Proposal Indri
Proposal Indri
KOTA MALANG
PROPOSAL
Disusun oleh :
NIM : 2014610070
FAKULTAS KESEHATAN
MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
tekanan darah pada lansia hipertensi yang menggunakan obat golongan captopril
terselesaikan.
Kesehatan
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................31
4.1 Desain Penelitian...................................................................................31
4.2 Kerangka kerja penelitian .....................................................................32
4.3 Populasi dan sampel ..............................................................................33
4.4 Variabel penelitian ................................................................................34
4.5 Definisi operasional ..............................................................................35
4.6 Lokasi dan waktu penelitian..................................................................36
4.7 Instrumen penelitian ..............................................................................36
4.8 Prosedur penelitian ................................................................................37
4.9 Pengolahan dan analisa data..................................................................38
4.10 Etika penelitian.....................................................................................40
Daftar Pustaka ....................................................................................................42
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupannya dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap
kehidupannya yang berawal dari tahap bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa awal
dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011). Tua ditandai dengan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
endokrin dan lain sebagainya akibat gaya hidup yang tidak baik dan menetap
dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi yang ada didunia dan diperkirakan
jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan
hidup. Berdasarkan hasil survei Sensus pada tahun 2015, ditemukan bahwa
jumlah lansia di Jawa Timur telah mencapai 4,45 juta (11,46%) orang dari
penduduk Jawa Timur. Penduduk Kota Malang tahun 2015 sebanyak 851.298
jiwa, yang lansianya sebanyak 75.403 di Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Malang, 2015).
pada arteri dan dinding aorta menurun dan menjadi tebal, sehingga pada
akhirnya menimbulkan penyempitan dan jantung menjadi kurang lentur daripada
sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai arteriosklerosis, jika arteri menjadi terlalu
sempit, darah tidak dapat melaluinya dengan benar, dan bagian tubuh yang
kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan, ketika arteri menyempit terjadi
dilayaninya menjadi kaku, dan terjadi peningkatan tekanan darah atau hipertensi
(Ramadhan, 2009).
menjadi suatu masalah kesehatan serius dan perlu diwaspadai. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, orang kaya maupun miskin dan
saat ini terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah penyakit jantung dan
kanker. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah pada arteri
utama didalam tubuh terlalu tinggi (Shanty, 2011). Hal tersebut terjadi karena
kerja jantung yang berlebihan saat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi dalam tubuh. Hipertensi juga merupakan suatu kondisi paling
umum yang terlihat pada saat perawatan utama yang dapat mengakibatkan infark
miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi dini dan tidak
Data WHO (2013), hipertensi telah menyerang 26,4% populasi yang ada
di dunia. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah akan terus meningkat jika tidak
dilakukan upaya yang tepat (Ardiansyah, 2012). Hasil survey Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi mencapai 10,7% di Jawa Timur dan
Data Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2014, Hipertensi menempati
peringkat kedua dari 10 besar penyakit yang paling banyak dengan jumlah
hipertensi perlu dan harus segera diatasi. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi
farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu obat anti hipertensi
menurunkan berat badan berlebih, latihan fisik secara teratur, menurunkan asupan
garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
(Potter & Perry, 2009). Terapi non farmakologis selalu menjadi pilihan yang
farmakologis relatif mahal dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan
penderita, yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya.
