Anda di halaman 1dari 32

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN MINI PROJECT

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DI RW 2 WILAYAH KERJA PUSKESMAS BEKASI JAYA

Oleh:
dr. Aisyah Nur Aini

Pendamping:
dr. Fanie Nur Indriani

PUSKESMAS BEKASI JAYA


DINAS KESEHATAN KOTA BEKASI
2018KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua
nikmat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini
project yang berjudul “Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Rw 2 Wilayah Kerja
Puskesmas Bekasi Jaya”. Penyusunan laporan mini project ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang ikut berperan serta baik secara moral
maupun material.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa
hormat kepada :
1. Ibu Kartini Ekowati, SKM selaku kepala Puskesmas Bekasi Jaya
2. dr. Fanie Nur Indriani selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan masukan, saran, dan nasehat dalam penyusunan laporan mini
project ini.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
doa, dukungan, semangat serta bantuan dalam melaksanakan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan mini project yang telah dibuat masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis berharap agar pada penelitian selanjutnya bisa lebih
baik lagi dengan mempertimbangkan saran yang ada. Penulis berharap agar penelitian
ini bermanfaat baik bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat luas.

Bekasi, Januari 2018

ii
dr. Aisyah Nur AinDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
I. PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Perumusan Masalah3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian3
1. Tujuan Penelitian3
2. Manfaat Penelitian4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5


A. Air Susu Ibu (ASI) 5
1. Pengertian ASI 5
2. Komposisi ASI 5
3. Manfaat ASI 9
B. ASI Eksklusif 10
C. Kerangka Konsep 13
III. METODE PENELITIAN14
A. Jenis Penelitian 14
B. Tempat dan Waktu Penelitian 14
C. Desain Penelitian 14
D. Sampel Penelitian 14
E. Metode Pengumpulan Data 14
F. Instrumen Penelitian 15
G. Definisi Operasional 15

iii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16
A. Hasil 16
1. Deskripsi Karakteristik Responden 16
2. Deskripsi Pemberian ASI 17
3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik
18
B. Pembahasan 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN24
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
VI. DAFTAR PUSTAKA26
VII. LAMPIRAN28

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu Formula .........................
8
Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan, Kalori dan Protein bayi menurut U/BB ...........................
11
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................................
16
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Berdasarkan Karakteristik Responden ...............................
17
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Pemberian ASI ..................................................................
18
Tabel 4.3 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan
Karakteristik Responden ..................................................................................
19

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bila setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi

bayi yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan

berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satunya untuk mewujudkan hal

itu adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini.ASI merupakan makanan

pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi tinggi serta terjangkau. Pola

pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit

hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau

menyusui secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian makanan

tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberian ASI diteruskan

sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2010;22).


Menurut DepKes RI (2014), pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya

sebesar 39,5% dari total presentasi di dunia. Pemberian ASI eksklusif di

Indonesia dapat dikatakan buruk, hal ini terkait dengan target pencapaian nasional

pemberian ASI eksklusif sebesar 80% (DepKes RI, 2014). Data UNICEF tahun

2011 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia

baru 14% dan diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan. Berdasarkan

data tersebut ada kurang lebih 86% ibu yang gagal ASI eksklusif, dengan kata lain

ada 86% ibu yang memberikan makanan/minuman lain selain ASI kepada

bayinya sebelum usia 6 bulan. Menurut WHO, tingkat kematian bayi masih tinggi

setiap tahunnya, sekitar 132.000 meninggal sebelum usia 1 tahun dan lebih dari

1
setengahnya terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk serta penyakit infeksi

(Matondang et al., 2008).


Ibu tidak memberikan ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa alasan, antara

lain pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah

sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah

(Yuliarti, 2010). Beberapa rumah sakit memberikan susu formula pada bayi baru

lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Ibu yang mempunyai sosial

ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding

ibu dengan sosial ekonomi yang tinggi, selain itu lapangan pekerjaan bagi

perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol yang artinya

mengurai kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama (Arafah,

2012).
Pengetahuan yang mendasar seperti menyusui pada waktu sekarang ini

tampaknya cenderung semakin terlupakan. Nelvi (2009) menyebutkan proporsi

inisiasi pemberian ASI lambat banyak ditemukan pada ibu yang pengetahuannya

rendah yaitu 35,8%. Tak hanya pengetahuannya saja yang berhubungan dengan

perilaku pemberian ASI eksklusif, namun umur juga berpengaruh seperti yang

dikatakan Pudjiadji (2010) bahwa ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak

dapat menyusui bayinya dengan cukup.


Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang tingkat pencapaian ASI eksklusif

di tiap tahunnya mengalami penurunan di tahun 2012 cakupan ASI eksklusif

sebesar 71% sedangkan di tahun 2013 menurun menjadi 60% (Dinkes, 2014). Di

wilayah kerja Puskesmas Bekasi Jaya, tingkat pencapaian ASI eksklusif hingga

2
bulan Oktober 2017 hanya sebesar 35% terkait dengan target pencapaian nasional,

pemberian ASI eksklusif sebesar 80%.


Mengingat pentingnya ASI eksklusif dalam peningkatan derajat kesehatan

bayi serta masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif yang masih jauh

dari harpaan, maka penulis tertarik ingin mengetahui Gambaran Pemberian ASI

eksklusif oleh ibu-ibu di wilayah Bekasi Jaya.


B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif di rw 2

wilayah kerja puskesmas Bekasi Jaya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di rw 2 wilayah kerja

puskesmas Bekasi Jaya.


b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi karakteristik ibu (umur, pendidikan,

pekerjaan, pengetahuan)di rw 2 wilayah kerja puskesmas Bekasi Jaya.


2) Mengetahui presentase pemberian ASI eksklusif berdasarkan

karakteristik ibu di rw 2 wilayah kerja puskesmas Bekasi Jaya.


2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara

spesifik mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

b. Manfaat Praktis
1) Bagi Masyarakat

3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada orang tua tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

2) Bagi Pelayanan Kesehatan


a) Memberikan masukan kepada sarana pelayanan kesehatan agar

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.


b) Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya

peningkatan cakupan program.


c) Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan

sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.


3) Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang

telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir

dalam menganalisa suatu masalah.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)


1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mammae ibu, yang berguna

sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen

dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak

memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi

yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi

yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI,

sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya,

pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat menghasilkan

pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadji, 2010).


2. Komposisi ASI
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan

karakteristik dan komposisi berbeda yaitu:


a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinanyang diproduksi

sebesar 150–300 ml/hari.Komposisi kolostrum ASI lebih banyak

mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan

ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum

protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level

immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang

5
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga

mencegah alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar

(pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga

mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima

makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58

kalori/100 ml.
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10.

Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein

semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal

ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai

aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa

ini pengeluaran ASI mulai stabil.


c. ASI matang / matur
ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan

volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya

stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus

berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.

Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping

selain ASI.
Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI

yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI

prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang

melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir

6
sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki

kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan

ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih

belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan

terhadap permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).


Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai

menyusu dan akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5

menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan

bening yang hanya mengandung sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini

berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan

membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu

berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan

pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental

dan putih ini berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong,

mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak

lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan

oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak

memperoleh air susu ini (Nelson, 2008).

Tabel 2.1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu Formula

Properti ASI Susu Sapi Susu Formula


Kontaminasi Tidak ada Mungkin ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada

7
pertumbuhan
Protein Jumlah sesuai Terlalu banyak dan Sebagian
dan mudah sukar dicerna diperbaiki
dicerna
Lemak - Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tidak ada lipase -Tidak ada
(ALE), DHA / DHA dan AA
AA - Tidak ada
-Mengandung lipase
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tidak dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dengan baik ekstra tidak
diserap dengan
baik
Vitamin Cukup Tidak cukup vit A,C Vit
ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan :
kerjasama WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000
3. Manfaaat ASI
a. Bagi Bayi
1) ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah
dicerna dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2) ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi
menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk :
 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat
patogen.

8
 Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang
dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa
jenis vitamin.
 Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti
kalsium, magnesium.
3) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat
melindungi bayi selama 0-6 bulan pertama
 ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat
menyebabkan alergi pada bayi.
 ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko
sakit jantung anak pada masa dewasa.
b. Bagi Ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula.
2) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3) Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai
cara mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus
dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum
berusia enam bulan; dan ibu belum haid.
4) Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan
batin antara ibu dan bayi.
5) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang
akan datang.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain.
2) ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan
kapan saja.

9
3) Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang
sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
B. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

hanya diberikan air susu ibu tanpa makanan tambahan lain dianjurkan sampai

enam bulan dan disusui sedini mungkin (Santosa, 2005).


ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan

lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi berumur 0 -

6 bulan (Dinkes, 2008).


Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan

ideal 7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan

kalori 750kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI

yang diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan kalori sebesar 70kkal dan

protein sebesar 1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6 bulan ASI

mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI

menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi

oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.


Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah

berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang

masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya

berongga seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman

akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi,

akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan (Manajemen laktasi, 2004).
Tabel 2.2 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB

10
Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan ± 500 ± 350 8,75
3 bulan ± 600 ± 600 15
4 bulan ± 650 ± 650 16,25
5 bulan ± 700 ± 700 17,5
6 bulan ± 750 ± 750 18,75
7 bulan ± 800 ± 800 20
8 bulan ± 850 ± 850 21,25
9 bulan ± 900 ± 900 22,5
10 bulan ± 950 ± 950 23,75
11 bulan ± 1000 ± 1000 25
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif terdiri dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif terdiri dari umur ibu, pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan.
1. Umur
Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan dengan ibu-ibu yang sudah tua. Hal ini terjadi karena
adanya pembesaran payudara pada setiap siklus ovulasi mulai dari
permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun (Suraatmadja, 1997).
Diatas umur 30 tahun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar alveoli
secara keseluruhan, sehingga ASI yang diproduksi berkurang karena
alveoli merupakan kelenjar penghasil ASI (Whortington Robert, 1997).
Volume ASI yang dihasilkan ditentukan oleh umur ibu pada saat
hamil, ibu yang berumur 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan
cukup ASI dibandingkan dengan yang berumur 30 tahunan. Primipara
yang berumur 35 tahun atau lebih biasanya tidak akan dapat menyusui

11
bayinya dengan jumlah ASI yang cukup (Pudjiadji, 2010). Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tilaili (2000) yang
menyatakan bahwa responden berumur 20-35 tahun lebih baik pola
menyusui bayinya dibanding dengan responden yang berumur lebih dari
35 tahun.
2. Pekerjaan
Bekerja di luar rumah membuat ibu tidak berhubungan penuh dengan
anaknya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula daripada
menyusui anaknya (Roesli, 2005). Pada ibu-ibu yang bekerja di luar
rumah tidak ada waktu untuk menyusui bayinya selama masa jam kerja.
Oleh karena itu, banyak yang menhentikan pemberian ASI kepada bayinya
(Astia, 2005). Proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI eksklusif
pada ibu yang tidak bekerja adalah 60%, dengan risiko 1,5 kali
dibandingkan yang tidak bekerja (Maryuani, 2010)
3. Pendidikan
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada
kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya
terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah (Depkes RI, 2008). Pendidikan
juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam
memberikan inisiasi dini serta memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya (Santoso, 2005).
4. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengalaman
penelitian menyatakan ternyata perilaku yang didasari pengetahuan lebih
baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo,
2008).
Pengetahuan tentang ASI mempunyai peranan dalam perilaku
pemberian ASI secara eksklusif. Rendahnya praktek pemberian ASI

12
eksklusif di Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
ASI (Widoyono, 2008). Dengan adanya pengetahuan mengenai ASI
eksklusif, ibu mempunyai sikap positif dalam memberikan ASI secara
eksklusif pada bayinya.
C. KERANGKA KONSEP

Karakteristik responden :
- Umur ibu
- Pekerjaan
ASI Eksklusif
ibu
- Pendidika
n ibu
- Pengetahu

13
III. METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di posyandu Puskesmas Bekasi Jaya pada bulan

Oktober 2017 minggu pertama.


C. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu suatu subjek

penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan sekaligus pada

suatu saar yang sama (Notoatmojo, 2010).


D. SAMPEL PENELITIAN
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 6 bulan – 5

tahun di posyandu rw 2 wilayah kerja Puskesmas Bekasi Jaya yang diambil secara

acak.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data primer yang

meliputipengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang di peroleh melalui

wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan keusioner yang

diberikan kepada responden.

