Anda di halaman 1dari 14

ANALISA KASUS KORUPSI

DRAMA SIDANG KTP ELEKTRONIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Bebas Anti Korupsi

Disusun oleh:
Rima Fatimah Zahra
34403516104
3B

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR
JL. Raya Pasir Gede, No. 19, (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur 43216
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang
selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Pendidikan Bebas Anti Korupsi dengan judul
“Analisa Kasus Korupsi Drama Sidang KTP Elektronik”.

Makalah ini berisikan mengenai keadaan korupsi di Indonesia saat ini disertai dengan
sebab dan akibat dari korupsi yang terjadi. Selain itu, dijelaskan juga hukum yang mengatur
tentang korupsi di Indonesia. Sesuai dengan judul, penulis juga menjelaskan mengenai hasil
analisa penulis tentang kasus korupsi penyalahgunaan KTP yang dilakukan oleh Swtya
Novanto dimana Negara mengalami kerugian besar akibat kasus ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Cianjur, 21 November 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

A. Korupsi di Indonesia .............................................................................................. 1

B. Hukum Peraturan Perundang-Undangan tentang Korupsi di Indonesia ................ 1

C. Kasus Korupsi ....................................................................................................... 2

D. Analisa Kasus Korupsi ............................................................................................ 8

E. Penutup ................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11


A. Korupsi di Indonesia
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan atau sebagainya) untuk kepentingan pribadi,
orang lain, atau kelompok tertentu.
Perbuatan yang termasuk dalam korupsi diantaranya memberi atau menerima hadiah
atau janji (penyuapan), penggelapan dana, pemerasan ketika menjabat, dan lainnya.
Korupsi di Indonesia bisa terjadi karena beberapa faktor. Kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri merupakan faktor yang paling menonjol dalam merata dan
meluasnya korupsi di Indonesia. Faktor lainnya adalah kurangn ya pengawasan dan
penegakkan hukum.
Pada dasarnya, korupsi muncul bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, namun
juga karena adanya kesempatan. Adanya pejabat atas yang kurang memperhatikan
pekerjaan bawahannya, kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan oleh
pemerintah, proyek yang melibatkan dana rakyat dalam kuantitas besar, lemahnya
ketertiban hukum, penegak hukum yang kurang tegas, dan kurangnya kebebasan rakyat
dalam melaporkan tindak korupsi, menyebabkan korupsi tumbuh subur di Indonesia.
Suburnya korupsi di Indonesia membawa pengaruh yang sangat buruk bagi negeri ini.
Korupsi mempengaruhi sector politik di negeri ini, sehingga mempersulit pelaksanaan
demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) dengan cara
menghancurkan proses birokrasi.
Korupsi juga membuat pembangunan ekonomi di Indonesia menjadi sulit
berkembang. Dalam sector industry, korupsi meningkatkan biaya yang dikeluarkan
pelkau usaha karena munculnya kerugian karena penyuapan ketika negosiasi dengan
pejabat korupsi. Pada sector publik, korupsi pejabat membuat dana pemerintah
diinvestasikan ke proyek-proyek masyarakat yang lebih menguntungkan mereka.
Akibatnya, kesejahteraan rakyat pun menurun. Jurang antara yang kaya dan yang miskin
semakin besar.

B. Hukum Perundang-Undangan tentang Korupsi di Indonesia


Saat ini, pemberantasan korupsi dilaksanakan oleh beberapa institusi, yaitu Tim
Tipikor (Tindak Pidana Korupsi), Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian,
Kejaksaan, dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Adanya institusi
pemberantasan dan tindak pidana kotupsi ini tentunya tidak terlepas dari asal mula
mereka, yaitu amanat dari beberapa landasan hukumnya, diantaranya:
1. TAP MPR RI No. XI/MPR/1998
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 1999
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1999
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 1999
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1999

C. Kasus Korupsi
“DRAMA SIDANG KTP ELEKTRONIK”

Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia begitu marak. Salah satunya ialah
kasus proyek kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) dengan
tersangka Setya Novanto yang menghebohkan publik. Setya ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
pada 17 Juli 2017. Namun status tersangka atas dirinya tidak berlangsung lama.