pola hidup sehat, salah satunya dengan terapi komplementer yang menggunakan
bahan-bahan alami yang ada disekitar kita, seperti relaksasi otot progresif,
meditasi, aromaterapi, terapi herbal dan terapi nutrisi. Salah satu terapi yang
efektif dalam menurunkan tekanan darah tinggi adalah terapi relaksasi otot
melepaskan secara berurutan 10 kelompok otot tubuh, dimulai dari kelompok otot
paha dan kaki, pergelangan tangan, lengan bawah, lengan atas perut, dada,
punggung, bahu, leher dan wajah. Teknik relaksasi otot progresif adalah
dan perasaan rileks (Purwanto, 2013). Relaksasi dapat menurunkan tekanan darah
dengan melatih beberapa otot termasuk otot jantung yang berfungsi sebagai
penyempitan. Teknik relaksasi otot progresif juga dapat mengatasi masalah tidur,
mengatasi mual dan muntah, melemaskan otot tubuh yang tegang, meningkatkan
kesegaran dan daya tahan tubuh serta mencegah kekambuhan penyakit yang
pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
terhadap penurunan tekanan darah dimana terapi relaksasi otot progresif secara
bermakna dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Penelitian setara yang dilakukan oleh Valentine et al., (2014), terapi relaksasi
penelitian yang dilakukan oleh (Praptini, 2014) terhadap dua kelompok yakni
mengalami kecemasan berat dan setelah diberikan latihan relaksasi otot progresif
sebanyak 7 kali (7 hari setiap pagi) didapatkan data tidak ada responden yang
tidak ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan setelah perlakuan pada
kelompok kontrol dengan rentang kecemasan ringan sampai tidak ada kecemasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kenender (2015), bahwa teknik relaksasi otot
dalam keadaan tidak sehat baik pikiran maupun perasaan yang tidak
menyenangkan.
(8%) orang mengalami hipertensi derajat II. Lansia yang berjumlah 10 orang
menurunkan tekanan darah dan 8 orang lainnya tidak menggunakan apapun untuk
menurunkan tekanan darah dan semua lansia yang berjumlah 10 orang belum
pernah melakukan terapi relaksasi otot progresif, sehingga peneliti tertarik untuk
Malang.
1.2 Rumusan masalah
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh terapi relaksasi
Malang” ?
1.3 Tujuan
3) Bagi masyarakat
tekanan darah tinggi serta dapat dilakukan secara mandiri sehingga dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 45 tahun keatas atau
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (Azizah, 2011). Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
menjadi dua
yaitu :
1) Teori biologi
a) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu, pada lansia
2011)
2) Teori psikososial
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah, 2011).
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
Epidermis tipis dan rata terutama pada tonjolan-tonjolan tulang dan terjadi
lebih sedikit, dan disertai penurunan cairan tubuh total, yang menimbulkan
gangguan metabolik, atau denervasi saraf pada lansia. Hal ini terjadi
arsitektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun
Otak mengandung 100 juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil per jam,
sehingga terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antara
dan disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel yang terbentuk
yang disertai dengan kemuduran fungsi pada sistem tubuh. Penuaan secara
degeneratif akan menurunkan pula keadaan psikologis dan sosial dari puncak
Bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan fungsi hal ini bisa
dilihat dari bagaimana daya kognisi mereka yang sudah mulai berkurang.
reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan ekonomi serta
Usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang aktif sampai umur
80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia lanjut, namun
sekretoris serta elastisitas vagina juga menjadi berkurang dan pada pria
2) Polifarmasi
farmakodinamik dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat
3) Penyakit
Penyakit adalah masalah yang paling rentan terjadi pada lansia akibat
progresif (Rahayu, 2009), dan terdapat penyakit lain yang sering timbul
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit serius yang sangat
perlu diwaspadai. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun
tua, orang kaya maupun miskin dan saat ini terdaftar sebagai penyakit pembunuh
ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Hipertensi merupakan suatu keadaan
dimana tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi (Shanty,
2011).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90
terhadap kematian akibat stroke dan faktor yang memperberat infark miokard
sering ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter &
Perry, 2010).
darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Seiring bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai
usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.
1) Jenis kelamin
Tekanan darah tinggi lebih rentan pada wanita karena perubahan hormonal
darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan resiko wanita untuk terkena penyakit
Penyakit tekanan darah tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. orang
tua atau anggota keluarga jika memiliki tekanan tekanan darah tinggi, maka
anak pun berpotensi besar untuk mengalami tekanan tekanan darah tinggi.
3) Usia
tinggi yang berpotensi pada stroke. Hal ini terjadi karena sedimentasi sampah
4) Psikologis
Gangguan psikologis atau depresi dapat memicu suatu hormon dalam tubuh
yang merangsang jantung untuk bekerja secara lebih keras, sehinggah sangat
masuk akal jika dalam kondisi ini, detak jantung semakin berdebar lebih keras
dari biasanya.
