keseluruhan pertemuan ?
3 Apakah responden antusia dalam
melakukan relaksasi otot?
4 Apakah responden melakuan
gerakan 1 dengan benar ?
5 Apakah responden melakuan
gerakan 2 dengan benar ?
6 Apakah responden melakuan
gerakan 3 dengan benar ?
7 Apakah responden melakuan
gerakan 4 dengan benar ?
8 Apakah responden melakuan
gerakan 5 dengan benar ?
9 Apakah responden melakuan
gerakan 6 dengan benar ?
10 Apakah responden melakuan
gerakan 7 dengan benar ?
11 Apakah responden melakuan
gerakan 8 dengan benar ?
12 Apakah responden melakuan
gerakan 9 dengan benar ?
13 Apakah responden melakuan
gerakan 10 dengan benar ?
14 Apakah responden melakuan
gerakan 11 dengan benar ?
15 Apakah responden melakuan
gerakan 12 dengan benar ?
16 Apakah responden melakuan
gerakan 13 dengan benar ?
17 Apakah ada perasaan kecewa ikut
serta dalam kegiatan?
18 Apakah responden aktif dalam
melakukan relaksasi otot
progresif?
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH KELOMPOK PERLAKUAN

No Nama Umur L/P Tekanan darah Pre test hari ke-1 Tekanan darah Post terst hari ke-7
Sistolik Diastolik Kategori sistolik Diastolik Kategori
1 Bu Sri 70 P 190 128 Hipertensi derajat 2 140 90 Hipertensi derajat 1
2 Bu Liati 72 P 184 100 Hipertensi derajat 2 140 80 Hipertensi derajat 1
3 Bpk Safari 60 L 194 100 Hipertensi derajat 2 145 80 Hipertensi derajat 1
4 Bu Nashayana 69 P 163 100 Hipertensi derajat 2 130 70 Prehipertensi
5 Bu Poniti 60 P 196 113 Hipertensi derajat 2 150 80 Hipertensi derajat 1
6 Bu Mulyani 60 P 158 95 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
7 Bu Dewisri 63 P 145 90 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
8 Bu Linah 65 P 178 87 Hipertensi derajat 2 139 87 Prehipertensi
9 Bu Muslimin 65 P 145 89 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
10 Bu Resek 62 P 159 79 Hipertensi derajat 1 120 70 Normal
11 Bpk Siono 60 L 171 108 Hipertensi derajat 2 138 90 Prehipertensi
12 Bu Jumaiya 73 P 168 98 Hipertensi derajat 2 126 75 Normal
13 Bu Sumiati 65 P 150 85 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
14 Bu Liswati 62 P 155 77 Hipertensi derajat 1 120 77 Normal
15 Bu Mariani 66 P 145 83 Hipertensi derajat 1 120 70 Normal
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH KELOMPOK KONTROL

No Nama Umur L/P Tekanan darah Pre test hari pertama Tekanan darah Post terst hari terakhir
Sistolik Diastolik Kategori sistolik Diastolik Kategori
1 Bpk Sunari 60 L 175 86 Hipertensi derajat 2 175 85 Hipertensi derajat 2
2 Bu Ngatemi 61 P 170 82 Hipertensi derajat 2 170 82 Hipertensi derajat 2
3 Bu Ponimah 65 P 150 80 Hipertensi derajat 1 150 80 Hipertensi derajat 1
4 Bpk Dai 68 L 201 137 Hipertensi derajat 2 201 137 Hipertensi derajat 2
5 Bu Hartatik 66 P 155 110 Hipertensi derajat 1 155 110 Hipertensi derajat 1
6 Bu Sakinah 69 P 152 99 Hipertensi derajat 1 152 99 Hipertensi derajat 1
7 Bu Artini 63 P 154 70 Hipertensi derajat 1 154 70 Hipertensi derajat 1
8 Bpk Samad 72 L 196 100 Hipertensi derajat 2 196 100 Hipertensi derajat 2
9 Bu Misti 60 P 165 81 Hipertensi derajat 2 165 81 Hipertensi derajat 2
10 Bu Murti 67 P 164 84 Hipertensi derajat 2 164 84 Hipertensi derajat 2
11 Bu Sulasri 69 P 152 81 Hipertensi derajat 1 152 81 Hipertensi derajat 1
12 Bu Titik 70 P 153 83 Hipertensi derajat 1 153 83 Hipertensi derajat 1
13 Bpk Slamet 73 L 150 85 Hipertensi derajat 1 150 85 Hipertensi derajat 1
14 Bu Tiwu 66 P 160 90 Hipertensi derajat 2 160 90 Hipertensi derajat 2
15 Bu Dii 73 P 149 93 Hipertensi derajat 1 149 93 Hipertensi derajat 1
LEMBAR OBSERVASI

PENGUKURAN TEKANAN DARAH

KELOMPOK PERLAKUAN

No Nama Tekanan darah pre test hari ke-1 Tekanan darah post test hari ke-7

Sistolik Diastolik Kategori Sistolik Diastolik Kategori


LEMBAR OBSERVASI

PENGUKURAN TEKANAN DARAH

KELOMPOK KONTROL

No Nama Tekanan darah pre test hari ke-1 Tekanan darah post test hari ke-7

Sistolik Diastolik Kategori Sistolik Diastolik Kategori


Data pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi

yang menggunakan obat golongan Captopril di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang

No Nama A B C D E Pre test Post test Kategori

1 kategori 1 2 3 4 5 6 7

2 S D S D S D S D S D S D S D S D

10

11

12

13

14

15

Keterangan :

A : Umur D : Pendidikan S : Sistolik

B : Jenis kelamin E : Status kawin D : Diastolik

C : Agama

Anda mungkin juga menyukai