Pada 29 September 2017, status tersangka itu dibatalkan hakim praperadilan


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Cepi Iskandar. Setya Novanto memenangkan
sidang praperadilan dan putusan hakim menyatakan status tersangka atas dirinya
tidak sah.
Tidak selesai di sana, KPK melakukan penyelidikan baru untuk
pengembangan perkara e-KTP dalam proses penyelidikan ini hingga akhirnya
menetapkan kembali Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP pada 10
November 2017. Setya pun kembali menggugat keabsahan status tersangka atas
dirinya untuk kali kedua.

Pada Rabu, 13 Desember 2017, sidang putusan praperadilan Setya akan


digelar. Sidang itu berpacu dengan sidang perdana pokok perkara Setya di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi juga akan digelar di hari yang sama. Ketika
hakim mengetok palu memulai sidang perdana pokok perkara Setya, otomatis
sidang praperadilan pun gugur.

Berikut perjalanan kasus Setya Novanto:

17 Juli 2017

KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus


korupsi pengadaan e- KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-
2012, saat Setya menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut
mengatur agar anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota
DPR. Selain itu, Novanto diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam
proyek e-KTP. Bersama pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Setya
diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun.

18 Juli 2017

Setya Novanto menggelar jumpa pers menanggapi penetapannya sebagai


tersangka. Setya mengaku akan mengikuti proses hukum yang berjalan. Namun ia
menolak mundur dari Ketua DPR ataupun Ketua Umum Partai Golkar.

22 Juli 2017

Setya Novanto hadir dalam satu acara dengan Ketua Mahkamah Agung
Hatta Ali dalam sidang terbuka disertasi politikus Partai Golkar Adies Kadir di
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Ketua Generasi Muda Partai Golkar Ahmad
Doli Kurnia meyakini kesempatan ini digunakan Setya Novanto untuk melobi Hatta
Ali untuk menenangkannya di praperadilan. Namun, Hatta menegaskan
kehadirannya murni sebagai penguji. Golkar memecat Doli Kurnia atas tudingannya
ini.
4 September 2017

Setelah lebih dari sebulan berstatus tersangka, Setya Novanto resmi


mendaftarkan gugatan praperadilan terhadap KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Gugatan terdaftar dalam nomor 97/Pid.Prap/2017/PN Jak.Sel. Setya
meminta penetapan statusnya sebagai tersangka oleh KPK dibatalkan.

11 September 2017

KPK memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun,


Setya tidak hadir dengan alasan sakit. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus
Marham bersama tim kuasa hukum Setya mengantarkan surat dari dokter ke KPK.
Menurut Idrus, Novanto saat itu masih menjalani perawatan di RS Siloam,
Semanggi, Jakarta. Hasil pemeriksaan medis, gula darah Setya naik setelah
melakukan olahraga pada Ahad, 10 September 2017.

12 September 2017

Setya Novanto mengirimkan surat ke KPK melalui Wakil Ketua DPR Fadli
Zon. Setya meminta KPK menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai
putusan praperadilan keluar. Surat itu sempat menuai protes karena dikirim
menggunakan kop DPR. Namun, KPK menilai proses praperadilan adalah hal yang
terpisah dari proses penyidikan. Karena itu, KPK tetap akan menjadwalkan
pemeriksaan Setya Novanto sebagai tersangka.

18 September 2017

KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka.


Namun, lagi-lagi Setya tidak hadir karena sakit, bahkan hingga menjalani
kateterisasi jantung di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur.