5) Penyakit
Tekanan tekanan darah tinggi juga disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
menjadi tinggi.
6) Reaksi obat
7) Hormonal
Hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya pada saat emosi,
darah.
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Beberapa gejala yang terjadi pada
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Mudah marah
4) Telinga berdengung
5) Mimisan (jarang)
6) Sukar tidur
7) Sesak nafas
9) Mudah lelah
11) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
merelaksasikan. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi
otot tertentu. Relaksasi otot progresif dapat menurunkan tekanan darah tinggi,
untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh tubuh. Relaksasi otot
membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan lebih mudah untuk tidur
merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan, stress dan insomnia dengan cara
ketegangan, kecemasan, stres dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Teknik
ini dapat meredahkan amarah dan memberikan perasaan tenang atau rileks
(Purwanto, 2013). Beberapa teknik relaksasi otot progresif yaitu sebagai berikut :
berada dalam keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi
emosi yang bergelora, baik pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut
Otogenik adalah latihan untuk merasakan berat dan panas pada anggota
gerak, pengaturan pada jantung dan paru-paru, perasaan panas pada perut dan
relaks.
didalam maupun diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi
2) Kecemasan
3) Depresi
4) Insomnia
1) Faktor teknik
Konseli kurang bisa mengontrol diri, konseli salah kostum, dan konseli
lebih baik.
Fasomotor
Reflek baroreseptor
Kontraksi berkurang
darah lansia
Setiap manusia yang berumur panjang pasti akan mencapai fase menjadi
seorang manusia lanjut usia. Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan
yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia. Menjadi seorang lanjut usia
(lansia) merupakan proses alamiah dimana seorang tersebut telah melewati tiga
fase dalam kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Seseorang yang memasuki
fase lansia akan mengalami kemunduran organ biologis, baik fisik maupun
peran sosial, dengan cara fleksibel, dan memantapkan pengaturan kehidupan fisik
2) Dampak menua
banyak menimbulkan masalah pada masa tua, sala satunya adalah hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Kejadian hipertensi setiap tahun terus meningkat sehingga
relaksasi ini dapat menurunkan tekanan darah dengan melatih beberapa otot
termasuk otot jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah keseluruh tubuh,
dapat menurunkan kerja jantung serta merelaksasikan otot-otot yang tegang
terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
setara yang dilakukan oleh Valentine et al., (2014), terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi primer telah terbukti dan
diberikan latihan relaksasi otot progresif sebanyak 7 kali (7 hari setiap pagi)
didapatkan data tidak ada responden yang mengalami kecemasan berat, sedangkan
pada kelompok kontrol didapatkan hasil tidak ada perbedaan tingkat kecemasan
KERANGKA KONSEP
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Penghubung variabel yang diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia yang menggunakan obat golongan Captopril
di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah dari suatu penelitian.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum
menggunakan fakta. Hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
H1 : Terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
METODE PENELITIAN
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
terhadap kelompok subjek yang akan diteliti. Bentuk desain quasi eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Grup Design
yaitu dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak atau
KE 01 X1 02
KK 01 X1 02
Keterangan :
KE : Kelompok eksperimen
KK : Kelompok kontrol
X1 : Perlakuan terapi relaksasi otot progresif
X1 : Pengukuran tekanan darah tanpa terapi relaksasi otot progresif
01 : Pre test
02 : Post test
Tabel 4.1 Desain penelitian pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi yang menggunakan
obat golongan Captopril di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan
Tlogomas Kota Malang
4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi adalah seluruh lansia yang berjumlah 37 orang yang menderita
hipertensi di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota
Malang
Kelompok perlakuan
Kelompok kontrol
berjumlah 15 orang
berjumlah 15 orang
lansia yang menderita
lansia yang tidak diberi
hipertensi dan diberi
terapi relaksasi otot
terapi relaksasi otot
progresif
progresif
Penyajian hasil
Kesimpulan
Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi yang
menggunakan obat golongan captopril di Posyandu Permadi RW 02
Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Saifuddin,
kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai
anggota sampel (Saifuddin, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
b) Menderita hipertensi
Captopril
2) Kriteria Eksklusi
anggota gerak
sebagai berikut :
N.Za2 p.q
n = -------------------------------
d2. (N-1) + Za2. P.q
n: besar sampel
q: 1-p (100%-p)
Za2: harga kurva normal yang tergantung dari harga alpha ( Za 0.05 = 1,96)
4.3.3 Sampling
dengan teknik simple random sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan
merupakan suatu operasional dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris
dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variavel terikat
(Setyoadi, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi relaksasi otot
progresif
variabel lain dan timbul akibat adanya variabel bebas (Arikunto, 2011). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.