F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
G. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Umur Penentuan Pernyataan Kuesioner  Muda ≤ 30 tahun Ordinal
umur dalam  Tua > 30 tahun
responden kuesioner (Depkes, 1992)

14
berdasarkan
tahun
kelahiran
Pendidikan Jenjang Pernyataan Kuesioner  Rendah ≤ SMP Ordinal
Ibu pendidikan dalam  Tinggi ≥ SMA
terakhir yang kuesioner
diselesaikan
responden
Pekerjaan Ibu Kegiatan yang Pernyataan Kuesioner  Tidak Bekerja Nominal
dilakukan dalam  Bekerja
responden kuesioner
untuk
mendapatkan
upah atau gaji
Tingkat Tingkat Pernyataan Kuesioner  Rendah < mean Ordinal
Pengetahuan pemahaman dalam  Tinggi ≥ mean
responden kuesioner
tentang ASI
dari
pertanyaan
yang diberikan
Pemberian Cara ibu Pernyataan Kuesioner  Tidak ASI Nominal
ASI dalam dalam eksklusif
pemberian ASI kuesioner  ASI eksklusif
pada bayinya
mulai saat
melahirkan
sampai bayi
berusia 6
bulan

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Bab ini menggambarkan dan menjelaskan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Hasil penelitian akan dilihat berdasarkan karateristik responden yang

meliputi umur, pendidikan, perkerjaan, pengetahuan dan yang terakhir akan

dijelaskan hasil penelitian pemberian ASI Eksklusif berdasarkan karateristik

responden tersebut.

1. Deskripsi Karakteristik Responden


Berikut ini adalah informasi lengkap tentang karakteristik responden.

Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat

pengetahuan.
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Berdasarkan Karakteristik Respoden (N=51)
Persentas
Karakteristik Kategori Jumlah
e (%)
Umur Muda 31 60,8%
Tua 20 39,2%

Pendidikan Rendah 20 39,2%


Tinggi 31 60,8%

Pekerjaan Tidak Bekerja 43 84,3%


Bekerja 8 15,7%

Tingkat Pengetahuan Rendah 13 25,5%


Tinggi 38 74,5%

Pada Tabel 4.1 Distribusi jumlah berdasarakan karakteristik responden,

diperoleh gambaran umur yaitu, 31 orang (60,8%) berumur muda dan 20

16
orang (39,2%) berumur tua. Dari hasil analisis data tersebut didapatkan

sebagian besar responden berumur muda.


Berdasarkan pendidikan, responden dibagi atas dua kategori yaitu

pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan

bahwa responden berpendidikan tinggi yaitu 31 orang (60,8%) sedangkan 20

orang (39,2%) berpendidikan rendah.


Berdasarkan status pekerjaan, diperoleh gambaran responden yang tidak

bekerja sebanyak 43 orang (84,3%) sedangkan responden yang bekerja 8

orang (15,7%).
Berdasarkan tingkat pengetahuan, responden dengan tingkat pengetahuan

rendah sebanyak 13 orang (25,5%) sedangkan tingkat pengetahuan tinggi

sebanyak 38 orang (74,5%).


2. Deskripsi Pemberian ASI
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Pemberian ASI (N=51)
Pemberian ASI Jumlah Presentase (%)
Tidak Eksklusif 18 35,3%
Eksklusif 33 64,7%

Pada Tabel 4.2 Distribusi jumlah berdasarkan gambaran pemberian ASI

yaitu, 18 orang (35,3%) responden memberikan ASI secara tidak eksklusif

dan 33 orang (64,7%) responden memberikan ASI secara eksklusif. Dari tabel

tersebut didapatkan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI secara

eksklusif.
3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik
Tabel 4.3 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan
Karakteristik Responden(N=51)

Karakteristik Kategori Pemberian ASI


Tidak Eksklusif Eksklusif Total

17
Jml % Jml % Jml %
Umur Muda 8 25,8% 23 74,2% 31 100%
Tua 10 50% 10 50% 20 100%

Pendidikan Rendah 4 20% 16 80% 20 100%


Tinggi 14 45,2% 17 54,8% 31 100%

Pekerjaan Tidak Bekerja 14 32,6% 29 67,4% 43 100%


Bekerja 4 50% 4 50% 8 100%

Pengetahuan Rendah 6 46,2% 7 53,8% 13 100%


Tinggi 12 31,6% 26 68,4% 38 100%

Dari hasil penelitian pada Tabe 4.3 gambaran pemberian ASI eksklusif

berdasarkan karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI

eksklusif paling banyak pada ibu berumur muda yaitu 23 orang (74,2%), lebih

besar dari proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu berumur tua yaitu 10

orang (50%).

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memberikan

ASI eksklusif memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 16 orang (80%),

sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 17

orang (54,8%).

Tabel 4.3 menunjukan bahwaproporsi pemberian ASI eksklusif dominan

pada ibu yang tidak bekerja yaitu 29 orang (67,4%), lebih besar dari pada ibu

yang bekerja yaitu 4 orang (50%).