22 September 2017

Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan KPK dalam praperadilan Setya
Novanto. KPK menganggap keberatan Setya soal status penyelidik dan penyidik
KPK adalah keliru. Kepala Biro Hukum KPK Setiadi menilai, pengacara Setya
sebaiknya mempermasalahkan status penyelidik dan penyidik melalui Pengadilan
Tata Usaha Negara, bukan praperadilan. Namun, Hakim Cepi tak sependapat dengan
Setiadi. Menurut dia, status penyidik dan penyelidik KPK yang dipersoalkan pihak
Setya bukan merupakan sengketa kepegawaian tata usaha negara.
25 September 2017

Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan keputusan agar


Setya Novanto non-aktif dari posisi Ketua Umum Golkar. Internal Partai Golkar
mulai bergejolak dengan kondisi Setya yang berstatus tersangka KPK dan tengah
sakit.

26 September 2017

Sidang praperadilan Setya Novanto kembali berlanjut. Pihak


Setya mengajukan bukti tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari
BPK terhadap KPK pada tahun 2016. LHP itu terkait pengangkatan penyidik di
KPK. Namun KPK keberatan dengan bukti itu karena didapatkan dari Pansus
Angket terhadap KPK di DPR.

27 September 2017

Hakim Cepi menolak permintaan KPK untuk memutar rekaman di


persidangan. Padahal, KPK yakin rekaman tersebut bisa menunjukkan bukti kuat
mengenai keterlibatan Setya Novanto dalam proyek e-KTP.

29 September 2017

Setelah menjalani serangkaian sidang, hakim tunggal Cepi Iskandar


mengabulkan sebagian permohonan Setya. Penetapan Setya sebagai tersangka oleh
KPK dianggap tidak sah alias batal. Hakim juga meminta KPK untuk menghentikan
penyidikan terhadap Setya. Hakim Cepi beralasan, penetapan tersangka Setya
Novanto tidak sah karena dilakukan di awal penyidikan, bukan di akhir penyidikan.
Hakim juga mempermasalahkan alat bukti yang digunakan KPK untuk menjerat
Setya Novanto. Sebab, alat bukti itu sudah digunakan dalam penyidikan terhadap
Irman dan Sugiharto, dua pejabat Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis di
pengadilan.

5 Oktober 2017

KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan perkara e-KTP,


dalam proses penyelidikan KPK meminta keterangan sejumlah pihak dan
mengumpulkan bukti relevan. Dalam proses penyelidikan, Setya Novanto dua kali
tidak hadir untuk dimintai keterangan, yakni pada 13 dan 18 Oktober 2017 dengan
alasan sedang ada tugas kedinasan.
31 Oktober 2017

KPK menerbitkan sprindik atas nama tersangka Setya Novanto. Di perkara


ini, Setya Novanto disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang
Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.

3 November 2017

KPK mengantarkan surat perintah dimulainya penyidikan ke rumah Setya


Novanto di Jalan Wijaya 13, Melawai, Kebayoran Baru.

10 November 2017

KPK kembali menetapkan Setya Novanto menjadi tersangka e-KTP.


Pengumuman penetapan tersebut disampaikan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang
di Gedung KPK di kawasan Kuningan Jakarta. Sebagai pemenuhan hal tersangka,
KPK mengantarkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada
yang bersangkutan ke kediaman Setya.

15 November 2017

KPK menjemput paksa Setya Novanto karena sudah tiga kali mangkir saat
dipanggil KPK untuk dimintai keterangan. Enam pegawai KPK menyambangi Setya
Novanto di kediamannya, Jalan Wijaya XIII Nomor 19, Melawai, Jakarta Selatan
pada Rabu malam, 15 November 2017. Para penyidik menggeledah rumah Setya
hingga dinihari. Namun Setya tidak ada di rumah dan tidak diketahui keberadaannya
hingga ditetapkan sebagai daftar pencarian orang (DPO).

16 November 2017

Setya Novanto dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau setelah


mobil yang dia tumpangi mengalami kecelakaan tunggal di daerah Permata Hijau,
Jakarta Barat.

17 November 2017

Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menahan Setya Novanto sebagai


tersangka e-KTP. Namun, karena sakit, Setya dibantarkan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM).
20 November 2017

Setya Novanto menjalani pemeriksaan perdana selaku tersangka dan tahanan


kasus dugaan korupsi e-KTP di Gedung KPK, usai dijemput dari RSCM.