Malang dan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2018, mulai dari pengambilan data
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti, dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada jumlah
4) Stetoskop premier
5) Ballpoint
6) Lembar observasi
Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengurus surat permohonan ijin penelitian dari pihak Universitas Tribhuana
Kota Malang
c. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala/Pimpinan Kelurahan Tlogomas peneliti
menyampaikan surat izin tersebut kepada ketua RT dan pihak Posyandu Permadi
RW 02.
e. Setelah calon responden bersedia ikut serta dalam penelitian ini maka responden
f. Peneliti memberikan pendidikan tentang teknik relaksasi otot progresif berupa vidio
h. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah dengan memasang manset pada lengan
sebelah kiri dengan posisi pasien duduk diatas kursi yang sudah disediakan
i. Kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre test selama 15 menit
dalam waktu 1 minggu atau sebanyak 7 kali pertemuan pada jam 08.30 wib
k. Kelompok perlakuan post test selama 15 menit sesudah melakukan terapi relaksasi
Data mentah yang telah dikumpul oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak
diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan pengolahan data, data tersebut dapat berarti dan bermakna dalam memecahkan
masalah. Data yang diolah kemudian dianalisa atau dikelompokkan dan membuat suatu
urutan, memanipulasi serta menyingkat data tersebut sehingga mudah untuk dibaca.
Pengolaahan data penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010) :
a. Editing
Editing merupakan proses pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan, bila
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki untuk
b. Coding
Coding adalah pemberian kode pada tiap-tiap data responden untuk mempermudah
pengolahan data selanjutnya. Kode dalam penelitian ini berdasarkan angka, misalnya:
Responden 1 : 1
Responden 2 : 2
Responden 3 : 3 dst...
c. Tabulating
Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka) dimasukkan
sederhana.
d. Scoring
skor penelitian.
4.9.2 Analisa Data
Analisa data adalah bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok
1) Analisa univariat
lansia dan mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot
progresif dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tensi sentral atau grafik. Data
berdistribusi normal dan skala data yang digunakan rasio, maka dapat menggunakan
mean sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi sebagai ukuran penyebaran
(Sudoyo, 2011).
2) Analisa Bivariat
bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dianalisis dengan
software SPSS versi 19 dengan menggunakan uji Wilcoxon yaitu untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan antara dua sampel dependen yang berpasangan atau berkaitan
dan digunakan sebagai alternatif pengganti uju Paired sample T Test jika data tidaak
berdistribusi normal. Uji statistik Wilcoxon dengan syarat skala data harus rasio dan
data antar dua kelompok harus berdistribusi normal dengan tingkat kepercayaan 95%
maka jika nilai p kurang dari 0,05 berarti terdapat pengaruh yang bermakna (Sudoyo,
2011).
1) Hipotesis penelitian H1 diterima dan H0 ditolak jika p value lebih kecil dari alpha 0,05
2) Hipotesis penelitian H1 ditolak dan H0 diterima jika p value lebih besar dari alpha
0,05
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap
ilmiah serta menggunakan prinsip etika penilaian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam
penelitian tidak memiliki resiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek
penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosial etika dan menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia. Menurut Arikunto (2011), terdapat 4 prinsip utama dalam
pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
(autonomy)
Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun
alamat asal subjek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas
serta kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
keuntungan dan beban secara merata. Contohnya dalam sebuah penelitian, peneliti
perlakuan yang sama baik sebelum maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
Keadilan memiliki macam-macam teori, namun yang terpenting adalah
hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian. Peneliti juga
Adisucipto. 2014. Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek, Edisi V. Jakarta: Rineka
Cipta.