Tabel 4.3 menunjukan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif paling

besar pada responden yang pengetahuannya tinggi yaitu 26 orang (68,4%),

sedangkan responden yang pengetahuannya rendah 7 orang (53,8%).

18
B. PEMBAHASAN
1. Interpretasi dan Hasil Diskusi
Penelitian ini menggabarkan bahwa masih cukup banyak proporsi ibu

yang memberikan ASI secara tidak eksklusif, dimana ibu sudah memberikan

makanan dan minuman lain selain ASI sebelum bayi mereka berusia 6 bulan.

Dapat dikatakan cakupan perilaku ibu menyusui secara eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Bekasi Jaya masih rendah. Rendahnya pemberian ASI

eksklusif pada penelitian ini kemungkinan karena pemberian makanan

pendamping ASI yang terlalu dini, masih ada responden yang memberikan

minuman selain ASI dari 3 hari setelah bayi dilahirkan, diantaranya ada yang

memberikan susu formula dan madu karena dengan alasan air susunya belum

keluar dan dikhawatirkan kondisi bayi menjadi tidak sehat karena kekurangan

cairan.
Hasil pada penelitian ini juga tidak jauh beda dengan hasil laporan SDKI

2002-2003 yaitu bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan masih

rendah. Dari hasil yang didapatkan sebesar 64,7%, perolehan presentase

pemberian ASI eksklusif tersebut masih jauh lebih rendah dari target

Departemen Kesehatan yaitu 80%. Rendahnya cakupan pemberian ASI

eksklusif masih merupakan masalah yang harus diperhatikan semua pihak.

Hal ini menjadi penting karena ASI eksklusif sangat berperan dalam

meningkatkan derajat kesehatan bangsa (Depkes, 2011). Ini perlu

mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah karena program

19
penggalakan ASI eksklusif belum berjalan dengan baik, dan para ibu belum

menyadari bahwa pemberian makanan pada bayi kurang dari 6 bulan dapat

membahayakan keselamatan bayi karena berhubungan dengan pencernaan

bayi yang belum sempurna. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas ASI

yang dikonsumsi bayi menjadi rendah.


Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden berumur

kurang dari 30 tahun lebih banyak memberikan ASI eksklusif dari pada ibu

yang berumur lebih dari 30 tahun. Penelitian ini sejalan dengan yang

dikatakan Roesli (2010), bahwa umur 20-30 tahun merupakan rentang umur

yang aman untuk berproduksi dan pada umumnya ibu pada umur tersebut

memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik daripada yang berumur lebih

dari 30 tahun. Dengan demikian bahwa ibu yang berusia 20-30 tahun

memiliki peluang lebih besar untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden ibu yang

menyusui bayinya memiliki pendidikan tinggi. Tetapi berbeda dengan hasil

analisa univariat yang menggambarkan bahwa proporsi responden dengan

pendidikan rendah lebih banyak memberikan ASI eksklusif dibandingan

dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini memberikan

informasi bahwa tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh pada

pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penyataan

Green 2007 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi sesorang berperilaku, termasuk berperilaku dalam

20
pemberian ASI eksklusif, dengan demikian bahwa ibu yang berpendidikan

tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya.


Pada hasil penelitian ini, analisa univariat menunjukkan bahwa adanya

perbandingan yang tidak imbang antara responden yang bekerja dengan

responden yang tidak bekerja, karena total responden di Rw 2 wilayah kerja

Puskesmas Bekasi Jaya yang memberikan ASI eksklusif didominasi oleh

responden yang tidak bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Nuryanto (2012) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja

mempunyai resiko 1,16 kali untuk menghentikan pemberian ASI

dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Mungkin dalam hal ini ibu yang bekerja

lebih memilih susu sapi sebagai satu-satunya jalan keluar dalam pemberian

makanan bayi yang ditinggalkan dirumah. Hal tersebut menjadi salah satu

penyebab terjadinya penurunan penggunaan ASI karena ibu yang bekerja dan

ibu yang tidak bekerja tidak memiliki kesempatan yang sama besar untuk bisa

menyusui secara eksklusif.


Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting bagi terbentuknya

perilaku seseorang, dan pengetahuan juga merupakan langkah awal dari

pembuatan keputusan yang akhirnya seseorang akan berbuat atau berperilaku

sesuai degan pengetahuan yang diperolehnya (Notoatmodjo, 2013). Dengan

demikian orang yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang ASI

eksklusif maka akan melakukan praktek pemberian ASI eksklusif.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, penyuluhan,

21
dan informasi dari media massa. Dengan adanya pengetahuan tersebut akan

menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi sikap mereka. Hasil atau

perubahan sikap ini akan bersifat jangka panjang karena didasari oleh

kesadaran mereka sendiri, bukan karena paksaan. Konsep teori ini sejalan

dengan hasil penelitian, dimana ditemukan data responden dengan

pengetahuan tinggi lebih besar yang memberikan ASI eksklusif. Dengan data

ini memberikan gambaran bahwa pemberian ASI eksklusif dapat tercapai bila

tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi tinggi.

22
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Karakteristik umur responden lebih banyak berumur muda

60,8%, lebih dari separuh berpendidikan tinggi, mayoritas tidak

bekerja, dan mayoritas responden juga memiliki pengetahuan tinggi.


2. Hasil penelitian menunjukkan 64,7% responden memberikan

ASI secara eksklusif kepada bayinya, dimana angka tersebut masih

jauh dari angka cakupan sebesar 80%.


B. SARAN
1. Saran bagi Dinas Kesehatan Kota Bekasi

Faktor pengetahuan dan pekerjaan responden akan mempengaruhi

tingkat pemberian ASI eksklusif, untuk dinas kesehatan kota Bekasi

perlu melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Perlunya penyebaran informasi mengenai manfaat dan cara

memberi ASI yang baik dan benar kepada ibu yang memiliki bayi

dan balita melalui berbagai seminar, penyuluhan, konseling dan

media.
b. Mengusulkan kepada pemerintah kota Bekasi agar dibuat suatu

kebijakan kepada ibu yang bekerja agar berikan agar diberikan

waktu dan tempat khusus untuk memerah ASI saat bekerja,

sehingga ibu dapat memberikan ASI kepada anaknya.


c. Mengadakan pelatihan kepada kader mengenai manajemen

laktasi.
2. Bagi Puskesmas Bekasi Jaya

23
Perlu ditingkatkan target mengenai pencapaian ASI eksklusif dengan

cara:
a. Petugas kesehatan harus mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai ASI dan kemampuan konseling dan menyuluh.


b. Melakukan evaluasi setiap bulannya terhadap keberhasilan

kepada petugas kesehatan dalam melakukan konseling,

penyuluhan, dan pelaporan.


3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, dan subjek penelitian

adalah ibu, selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan petugas

kesehatan sebagai subjeknya, karena terkait dengan penelitian yang

akan datang dengan variabel yang berbeda.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Nur. 2012Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi


Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. Medan:
FK USU

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Buku Bagan Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media,
Jakarta

Matondang, C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu.
Dalam: Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar Alergi-
Imunologi Anak, Edisi II. Badan Penerbit IDAI, Jakarta

Nelson E Waldo.2008.Text Book of Paediatric 18th edition. Philadelphia: Saunders

Notoatmodjo, S. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Cetakan


Kedua. Rineka Cipta, Jakarta

Notoadmojo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitan Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Notoadmojo, Soekidjo, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta:


Jakarta

Pudjiadji, Solihin. 2010. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran

Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif Edisi III. Trubus Agriwidya, Jakarta

Santosa, A. 2005. Seni Menyusui Bayi: Bagaimanakah teknik menyusui paling baik
bagi bayi, Progres, Jakarta

WHO. 2012. World Health Statistics 2012. World Health Organization, France

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Erlangga, Jakarta

25
LAMPIRAN

KUESIONER

Identitas Anak
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Identitas Responden
Nama Ibu :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
PENGETAHUAN
1. Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila jawaban ya, apa pengertian ASI eksklusif menurut ibu ?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan
padat sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat
sampai usia 2 tahun
3. Menurut ibu kapan kah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap,
barulah diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan
4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak

1
5. Bila jawaban ya, manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ?
a. Memberi nutrisi
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Semua jawaban benar
6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ?
a. Kolostrum
b. Antibodi
c. Protein susu, taurin, karbohidrat ,lemak
d. Semua benar
7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif bikin anak cerdas dan mandiri
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. A dan B benar
d. Semua salah
8. Apakah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan
manfaat bagi ibu ?
a. Ya
b. Tidak
9. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ?
a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan
b. Menunda kehamilan berikutnya
c. Lebih cepat langsing
d. Semua jawaban benar
10. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa
bayi dilanjutkan diberikan ASI ?
a. ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif
b. 8 bulan
c. 1 tahun
d. 2 tahun

Anda mungkin juga menyukai