5 Desember 2017

KPK menyatakan berkas perkara tersangka kasus korupsi proyek


pengadaan e-KTP Setya Novanto telah P21 atau lengkap untuk dilimpahkan ke
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

6 Desember 2017

Berkas kasus e-KTP dengan tersangka Setya Novanto dilimpahkan jaksa


KPK ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Berkas tersebut berupa dakwaan dan berita acara pemeriksaan dalam enam buku.
Tingginya mencapai 1 meter.

7 Desember 2017

Sidang perdana praperadilan Setya Novanto digelar di Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan.

8 Desember 2017

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kembali menggelar sidang lanjutan


gugatan praperadilan Setya Novanto terhadap KPK dengan agenda mendengarkan
jawaban dari KPK serta penyerahan barang bukti surat, dan mendengarkan
keterangan saksi dari pihak Setya. Di hari yang sama, dua pengacara Setya Novanto,
Otto Hasibuan dan Fredrich Yunadi, memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai
kuasa hukum tersangka kasus dugaan korupsi KTP elektronik tersebut

11 Desember 2017

Sidang lanjutan praperadilan Setya Novanto dengan agenda mendengarkan


keterangan saksi digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

13 Desember 2017

Sidang putusan praperadilan Setya Novanto akan digelar di Pengadilan


Negeri Jakarta Selatan. Di hari yang sama sidang perdana pokok perkara Setya juga
akan digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Hakim tunggal praperadilan
Setya Novanto, Kusno mengatakan gugatan Setya dinyatakan gugur saat hakim
mulai memeriksa pokok perkara kasus e-KTP di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat.

D. Analisa Kasus Korupsi

“Indonesia merupakan negara hukum”. Pernyataan ini seharusnya membuat warga


Indonesia termasuk pejabat takut akan melakukan pelanggaran. Namun pada
kenyataannya justru malah miris sekali. Salah satu pelanggaran yang fatal yang masih
banyak terjadi di Indonesia bahkan tak pernah kunjung hilang ialah korupsi. Korupsi ini
merupakan tindakan yang sangat merugikan negara dengan dampak yang begitu besar
pada perubahan tatanan negara, mulai dari sektor industri, politik, bahkan hingga
ekonomi.

Kasus korupsi di Indonesia yang penulis pilih ialah kasus penyalahgunaan e-KTP
yang mana kasus ini sempat menggemparkan publik di tahun 2017. Dilihat dari kronologi
diatas, tampak institusi yang ikut serta dalam pemberantasan korupsi diantaranya ialah
KPK, Badan Pegawas Keuangan (BPK), kepolisian dan kejaksaan telah bekerja dengan
sebaik-baiknya dalam menangani kasus korupsi e-KTP yang dilakukan oleh Setya
Novanto sebagai tersangka. Kasus ini berjalan sangatlah rumit dan panjang, karena
tersangka atau Setya Novanto ini tampak menghindari proses hukum yang terjadi pada
dirinya. Hal ini pun mencerminkan bahwa pejabat yang memegang wakil dari rakyat yang
terpilih tidak menempatkan dirinya sebagai pembela rakyat dalam menjalankan tugasnya.
Lemahnya kesadaran akan tugas dan tanggung jawab serta penyalahgunaan jabatan yang
dimiliki di dukung dengan adanya kesempatan membuat para “wakil rakyat” ini terjerat
dalam kasus korupsi di Indonesia. “keserakahan” yang mendarah daging menjadikan tak
ada rasa puas-puasnya terhadap apa yang dimiliki.

Setya Novanto telah terbukti melakukan pelanggaran yaitu penggelapan dana. Dalam
hal ini, Setya Novanto melanggar Pasal 3 atau Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1), ke-1 KUHP.
Sebagaimana terungkap dalam fakta persidangan korupsi KTP elektronik ini terbukti
telah direncanakan sejak perencanaan yang dilakukan dalam dua tahap yaitu
penganggaran dan proses pengadaan barang dan jasa.
KPK menetapkan Setya Novanto sebagai tersangka karena diduga dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi dengan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatannya.