Armilawary. 2007. Keperawatan kardiovaskuler faktor pemicu stroke dan jantung. Jakarta :
Salemba Medika
Azizah, S. N. 2015. Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes Kemenkes RI, 2010, Riset Kesehatan Dasar−Riskesdas 2010, Kemenkes RI,
Badan Pusat Statistik 2015. Profil Lansia 2015. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Harmono, R., 2010, Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan
darah klien hipertensi primer di Kota Malang, Tesis, Program Studi Magister Ilmu
Hidayat, Aziz Alimul. 2011. Metote penelitian kebidanan teknik analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Jacobson et al., 2007. Herbal dan keperawatan komplementer. Yogyakarta : Nuha Medika.
James et al., 2013. Hipertensi pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer.
JNC 8, 2015 Express The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Maryam, R.S, Dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryam, S. 2010. Buku Panduan Kader Posbindu Lansia. Jakarta Timur : Cv.Trans Info
Media.
Mashudi. 2011. Pengaruh progressive muscle relaxaation terhadap kadar glukosa darah
pasien diabetes tipe 2 di Rumah sakit umum daerah raden matttaher jambi. Jakarta:
Salemba Medika
Maramis 2009. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Gangguan Sistem
Muttaqin, A. 2012 Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka.
Potter, P.A & Perry, 2010. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol 2, Jakarta: Salemba
Medika
Ramdhani dkk. 2009. Pengembangan multimedia relaksasi. Jurnal Psikologi Vol. 34 No. 2.
otot-progresif
Setiati et al., 2009. Perubahan Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit
Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Shanty, M., 2011, Silent Killer Diseases−Penyakit yang Diam-diam Mematikan, Javalitera,
Jakarta: Gramedia,
Valentine, D. A. 2014. Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi di kel. pringapus, kec. pringapus, kab. semarang. Semarang: 28
Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 2 No. 1 ISSN: 2303-1433. Jakarta: Erlangga
World Health Organization, 2013, Clinical Guidelines for the Management of Hypertension,
WHO Regional Office for the Eastern Mediteranean Cairo.United State : Global Health
Observatory
World Health Organization, 2015. Fact Sheet : Ageing and Health. Cairo.United State :
(Informed Consent)
Saya telah mendapat penjelasan dengan baik tentang penelitian yang bertujuan
menurunkan tekanan darah tinggi, ketegangan otot, kecemasan, insomnia, nyeri leher dan
punggung, serta meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi pada tubuh. Saya juga telah
mendapatkan penjelasan bahwa terapi relaksasi otot progresif tidak mempunyai dampak
negatif dan peneliti juga sudah menjelaskan bahwa pelaksanaan ini sedikit menyita waktu
karena harus melakukan terapi dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi derajat I dan II di
Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang”. Saya mengerti bahwa saya
akan diminta untuk melakukan suatu perlakuan relaksasi otot selama 15 menit. Saya mengerti
apabila ada hal yang berupa suatu efek negatif dari perlakuan tersebut, maka penelitian akan
dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data peneliti ini akan dirahasiakan dan
kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada
instrument penelitian dan akan disimpan secara terpisah ditempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk ikut serta dalam penelitian ini atau
mengundurkan diri jika suatu saat adanya sanksi atau yang berkaitan dengan kehilangan hak-
hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai resiko dan manfaat penelitian
ini dan mengenai peran serta saya dalam penelitian ini dan telah dijawab secara memuaskan.
Saya secara sukarela dan sadar bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan
menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Responden
2014610070
DATA RESPONDEN
Petuntuk pengisian : Berilah tanda ( ) pada jawaban yang sesuai dengan diri anda
Usia : .....Tahun
Jenis kelamin :
Pendidikan :
SD Sarjana
SMP Lainnya...
SMA
Pekerjaan :
Petani Swasta
PNS Lainnya
Riwayat kesehatan :
Apakah mengalami gangguan tidur? Ya Tidak
Tinggal serumah dengan siapa? Suami/istri/anak
Diantar siapa pada saat keposyandu? Suami/istri/anak
Apakah mengkonsumsi yang asin? Ya Tidak
Apakah ada keluarga yang menderita hipertensi Ya Tidak
Apakah jantung berdebar terus menerus? Ya Tidak
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
TINDAKAN
A. PERSIAPAN ALAT
1. Spygmomanometer digital Omron dan mansetnya
2. Stetoskop premier
3. Ballpoint
4. Lembar observasi
B. PERSIAPAN PASIEN DAN LINGKUNGAN
1. Memberi salam/memperkenalkan diri
2. Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya bisa duduk atau berbaring
C. PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Angkat lengan baju pasien
3. Pasang manset 2,5 cm diatas fossa cubital dengan keadaan manset tidak terlalu erat
atau longgar
4. Tentukan denyut nadi arteri radialis dextra / sinistra
5. Buka kunci reservoir
6. Letakkan tensimeter ditempat yang datar
7. Raba arteri brachialis dengan tiga jari tengah
8. Letakkan diafragma stetoskop tepat diatas arteri brachialis
9. Pompa balon sampai airaksa naik
10. Buka skrup balon perlahan-lahan sambil mendengarkan bunyi detak pertama
(siastole) dan detak terakhir (diastole)
11. Bila hasilnya meragukan ulang kembali
12. Turunkan jarum sampai dengan nol dan kunci reservoir
13. Lepaskan manset dan keluarkan udara yang masih tersisa didalam manset
14. Gulung manset dan masukkan kedalam tensi
15. Rapikan pasien
16. Cuci tangan
17. Catat kegiatan dan hasil pengukuran pada lembar catatan pasien
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
(Rochmawati, 2011)
TINDAKAN
A. PERSIAPAN ALAT
1. Spygmomanometer digital Omron
2. Stetoskop premier
3. Ballpoint
4. Lembar observasi
B. PERSIAPAN PASIEN & LINGKUNGAN
1. Memberi salam/memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Menjelaskan prosedur pada keluarga/pengurus
4. Posisikan tubuh pasien secara nyaman atau anjurkan pasien duduk dilantai dan
hindari posisi berdiri
5. Lepaskan aksesoris yang digunakan seperti kacamata, jam dan sepatuh
6. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
C. PELAKSANAAN
Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan
1. Genggam kedua tangan kanan dan kiri sambil membuat suatu kepalan
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
3. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami
5. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan
Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang
1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang
2. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan)
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
2. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi
tegang
Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh kedua telinga.
2. Fokuskan perhatian gerakan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu punggung
atas, dan leher.
Gerakan 5 : Ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi, mata, rahang dan
mulut).
1. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa kulitnya
keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 6 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
1. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di
sekitar otot rahang.
Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
1. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Gerakan 8 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian
depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 9 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.
Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lurus.
Gerakan 11: Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai
turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali lagi
sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gerakan 12 : Ditujukan untuk melatih otot perut
1. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke
otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
LEMBAR OBSERVASI
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No Pertanyaan Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah responden datang tepat
waktu ?
2 Apakah responden mengikuti
keseluruhan pertemuan ?
3 Apakah responden antusia dalam
melakukan relaksasi otot?
4 Apakah responden melakuan
gerakan 1 dengan benar ?
5 Apakah responden melakuan
gerakan 2 dengan benar ?
6 Apakah responden melakuan
gerakan 3 dengan benar ?
7 Apakah responden melakuan
gerakan 4 dengan benar ?
8 Apakah responden melakuan
gerakan 5 dengan benar ?
9 Apakah responden melakuan
gerakan 6 dengan benar ?
10 Apakah responden melakuan
gerakan 7 dengan benar ?
11 Apakah responden melakuan
gerakan 8 dengan benar ?
12 Apakah responden melakuan
gerakan 9 dengan benar ?
13 Apakah responden melakuan
gerakan 10 dengan benar ?
14 Apakah responden melakuan
gerakan 11 dengan benar ?
15 Apakah responden melakuan
gerakan 12 dengan benar ?
16 Apakah responden melakuan
gerakan 13 dengan benar ?
17 Apakah ada perasaan kecewa ikut
serta dalam kegiatan?
18 Apakah responden aktif dalam
melakukan relaksasi otot
progresif?