Kasus ini mengakibatkan kerugian keuangan Negara, perekonomian Negara


sekurang-kurangnya Rp. 2,3 triliun dari nilai paket pengadaan sekitar Rp. 5,9 triliun
dalam paket pengadaan KTP elektronik pada tahun 2011-2012 di Kementerian Dalam
Negeri.

E. Penutup
1. Kesimpulan
Indonesia masih memiliki “PR” untuk mengatasi korupsi yang terjadi di
Indonesia. Penyuapan, penggelapan dana, gratifikasi masih banyak terjadi di
Indonesia. Pencegahan dan pemberantasan korupsi dilakukan oleh seluruh warga
Indonesia baik oleh lembaga maupun masyarakat. Lembaga yang terkait diantaranya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kepolisian, Kejaksaan, dan Badan
Pengawasan Keuangan (BPK). Masyarakat disini ikut andil dalam pencegahan
korupsi mulai dari mengamati hingga pelaporan. Lembaga-lembaga yang bertugas
memberantas korupsi ini berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang telah
dibuat oleh pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
2. Kritik dan Saran
Korupsi merupakan masalah bersama. Artinya, perlu dukungan dan kerjasama
dari semua pihak baik lembaga maupun masyarakat dalam memerangi korupsi.
Pemerintah harus lebih tegas dan perlu memantau sejauh mana peraturan perundang-
undangan di Indonesia saat ini apakah efektif atau tidak. Pemerintah harus membuat
program program yang baru yang bergerak di bidang anti korupsi. Selain itu,
pemerintah harus menjamin agar warganya dapat dengan mudah melaporkan
pelanggaran korupsi yang terjadi.
Wakil rakyat di Indonesia harus lebih menanamkan kesadaran tinggi terhadap
dirinya masing-masing terkait budaya anti korupsi guna terciptanya Good
Governance yang Pemerintah rancang dalam reformasi birokrasi. Mementingkan
kepentingan kelompok dibanding individu harus selalu ditanamkan. Bekerja secara
professional demi kemajuan Negara Indonesia tercinta ini.
Sebagai masyarakat, perlu menghapus budaya “korupsi kecil-kecilan” di
kalangan lingkungan masyarakat. Peran orangtua sangatlah penting dalam mendidik
anak-anaknya untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas. Orang tua harus
bisa menanamkan dalam diri anak-anaknya bahwa mencontek itu bukanlah jalan
pintas dari sebuah keberhasilan. Anak-anak Indonesia harus lebih menyukai
menikmati proses kemudian mendapat hasil, bukan ingin langsung mendapat hasil
dengan melalui jalan pintas. Di kalangan masyarakat, mahasiswa memiliki peranan
penting dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi. Mahasiswa Indonesia harus
mampu berpikir kritis dan tidak memiliki sikap apatis terhadap lingkungannya.
Perlunya rasa kepedulian yang tinggi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar.
Dengan itu, apabila semua warga Indonesia dapat bekerja sama dengan baik
dan memiliki tekad yang kuat untuk melawan korupsi, maka akan terhapuslah korupsi
di Indonesia yang selama ini telah mendarah daging bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim] https://www.google.co.id/amp/s/gruppkn.com/landasan-hukum-pemberantasan-

korupsi-di-indonesia/amp. Diunduh pada 21 November 2018 pukul 03.55 WIB.

[Anonim] https://www.google.co.id/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1082547/setya-novanto-

hadapi-sidang-vonis-berikut-kronologi-kasusnya. Diunduh pada 21 November 2018.

[Anonim] https://nasional.kompas.com/read/2017/07/17/20105251. Diunduh pada 21

November 2018 pukul 14.08 WIB.

Anda mungkin juga menyukai