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH KELOMPOK PERLAKUAN
No Nama Umur L/P Tekanan darah Pre test hari ke-1 Tekanan darah Post terst hari ke-7
Sistolik Diastolik Kategori sistolik Diastolik Kategori
1 Bu Sri 70 P 190 128 Hipertensi derajat 2 140 90 Hipertensi derajat 1
2 Bu Liati 72 P 184 100 Hipertensi derajat 2 140 80 Hipertensi derajat 1
3 Bpk Safari 60 L 194 100 Hipertensi derajat 2 145 80 Hipertensi derajat 1
4 Bu Nashayana 69 P 163 100 Hipertensi derajat 2 130 70 Prehipertensi
5 Bu Poniti 60 P 196 113 Hipertensi derajat 2 150 80 Hipertensi derajat 1
6 Bu Mulyani 60 P 158 95 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
7 Bu Dewisri 63 P 145 90 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
8 Bu Linah 65 P 178 87 Hipertensi derajat 2 139 87 Prehipertensi
9 Bu Muslimin 65 P 145 89 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
10 Bu Resek 62 P 159 79 Hipertensi derajat 1 120 70 Normal
11 Bpk Siono 60 L 171 108 Hipertensi derajat 2 138 90 Prehipertensi
12 Bu Jumaiya 73 P 168 98 Hipertensi derajat 2 126 75 Normal
13 Bu Sumiati 65 P 150 85 Hipertensi derajat 1 120 80 Normal
14 Bu Liswati 62 P 155 77 Hipertensi derajat 1 120 77 Normal
15 Bu Mariani 66 P 145 83 Hipertensi derajat 1 120 70 Normal
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH KELOMPOK KONTROL
No Nama Umur L/P Tekanan darah Pre test hari pertama Tekanan darah Post terst hari terakhir
Sistolik Diastolik Kategori sistolik Diastolik Kategori
1 Bpk Sunari 60 L 175 86 Hipertensi derajat 2 175 85 Hipertensi derajat 2
2 Bu Ngatemi 61 P 170 82 Hipertensi derajat 2 170 82 Hipertensi derajat 2
3 Bu Ponimah 65 P 150 80 Hipertensi derajat 1 150 80 Hipertensi derajat 1
4 Bpk Dai 68 L 201 137 Hipertensi derajat 2 201 137 Hipertensi derajat 2
5 Bu Hartatik 66 P 155 110 Hipertensi derajat 1 155 110 Hipertensi derajat 1
6 Bu Sakinah 69 P 152 99 Hipertensi derajat 1 152 99 Hipertensi derajat 1
7 Bu Artini 63 P 154 70 Hipertensi derajat 1 154 70 Hipertensi derajat 1
8 Bpk Samad 72 L 196 100 Hipertensi derajat 2 196 100 Hipertensi derajat 2
9 Bu Misti 60 P 165 81 Hipertensi derajat 2 165 81 Hipertensi derajat 2
10 Bu Murti 67 P 164 84 Hipertensi derajat 2 164 84 Hipertensi derajat 2
11 Bu Sulasri 69 P 152 81 Hipertensi derajat 1 152 81 Hipertensi derajat 1
12 Bu Titik 70 P 153 83 Hipertensi derajat 1 153 83 Hipertensi derajat 1
13 Bpk Slamet 73 L 150 85 Hipertensi derajat 1 150 85 Hipertensi derajat 1
14 Bu Tiwu 66 P 160 90 Hipertensi derajat 2 160 90 Hipertensi derajat 2
15 Bu Dii 73 P 149 93 Hipertensi derajat 1 149 93 Hipertensi derajat 1
LEMBAR OBSERVASI
KELOMPOK PERLAKUAN
No Nama Tekanan darah pre test hari ke-1 Tekanan darah post test hari ke-7
KELOMPOK KONTROL
No Nama Tekanan darah pre test hari ke-1 Tekanan darah post test hari ke-7
yang menggunakan obat golongan Captopril di Posyandu Permadi RW 02 Kelurahan Tlogomas Kota Malang
1 kategori 1 2 3 4 5 6 7
2 S D S D S D S D S D S D S D S D
10
11
12
13
14
15
Keterangan :
C : Agama